Anda di halaman 1dari 31

SEKSI 3.

2
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GALIAN

3.2.2 PELAKSANAAN PEKERJAAN


1) Prosedur Umum
a)

Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi


yang ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan
dan harus mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang
dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan
perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen.

b)

Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal


mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.

c)

Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau
pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat
Direksi Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus
seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang
memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
d) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai
pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk
perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi
struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai
permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing
pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan
batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian
yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan
bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan dipadatkan.
e) Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika,
menurut pendapat Direksi Pekerjaan, tidak praktis menggunakan alat
bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal.
Direksi Pekerjaan dapat melarang peledakan dan memerintahkan untuk
menggali batu dengan cara lain, jika, menurut pendapatnya, peledakan
tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya, atau bilamana
dirasa kurang cermat dalam pelaksanaannya.
f) Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Kontraktor harus
menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk
melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika
dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang diuraikan
oleh Direksi Pekerjaan.

3.2-1

g) Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan


atau cara lainnya, sehingga tepi-tepi potongan harus dibiarkan pada
kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau
bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya
terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang, baik terjadi pada
pemotongan batu yang baru maupun yang lama.
Galian pada Tanah Dasar Perkerasan dan Bahu Jalan, Pembentukan Berm, Selokan
dan Talud.

2)

Ketentuan dalam Seksi 3.3, Penyiapan Badan Jalan, harus berlaku seperti
juga ketentuan dalam Seksi ini.

3)

Galian untuk Struktur dan Pipa


a)

Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk pondasi
jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga memungkinkan
pemasangan bahan dengan benar, pengawasan dan pemadatan penimbunan kembali
di bawah dan di sekeliling pekerjaan.

b)

Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk
mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan kerangka
acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan. Cofferdam atau
penyokong atau pengaku yang tergeser atau bergerak ke samping selama pekerjaan
galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk menjamin
kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pelaksanaan.
Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk pondasi jembatan
atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian hingga tidak menyebabkan
terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.

c)

Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan baru,
maka timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian yang diperlukan dengan jarak
masing-masing lokasi galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar galian parit
tersebut, selanjutnya galian parit tersebut dilaksanakan dengan sisisisi yang setegak
mungkin sebagaimana kondisi tanahnya mengijinkan.

d)

Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan sedemikian, sehingga dapat


menghindarkan kemungkinan terbawanya setiap bagian bahan yang baru terpasang.
Setiap pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton, atau untuk suatu
periode paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan pompa yang
diletakkan di luar acuan beton tersebut.

e)

Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak boleh
dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan dicor.

3.2-2

4)

Galian pada Sumber Bahan


a)

Sumber bahan (borrow pits), apakah di dalam Daerah Milik Jalan atau di tempat
lain, harus digali sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.

b)

Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan sumber


galian lama harus diperoleh secara tertulis dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
operasi penggalian dimulai.

c)

Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk
pelebaran
jalan mendatang atau keperluan pemerintah lainnya, tidak
diperkenankan.

d)

Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian ini
dapat mengganggu drainase alam atau yang dirancang.

e)

Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus diratakan
sedemikian rupa sehingga mengalirkan seluruh air permukaan ke gorong-gorong
berikutnya tanpa genangan.

f)

Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m dari kaki
setiap timbunan atau 10 m dari puncak setiap galian.

3.2.3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1)

Galian Yang Tidak Diukur Untuk Pembayaran


Sebagian besar pekerjaan galian dalam Kontrak tidak akan diukur dan dibayar
menurut Seksi ini, pekerjaan tersebut dipandang telah dimasukkan ke dalam harga
penawaran untuk berbagai macam bahan konstruksi yang dihampar di atas galian
akhir, seperti pasangan batu (stone masonry) dan gorong-gorong pipa. Jenis galian
yang secara spesifik tidak dimasukkan untuk pengukuran dalam Seksi ini adalah :
a) Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang
melintang yang disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur
untuk pembayaran kecuali bilamana :
i)

Galian yang diperlukan untuk membuang bahan yang lunak atau tidak
memenuhi syarat seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.1.2.(1).(c) di
atas, atau untuk membuang batu atau bahan keras lainnya seperti yang
disyaratkan dalam Pasal 3.1.2.(1).(d) di atas;

ii)

Pekerjaan tambah sebagai akibat dari longsoran lereng atau struktur


sementara penahan tanah atau air (seperti penyokong, pengaku, atau
cofferdam) yang sebelumnya telah diterima oleh Direksi Pekerjaan
secara tertulis.
3.2-3

b)

Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali untuk galian batu,
tidak akan diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini. Pengukuran dan
Pembayaran harus dilaksanakan menurut Seksi 2.1 dari Spesifikasi ini.

c)

Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan gorong-gorong pipa, tidak


akan diukur untuk pembayaran, kompensasi dari pekerjaan ini dipandang telah
dimasukkan ke dalam berbagai harga satuan penawaran untuk masingmasing bahan
tersebut, sesuai dengan Seksi 2.3 dari Spesifikasi ini.

d)

Pekerjaan galian yang dilaksanakan dalam pengembalian kondisi (reinstatement)


perkerasan lama tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan
ini telah dimasukkan dalam berbagai harga satuan penawaran yang untuk masingmasing bahan yang digunakan pada operasi pengembalian kondisi sesuai dengan
Seksi 8.1 dari Spesifikasi ini.

e)

Galian untuk pengembalian kondisi bahu jalan dan pekerjaan minor lainnya, kecuali
untuk galian batu, tidak akan dibayar menurut Seksi ini. Pengukuran dan
pembayaran akan dilaksanakan sesuai Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini.

f)

Galian yang diperlukan untuk operasi pekerjaan pemeliharaan rutin tidak akan
diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah termasuk dalam
harga penawaran dalam lump sum untuk berbagai operasi pemeliharaan rutin yang
tercakup dalam Seksi 10.1 dari Spesifikasi ini.

g)

Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk memperoleh bahan konstruksi dari


sumber bahan (borrow pits) atau sumber lainnya di luar batas-batas daerah kerja
tidak boleh diukur untuk pembayaran, biaya pekerjaan ini dipandang telah
dimasukkan dalam harga satuan penawaran untuk timbunan atau bahan perkerasan.

h) Pekerjaan galian dan pembuangan yang diuraikan dalam Pasal 3.1.2.(1).(a) selain
untuk tanah, batu dan bahan perkerasan lama, tidak akan diukur untuk pembayaran,
kompensasi untuk pekerjaan ini telah dimasukkan dalam berbagai harga satuan
penawaran yang untuk masing-masing operasi pembongkaran struktur lama sesuai
dengan Seksi 7.15 dari Spesifikasi ini.
2)

Pengukuran Galian Untuk Pembayaran


a) Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk pembayaran
sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang dipindahkan, setelah
dikurangi bahan galian yang digunakan dan dibayar sebagai timbunan biasa atau
timbunan pilihan dengan faktor penyesuaian berikut ini :
i)

Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85.

ii)

Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan faktor
pengembangan (swelling) 1,2.

3.2-4

Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil tanah asli
sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir dengan garis,
kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau diterima. Metode perhitungan
haruslah metode luas ujung rata-rata, menggunakan penampang melintang
pekerjaan dengan jarak tidak lebih dari 25 meter.
b)

Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan pembayaran


menurut Seksi ini akan tetap dibayar sebagai galian hanya bilamana bahan galian
tersebut tidak digunakan dan dibayar dalam Seksi lain dari Spesifikasi ini.

c)

Bilamana bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat
digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Kontraktor
sebagai bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini dan
terjadi semata-mata hanya untuk kenyamanan Kontraktor dengan exploitasi sumber
bahan (borrow pits) tidak akan dibayar.

d)

Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi oleh
bidang-bidang sebagai berikut :

Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang melalui
titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian tanah
diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan sifatnya
Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.

Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang diuraikan di


atas atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan galian
karena kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.
e)

Pekerjaan galian perkerasan beraspal yang dilaksanakan di luar ketentuan Seksi


8.1 Pengembalian Kondisi (Reinstatement) Perkerasan Lama, harus diukur untuk
pembayaran sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang digali dan
dibuang.
f) Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan jarak yang
melebihi 5 km harus diukur untuk pembayaran sebagai volume di tempat dalam
kubik meter bahan yang dipindahkan per jarak tempat penggalian sampai lokasi
pembuangan akhir atau lokasi timbunan dalam kilometer.
3)

Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan
pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan
pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk
cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diperlukan
dalam melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana diuraikan dalam Seksi ini.

3.2-5

Bilamana cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, termasuk dalam Mata
Pembayaran yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga, maka pekerjaan ini akan
dibayar menurut Harga Penawaran dalam lump sum sesuai dengan ketentuan berikut ini;
pekerjaan ini mencakup penyediaan, pembuatan, pemeliharaan dan pembuangan setiap dan semua
cofferdam, penyokong, pengaku, sumuran, penurapan, pengendali air (water control), dan
operasi-operasi lainnya yang diperlukan untuk diterimanya penyelesaian galian yang termasuk
dalam pekerjaan dari Pasal ini sampai suatu kedalaman yang ditentukan.

Nomor Mata
Pembayaran
3.2.(1)a

Uraian
Galian Biasa ( dibuang setempat )

Satuan
Pengukuran
Meter Kubik

3.2.(1)b

Galian Biasa ( dibuang diluar lokasi )

Meter Kubik

3.2. (2)

Galian Batu

Meter Kubik

3.2. (3)

Galian Struktur dengan Kedalaman 0 - 2 M

3.2.(4)

Galian Struktur dengan Kedalaman 2 - 4 M

3.2.(5)
3.2.(6)
3.2.(7)

Galian Struktur dengan Kedalaman 4 - 6 M


Cofferdam, Penyokong, Pengaku dan Pekerjaan yang Berkaitan
Galian Perkerasan Beraspal dengan Cold
Milling Machine

Meter Kubik
Meter Kubik
Meter Kubik
Lump Sum
Meter Kubik

3.2.(8)

Galian Perkerasan Beraspal tanpa Cold


Milling Machine

Meter Kubik

3.2.(9)

Biaya
Tambahan untuk Pengangkutan
Bahan Hasil Galian dengan Jarak melebihi 5
km

Meter Kubik per


Kilometer

3.2-6

SEKSI 3.3
METODE PELAKSANAAN URUGAN ( TIMBUNAN )
3.3.3 PEMASANGAN DAN PEMADATAN URUGAN

3.3 - 1

(1) Penyiapan Tempat Kerja


(a)

Sebelum pemasangan urugan pada suatu tempat, seluruh bahan yang


tidak memenuhi harus telah dibuang sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Teknik.

(b)

Bila tinggi dari urugan satu meter atau kurang, dasar pondasi dari urugan
harus dipadatkan benar-benar (termasuk penggaruan dan pengeringan
atau pembasahan bila diperlukan) sehingga 15 cm bagian atas memenuhi
persyaratan kepadatan yang ditentukan untuk urugan yang dipasang
diatasnya.

(c) Bila urugan akan dibangun pada tepi bukit atau ditempatkan pada
timbunan yang ada atau yang baru dibangun, maka lereng yang ada harus
digali untuk membentuk teras dengan lebar cukup untuk memungkinkan
pemadatan dengan peralatan sewaktu urugan dipasang dalam lapis
horizontal.
(2) Pemasangan Urugan
(a)

Urugan harus dibawa kepermukaan yang telah disiapkan dan disebar


merata dalam lapis yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal
lapisan yang diberikan dalam Paragraf 3.3.1 (2). Bila lebih dari satu lapis
urugan akan dipasang, lapis-lapis urugan tersebut sedapat mungkin harus
sama tebalnya.

(b)

Urugan tanah umumnya harus diangkut langsung dari lokasi sumber


material ketempat permukaan yang telah dipersiapkan sewaktu cuaca
kering dan disebar. Penimbunan stok tanah urug biasanya tidak
diperbolehkan, terutama selama musim hujan.

(c)

Dalam penempatan urugan diatas atau terhadap selimut pasir atau bahan
Drainase Porous, harus diperhatikan agar tidak terjadi pencampuran dua
bahan tersebut. Dalam hal pembentukan drainase vertikal, pemisah yang
jelas harus diberikan antara kedua bahan yang dapat dijamin dengan
penggunaan acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi
sedikit ditarik sewaktu pengisian urugan dan Drainase Porous
dilaksanakan.

(d)

Urugan kembali diatas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan


secara sistematis dan secepat mungkin menyusul pemasangan pipa atau
struktur. Akan tetapi sebelum pengurugan, paling sedikit harus diberikan
waktu 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan-sambungan pipa
atau pengecoran struktur beton dengan gaya berat, pasangan batu atau
pasangan batu dengan mortar. Periode 14 hari harus diberikan sebelum
pengurugan di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu
atau pasangan batu dengan mortar.

(e) Bila timbunan akan diperlebar, lereng dari timbunan yang ada harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan permukaan dan dibuat
3.3 - 2

bertangga sehingga urugan yang baru terkunci ke timbunan yang lama


sampai memuaskan Direksi Teknik. Selanjutnya urugan yang diperlebar
harus dibangun secara horizontal sampai dengan ketinggian tanah dasar,
yang selanjutnya harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi
bawah sampai setinggi permukaan jalan yang ada sehingga bagian yang
diperlebar dapat digunakan oleh lalu lintas secepatnya, yang
memungkinkan pembangunan dilanjutkan ke sisi jalan lainnya.
(3) Pemadatan dari Urugan
(a)

Langsung setelah pemasangan dan penghamparan urugan, masingmasing lapis harus dipadatkan benar-benar dengan peralatan pemadatan
yang memadai yang disetujui Direksi Teknik hingga mencapai tingkat
kepadatan yang ditentukan dalam Artikel 3.3.4 dibawah.

(b)

Pemadatan dari urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari
material berada dalam rentang kurang dari 3 % sampai lebih dari 1 %
dari kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai
kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bila tanah
dipadatkan sesuai dengan AASHTO T 99.

(c)

Seluruh urugan padas harus ditutup dengan satu atau lebih lapisan setebal
20 cm dari bahan bergradasi baik yang tidak mengandung batu yang
lebih besar dari 5 cm dan sanggup mengisi rongga-rongga pada padas
bagian atas urugan. Lapis penutup ini akan dibangun sampai kepadatan
yang disyaratkan untuk urugan tanah yang diberikan dalam Paragraf
3.3.4 (2) dibawah.

(d)

Masing-masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti


yang ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Direksi Teknik
sebelum lapis berikutnya dipasang.

(e)

Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut kearah
sumbu jalan sedemikian sehingga masing-masing bagian menerima
jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana mungkin, lalu lintas alat
pemadat harus dilewatkan diatas urugan dan arahnya terus berubah-ubah
untuk menyebarkan usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.

(f)

Bila bahan urugan akan dipasang pada kedua sisi dari pipa atau saluran
beton atau struktur, maka operasi harus dilakukan agar urugan selalu
kira-kira sama tingginya pada kedua sisi struktur.

(g) Bila bahan urugan dapat ditimbun pada satu sisi dari kepala, atau tembok
sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, harus
diperhatikan agar tempat bersebelahan dengan struktur tidak dipadatkan
sedemikian sehingga menyebabkan bergesernya struktur atau timbul
tekanan yang berlebih pada struktur.

3.3 - 3

(h) Terkecuali disetujui oleh Direksi Teknik, urugan disebelah ujung dari
jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding
belakang sampai struktur jembatan atas telah dipasang.
(i)

Urugan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadatan
mesin gilas konstruksi, harus dipasang dalam lapis horizontal yang tidak
lebih dari 15 cm tebal gembur dan secara menyeluruh dipadatkan dengan
penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) minimum seberat 10 kg.
Harus diperhatikan secara khusus untuk menjamin pemadatan yang
memuaskan dibawah dan ditepi pipa untuk mencegah rongga dan untuk
menjamin pipa betul-betul terdukung.

(4) Penyiapan Tanah Dasar pada Urugan


Ketentuan dari Seksi 3.4 - Penyiapan Badan Jalan harus berlaku.

3.3.4 JAMINAN MUTU


(1) Pengendalian Mutu Bahan
(a) Jumlah dari data hasil uji yang diperlukan untuk persetujuan awal dari
mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Teknik, tetapi akan mencakup
seluruh pengujian yang dipersyaratkan dalam Artikel 3.3.2 paling sedikit
tiga contoh yang mewakili dari sumber bahan yang diusulkan, yang
dipilih mewakili rentangan mutu yang cenderung dijumpai dari sumber.
(b) Menyusul persetujuan dari mutu bahan urugan yang diusulkan, pengujian
mutu bahan selanjutnya akan diulangi atas dasar pertimbangan dari
Direksi Teknik, dalam hal tampak perubahan dalam bahan atau dalam
sumbernya.
(c) Program untuk pengendalian pengujian bahan secara rutin akan
dilakukan untuk mengendalikan perubahan yang ada dalam bahan yang
dibawa ketempat kerja. Cakupan dari pengujian harus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik tetapi untuk setiap 1000 meter kubik
bahan urugan dari setiap sumber paling sedikit harus dilakukan satu
penentuan dari aktivitas, seperti yang didefinisikan dalam Paragraf 3.3.2
(2)(c).
(2) Persyaratan Kepadatan untuk Urugan Tanah
(a) Lapis yang lebih dalam dari 30 cm dibawah elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditetapkan sesuai AASHTO T 99. Untuk tanah yang mengandung lebih
dari 10 % bahan yang tertahan pada saringan 3/4 inci, kepadatan kering
maksimum yang diperoleh harus diadakan penyesuaian untuk bahan baku
yang terlalu besar tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik.
3.3 - 4

(3)

(b)

Lapis pada kedalam 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai 100 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditetapkan sesuai dengan AASHTO T 99.

(c)

Pengujian kepadatan harus dilakukan pada masing-masing lapis dari


urugan yang dipadatkan sesuai dengan AASHTO T 191 dan jika hasil
dari suatu pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang
disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan sesuai
dengan Paragraf 3.3.1 (8). Pengujian dilakukan sampai kedalaman dari
lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, tetapi
harus tidak berselang lebih dari 200 m. Untuk urugan kembali di sekitar
struktur, atau pada galian gorong-gorong, paling sedikit harus
dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis urugan yang dipasang.
Dalam timbunan, paling sedikit satu pengujian harus dilakukan dalam
setiap 1000 meter kubik urugan yang dipasang.

Kriteria Pemadatan untuk Urugan Padas


Pemasangan urugan padas dan pemadatannya harus dilaksanakan dengan
menggunakan grid rollers atau vibratory compactor atau crawler tractor yang
beratnya minimum 20 ton, atau peralatan berat lainnya yang serupa. Pemadatan
harus dilakukan dalam arah memanjang sepanjang timbunan, dimulai dari tepi
luar dan bergerak ke arah sumbu, dan harus dilanjutkan sampai tidak ada
gerakan yang tampak dibawah peralatan berat. Masing-masing lapis harus
terdiri dari padas yang cukup baik gradasinya dan seluruh rongga pada
permukaan harus diisi dengan pecahan-pecahan sebelum lapis berikutnya
ditempatkan. Padas tidak boleh dipergunakan pada lapis 15 cm paling atas dari
timbunan dan tidak boleh ada batu dengan dimensi melebihi 10 cm boleh
disertakan dalam lapis atas ini.

(4)

Percobaan Pemadatan
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metode
untuk mencapai tingkat kepadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa
Kontraktor tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur
pemadatan berikut dapat diikuti.
Percobaan lapangan harus dilakukan dengan jumlah lintasan peralatan pemadat
dan kadar air diubah-ubah sehingga kepadatan yang disyaratkan tercapai
sehingga memuaskan Direksi Teknik. Hasil dari percobaan lapangan ini
selanjutnya harus digunakan untuk menetapkan jumlah lintasan, tipe dari
peralatan pemadatan dan kadar air dari pemadatan tersebut.

3.3.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


(1) Metode Pengukuran Urugan
(a) Urugan harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari bahan padat yang
3.3 - 5

diperlukan, selesai di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus


didasarkan pada gambar penampang melintang yang disetujui dari profil
tanah atau profil galian sebelum urugan ditempatkan dan pada garis dan
ketinggian yang disyaratkan dan diterima dari pekerjaan urugan akhir.
Metode untuk menghitung volume material haruslah metode luas ratarata bidang ujung, dengan menggunakan penampang melintang yang
berselang jarak tidak lebih dari 25 m.
(b) Urugan yang ditempatkan melebihi garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap tambahan urugan yang diperlukan sebagai
akibat dari pembuatan tangga atau penguncian kedalam lereng yang ada,
atau sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan
kedalam volume yang diukur untuk pembayaran, kecuali bila :
(i)

Urugan diperlukan untuk mengganti bahan lunak atau yang tak


memenuhi persyaratan, atau untuk mengganti padas atau bahan
keras lainnya yang digali dan diurug kembali dengan material yang
sesuai sampai didapatkan profil galian yang disyaratkan.

(ii)

Tambahan urugan diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang


tidak stabil atau gagal dalam hal mana Kontraktor dianggap
bertanggung jawab menurut Paragraf 3.3.1 (7) (f).

(iii) Bila urugan akan dipasang pada tanah berawa dimana dapat
diperkirakan akan terjadi konsolidasi dari tanah asli, pelat dan
batang penurunan harus dipasang dan diamati bersama oleh Direksi
Teknik dan Kontraktor. Kuantitas pekerjaan tanah dapat ditentukan
berdasarkan tanah datar asli yang telah turun. Pengukuran atas
dasar ini hanya dapat diijinkan jika catatan penurunan di
dokumentasi secara baik.
(c) Urugan yang digunakan dimana saja diluar batas Kontrak untuk
pekerjaan, atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tak terpakai, atau
untuk menutup sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam
pengukuran urugan.
(d) Pekerjaan urugan yang memenuhi syarat untuk pengukuran dan
pembayaran dalam Seksi ini akan tetap dibayar bahkan bila bahan urugan
yang digunakan telah diperoleh dari Pekerjaan Galian.
(2) Dasar Pembayaran
Kuantitas dari urugan yang diukur seperti diuraikan diatas, dalam jarak angkut
berapapun yang diperlukan, harus dibayar menurut Harga Satuan per satuan
pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah
dan tercantum dalam Jadwal Penawaran. Harga dan pembayaran ini harus
merupakan kompensasi penuh untuk pengolahan, pengadaan, penempatan,
pemadatan, penyelesaian, serta seluruh biaya lain yang perlu atau biasa untuk
penyelesaian yang tepat dari pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
3.3 - 6

Nomor Mata
Pembayaran

Uraian

Satuan Pengukuran

3.3 (1)

Urugan Biasa

Meter kubik

3.3(1)a

Urugan material hasil galian

Meter kubik

3.3 (2)

Urugan Pilihan

Meter kubik

3.3 - 7

SEKSI 7.1
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON

7.1.4 PENGECORAN
(1) Persiapan Tempat Kerja
(a)

Kontraktor harus membongkar setiap struktur yang ada, yang harus


diganti dengan pekerjaan beton baru atau yang harus dibongkar untuk
dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton baru.

(b) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
untuk pekerjaan beton hingga garis yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana atau seperti yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, dan harus
membebaskan serta membongkar suatu daerah yang cukup luas di sekitar
tepi pekerjaan beton untuk menjamin dapat dicapainya seluruh bagian
pekerjaan tersebut. Jalan kerja yang kokoh juga harus disediakan bila
perlu menjamin bahwa semua bagian pekerjaan dapat diawasi dengan
mudah dan aman.
(c) Seluruh landasan pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dipertahankan kering dan beton tidak boleh dicor diatas tanah yang
mengandung lumpur, puing atau bahan-bahan asing lainnya, atau dalam
air.
(d) Sebelum pengecoran beton dimulai, semua acuan, tulangan dan benda
lain yang harus dimasukkan kedalam beton (seperti pipa-pipa atau
saluran) harus sudah ditempatkan dengan tepat dan diikat kuat sehingga
tidak bergeser sewaktu pengecoran beton dilaksanakan.
(e) Bila ditetapkan atau diperintahkan oleh Direksi Teknik, material landasan
untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dalam
Seksi 2.4 - Drainase Porous.
(f)

Direksi Teknik akan memeriksa seluruh galian dan pondasi yang


disiapkan sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau
beton dan dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan pengujian
penetrasi yang mendalam, pengujian kepadatan atau pemeriksaan lainnya
untuk memastikan daya dukung yang memadai dari tanah dibawah
pondasi. Dalam hal ditemukan kondisi yang kurang memuaskan, maka
Kontraktor dapat diperintahkan untuk merubah ukuran atau kedalaman
pondasi dan/atau menggali dan mengganti daerah yang lunak,
memadatkan tanah pondasi atau melaksanakan tindakan stabilisasi
lainnya sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.

(2) Acuan/Cetakan
Acuan/cetakan dari bahan yang disetujui dan siap pakai serta cocok untuk jenis
dan letak pekerjaan beton yang harus dilaksanakan serta harus memenuhi
persyaratan berikut :
7.1 - 1

(a)

Acuan/cetakan pabrikasi dapat dari kayu atau baja dengan sambungan


yang kedap terhadap adonan dan cukup kaku untuk memelihara posisi
yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan beton.
Permukaan sebelah dalam dari acuan/cetakan harus bersih dari setiap
kotoran lepas atau bahan-bahan lain sebelum penggunaan, dan harus
disiram air sampai jenuh atau diolesi dengan minyak mineral anti kasar
sebelum digunakan.

(b)

Kayu dengan permukaan kasar (tidak diserut) dapat digunakan untuk


permukaan bangunan yang tidak menonjol keluar (expose), tetapi kayu
diserut dengan tebal yang rata harus digunakan untuk permukaan yang
menonjol keluar (expose).

(c)

Ujung-ujung tajam sisi dalam acuan harus dibuat tumpul, kecuali


diperintahkan oleh Direksi Teknik, menggunakan ganjalan segitiga
dengan lebar paling sedikit 20 mm dipasang di sudut.

(d)

Penguat acuan/cetakan terdiri dari baut-baut, klem atau sarana lain yang
dapat digunakan menurut keperluan untuk mencegah merenggangnya
acuan selama pengecoran beton. Acuan tersebut harus dibuat sedemikian
hingga dapat dibongkar tanpa merusak permukaan beton jadi.

(e) Untuk pengecoran beton pada dasar penunjang dan pondasi, acuan tanah
dapat digunakan yang tergantung pada persetujuan Direksi Teknik. Beton
tersebut akan didukung oleh galian yang dibentuk dengan baik yang sisi
dan dasarnya dirapikan dengan tangan sampai ukuran yang diperlukan.

(f) Acuan untuk beton yang dicor di bawah air, harus kedap air dan dijamin
kekakuannya untuk mencegah pergeseran.
(3) Perancah
(a)

Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton muda


yaitu sebelum beton mengeras mencapai kekuatan yang disyaratkan dan
sebelum beton mendapat bentuknya yang permanen.

(b)

Apabila tidak tercantum dalam Gambar Rencana, Kontraktor harus


mengajukan Gambar Rencana perancah tersebut untuk disetujui oleh
Direksi Teknik.

(c)

Segala biaya yang perlu sehubungan dengan perencanaan perancah dan


pengerjaannya harus sudah tercakup dalam perhitungan biaya untuk
harga satuan perancah.

(d)

Perancah harus dibuat diatas pondasi yang kuat dan kokoh terhindar dari
bahaya penggerusan dan penurunan, sedang konstruksinya sendiri harus
juga kokoh terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk
gaya-gaya pratekan dan gaya-gaya sentuhan yang mungkin akan ada.
7.1 - 2

(e)

Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah


persiapan yang perlu sehubungan dengan pelendutan perancah akibat
gaya-gaya yang bekerja kepadanya termasuk gaya-gaya pratekan,
sedemikian sehingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk
konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang
seharusnya menurut Gambar Rencana.

(f)

Perancah harus dibuat dari kayu, baja atau beton cetak yang bermutu baik
dan tidak mudah lapu k. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak
diperbolehkan.

(g) Perancah-perancah yang dipasang pada sungai-sungai dengan aliran air


yang deras, terutama apabila sering terjadi banjir tinggi, yang
dikhawatirkan akan menghancurkan perancah, harus direncanakan
sedemikian rupa agar sesedikit mungkin menghambat jalannya air.
(h)

Bila perancah itu sebelum atau selama pekerjaan pengecoran beton


berlangsung, menunjukkan tanda-tanda penurunan yang besar sehingga
menurut pendapat Direksi Teknik hal itu akan menyebabkan kedudukan
(peil) akhir sesuai dengan Gambar Rencana tidak akan dapat dicapai,
atau menurut pendapatnya penurunan tersebut akan sangat
membahayakan dari segi konstruksi, maka Direksi Teknik dapat
memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah
dilaksanakan dan mengharuskan Kontraktor untuk memperkuat perancah
tersebut sehingga dianggap cukup kuat.

(i)

Biaya sehubungan dengan itu sep enuhnya menjadi tanggungan


Kontraktor. Gambar Rencana perancah dan sistem pondasinya, secara
detail harus diserahkan kepada Direksi Teknik untuk disetujui, dan
pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum Gambar
Rencana tersebut disetujui serta perancah telah dianggap cukup kokoh
untuk dapat digunakan.

(4) Pengecoran
(a)

Kontraktor harus memberitahukan Direksi Teknik secara tertulis paling


sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan
pengecoran beton bila operasi telah ditunda untuk lebih dari 24 jam.
Pemberitahuan harus meliputi lokasi dari pekerjaan, macam pekerjaan,
mutu dari beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi
Teknik akan memberi tanda terima dari pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa cetakan dan tulangan dan dapat mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan persetujuan secara tertulis untuk pelaksanaan pekerjaan
seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh memulai pelaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Teknik.

(b)

Tidak bertentangan dengan pengeluaran suatu persetujuan untuk


memulai, tidak ada beton yang boleh dicor bila Direksi Teknik atau
wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
7.1 - 3

pengecoran secara keseluruhan.


(c)

Sesaat sebelum beton dicor, maka acuan harus dibasahi dengan air atau
dilapisi di sebelah dalam dengan suatu minyak mineral yang tak akan
membekas.

(d)

Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak dicor dalam posisi akhir
dalam bagian acuan dalam waktu 30 menit setelah air ditambahkan pada
campuran, atau dalam waktu secepatnya sesuai petunjuk Direksi Teknik
atas dasar pengamatan sifat-sifat mengerasnya semen yang digunakan.

(e)

Pengecoran beton harus diteruskan tanpa henti sampai suatu sambungan


konstruksi yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan
tersebut selesai

(f)

Beton harus dicor dengan cara tertentu untuk menghindari segregasi


(pemisahan partikel halus dan kasar) dari campuran. Beton harus dicor
dalam cetakan sedekat mungkin ke tempat akhirnya untuk mencegah
pengaliran dan harus tidak boleh mengalir lebih dari 1 meter dari tempat
awal pengecoran

(g)

Bila dicor kedalam struktur yang mempunyai acuan yang sulit dan
tulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapis-lapis horisontal
yang tidak lebih dari 15 cm tebalnya.

(h)

Beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas kedalam bagian acuan dari
ketinggian melebihi 150 cm.

(i)

Beton harus dicor pada suatu kecepatan yang sedemikian hingga beton
yang telah dicor kedalam acuan masih bersifat plastis sehingga dapat
menyatu dengan beton baru yang dicor diatasnya.

(j)

Air tidak diperbolehkan mengalir keatas atau naik ke permukaan


pekerjaan beton dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.

(5) Sambungan Konstruksi


(a)

Jadwal Pengecoran harus disiapkan untuk tiap-tiap struktur secara


lengkap dan Direksi Teknik harus menyetujui lokasi dari sambungan
konstruksi pada jadwal tersebut, atau harus diletakkan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana. Sambungan konstruksi tidak boleh
terletak pada pertemuan bagian-bagian struktur kecuali ditetapkan
demikian.

(b)

Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Seluruh


sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap garis utama tegangan
dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser
minimum.

(c)

Bila sambungan vertikal diperlukan, maka baja tulangan harus menerus


7.1 - 4

melewati sambungan sedemikian sehingga membuat struktur tetap


monolit.
(d)

Alur sambungan paling sedikit sedalam 4 cm harus disediakan pada


semua sambungan konstruksi pada dinding, pelat, dan antara pondasi
dengan dinding. Untuk pelat yang berada diatas, sambungan harus
diletakan sedemikian sehingga membagi pelat kedalam bagian-bagian
yang tidak lebih luas dari 40 m2, dengan bagian yang terbesar tidak lebih
dari 1,20 kali lebar bagian yang terkecil.

(e) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja dan bahan-bahan tambahan


sebagaimana diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi
tambahan dalam hal setiap penangguhan pekerjaan yang tidak
direncanakan yang disebabkan oleh hujan atau kemacetan persediaan
beton atau penangguhan pekerjaan oleh Direksi Teknik.
(6) Pemadatan
(a)

Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis yang digerakkan dari


dalam atau dari luar yang telah disetujui, Bila diperlukan dan apabila
disetujui oleh Direksi Teknik, penggetaran harus ditambah dengan
penusukan batang penusuk dengan tangan atau dengan alat yang cocok
untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tak
boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke
titik lain didalam bagian acuan.

(b)

Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk

7.1 - 5

menentukan bahwa semua sudut di antara dan sekitar besi tulangan


benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka tulangan, dan setiap rongga
udara dan gelembung udara terisi.
(c)

Penggetar harus dibatasi lama penggunaannya, sehingga menghasilkan


pemadatan sebagaimana disyaratkan tanpa menyebabkan segregasi
(pemisahan) dari aggregat.

(d) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari luar (External Vibrator)
harus sanggup menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit
dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan diatas kerangka acuan
supaya dapat menghasilkan getaran yang rata.
(e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam (Internal Vibrator)
harus dari jenis pulsa dan harus sanggup menghasilkan sekurangkurangnya
5000 putaran per menit apabila digunakan untuk beton yang mempunyai
slump 2,5 cm atau kurang.
(f)

Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dimasukkan


tegak kedalam beton basah supaya tembus kedalam dasar beton yang
baru dicor, dan menghasilkan kepadatan yang merata pada seluruh
kedalaman beton. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan
dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya.
Alat penggetar tidak boleh lebih dari 30 detik pada satu lokasi, tidak
boleh digunakan menggeser campuran beton ke lokasi lain dan tidak
boleh menyentuh tulangan beton.

(g) Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk memadatkan beton


akan ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Bila digunakan alat lain, maka
cara dan jumlahnya akan ditentukan oleh Direksi Teknik.
Kecepatan Mengecor Beton
4 m3 beton/jam
8 m3 beton/jam
12 m3 beton/jam
16 m3 beton/jam
20 m3 beton/jam

Jumlah Alat Minimum


2
3
4
5
6

(h) Dianjurkan untuk menyediakan alat internal vibrator secukupnya agar


apabila terjadi kerusakan alat, pekerjaan tidak tertunda.

7.1.5 PEKERJAAN PENYELESAIAN


(1) Pembongkaran Acuan
(a) Bagian acuan dan perancah tidak boleh dibongkar tanpa izin Direksi
7.1 - 6

Teknik. Izin Direksi Teknik tidak membebaskan Kontraktor dari


tanggung jawab untuk keamanan pekerjaan. Blok dan turap harus
dibongkar pada waktu bagian acuan dibongkar dan tanpa kecuali setiap
bagian acuan kayu boleh tertinggal dalam beton. Pembongkaran perancah
untuk struktur menerus atau konsol harus sebagaimana diarahkan oleh
Direksi Teknik atau harus sedemikian rupa hingga struktur tersebut
secara bertahap mencapai tegangan ijinnya. Bila pengujian kekuatan
beton digunakan untuk pembongkaran acuan dan penunjang, maka
pembongkaran tersebut boleh dilaksanakan setelah kekuatan beton paling
sedikit telah mencapai 70 % dari kekuatan rencana yang ditentukan.
Tabel 7.1.5 Periode Pembongkaran Acuan

Posisi Acuan/Perancah

Acuan samping dari balok,


dinding, kolom, bila kemajuan
pengecoran
perhari adalah
setinggi :
a. di bawah 3 m
b. 3 sampai 6 m
c. 6 sampai 10 m
Acuan samping tiang pancang
segi 4
Acuan samping tiang pancang
segi 8 dan acuan samping dari
balok beton pratekan
Perancah :
a. dibawah gelagar lantai
jembatan
b. dibawah jembatan pelat 2
tumpuan
c. dibawah balok dengan 2
tumpuan dan jembatan
lengkung
Perancah yang menyokong
balok-2 beton pratekan

7.1 - 7

Untuk beton
yang
menggunakan
semen biasa

Untuk beton
yang
menggunakan
high early
strengths
portland cement

2 hari
3 hari
5 hari

1 hari
2 hari
4 hari

12 jam

8 jam

24 jam

18 jam

7 hari

6 hari

14 hari

14 hari

21 hari

21 hari

Sesudah gaya
pratekan
diberikan

Sesudah gaya
pratekan
diberikan

(b) Untuk memberikan kemudahan penyelesaian, maka bagian acuan yang


digunakan untuk pekerjaan yang diberi hiasan, sandaran, dinding
jembatan dan permukaan vertikal terbuka harus dibongkar dalam waktu
tidak kurang dari 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam,
tergantung pada kedaan cuaca.
(2) Pengerjaan Akhir Permukaan biasa
(a)

Kecuali diperintahkan lain, maka permukaan beton harus diselesaikan


segera setelah pembongkaran acuan. Semua perangkat atau perlengkapan
logam yang telah digunakan untuk menahan bagian acuan pada
tempatnya, dan bagian acuan yang melalui struktur beton, harus dibuang
atau dipotong paling tidak 25 mm dibawah permukaan beton. Tonjolan
dan ketidak-rataan beton lainnya yang disebabkan oleh cetakan dibuang.

(b)

Direksi Teknik akan memeriksa permukaan beton segera setelah


pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan dari cacat
kecil, yang tidak mempengaruhi secara struktur atau fungsi lainnya dari
pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang kecil dan
lekukan dengan adukan semen. Penambalan dan perbaikan lainnya pada
beton tidak akan dikerjakan sebelum pemeriksaan oleh Direksi Teknik.

(c) Bila Direksi Teknik menyetujui pengisian lubang besar bentuk sangkar
lebah, maka beton tersebut harus dipahat sampai bagian yang keras,
membentuk permukaan tegak lurus pada permukaan benda kerja. Lubang
harus dibasahkan dengan air dan sedikit adukan semen tipis (semen dan
air tanpa pasir / acian) harus dipasang pada permukaan lubang.
Lubang harus diisi dengan adukan yang terdiri dari semen dan pasir halus
dicampur dalam proporsi yang digunakan dalam beton yang sedang
diselesaikan. Yang harus disusutkan sebelumnya dengan mencampurnya
kira-kira 30 menit sebelum dipakai.
(3) Pengerjaan Akhir Permukaan Khusus
Permukaan yang tampak harus diberikan pekerjaan akhir selanjutnya seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Teknik sebagi berikut :
(a)

Bagian atas plat, kerb, permukaan trotoir dan permukaan mendatar


lainnya sebagimana yang diperintahkan Direksi Teknik, harus digaru
dengan mal untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan
segera setelah pengecoran dan harus dihaluskan dengan tangan,
meratakan permukaan baik memanjang maupun melintang dengan perata
kayu, atau dengan cara lain yang tepat, sebelum beton mulai mengeras.

(b)

Perataan permukaan Horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk


trotoir, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau metode
lain sebagaimana diperintahkan Direksi Teknik pada saat beton mulai
mengeras.
7.1 - 8

(c) Permukaan yang tidak Horisontal yang tampak dan telah ditambal atau
yang kasar harus digosok dengan batu gurinda kasar, dengan
menempatkan sedikit adukan pada permukaannya. Adukan harus terdiri
dari semen dan pasir halus dalam takaran yang digunakan untuk beton
tersebut. Penggosokan harus dilanjutkan hingga seluruh tanda bekas
cetakan, ketidak rataan dan tonjolan menjadi hilang serta seluruh rongga
terisi dan permukaan yang merata telah diperoleh. Pasta yang dihasilkan
dari penggosokan harus dibiarkan tertinggal di tempat.
(4) Perawatan
(a)

Dimulai segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari


pengeringan dini, temperatur yang terlampau panas, dan gangguan
mekanis. Beton harus dipertahankan dengan kehilangan kelembaban
yang minimal, dan dengan temperatur yang relatif tetap untuk suatu
perioda waktu yang disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik dari
semen dan pengerasan betonnya.

(b)

Beton harus dirawat, setelah mengeras secukupnya, dengan menyelimuti


memakai lembaran yang menyerap air yang harus selalu basah untuk
suatu waktu paling sedikit 3 hari. Seluruh lembaran atau selimut untuk
merawat beton harus cukup diberati atau diikat kebawah untuk mencegah
permukaan terbuka terhadap aliran udara. Bila cetakan kayu digunakan
cetakan tersebut harus dipertahankan basah pada setiap saat sampai
dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan dan pengeringan
beton. Lalu-lintas tidak boleh diijinkan pada permukaan beton untuk
7 hari setelah beton dicor.

7.1.6 PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN


(1)

Umum
Kontraktor harus menganggap mempunyai tanggung jawab penuh untuk
menjamin bahwa kualitas beton sesuai dengan Seksi ini dan tanggung jawab
ini tidak akan dibebaskan dengan pengujian yang dilakukan dan disetujui oleh
Direksi Teknik.

(2)

Pengujian untuk Sifat Mudah dikerjakan


Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Teknik harus dilaksanakan pada setiap penakaran beton yang dihasilkan, dan
pengujian tersebut tidak dianggap telah dikerjakan kecuali disaksikan oleh
Direksi Teknik atau wakilnya.

(3) Pengujian Kuat Tekan


(a) Selama masa pelaksanaan, mutu beton dan mutu pelaksanaan harus
diperiksa secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Apabila
7.1 - 9

tidak ditentukan lain oleh Direksi Teknik, maka pada pekerjaan beton
dengan jumlah dari masing-masing mutu beton lebih besar dari 60 m3,
untuk masing-masing mutu beton harus dibuat 1 pengujian, untuk setiap
5 m3 beton harus diambil minimum 3 benda uji tiap hari, kecuali pada
permulaan dari pelaksanan, dimana frekuensi pembuatan benda uji harus
lebih besar agar dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat terkumpulkan
20 benda uji. Untuk mencapai hal ini, hingga sampai terkumpulnya
20 benda uji, setiap 3 m3 beton harus dibuat 3 benda uji. Segera setelah
terkumpulkan 20 benda uji pada umur 28 hari, maka dari hasil
pemeriksaan kekuatan tekan benda-benda uji tersebut harus terbukti
bahwa mutu pelaksanaan dan kekuatan tekan beton karakteristik
terpenuhi. Hasil pemeriksaan 20 benda uji pertama ini harus dipakai
sebagai dasar untuk mempertimbangkan apakah perlu diadakan
perubahan dalam campuran beton.
(b) Apabila karena alasan-alasan tertentu pembuatan 20 benda uji dianggap
tidak praktis atau tidak dapat dilakukan, maka jumlah benda uji yang
dibuat boleh kurang dari 20 buah, asal pembuatannya dilakukan dengan
interval jumlah pengecoran yang kira-kira sama.
(c) Dalam segala hal tidak kurang dari satu pengujian untuk setiap mutu
beton dan untuk setiap tipe struktur yang dicor terpisah pada tiap suatu
hari pengecoran. Setiap pengujian harus meliputi pembuatan 3 contoh
yang sama, yang pertama harus diuji pembebanan kuat tekan sesudah 3
hari, yang kedua sesudah 7 hari dan yang ketiga sesudah 28 hari .
(4) Pengujian Tambahan
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang mungkin diperlukan
untuk menetapkan kualitas bahan-bahan atau campuran atau pekerjaan beton
akhir, sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. Pengujian tambahan
tersebut dapat meliputi :
(a)
(b)

Pengujian yang tidak merusak dengan menggunakan "sclerometer" atau


perangkat penguji lainnya.
Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang diragukan.

(c)

Pengambilan dan pengujian contoh beton (coring).

(d)

Pengujian lainnya sebagaimana disyratkan oleh Direksi Teknik.

7.1.7 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

(1) Metode Pengukuran


(a) Beton diukur dalam jumlah meter kubik yang terpasang dan diterima
dalam pekerjaan sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar
Rencana serta memenuhi mutu yang disyaratkan. Tidak ada pengurangan
volume akibat pemasangan pipa dengan garis tengah kurang dari 20 cm
7.1 - 10

atau oleh benda tambahan lainnya seperti waterstops", baja tulangan,


pipa sulingan air atau lubang pipa cucuran.
(b)

Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya terhadap penambahan


semen, bahan-bahan pembantu lainnya serta untuk pekerjaan finishing
(penyelesaian).

(c) Mutu beton lebih tinggi dapat diijinkan untuk digunakan sebagai
pengganti pekerjaan beton mutu lebih rendah sebagaimana disyaratkan,
dan harus diukur dan akan dibayar sesuai dengan mata pembayaran untuk
beton dengan mutu lebih rendah yang diganti.
.
(2) Metode Pengukuran dari Pekerjaan yang diperbaiki
(a)

Dimana pekerjaan telah diperbaiki dibawah Paragraf 7.1.1(8) diatas,


maka kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran haruslah sejumlah
yang harus dibayar bila pekerjaan semula telah memenuhi syarat.

(b) Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan
kadar semen atau tiap bahan tambahan, juga tidak untuk tiap pengujian
atau pekerjaan tambahan atau material pelengkap lainnya untuk mencapai
kualitas yang dipersyaratkan untuk pekerjaan beton.
(3) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar
menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata
Pembayaran yang terdaftar dibawah dan tercantum dalam Jadwal Penawaran.
Harga dan pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyiapan tempat, pemompaan air, pengadaan dan penempatan seluruh
material termasuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan acuan dan perancah,
pekerjaan akhir dan perawatan beton, seluruh biaya lain yang perlu untuk
penyelesaian yang benar dari pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
Nomor Mata
Pembayaran

Uraian

Satuan Pengukuran

7.1 (1)

Beton K 500

Meter kubik

7.1 (2)
7.1 (3)

Beton K 400
Beton K 350

Meter kubik
Meter kubik

7.1 (4)

Beton K 300

Meter kubik

7.1 (5)

Beton K 275

Meter kubik

7.1 (6)

Beton K 250

Meter kubik

11.1 - 11

7.1 (7) (a)

Beton K 225

Meter kubik

Beton K 225 dibawah air

Meter kubik

7.1 (8)

Beton K 175

Meter kubik

7.1 (9)

Beton K 125

Meter kubik

7.1 (10)

Beton Bo

Meter kubik

7.1 (11)

Beton 1:3:5

Meter kubik

7.1 (7) (b)

7.1 - 12

SEKSI 7.3
METODE PELAKSANAAN BAJA TULANGAN UNTUK
BETON

7.3.3 PELAKSANAAN PEKERJAAN


(1) Pabrikasi Baja Tulangan
(a) Batang baja tulangan harus dipotong menurut panjang yang diperlukan
dibengkokkan secara hati-hati menurut bentuk dan ukuran yang
diminta. Batang tulangan mutu tinggi tidak boleh dibengkokkan
dua kali. Pemanasan baja tulangan harus dilarang, kecuali apabila
disetujui oleh Direksi Teknik, dimana harus dipertahankan sampai
kepada pemanasan minimum atau dilaksanakan dengan kemungkinan
pemanasan yang paling rendah untuk menjamin sifat fisik dari baja
tidak banyak berubah.
(b) Apabila jari-jari pembengkokan untuk baja tulangan tidak ditunjukkan
didalam Gambar Rencana, ia harus paling sedikit 5 kali diameter
batang yang bersangkutan (untuk U24) atau 6.5 kali diameter batang
yang bersangkutan (untuk mutu yang lebih tinggi). Kait dan begel
harus dibengkokkan sesuai dengan PBJ 1971 (N.J. - 2).
(c) Batang baja tulangan dengan diameter 2 cm atau yang lebih besar
harus dibengkokkan dengan mesin pembengkok.
(2) Penempatan dan Pengikatan
(a) Tulangan harus dibersihkan sebelum digunakan untuk menjamin
kondisi pengikatan yang baik.
(b) Penulangan harus ditempatkan dengan tepat sesuai dengan Gambar
Rencana dan petunjuk Direksi Teknik dan dalam batas toleransi yang
diuraikan pada Paragraf 7.3.1 (3) diatas. Dalam keadaan apapun,
penulangan dilarang terletak langsung diatas acuan/cetakan.
(c) Batang baja tulangan harus diikat bersama dengan kokoh
menggunakan kawat pengikat untuk menghindari perpindahan
tempat selama penulangan dan penempatan beton. Pengelasan
batang bersilang atau begel kepada baja tegangan utama tidak
diijinkan.
(d) Pengelasan dari baja tulangan tidak akan diijinkan terkecuali
diperici dalam Gambar Rencana atau secara khusus diijinkan oleh
Direksi Teknik secara tertulis. Bila Direksi menyetujui pengelasan
dari penyambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah las tumpu
ujung yang menembus penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS D
2.0. Pendinginan benda las dengan air tidak diijinkan.
7.3 - 1

(e) Kawat ikat harus kokoh dengan akhir puntiran menghadap kedalam
beton
(f) Tulangan anyaman baja harus ditempatkan dalam arah memanjang,
sepanjang yang dapat dilaksanakan dengan penyambungan panjang
bertindih selebar satu anyaman penuh. Anyaman harus dipotong untuk
memasang siku-siku dan bukaan dan harus dihentikan pada
sambungan antara slab (lantai).
(g) Tidak boleh ada bagian tulangan yang telah ditempatkan digunakan
untuk memikul perlengkapan penghantar beton, jalan pendekat, lantai
kerja atau beban konstruksi lainnya.
(3) Penyambungan
Penyambungan batang baja penulangan harus disesuaikan dengan PBJ
1971 (N.J. - 2) dan diuraikan lebih lanjut dibawah ini :
(a) Semua baja tulangan harus dipasang menurut panjang sepenuhnya seperti
dinyatakan dalam Gambar Rencana. Penyambungan batang baja, kecuali
apabila ditunjukkan lain pada Gambar Rencana, tidak akan diijinkan
tanpa persetujuan Direksi Teknik. Setiap penyambungan demikian yang
disetujui harus selang-seling sejauh mungkin dan ditempatkan pada titik
tegangan tarik minimum.
(b) Apabila sambungan bertindih (lapped splice) disetujui, panjang tonjolan
harus 40 kali diameter dan baja-baja harus dilengkapi dengan kait untuk
batang polos.
(c) Pengelasan batang baja tulangan tidak diijinkan kecuali terinci pada
Gambar Rencana atau diijinkan secara tertulis oleh Direksi Teknik.

7.3.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


(1) Metode Pengukuran
(a) Jumlah baja tulangan yang harus diukur untuk pembayaran akan
ditentukan sebagai jumlah kilogram selesai dipasang sesuai dengan
Gambar Rencana dan diterima oleh Direksi Teknik. Jumlah kilogram
batang baja tulangan yang dipasang akan dihitung dengan total panjang
yang sebenarnya dalam meter batang terpasang dikalikan berat satuan
yang disetujui dalam kilogram tiap meter panjang batang.
(b) Jumlah kilogram anyaman baja yang dilas terpasang harus dihitung
dengan luas jumlah yang sebenarnya dalam meter persegi dikalikan
dengan satuan berat normal yang disediakan dalam kilogram tiap meter
persegi anyaman baja.
(c) Berat satuan yang disetujui oleh Direksi Teknik harus didasarkan kepada
7.3 - 2

berat normal yang disediakan oleh pabrik pembuat baja.


(d) Kawat ikat, jepit, pemisah dan penopang lain yang digunakan untuk
penempatan dan pemasangan baja tulangan ditempatnya, tidak boleh
dimasukkan dalam berat yang harus dibayar
(e) Penulangan yang digunakan untuk pembuatan gorong-gorong pipa atau
pada suatu konstruksi lainnya, yang mana telah dibuatkan/disediakan
pembayaran yang terpisah, tidak boleh diukur untuk pembayaran dalam
Seksi ini.
(f)

Tidak ada pembayaran terhadap overlap yang ditambahkan oleh


Kontraktor atau terhadap overlap yang tidak ditunjukkan pada Gambar
Rencana.
(2) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar menurut


Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran
yang terdaftar dibawah dan tercantum dalam Jadwal Penawaran. Harga dan
pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk semua pekerjaan dan
biaya yang diperlukan termasuk pengadaan, pabrikasi, pemasangan dan untuk
penyelesaian pekerjaan yang memuaskan sesuai dengan Seksi ini..
Nomor Mata
Pembayaran

Uraian

Satuan Pengukuran

7.3 (1)

Baja Tulangan Polos

Kilogram

7.3 (2)

Baja Tulangan Ulir

Kilogram

7.3 (3)

Anyaman Baja dengan Las

Kilogram

7.3 - 3

SEKSI 7.10
METODE PELAKSANAAN PASANGAN BATU

7.10.3 PELAKSANAAN
(1) Persiapan Pondasi

(a) Pondasi untuk struktur Pasangan Batu harus disiapkan sesuai dengan Gambar
Rencana atau petunjuk dari Direksi Teknik.

(b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukan pada Gambar Rencana, dasar pondasi
untuk struktur tembok penahan harus normal, atau bertangga yang juga
normal terhadap muka tembok. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus
mendatar atau bertangga yang juga horisontal.
(c) Lapisan landasan yang dapat mengalirkan air dan kantung penyaring harus
disediakan dimana disyaratkan sesuai dengan persyaratan dalam Seksi 2.4 Drainase Porous.
(2) Penyiapan Batu

(a) Batu harus dibersihkan dari cacat yang dapat mengurangi lekatan dengan adukan.
(b) Sebelum pekerjaan melapis, batu harus betul-betul basah dan sudah cukup
waktu yang diberikan untuk penyerapan air sampai jenuh.
(3) Pencampuran Adukan

(a) Seluruh material kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau
dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sehingga campuran telah
ber war na merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan pencampuran
dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian
sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi (kekentalan) yang diperlukan
tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang digunakan.

(b) Adukan

dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk


penggunaan langsung. Jika perlu, adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam
waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kembali setelah waktu
tersebut tidak diperbolehkan.

(c) Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan, harus
dibuang.
(4) Pemasangan Batu

(a) Landasan dari adukan segar paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada
pondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada
lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan
pada sudut-sudut. Perhatian harus diambil untuk menghindarkan pengelompokan
dari batu yang berukuran sama.

(b) Batu harus dihampar dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak harus dipasang sejajar dengan muka tembok dari batu yang terpasang.
(c) Batu harus diangkat dengan hati-hati sehingga tidak mengganggu atau menggeser
batu yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk
memasang batu yang lebih besar dari yang dapat diangkat oleh dua orang.
Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekerjaan yang baru dipasang
tidak diperkenankan.
1.10 - 7

(5) Penempatan Adukan

(a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi secara menyeluruh,
dengan cukup waktu yang memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh.
Landasan yang akan menerima masing-masig batu juga dibasahkan dan
selanjutnya landasan dari adukan harus disebar dari sisi batu ke batu yang
sedang dipasang.

(b) Tebal dari adukan untuk landasan harus pada rentang 2-5 cm dan harus minimum
diperlukan untuk menjamin terisinya seluruh rongga antara batu yang dipasang.
(c) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu harus
dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan segar yang belum
mengeras. Bila batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai
pengerasan awal, maka harus dibongkar, dan adukan dibersihkan dan batu
dipasang lagi dengan adukan segar.
(6) Syarat untuk Lubang Sulingan dan Sambungan untuk Ekspansi
(a) Tembok dari Pasangan Batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Terkecuali
ditunjukan lain pada Gambar Rencana atau diperintahkan oleh Direksi Teknik,
lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak tidak lebih dari 2 m antara
sumbu satu ke sumbu lainnya dan pipa untuk lubang sulingan ini harus dari bahan
pipa PVC berdiameter 50 mm.

(b) Dalam struktur memanjang yang menerus seperti tembok penahan tanah, sambungan
ekspansi harus dibentuk pada jarak antara tidak lebih dari 20 m, sambungan
harus 30 mm lebarnya dan harus setinggi tembok. Batu yang digunakan untuk
pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian sehingga membentuk sambungan
tegak yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan diatas.

(c) Urugan di belakang sambungan ekspansi haruslah material Drainase Porous


berbutir kasar yang bergradasi baik yang dipilih, sehingga tanah yang ditahan tidak
dapat terhanyutkan melaluinya, juga material drainase porous tidak hanyut melalui
sambungan.
(7) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu

(a) Sambungan pada sisi muka dari batu harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan,
berlangsung.

tetapi

tidak

menyelimuti

batu,

sewaktu pekerjaan

(b) Terkecuali disyaratkan lain, bagian puncak horisontal dari seluruh Pasangan
Batu harus dibuat secara rapi dengan tambahan dari lapis adukan setebal 2 cm,
yang dikerjakan di permukaan yang merata dengan kemiringan yang akan menjamin
perlindungan terhadap air hujan dan dengan sudut yang dibulatkan. Lapisan
tersebut harus dimasukkan kedalam dimensi yang disyaratkan dari struktur.

(c) Langsung setelah ditempatkan, dan sewaktu adukan masih segar, seluruh muka dari
batu harus dibersihkan dari kotoran adukan.

(d) Permukaan yang telah selesai harus dirawat sebagai berikut :


(i)

Dimulai segera setelah pemasangan, Pasangan Batu harus dilindungi


dari pengeringan dini, temperatur yang terlampau panas, dan gangguan
mekanis. Pasangan Batu harus dipertahankan dengan kehilangan kelembaban
yang minimal, dan dengan temperatur yang relatif tetap untuk suatu perioda
waktu yang disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik dari semen dan
pengerasan adukannya.

(ii)

Pasangan Batu harus dirawat, setelah mengeras secukupnya, dengan


menyelimuti memakai lembaran yang menyerap air yang harus selalu basah
untuk waktu paling sedikit 3 hari. Seluruh lembaran atau selimut untuk merawat
2.10 - 7

Pasangan Batu harus cukup diberati atau diikat kebawah untuk mencegah
permukaan terbuka terhadap aliran udara.

(e) Bila pekerjaan sudah cukup kuat, dan tidak lebih dini dari 14 hari menyusul
selesainya pekerjaan pemasangan, urugan harus ditempatkan seperti disyaratkan,
atau seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik.

(f) Lereng serta bahu yang bersebelahan harus dipangkas dan dikerjakan untuk
menjamin sambungan yang kokoh dengan Pasangan Batu yang akan
memungkinkan drainase yang tak terhalang dan mencegah gerusan pada tepi
pekerjaan.

7.10.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


(1) Metode Pengukuran

(a)

Pasangan Batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai
volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai volume
teoritis yang ditetapkan oleh garis dan penampang yang disyaratkan dalam
Gambar Rencana rencana dan disetujui Direksi Teknik.

(b)

Setiap material yang ditempatkan berlebih dari volume teoritis yang disetujui
harus tidak diukur dan tidak dibayar.

(c)

Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah harus dilakukan untuk


pengadaan atau pemasangan lubang sulingan atau pipa, juga tidak untuk acuan
lainnya yang diperlukan.

(2) Dasar Pembayaran


Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar
menurut Mata Pembayaran seperti tercantum dibawah ini dan tercantum
didalam Jadwal Penawaran. Harga dan pembayaran tersebut merupakan
kompensasi penuh untuk pengadaan dan penempatan seluruh material, untuk
pembuatan lubang sulingan dan sambungan konstruksi, untuk pekerjaan
pengeringan air, untuk pekerjaaan akhir dan untuk semua pekerjaan atau biaya
lainnya yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang tepat dari
pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
Nomor Mata
Pembayaran
7.10

Uraian
Pasangan Batu

3.10 - 7

Satuan Pengukuran
Meter kubik

Anda mungkin juga menyukai