2
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GALIAN
b)
c)
Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau
pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat
Direksi Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus
seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang
memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
d) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai
pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk
perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi
struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai
permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing
pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan
batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian
yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan
bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan dipadatkan.
e) Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika,
menurut pendapat Direksi Pekerjaan, tidak praktis menggunakan alat
bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal.
Direksi Pekerjaan dapat melarang peledakan dan memerintahkan untuk
menggali batu dengan cara lain, jika, menurut pendapatnya, peledakan
tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya, atau bilamana
dirasa kurang cermat dalam pelaksanaannya.
f) Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Kontraktor harus
menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk
melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika
dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang diuraikan
oleh Direksi Pekerjaan.
3.2-1
2)
Ketentuan dalam Seksi 3.3, Penyiapan Badan Jalan, harus berlaku seperti
juga ketentuan dalam Seksi ini.
3)
Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk pondasi
jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga memungkinkan
pemasangan bahan dengan benar, pengawasan dan pemadatan penimbunan kembali
di bawah dan di sekeliling pekerjaan.
b)
Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk
mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan kerangka
acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan. Cofferdam atau
penyokong atau pengaku yang tergeser atau bergerak ke samping selama pekerjaan
galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk menjamin
kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pelaksanaan.
Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk pondasi jembatan
atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian hingga tidak menyebabkan
terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.
c)
Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan baru,
maka timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian yang diperlukan dengan jarak
masing-masing lokasi galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar galian parit
tersebut, selanjutnya galian parit tersebut dilaksanakan dengan sisisisi yang setegak
mungkin sebagaimana kondisi tanahnya mengijinkan.
d)
e)
Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak boleh
dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan dicor.
3.2-2
4)
Sumber bahan (borrow pits), apakah di dalam Daerah Milik Jalan atau di tempat
lain, harus digali sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
b)
c)
Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk
pelebaran
jalan mendatang atau keperluan pemerintah lainnya, tidak
diperkenankan.
d)
Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian ini
dapat mengganggu drainase alam atau yang dirancang.
e)
Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus diratakan
sedemikian rupa sehingga mengalirkan seluruh air permukaan ke gorong-gorong
berikutnya tanpa genangan.
f)
Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m dari kaki
setiap timbunan atau 10 m dari puncak setiap galian.
Galian yang diperlukan untuk membuang bahan yang lunak atau tidak
memenuhi syarat seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.1.2.(1).(c) di
atas, atau untuk membuang batu atau bahan keras lainnya seperti yang
disyaratkan dalam Pasal 3.1.2.(1).(d) di atas;
ii)
b)
Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali untuk galian batu,
tidak akan diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini. Pengukuran dan
Pembayaran harus dilaksanakan menurut Seksi 2.1 dari Spesifikasi ini.
c)
d)
e)
Galian untuk pengembalian kondisi bahu jalan dan pekerjaan minor lainnya, kecuali
untuk galian batu, tidak akan dibayar menurut Seksi ini. Pengukuran dan
pembayaran akan dilaksanakan sesuai Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini.
f)
Galian yang diperlukan untuk operasi pekerjaan pemeliharaan rutin tidak akan
diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah termasuk dalam
harga penawaran dalam lump sum untuk berbagai operasi pemeliharaan rutin yang
tercakup dalam Seksi 10.1 dari Spesifikasi ini.
g)
h) Pekerjaan galian dan pembuangan yang diuraikan dalam Pasal 3.1.2.(1).(a) selain
untuk tanah, batu dan bahan perkerasan lama, tidak akan diukur untuk pembayaran,
kompensasi untuk pekerjaan ini telah dimasukkan dalam berbagai harga satuan
penawaran yang untuk masing-masing operasi pembongkaran struktur lama sesuai
dengan Seksi 7.15 dari Spesifikasi ini.
2)
Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85.
ii)
Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan faktor
pengembangan (swelling) 1,2.
3.2-4
Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil tanah asli
sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir dengan garis,
kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau diterima. Metode perhitungan
haruslah metode luas ujung rata-rata, menggunakan penampang melintang
pekerjaan dengan jarak tidak lebih dari 25 meter.
b)
c)
Bilamana bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat
digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Kontraktor
sebagai bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini dan
terjadi semata-mata hanya untuk kenyamanan Kontraktor dengan exploitasi sumber
bahan (borrow pits) tidak akan dibayar.
d)
Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi oleh
bidang-bidang sebagai berikut :
Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang melalui
titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian tanah
diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan sifatnya
Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.
Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan
pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan
pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk
cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diperlukan
dalam melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana diuraikan dalam Seksi ini.
3.2-5
Bilamana cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, termasuk dalam Mata
Pembayaran yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga, maka pekerjaan ini akan
dibayar menurut Harga Penawaran dalam lump sum sesuai dengan ketentuan berikut ini;
pekerjaan ini mencakup penyediaan, pembuatan, pemeliharaan dan pembuangan setiap dan semua
cofferdam, penyokong, pengaku, sumuran, penurapan, pengendali air (water control), dan
operasi-operasi lainnya yang diperlukan untuk diterimanya penyelesaian galian yang termasuk
dalam pekerjaan dari Pasal ini sampai suatu kedalaman yang ditentukan.
Nomor Mata
Pembayaran
3.2.(1)a
Uraian
Galian Biasa ( dibuang setempat )
Satuan
Pengukuran
Meter Kubik
3.2.(1)b
Meter Kubik
3.2. (2)
Galian Batu
Meter Kubik
3.2. (3)
3.2.(4)
3.2.(5)
3.2.(6)
3.2.(7)
Meter Kubik
Meter Kubik
Meter Kubik
Lump Sum
Meter Kubik
3.2.(8)
Meter Kubik
3.2.(9)
Biaya
Tambahan untuk Pengangkutan
Bahan Hasil Galian dengan Jarak melebihi 5
km
3.2-6
SEKSI 3.3
METODE PELAKSANAAN URUGAN ( TIMBUNAN )
3.3.3 PEMASANGAN DAN PEMADATAN URUGAN
3.3 - 1
(b)
Bila tinggi dari urugan satu meter atau kurang, dasar pondasi dari urugan
harus dipadatkan benar-benar (termasuk penggaruan dan pengeringan
atau pembasahan bila diperlukan) sehingga 15 cm bagian atas memenuhi
persyaratan kepadatan yang ditentukan untuk urugan yang dipasang
diatasnya.
(c) Bila urugan akan dibangun pada tepi bukit atau ditempatkan pada
timbunan yang ada atau yang baru dibangun, maka lereng yang ada harus
digali untuk membentuk teras dengan lebar cukup untuk memungkinkan
pemadatan dengan peralatan sewaktu urugan dipasang dalam lapis
horizontal.
(2) Pemasangan Urugan
(a)
(b)
(c)
Dalam penempatan urugan diatas atau terhadap selimut pasir atau bahan
Drainase Porous, harus diperhatikan agar tidak terjadi pencampuran dua
bahan tersebut. Dalam hal pembentukan drainase vertikal, pemisah yang
jelas harus diberikan antara kedua bahan yang dapat dijamin dengan
penggunaan acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi
sedikit ditarik sewaktu pengisian urugan dan Drainase Porous
dilaksanakan.
(d)
(e) Bila timbunan akan diperlebar, lereng dari timbunan yang ada harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan permukaan dan dibuat
3.3 - 2
Langsung setelah pemasangan dan penghamparan urugan, masingmasing lapis harus dipadatkan benar-benar dengan peralatan pemadatan
yang memadai yang disetujui Direksi Teknik hingga mencapai tingkat
kepadatan yang ditentukan dalam Artikel 3.3.4 dibawah.
(b)
Pemadatan dari urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari
material berada dalam rentang kurang dari 3 % sampai lebih dari 1 %
dari kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai
kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bila tanah
dipadatkan sesuai dengan AASHTO T 99.
(c)
Seluruh urugan padas harus ditutup dengan satu atau lebih lapisan setebal
20 cm dari bahan bergradasi baik yang tidak mengandung batu yang
lebih besar dari 5 cm dan sanggup mengisi rongga-rongga pada padas
bagian atas urugan. Lapis penutup ini akan dibangun sampai kepadatan
yang disyaratkan untuk urugan tanah yang diberikan dalam Paragraf
3.3.4 (2) dibawah.
(d)
(e)
Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut kearah
sumbu jalan sedemikian sehingga masing-masing bagian menerima
jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana mungkin, lalu lintas alat
pemadat harus dilewatkan diatas urugan dan arahnya terus berubah-ubah
untuk menyebarkan usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
(f)
Bila bahan urugan akan dipasang pada kedua sisi dari pipa atau saluran
beton atau struktur, maka operasi harus dilakukan agar urugan selalu
kira-kira sama tingginya pada kedua sisi struktur.
(g) Bila bahan urugan dapat ditimbun pada satu sisi dari kepala, atau tembok
sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, harus
diperhatikan agar tempat bersebelahan dengan struktur tidak dipadatkan
sedemikian sehingga menyebabkan bergesernya struktur atau timbul
tekanan yang berlebih pada struktur.
3.3 - 3
(h) Terkecuali disetujui oleh Direksi Teknik, urugan disebelah ujung dari
jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding
belakang sampai struktur jembatan atas telah dipasang.
(i)
Urugan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadatan
mesin gilas konstruksi, harus dipasang dalam lapis horizontal yang tidak
lebih dari 15 cm tebal gembur dan secara menyeluruh dipadatkan dengan
penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) minimum seberat 10 kg.
Harus diperhatikan secara khusus untuk menjamin pemadatan yang
memuaskan dibawah dan ditepi pipa untuk mencegah rongga dan untuk
menjamin pipa betul-betul terdukung.
(3)
(b)
Lapis pada kedalam 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai 100 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditetapkan sesuai dengan AASHTO T 99.
(c)
(4)
Percobaan Pemadatan
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metode
untuk mencapai tingkat kepadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa
Kontraktor tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur
pemadatan berikut dapat diikuti.
Percobaan lapangan harus dilakukan dengan jumlah lintasan peralatan pemadat
dan kadar air diubah-ubah sehingga kepadatan yang disyaratkan tercapai
sehingga memuaskan Direksi Teknik. Hasil dari percobaan lapangan ini
selanjutnya harus digunakan untuk menetapkan jumlah lintasan, tipe dari
peralatan pemadatan dan kadar air dari pemadatan tersebut.
(ii)
(iii) Bila urugan akan dipasang pada tanah berawa dimana dapat
diperkirakan akan terjadi konsolidasi dari tanah asli, pelat dan
batang penurunan harus dipasang dan diamati bersama oleh Direksi
Teknik dan Kontraktor. Kuantitas pekerjaan tanah dapat ditentukan
berdasarkan tanah datar asli yang telah turun. Pengukuran atas
dasar ini hanya dapat diijinkan jika catatan penurunan di
dokumentasi secara baik.
(c) Urugan yang digunakan dimana saja diluar batas Kontrak untuk
pekerjaan, atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tak terpakai, atau
untuk menutup sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam
pengukuran urugan.
(d) Pekerjaan urugan yang memenuhi syarat untuk pengukuran dan
pembayaran dalam Seksi ini akan tetap dibayar bahkan bila bahan urugan
yang digunakan telah diperoleh dari Pekerjaan Galian.
(2) Dasar Pembayaran
Kuantitas dari urugan yang diukur seperti diuraikan diatas, dalam jarak angkut
berapapun yang diperlukan, harus dibayar menurut Harga Satuan per satuan
pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah
dan tercantum dalam Jadwal Penawaran. Harga dan pembayaran ini harus
merupakan kompensasi penuh untuk pengolahan, pengadaan, penempatan,
pemadatan, penyelesaian, serta seluruh biaya lain yang perlu atau biasa untuk
penyelesaian yang tepat dari pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
3.3 - 6
Nomor Mata
Pembayaran
Uraian
Satuan Pengukuran
3.3 (1)
Urugan Biasa
Meter kubik
3.3(1)a
Meter kubik
3.3 (2)
Urugan Pilihan
Meter kubik
3.3 - 7
SEKSI 7.1
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON
7.1.4 PENGECORAN
(1) Persiapan Tempat Kerja
(a)
(b) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
untuk pekerjaan beton hingga garis yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana atau seperti yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, dan harus
membebaskan serta membongkar suatu daerah yang cukup luas di sekitar
tepi pekerjaan beton untuk menjamin dapat dicapainya seluruh bagian
pekerjaan tersebut. Jalan kerja yang kokoh juga harus disediakan bila
perlu menjamin bahwa semua bagian pekerjaan dapat diawasi dengan
mudah dan aman.
(c) Seluruh landasan pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dipertahankan kering dan beton tidak boleh dicor diatas tanah yang
mengandung lumpur, puing atau bahan-bahan asing lainnya, atau dalam
air.
(d) Sebelum pengecoran beton dimulai, semua acuan, tulangan dan benda
lain yang harus dimasukkan kedalam beton (seperti pipa-pipa atau
saluran) harus sudah ditempatkan dengan tepat dan diikat kuat sehingga
tidak bergeser sewaktu pengecoran beton dilaksanakan.
(e) Bila ditetapkan atau diperintahkan oleh Direksi Teknik, material landasan
untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dalam
Seksi 2.4 - Drainase Porous.
(f)
(2) Acuan/Cetakan
Acuan/cetakan dari bahan yang disetujui dan siap pakai serta cocok untuk jenis
dan letak pekerjaan beton yang harus dilaksanakan serta harus memenuhi
persyaratan berikut :
7.1 - 1
(a)
(b)
(c)
(d)
Penguat acuan/cetakan terdiri dari baut-baut, klem atau sarana lain yang
dapat digunakan menurut keperluan untuk mencegah merenggangnya
acuan selama pengecoran beton. Acuan tersebut harus dibuat sedemikian
hingga dapat dibongkar tanpa merusak permukaan beton jadi.
(e) Untuk pengecoran beton pada dasar penunjang dan pondasi, acuan tanah
dapat digunakan yang tergantung pada persetujuan Direksi Teknik. Beton
tersebut akan didukung oleh galian yang dibentuk dengan baik yang sisi
dan dasarnya dirapikan dengan tangan sampai ukuran yang diperlukan.
(f) Acuan untuk beton yang dicor di bawah air, harus kedap air dan dijamin
kekakuannya untuk mencegah pergeseran.
(3) Perancah
(a)
(b)
(c)
(d)
Perancah harus dibuat diatas pondasi yang kuat dan kokoh terhindar dari
bahaya penggerusan dan penurunan, sedang konstruksinya sendiri harus
juga kokoh terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk
gaya-gaya pratekan dan gaya-gaya sentuhan yang mungkin akan ada.
7.1 - 2
(e)
(f)
Perancah harus dibuat dari kayu, baja atau beton cetak yang bermutu baik
dan tidak mudah lapu k. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak
diperbolehkan.
(i)
(4) Pengecoran
(a)
(b)
Sesaat sebelum beton dicor, maka acuan harus dibasahi dengan air atau
dilapisi di sebelah dalam dengan suatu minyak mineral yang tak akan
membekas.
(d)
Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak dicor dalam posisi akhir
dalam bagian acuan dalam waktu 30 menit setelah air ditambahkan pada
campuran, atau dalam waktu secepatnya sesuai petunjuk Direksi Teknik
atas dasar pengamatan sifat-sifat mengerasnya semen yang digunakan.
(e)
(f)
(g)
Bila dicor kedalam struktur yang mempunyai acuan yang sulit dan
tulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapis-lapis horisontal
yang tidak lebih dari 15 cm tebalnya.
(h)
Beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas kedalam bagian acuan dari
ketinggian melebihi 150 cm.
(i)
Beton harus dicor pada suatu kecepatan yang sedemikian hingga beton
yang telah dicor kedalam acuan masih bersifat plastis sehingga dapat
menyatu dengan beton baru yang dicor diatasnya.
(j)
(b)
(c)
(b)
7.1 - 5
(d) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari luar (External Vibrator)
harus sanggup menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit
dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan diatas kerangka acuan
supaya dapat menghasilkan getaran yang rata.
(e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam (Internal Vibrator)
harus dari jenis pulsa dan harus sanggup menghasilkan sekurangkurangnya
5000 putaran per menit apabila digunakan untuk beton yang mempunyai
slump 2,5 cm atau kurang.
(f)
Posisi Acuan/Perancah
7.1 - 7
Untuk beton
yang
menggunakan
semen biasa
Untuk beton
yang
menggunakan
high early
strengths
portland cement
2 hari
3 hari
5 hari
1 hari
2 hari
4 hari
12 jam
8 jam
24 jam
18 jam
7 hari
6 hari
14 hari
14 hari
21 hari
21 hari
Sesudah gaya
pratekan
diberikan
Sesudah gaya
pratekan
diberikan
(b)
(c) Bila Direksi Teknik menyetujui pengisian lubang besar bentuk sangkar
lebah, maka beton tersebut harus dipahat sampai bagian yang keras,
membentuk permukaan tegak lurus pada permukaan benda kerja. Lubang
harus dibasahkan dengan air dan sedikit adukan semen tipis (semen dan
air tanpa pasir / acian) harus dipasang pada permukaan lubang.
Lubang harus diisi dengan adukan yang terdiri dari semen dan pasir halus
dicampur dalam proporsi yang digunakan dalam beton yang sedang
diselesaikan. Yang harus disusutkan sebelumnya dengan mencampurnya
kira-kira 30 menit sebelum dipakai.
(3) Pengerjaan Akhir Permukaan Khusus
Permukaan yang tampak harus diberikan pekerjaan akhir selanjutnya seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Teknik sebagi berikut :
(a)
(b)
(c) Permukaan yang tidak Horisontal yang tampak dan telah ditambal atau
yang kasar harus digosok dengan batu gurinda kasar, dengan
menempatkan sedikit adukan pada permukaannya. Adukan harus terdiri
dari semen dan pasir halus dalam takaran yang digunakan untuk beton
tersebut. Penggosokan harus dilanjutkan hingga seluruh tanda bekas
cetakan, ketidak rataan dan tonjolan menjadi hilang serta seluruh rongga
terisi dan permukaan yang merata telah diperoleh. Pasta yang dihasilkan
dari penggosokan harus dibiarkan tertinggal di tempat.
(4) Perawatan
(a)
(b)
Umum
Kontraktor harus menganggap mempunyai tanggung jawab penuh untuk
menjamin bahwa kualitas beton sesuai dengan Seksi ini dan tanggung jawab
ini tidak akan dibebaskan dengan pengujian yang dilakukan dan disetujui oleh
Direksi Teknik.
(2)
tidak ditentukan lain oleh Direksi Teknik, maka pada pekerjaan beton
dengan jumlah dari masing-masing mutu beton lebih besar dari 60 m3,
untuk masing-masing mutu beton harus dibuat 1 pengujian, untuk setiap
5 m3 beton harus diambil minimum 3 benda uji tiap hari, kecuali pada
permulaan dari pelaksanan, dimana frekuensi pembuatan benda uji harus
lebih besar agar dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat terkumpulkan
20 benda uji. Untuk mencapai hal ini, hingga sampai terkumpulnya
20 benda uji, setiap 3 m3 beton harus dibuat 3 benda uji. Segera setelah
terkumpulkan 20 benda uji pada umur 28 hari, maka dari hasil
pemeriksaan kekuatan tekan benda-benda uji tersebut harus terbukti
bahwa mutu pelaksanaan dan kekuatan tekan beton karakteristik
terpenuhi. Hasil pemeriksaan 20 benda uji pertama ini harus dipakai
sebagai dasar untuk mempertimbangkan apakah perlu diadakan
perubahan dalam campuran beton.
(b) Apabila karena alasan-alasan tertentu pembuatan 20 benda uji dianggap
tidak praktis atau tidak dapat dilakukan, maka jumlah benda uji yang
dibuat boleh kurang dari 20 buah, asal pembuatannya dilakukan dengan
interval jumlah pengecoran yang kira-kira sama.
(c) Dalam segala hal tidak kurang dari satu pengujian untuk setiap mutu
beton dan untuk setiap tipe struktur yang dicor terpisah pada tiap suatu
hari pengecoran. Setiap pengujian harus meliputi pembuatan 3 contoh
yang sama, yang pertama harus diuji pembebanan kuat tekan sesudah 3
hari, yang kedua sesudah 7 hari dan yang ketiga sesudah 28 hari .
(4) Pengujian Tambahan
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang mungkin diperlukan
untuk menetapkan kualitas bahan-bahan atau campuran atau pekerjaan beton
akhir, sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. Pengujian tambahan
tersebut dapat meliputi :
(a)
(b)
(c)
(d)
(c) Mutu beton lebih tinggi dapat diijinkan untuk digunakan sebagai
pengganti pekerjaan beton mutu lebih rendah sebagaimana disyaratkan,
dan harus diukur dan akan dibayar sesuai dengan mata pembayaran untuk
beton dengan mutu lebih rendah yang diganti.
.
(2) Metode Pengukuran dari Pekerjaan yang diperbaiki
(a)
(b) Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan
kadar semen atau tiap bahan tambahan, juga tidak untuk tiap pengujian
atau pekerjaan tambahan atau material pelengkap lainnya untuk mencapai
kualitas yang dipersyaratkan untuk pekerjaan beton.
(3) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar
menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata
Pembayaran yang terdaftar dibawah dan tercantum dalam Jadwal Penawaran.
Harga dan pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyiapan tempat, pemompaan air, pengadaan dan penempatan seluruh
material termasuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan acuan dan perancah,
pekerjaan akhir dan perawatan beton, seluruh biaya lain yang perlu untuk
penyelesaian yang benar dari pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
Nomor Mata
Pembayaran
Uraian
Satuan Pengukuran
7.1 (1)
Beton K 500
Meter kubik
7.1 (2)
7.1 (3)
Beton K 400
Beton K 350
Meter kubik
Meter kubik
7.1 (4)
Beton K 300
Meter kubik
7.1 (5)
Beton K 275
Meter kubik
7.1 (6)
Beton K 250
Meter kubik
11.1 - 11
Beton K 225
Meter kubik
Meter kubik
7.1 (8)
Beton K 175
Meter kubik
7.1 (9)
Beton K 125
Meter kubik
7.1 (10)
Beton Bo
Meter kubik
7.1 (11)
Beton 1:3:5
Meter kubik
7.1 - 12
SEKSI 7.3
METODE PELAKSANAAN BAJA TULANGAN UNTUK
BETON
(e) Kawat ikat harus kokoh dengan akhir puntiran menghadap kedalam
beton
(f) Tulangan anyaman baja harus ditempatkan dalam arah memanjang,
sepanjang yang dapat dilaksanakan dengan penyambungan panjang
bertindih selebar satu anyaman penuh. Anyaman harus dipotong untuk
memasang siku-siku dan bukaan dan harus dihentikan pada
sambungan antara slab (lantai).
(g) Tidak boleh ada bagian tulangan yang telah ditempatkan digunakan
untuk memikul perlengkapan penghantar beton, jalan pendekat, lantai
kerja atau beban konstruksi lainnya.
(3) Penyambungan
Penyambungan batang baja penulangan harus disesuaikan dengan PBJ
1971 (N.J. - 2) dan diuraikan lebih lanjut dibawah ini :
(a) Semua baja tulangan harus dipasang menurut panjang sepenuhnya seperti
dinyatakan dalam Gambar Rencana. Penyambungan batang baja, kecuali
apabila ditunjukkan lain pada Gambar Rencana, tidak akan diijinkan
tanpa persetujuan Direksi Teknik. Setiap penyambungan demikian yang
disetujui harus selang-seling sejauh mungkin dan ditempatkan pada titik
tegangan tarik minimum.
(b) Apabila sambungan bertindih (lapped splice) disetujui, panjang tonjolan
harus 40 kali diameter dan baja-baja harus dilengkapi dengan kait untuk
batang polos.
(c) Pengelasan batang baja tulangan tidak diijinkan kecuali terinci pada
Gambar Rencana atau diijinkan secara tertulis oleh Direksi Teknik.
Uraian
Satuan Pengukuran
7.3 (1)
Kilogram
7.3 (2)
Kilogram
7.3 (3)
Kilogram
7.3 - 3
SEKSI 7.10
METODE PELAKSANAAN PASANGAN BATU
7.10.3 PELAKSANAAN
(1) Persiapan Pondasi
(a) Pondasi untuk struktur Pasangan Batu harus disiapkan sesuai dengan Gambar
Rencana atau petunjuk dari Direksi Teknik.
(b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukan pada Gambar Rencana, dasar pondasi
untuk struktur tembok penahan harus normal, atau bertangga yang juga
normal terhadap muka tembok. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus
mendatar atau bertangga yang juga horisontal.
(c) Lapisan landasan yang dapat mengalirkan air dan kantung penyaring harus
disediakan dimana disyaratkan sesuai dengan persyaratan dalam Seksi 2.4 Drainase Porous.
(2) Penyiapan Batu
(a) Batu harus dibersihkan dari cacat yang dapat mengurangi lekatan dengan adukan.
(b) Sebelum pekerjaan melapis, batu harus betul-betul basah dan sudah cukup
waktu yang diberikan untuk penyerapan air sampai jenuh.
(3) Pencampuran Adukan
(a) Seluruh material kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau
dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sehingga campuran telah
ber war na merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan pencampuran
dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian
sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi (kekentalan) yang diperlukan
tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang digunakan.
(b) Adukan
(c) Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan, harus
dibuang.
(4) Pemasangan Batu
(a) Landasan dari adukan segar paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada
pondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada
lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan
pada sudut-sudut. Perhatian harus diambil untuk menghindarkan pengelompokan
dari batu yang berukuran sama.
(b) Batu harus dihampar dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak harus dipasang sejajar dengan muka tembok dari batu yang terpasang.
(c) Batu harus diangkat dengan hati-hati sehingga tidak mengganggu atau menggeser
batu yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk
memasang batu yang lebih besar dari yang dapat diangkat oleh dua orang.
Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekerjaan yang baru dipasang
tidak diperkenankan.
1.10 - 7
(a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi secara menyeluruh,
dengan cukup waktu yang memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh.
Landasan yang akan menerima masing-masig batu juga dibasahkan dan
selanjutnya landasan dari adukan harus disebar dari sisi batu ke batu yang
sedang dipasang.
(b) Tebal dari adukan untuk landasan harus pada rentang 2-5 cm dan harus minimum
diperlukan untuk menjamin terisinya seluruh rongga antara batu yang dipasang.
(c) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu harus
dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan segar yang belum
mengeras. Bila batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai
pengerasan awal, maka harus dibongkar, dan adukan dibersihkan dan batu
dipasang lagi dengan adukan segar.
(6) Syarat untuk Lubang Sulingan dan Sambungan untuk Ekspansi
(a) Tembok dari Pasangan Batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Terkecuali
ditunjukan lain pada Gambar Rencana atau diperintahkan oleh Direksi Teknik,
lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak tidak lebih dari 2 m antara
sumbu satu ke sumbu lainnya dan pipa untuk lubang sulingan ini harus dari bahan
pipa PVC berdiameter 50 mm.
(b) Dalam struktur memanjang yang menerus seperti tembok penahan tanah, sambungan
ekspansi harus dibentuk pada jarak antara tidak lebih dari 20 m, sambungan
harus 30 mm lebarnya dan harus setinggi tembok. Batu yang digunakan untuk
pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian sehingga membentuk sambungan
tegak yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan diatas.
(a) Sambungan pada sisi muka dari batu harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan,
berlangsung.
tetapi
tidak
menyelimuti
batu,
sewaktu pekerjaan
(b) Terkecuali disyaratkan lain, bagian puncak horisontal dari seluruh Pasangan
Batu harus dibuat secara rapi dengan tambahan dari lapis adukan setebal 2 cm,
yang dikerjakan di permukaan yang merata dengan kemiringan yang akan menjamin
perlindungan terhadap air hujan dan dengan sudut yang dibulatkan. Lapisan
tersebut harus dimasukkan kedalam dimensi yang disyaratkan dari struktur.
(c) Langsung setelah ditempatkan, dan sewaktu adukan masih segar, seluruh muka dari
batu harus dibersihkan dari kotoran adukan.
(ii)
Pasangan Batu harus cukup diberati atau diikat kebawah untuk mencegah
permukaan terbuka terhadap aliran udara.
(e) Bila pekerjaan sudah cukup kuat, dan tidak lebih dini dari 14 hari menyusul
selesainya pekerjaan pemasangan, urugan harus ditempatkan seperti disyaratkan,
atau seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(f) Lereng serta bahu yang bersebelahan harus dipangkas dan dikerjakan untuk
menjamin sambungan yang kokoh dengan Pasangan Batu yang akan
memungkinkan drainase yang tak terhalang dan mencegah gerusan pada tepi
pekerjaan.
(a)
Pasangan Batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai
volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai volume
teoritis yang ditetapkan oleh garis dan penampang yang disyaratkan dalam
Gambar Rencana rencana dan disetujui Direksi Teknik.
(b)
Setiap material yang ditempatkan berlebih dari volume teoritis yang disetujui
harus tidak diukur dan tidak dibayar.
(c)
Uraian
Pasangan Batu
3.10 - 7
Satuan Pengukuran
Meter kubik