Anda di halaman 1dari 36

PRESENTASI KASUS

SEORANG BAYI LAKI-LAKI USIA 6 BULAN DENGAN DIARE


AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG DAN GIZI BAIK

Oleh:
Ilma Anisa

G99141051 / D10-15

BRA Isabela Ratu W

G99141102 / D11-15

Pembimbing:
dr. Noor Alifah, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD PANDANARANG
BOYOLALI
2015

HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik


Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD
Pandanarang Boyolali. Presentasi kasus dengan judul :

SEORANG BAYI LAKI-LAKI USIA 6 BULAN DENGAN DIARE


AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG DAN GIZI BAIK

Hari/tanggal :
Jumat, 8 Mei2015

Oleh:
Ilma Anisa

G99141051 / D10-15

BRA Isabela Ratu W

G99141102 / D11-15

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Presentasi Kasus

dr. Noor Alifah, Sp.A


2

BAB I
LAPORAN KASUS
1.

2.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. F

Umur

: 6 bulan

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Berat Badan

: 7,9 kg

Panjang Badan

: 67 cm

Agama

: Islam

Alamat

: Kyaran, Tulung, Klaten

Tanggal masuk

: 3 Mei 2015

Tanggal pemeriksaan

: 3-6 Mei 2015

No. RM

: 15489375

ANAMNESIS
Alloanamnesis dari orang tua pasien pada tanggal 3 Mei 2015.
A. Keluhan Utama
Diare
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke IGD RSUD Pandanarang oleh orangtuanya dengan
keluhan diare sejak 1 hari SMRS. Diare lebih dari 10 kali sehari,
konsistensi cair, ampas (-) serta tidak disertai dengan lendir darah. BAB
berwarna putih menyerupai susu dan tidak berbau. Jumlah setiap kali BAB
sekitar satu gelas belimbing. Pasien terlihat rewel, menangis kuat, dan
tampak kehausan. Ibu pasien mengatakan pasien juga muntah sejak 1 hari
SMRS, frekuensi 3 kali. Setiap muntah sebanyak seperempat gelas
belimbing.
Sehari SMRS pasien mengalami demam, saat diperiksa di IGD suhu
pasien mencapai 38o C. Pada pasien tidak didapatkan sesak nafas, kejang,
dan kembung. BAK berwarna kuning jernih, terakhir 6 jam SMRS. Pasien

tidak diberikan susu formula dan makanan pendamping ASI. Ibu pasien
tidak mengetahui apakah ada penurunan berat badan pada pasien atau
tidak. Pasien belum mendapatkan pengobatan sebelumnya.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa/diare

: (-)

Riwayat minum susu formula

: (-)

Riwayat makan MPASI

: (-)

Riwayat alergi obat dan makanan

: (-)

D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan


Riwayat sakit serupadi keluarga

: (-)

Riwayat sakit serupadi lingkungan sekitar

: (-)

Sumber air minum

: PDAM

E. Riwayat Kebiasaan
Riwayat kebiasaan ibu cuci tangan sebelum kontak dengan pasien : (-)
F. Riwayat Kehamilan
Riwayat pemeriksaan kehamilan teratur di bidan. Pemeriksaan ANC
pada trimester I satu kali/bulan, trimester II dua kali/bulan, trimester III
setiap dua minggu sekali. Tidak didapatkan adanya keluhan selama
kehamilan. Selama hamil ibu hanya mengkonsumsi vitamin dan tablet
besi.
G. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dengan bantuan bidan, berat badan lahir 3000 gram dan
panjang 48 cm, lahir spontan, langsung menangis kuat segera setelah lahir,
usia kehamilan 38 minggu.
H. Riwayat Imunisasi
Jenis
0
I
II
III
Hepatitis B 0 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
Polio
0 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
BCG
1 bulan
DPT
2 bulan
3 bulan
4 bulan
Campak
Kesan : imunisasi dasar sesuai jadwal Kemenkes

IV

I. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


4

Mulai senyum
Mulai miring
Mulai tengkurap
Mulai duduk
Kesan

: 2 bulan
: 4 bulan
: 4 bulan
: 6 bulan
: perkembangan baik

J. Riwayat Nutrisi
ASI eksklusif diberikan sejak lahir, sampai dengan sekarang, lama
menyusui 10-15 menit, frekuensi lebih dari 8 kali sehari, bergantian
payudara kanan dan kiri.
Kesan: kualitas dan kuantitas baik
K. Pohon Keluarga

III
An. F (6 bulan)

3.

PEMERIKSAAN FISIK (3 MEI 2015)


A. Keadaan umum : rewel, composmentis, gizi kesan baik
B. Tanda vital:
Nadi

: 120 x/ menit, reguler, isi,dan tegangan cukup

Laju nafas

: 32 x/ menit

Suhu

: 38 C (aksila)
C. Kepala

: mesocephal, LK 42 cm, UUB sedikit

cekung (+), rambut hitam, sukar dicabut


D. Mata : palpebra edema (-/-), mata sedikit cekung (+/+),
air mata (+/+) menurun, konjungtiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), refleks cahaya (+/


+)
E. Hidung

: napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-),

epistaksis (-/-)
F. Telinga

: sekret (-/-), normotia

G. Mulut : mukosa basah (+) sedikit kering, sianosis (-),


gusi berdarah (-)
H. Tenggorok

: uvula di tengah, mukosa faring hiperemis

(-), tonsil T1-T1


I. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
J. Thoraks
Bentuk
Pulmo

Cor

: normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri


Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor // sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar
: SIC V kanan
Batas paru-lambung
: SIC VI kiri
Redup relatif
: SIC V kanan
Redup absolut
: SIC VI kanan (hepar)
Auskultasi
: suara dasar vesikuler (+/+), suara
tambahan (-/-)
Inspeksi
: ictus kordis tidak tampak
Palpasi
: ictus kordis tidak kuat angkat
Perkusi
: batas jantung kesan tidak melebar
Kiri atas
: SIC II LPSS
Kiri bawah
: SIC IV LMCS
Kanan atas
: SIC II LPSD
Kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular,
bising (-)

K.

Abdomen
Inspeksi

: dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi

: bising usus (+) sedikit meningkat

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor
kulit kembali sedikit melambat, pekak alih (-)

L. Ekstremitas
Akral Dingin
Oedem
-

Capillary refill time < 2 detik

Arteri dorsalis pedis teraba kuat


4.

PERHITUNGAN STATUS GIZI


A. Secara Klinis
Gizi kesan baik
B. Secara Antropometri
BB : 7,9 kg, PB : 67 cm, Usia : 6 bulan
BB/U = 7,9/8,3 x 100% = 95,18% -2 SD < Z Score < 0 SD
(normoweight)
TB/U = 67/69 x 100% = 97,1% -2 SD < Z Score < 0 SD (normoheight)
BB/TB = 7,9/7,8 x 100% = 101,28% 0 SD < Z Score < 1 SD (gizi baik)
Kesimpulan: Gizi baik dengan normoweight dan normoheight menurut
Antropometri WHO

5.

RESUME
Pasien dibawa ke IGD RSUD Pandanarang oleh orangtuanya dengan
keluhan diare sejak 1 hari SMRS. Diare lebih dari 10 kali sehari, konsistensi
cair, ampas (-) serta tidak disertai dengan lendir darah. BAB berwarna putih
menyerupai susu dan tidak berbau. Jumlah setiap kali BAB sekitar satu gelas
belimbing. Pasien terlihat rewel, menangis kuat, dan tampak kehausan. Ibu
pasien mengatakan pasien juga muntah sejak 1 hari SMRS, frekuensi 3 kali.
Setiap muntah sebanyak seperempat gelas belimbing.
Sehari SMRS pasien mengalami demam, saat diperiksa di IGD suhu
pasien mencapai 38o C. Pada pasien tidak didapatkan sesak nafas, kejang, dan
kembung. BAK berwarna kuning jernih, terakhir 6 jam SMRS. Pasien tidak
diberikan susu formula dan makanan pendamping ASI. Ibu pasien tidak

mengetahui apakah ada penurunan berat badan pada pasien atau tidak. Pasien
belum mendapatkan pengobatan sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien nampak rewel, UUB sedikit
cekung (+), mata sedikit cekung (+/+), air mata (+/+) menurun, mukosa basah
(+) sedikit kering, bising usus (+) sedikit meningkat, turgor kulit kembali
sedikit lambat, capillary refill time < 2 detik, arteri dorsalis pedis teraba kuat,
akral hangat. Dari pemeriksaan status gizi didapatkan gizi baik dengan
normoweight normoheight berdasarkan antropometri WHO.
6.

DAFTAR MASALAH
1. Diare lebih dari 10 kali per hari, konsistensi cair, berwarna seperti susu,
lendir darah (-)
2. Pasien nampak rewel dan gelisah
3. Muntah sebanyak 3 kali, setiap muntah sebanyak seperempat gelas
belimbing
4. BAK terakhir 6 jam SMRS
5. Ibu pasien tidak tahu apakah ada penurunan berat badan pasien
6. Kebiasaan ibu pasien yang tidak pernah cuci tangan sebelum
memberikan ASI
7. Didapatkan demam dengan suhu 38o C
8. Pemeriksaan fisik didapatkan UUB sedikit cekung (+), mata sedikit
cekung (+/+), air mata (+/+) menurun, mukosa basah (+) sedikit kering,
bising usus (+) sedikit meningkat, turgor kulit kembali sedikit lambat

7.

DIAGNOSIS BANDING
1. Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang e/c virus dd bakteri dd parasit

8. DIAGNOSIS KERJA
1. Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang e/c virus dd bakteri dd parasit
2. Gizi baik normoweight normoheight (antropometri)
9. PENATALAKSANAAN

1.

Rawat inap

2.

IVFD Assering 67 cc/jam (rehidrasi). Setelah itu 33 cc/jam (100


cc/kgBB/hari) untuk maintenance.
Kebutuhan cairan menurut berat badan : BB 3-10 kg = 200cc/kgBB/hari
BB pasien saat ini 8 kg. Kebutuhan cairan untuk rehidrasi 1600cc/hari,
setara 67cc/jam

10.

3.

Inj. Ondansetron 3 x 1 mg

4.

Pamol syrup 3 x cth

5.

Zinc syrup 1 x 1 cth

6.

L-Bio 1 x 1 sacc
PLANNING
1. DL2

11.

MONITORING
1. KUVS per 1 jam
2. Status hidrasi per 1 jam
3. BCD per 8 jam

12.

EDUKASI
Edukasi yang diberikan terhadap pasien dan keluarga pasien :
a. Edukasi keluarga tentang penyakit dan cara penyebarannya
b. Edukasi ibu tentang cara pemberian ASI yang baik dan optimal
c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

13.

PROGNOSIS

Ad vitam

: bonam

Ad sanam

: bonam

Ad fungsionam : bonam

10

FOLLOW UP PASIEN
A. TANGGAL 4 MEI 2015 (DPH 1)
S: Diare 7-8 kali dengan konsistensi cair, ampas (-), berwarna seperti
susu, tidak berbau, lendir (-), darah (-), muntah (+) sebanyak 1 kali,
BAK (+) berwarna kuning jernih, rasa haus (-), minum ASI (+).
O : Keadaan umum tampak tenang, composmentis, gizi baik
Tanda vital
HR : 112 x/menit
RR : 30 x/menit
T : 37,7o C
Kepala
Mata

: mesocephal, LK 42 cm, UUB cekung (-)


: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya
(+/+), pupil isokor (2mm/2mm), mata cekung (-/-), air

Hidung
Telinga
Mulut

mata (+/+) menurun


: napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
: sekret (-/-), tragus pain (-/-)
: mukosa basah (+) sedikit kering, tonsil T1-T1, faring

hiperemis (-)
Leher
: kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks
: simetris, retraksi (-)
Jantung
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi
: batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi
: BJ I-II interval normal, reguler, bising (-)
Pulmo
Inspeksi
: pengembangan dada kanan = dada kiri
Palpasi
: fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
: sonor//sonor
Auskultasi
: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

: dinding perut sejajar dengan dinding dada


: bising usus (+) meningkat sedikit
: timpani
: supel, nyeri tekan (-/-), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba, turgor kulit kembali cepat

Ekstremitas
Akral Dingin

11

Oedem
- -

Arteri

- -

Capillary refill time <2


dorsalis pedis teraba kuat

Pemeriksaan laboratorium darah tanggal 4 Mei 2015


Pemeriksaan
4/5/15
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin
11.5
Hematokrit
33.7
Leukosit
6.2
Eritrosit
5.26
Trombosit
458
INDEX ERITROSIT
MCV
84.1
MCH
29.9
MCHC
34.1
RDW
13.3
HITUNG JENIS
Eosinofil
0
Basofil
0
Neutrofil batang
0
Neutrofil segmen
44.7
Limfosit
46.1
Monosit
9.2

Satuan

Rujukan

g/dl
%
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul

11.3 - 14.1
33 - 45
4.5 - 14.5
3.80 - 5.80
150 - 450

/um
Pg
g/dl
%

80.0 - 96.0
28.0 - 33.0
33.0 - 36.0
11.6 - 14.6

%
%
%
%
%
%

13
01
16
50 - 70
20 - 40
28

Assesment
1. Diare Akut dengan dehidrasi ringan sedang e/c virus (terehidrasi)
2. Gizi baik normoweight normoheight (antropometri)
Terapi
1. IVFD Assering 33 cc/jam
2. Inj. Ondansetron 3 x 1 mg (K/P)
3. Pamol syrup 3 x cth
4. Zinc syrup 1 x 1 cth
5. L-Bio 1 x 1 sacc
12

Monitoring
1. KUVS per 8 jam
2. Status hidrasi per 8 jam
3. BCD per 8 jam
Monitoring:
Penilaian
Haus
Diare
Muntah
KU

06.00
14.00
Pemeriksaan subjektif
+
+
+
Pemeriksaan objektif
Tenang
Tenang

HR (x/menit)
RR (x/menit)
t (0C)
Kesadaran
UUB cekung
Mata cekung
Air mata
Mukosa basah

B.

Turgor abdomen
CRT
ADP

IWL
BC
D
Diare akut

22.00
+
Tenang

112
28
37,7
CM
-/+/+

112
26
37,5
CM
-/+/+

116
30
37,5
CM
-/+/+

Menurun
+

Menurun
+

Menurun
+

Sedikit

Sedikit

Sedikit

kering
Kembali

kering
kembali

kering
kembali

cepat
< 2
Teraba

cepat
< 2
Teraba

cepat
< 2
Teraba

kuat

kuat

kuat
BCD
45,3
+54,7
3,6
+

45,3
+84,7
4
+

45,3
+57,4
3,3
+

dehidrasi ringan
sedang
(terehidrasi)
TANGGAL 6 MEI 2015 (DPH 3)

13

S: Diare 5-6 kali dengan konsistensi cair disertai ampas (+), berwarna
seperti kuning kecoklatan, bau (-), lendir (-), darah (-), muntah (-),
BAK (+) berwarna kuning jernih, rasa haus (-), minum ASI (+)
O : Keadaan umum tampak tenang, composmentis, gizi baik
Tanda vital
HR : 118 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 36,5o C
Kepala
Mata

: mesocephal, LK 42 cm, UUB cekung (-)


: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya
(+/+), pupil isokor (2mm/2mm), mata cekung (-/-), air
mata (+/+)
: napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
: sekret (-/-), tragus pain (-/-)
: mukosa basah (+), tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
: kelenjar getah bening tidak membesar
: simetris, retraksi (-)

Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thoraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

: ictus cordis tidak tampak


: ictus cordis tidak kuat angkat
: batas jantung kesan tidak melebar
: BJ I-II interval normal, reguler, bising (-)
: pengembangan dada kanan = dada kiri
: fremitus raba kanan = kiri
: sonor//sonor
: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
: dinding perut sejajar dengan dinding dada
: bising usus (+) meningkat sedikit
: timpani
: supel, nyeri tekan (-/-), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba, turgor kulit kembali cepat

Ekstremitas
Akral Dingin
Oedem
- - Arteri

Capillary refill time <2


dorsalis pedis teraba kuat

Assesment
14

1. Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang e/c virus (terehidrasi)


2. Gizi baik normoweight normoheight (antropometri)
Terapi
1. IVFD Assering 33 cc/jam
2. Inj. Ondansetron 3 x 1 mg (K/P)
3. Pamol syrup 3 x cth (K/P)
4. Zinc syrup 1 x 1 cth
5. L-Bio 1 x 1 sacc
Planning
1. DL2
Monitoring
1. KUVS per 8 jam
2. Status hidrasi per 8 jam
3. BCD per 8 jam
Mon

Penilaian
Haus
Diare
Muntah
KU

06.00
14.00
Pemeriksaan subjektif
+
+
Pemeriksaan objektif
Tenang
Tenang

HR (x/menit)
RR (x/menit)
t (0C)
Kesadaran
UUB cekung
Mata cekung
Air mata
Mukosa basah
Turgor abdomen

22.00
+
Tenang

118
28
36,5
CM
-/+/+
+
Kembali

112
26
36,2
CM
-/+/+
+
Kembali

112
24
36,1
CM
-/+/+
+
Kembali

CRT
ADP

cepat
< 2
Teraba

cepat
< 2
Teraba

cepat
< 2
Teraba

kuat

kuat

IWL
BC
D
Diare akut

kuat
BCD
45,3
+44,7
3,6
+

45,3
+14,7
4,41
+

45,3
+24,7
4,04
+

dehidrasi ringan
sedang (terehidrasi)

itoring:

15

16

BAB II
ANALISA KASUS
Pada kasus ini penegakkan diagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan sedang
berdasarkan:
1. Anamnesis
Diare sejak 1 hari SMRS lebih dari 10 kali sehari, konsistensi cair,
ampas (-) serta tidak disertai dengan lendir darah. BAB berwarna putih
menyerupai susu dan tidak berbau. Jumlah setiap kali BAB sekitar satu
gelas belimbing. Pasien terlihat rewel, menangis kuat, dan tampak
kehausan. Pasien juga muntah sejak 1 hari SMRS, frekuensi 3 kali. Setiap
muntah sebanyak seperempat gelas belimbing.
Sehari SMRS pasien mengalami demam, saat diperiksa di IGD
suhu pasien mencapai 38o C. BAK berwarna kuning jernih, terakhir 6 jam
SMRS. Pasien tidak diberikan susu formula dan makanan pendamping
ASI. Ibu pasien tidak mengetahui apakah ada penurunan berat badan pada
pasien atau tidak.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir
dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan.
Berdasarkan kriteria diagnosis dari IDAI tahun 2004, pasien dapat
didiagnosis dengan diare akut dengan dehidrasi ringan sedang (kehilangan
cairan 5-10% berat badan) berdasarkan penemuan klinis sebagai berikut :
a. Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan
b. Keadaan umum gelisah dan cengeng
c. Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
mukosa mulut dan bibir kering
d. Turgor kurang
e. Akral hangat

17

f. Pasien harus rawat inap


Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien nampak rewel, compos
mentis, UUB sedikit cekung (+), mata sedikit cekung (+/+), air mata (+/+)
menurun, mukosa basah (+) sedikit kering, bising usus (+) sedikit
meningkat, turgor kulit kembali sedikit lambat, capillary refill time < 2
detik, arteri dorsalis pedis teraba kuat, dan akral hangat. Dari pemeriksaan
status gizi didapatkan gizi baik dengan normoweight normoheight
berdasarkan antropometri WHO.
Pada pasien ini dapatkan 2 tanda utama dan lebih dari 2 tanda
tambahan pada diare berdasarkan IDAI 2004. Dengan demikian dapat di
tegakkan diagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan sedang.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah didapatkan hitung jenis dominan limfosit
sebanyak 46,1%, sehingga mengarah pada infeksi viral.
Sehingga kesimpulannya, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, dapat diperoleh diagnosis kerja yaitu diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang e/c virus.
Selanjutnya pasien dirawat di bangsal anak karena adanya diare disertai
muntah yang menyebabkan pasien kekurangan cairan. Sehingga rehidrasi perlu
dilakukan dengan jalur lain (enteral atau parenteral). Dikhawatirkan bisa juga
menjadi dehidrasi berat sehingga diperlukan rehidrasi segera.
Tatalaksana lintas diare, terdiri dari :
1.

Cairan
Pada diare akut dengan dehidrasi ringan sedang, diberikan cairan sebagai
berikut :
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan
pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur setiap

18

kali buang air besar, yaitu < 1 tahun sebanyak 50-100 ml, umur 1-5 tahun
sebanyak 100-200 ml, dan umur > 5 tahun semaunya.
Bisa juga dengan kriteria :

Dehidrasi

Ringan

(Perkiraan

defisit

cairan

30-50

ml/kgBB)

Rehidrasi dengan CRT/ORALIT 30-50 ml/kgBB/3-4 jam jika ada


perbaikan lalu maintenance 100 ml/kgBB/20-21 jam

Dehidrasi

Sedang

(Perkiraan

defisit

cairan

30-50

ml/kgBB)
Rehidrasi dengan ORALIT/RL iv 70 ml/kgBB/3 jam jika ada
perbaikan maintenance 100 ml/kgBB/20-21 jam.
Apabila pasien susah untuk minum, maka dapat diberikan secara
parenteral, cairan intravena yang diberikan adalah Assering atau RL atau
KAEN 3B atau NaCl, dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat
badan :

BB < 10 kg = 200 cc/kgBB/24jam

BB 10 15 kg = 175 cc/kgBB/24jam

BB > 15 kg = 135 cc/kgBB/24jam

Pasien pada kasus ini didiagnosis dengan diare akut dengan dehidrasi
ringan sedang e/c virus. Dari hasil anamnesis diketahui bahwa muntah (+)
sehingga asupan per oral tidak dimungkinkan. Maka diberikan cairan rehidrasi
infus Assering 200cc/kgBB/hari (untuk berat badan 3-10 kg). BB pasien saat
ini 8 kg, sehingga kebutuhan cairan untuk rehidrasi 1600cc/hari, setara
67cc/jam. Rehidrasi ini dilakukan dalam waktu 24 jam, kemudian dievaluasi.
Apabila dehidrasi sudah teratasi maka dilanjutkan terapi maintenance
berdasarkan

kebutuhan

cairan

menurut

rumus

Darrow

sebanyak

100cc/kgBB/hari. Pada pasien ini kebutuhan cairan maintenance yaitu


800cc/hari, setara dengan 33cc/jam.

19

2.

Seng (Zinc)
Zinc diberikan selama 10-14 hari walaupun diare sudah berhenti. Zinc
digunakan untuk memperbaiki epitel usus (reepitelisasi) yang mungkin
mengalami kerusakan akibat diare. Zinc juga dapat menurunkan frekuensi
BAB dan volume tinja. Adapun dosis zinc :

< 6 bulan : 10 mg per hari

> 6 bulan : 20 mg per hari


Pasien diberikan zinc syrup 1x1 cth. Sediaan zinc syrup adalah 10
mg/5 ml. Pasien mendapatkan 1 cth=5ml=10 mg (usia pasien 6 bulan).

3.

Nutrisi
Makanan dengan menu yang sama saat anak sehat tetap diberikan,
dengan porsi sedikit-sedikit tapi sering. Pasien diberikan ASI > 8 kali sehari.

4.

Antibiotik
Antibiotik diberikan bila ada indikasi seperti disentri atau kolera.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan
flora usus, sehingga dapat memperpanjang lama diare dan akan
mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik. Pada kasus ini belum
perlu diberikan antibiotik karena indikasinya belum jelas dan dari hasil
pemeriksaan laboratorium darah tidak mendukung ke arah diare yang
disebabkan oleh bakteri.

5.

Edukasi
a. Edukasi keluarga tentang penyakit dan cara penyebarannya
b. Edukasi ibu tentang cara pemberian ASI yang baik dan optimal
c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

20

Pasien pada kasus ini juga diberikan terapi simptomatik yaitu : Inj.
Ondansetron 3 x 1 mg untuk mengtatasi muntah, pamol syrup 3 x cth
sebagai analgetik dan antipiretik. L-Bio 1 x 1 sacc diberikan untuk memlihara
fungsi pencernaan dan membantu keseimbangan flora normal usus.

21

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT
1. DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. 1 Ada juga yang memberi
batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu2.
Diare akut diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang
dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14
hari. 1
2. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia.
Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 %
daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat
yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :
a. Faktor lingkungan
b. Gizi
c. Kependudukan
d. Pendidikan
e. Keadaan sosial ekonomi
f. Perilaku masyarakat
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan
perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu,

22

maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.
Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun
anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah
pengetahuan

ibu

tentang

masalah

kesehatan.

Faktor

kependudukan

menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang
padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan
masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum
menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak.
Faktor-faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing
keluarga.2
3. ETIOLOGI
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare
yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus,
bakteri, dan parasit. 1
Etiologi diare akut dapat dihubungkan dengan bakteri, viral atau parasit
yang telah dikenal sebagai penyebab enteritis sbb:
a. Bakteri
Aeromonas,

Bacillus

cereus,

perfringens,

Clostridium

Campylobacter

difficile,

jejuni,

Clostridium

coli,

Plesiomonas

Escherichia

shigelloides, Salmonella, Shigella, Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae


01 and 0139, Vibrio parahaemolyticus, Yersinia enterocolitica.
b. Virus
Astroviruses, Caliciviruses, Norovirus, Enteric adenoviruses, Rotavirus,
Cytomegalovirus, Herpes simplex viruses.
c. Parasit
Balantidium coli, Blastocystis hominis, Cryptosporidium parvum,
Cyclospora

cayetanensis,

Encephalitozoon

intestinalis,

Entamoeba

histolytica, Enterocytozoon bieneusi, Giardia lamblia, Isospora belli,


Strongyloides

stercoralis,

Trichuris

trichiura.

23

Juga ada penyebab diare noninfeksi sbb:


a. Defek Anatomik
Malrotasi, duplikasi intestinal, penyakit Hirschsprung, impaksi fecal,
sindrom usus pendek, atrofi microvillus, striktur.
b. Malabsorpsi
Defisiensi

disakaridase,

malabsorsi

glukosa-galaktosa,

insuffisiensi

pancreas, fibrosis kistik, Sindrom Shwachman, penurunan garam empedu


intraluminal,

cholestasis,

Penyakit

Hartnup,

abetalipoproteinemia,

Penyakit Celiac.
c. Endokrinopati
Thyrotoxicosis,Penyakit Addison,Sindrom Adrenogenital.
d. Keracunan
Logam berat, Scombroid, Ciguatera, jamur.
e. Neoplasma
Neuroblastomas, Ganglioneuromas, feokromositomas, Karsinoid, Sindrom
Zollinger-Ellison, Sindrom vasoaktif invasif intestinal.
f. Lain-Lain
Infeksi Nongastrointestinal, Alergi susu, Penyakit Crohn (regional
enteritis), Familial Dysautonomia, Penyakit defisiensi imun, ProteinLosing Enteropati, Kolitis Ulseratif , Enteropatika Acrodermatitis,
Penyalahgunaan Laxative, Gangguan Motilitas, Pellagra (kekurangan
vitamin B kompleks).
Diare kronik atau persisten lebih dari 14 hari dapat karena :
(1) Agen infeksiosa seperti Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum,
enteropatogenik Escherichia coli;
(2) Setiap

enteropatogen

yang

menginfeksi

pejamu

yang

immunocompromised ; atau
(3) Gejala residual setelah kerusakan intestinal setelah infeksi akut.6

24

4. PATOGENESIS
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan
invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri
dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai
keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah,
demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja
rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis
didapati sel leukosit polimorfonuklear. 1
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah.
Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala
dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat
cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan
leukosit. 1
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif, dan gangguan motilitas.
Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan
osmolalitas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare.
Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau
akibat garam magnesium. 1
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi
yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat
toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam
empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa
hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga
dapat menyebabkan diare sekretorik. 1
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik
usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat
infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy,
inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi. 1

25

Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan


waktu transit usus menjadi lebih cepar. Hal ini terjadi pada keadaan
tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus. 1
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri
paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan
penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan
mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang
invansif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit damam feses. 1
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen
meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan
mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu
bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat
mengatasi pertahanan mukosa usus. 1
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
a.

Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya akan menimbulkan diare pula.

26

Patogenesis diare akut :


a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.
b. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin/toksin diaregenik.
d. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan
sebagainya).
b. Gangguan gizi sebagai akibat masukan makanan kurang dan pengeluaran
bertambah.
c. Hipoglikemia.
d. Gangguan sirkulasi darah.5
Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel
vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.
Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan
penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang,
menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga
dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama laktase.
Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi
matang.
Bakteri
Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus
halus pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari
penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut
getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan usus.
Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera. Pada
beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan perubahan

27

epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau


menyebabkan sekresi cairan.
Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae
dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel
epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin
meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan
elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel yang
sehat setelah 2-4 hari.
Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasife dan
Salmonella dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan
sel epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum.
Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial
yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat
adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini
menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan
elektrolit dari mukosa.
Parasit
Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada
epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan
menyebabkan diare.
Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara
menginvasi epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses
dan ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.
Obat-obatan
Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi
penyebab diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga
organisme yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri
akan berkembang bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika
itu sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh ampisilin dan
klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam empedu yang
merubah flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara parental.
Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin,
kanamisin, polmiksin, dan neomisin.3
28

5. MANIFESTASI KLINIS
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar
cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut
kering.5
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu
sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam
menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang
berbeda-beda :
a. Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai
dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya
dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake makanan
kurang.
b. Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
c. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana bahaya
utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta dehidrasi.
d. Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan bahaya
utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan
defisiensi mineral dan vitamin.4
6. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
a. Anamnesis
1) Riwayat diare sekarang:
a) Sudah berapa lama diare berlangsung
b) Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan
jumlah tinja

29

c) Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah


tidak)
d) Muntah (frekuensi dan jumlah)
e) Demam
f) Buang air kecil terakhir
g) Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun
h) Jumlah cairan yang masuk selama diare
i) Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan,
obat,oralit)
j) Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya
2) Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan
yang tidak biasa.3
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir
dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan.
Penilaian derajat dehidrasi menurut IDAI (2004) dilakukan sesuai
dengan kriteria berikut :
1. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
a)
b)
c)
d)

Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan


Keadaan umum baik dan sadar
Tanda vital dalam batas normal
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,

mukosa mulut dan bibir basah


e) Turgor abdomen baik, bising usus normal
f) Akral hangat
2. Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
a. Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih
tanda
Tambahan

30

b) Keadaan umum gelisah dan cengeng


c) Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir kering
d) Turgor kurang
e) Akral hangat
f) Pasien harus rawat inap
3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
a) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih
tanda tambahan
b) Keadaan umum lemah, letargi atau koma
c) Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata
tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
d) Turgor buruk
e) Akral dingin
f) Pasien harus rawat inap. 3
Penilaian dehidrasi menurut MTBS
Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini :
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas
minum
Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut
ini:
Gelisah, rewel
Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan kulit perut kembalinya
lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan dehidrasi berat atau
ringan/sedang

Dehidrasi berat

Dehidrasi ringan/sedang

Tanpa dehidrasi

c. Pemeriksaan Penunjang

31

Pemeriksaan tinja
1) makroskopis : bau, warna, lendir, darah, konsistensi
2) mikroskopis : eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
3) kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
4) biakan dan uji sensitivitas3
Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare infeksi dimulai dari
pemeriksaan feses adanya leukosit. Kotoran biasanya tidak mengandung
leukosit, jika ada itu dianggap sebagai penanda inflamasi kolon baik
infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus
diperiksa sesegera mungkin. Sensitivitas leukosit feses terhadap inflamasi
patogen (Salmonella, Shigella, dan Campylobacter) yang dideteksi dengan
kultur feses bervariasi dari 45%-95% tergantung dari jenis patogennya. 1
Pasien dengan diare berat, demam, nyeri abdomen, atau kehilangan
cairan harus diperiksa kimia darah, natrium, kalium, klorida, ureum,
kreatinin, analisa gas darah, dan pemeriksaan darah lengkap. 1
Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi, dan
lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi. 1
7. PENGOBATAN
b. Atasi dehidrasi
1) Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan
sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis :

<1 tahun : 50-100 cc

1-5 tahun : 100-200 cc

5 tahun : semaunya

2) Dehidrasi ringan sedang


Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan
pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur
sepeti yang di atas setiap kali buang air besar.
32

Bisa juga dengan kriteria :

Dehidrasi Ringan (Perkiraan defisit cairan 30-50 ml/kgBB)

Rehidrasi dengan CRT/ORALIT 30-50 ml/kgBB/3-4 jam jika


ada perbaikan lalu maintenance 100 ml/kgBB/20-21 jam

Dehidrasi Sedang (Perkiraan defisit cairan 30-50 ml/kgBB)


Rehidrasi dengan ORALIT/RL iv 70 ml/kgBB/3 jam jika ada
perbaikan maintenance 100 ml/kgBB/20-21 jam.

Apabila pasien susah untuk minum, maka dapat diberikan secara


parenteral :

BB < 10 kg = 200 cc/kgBB/24jam

BB 10 15 kg = 175 cc/kgBB/24jam

BB > 15 kg = 135 cc/kgBB/24jam

3) Dehidrasi Berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan Ringer Laktat atau Ringer Asetat
100 cc/kgBB. Cara pemberian :

< 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70


cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.

1 tahun : 30 cc/kgBB dalam jam pertama dilanjutkan 70


cc/kgBB dalam 2 jam berikutnya.

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama


proses rehidrasi.
c. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik
sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah
kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.

d. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.

33

e. Jangan menggunakan spasmolitika


f. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,
hiperkalemia atau hipokalemia.
g. Probiotik
h. Vitamin A

6 bulan- 1 tahun : 100.000 IU

> 1 tahun

: 200.000 IU

Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara


pencegahan diare.3
8. PEMANTAUAN
a. Terapi
Setelah pemberian cairan rehidrasi harus dinilai ulang derajat
dehidrasi, barat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masih dehidrasi
maka dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan dehidrasinya. Jika setelah 3
hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada perubahan
maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.
b. Tumbuh Kembang
c. Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah
sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami
gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk.3
9. KOMPLIKASI
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi seperti :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Syok hipovolemik
c. Hipokelemia

(dengan

gejala

meteorismus,

hipotoni

otot,

lemeh,

bradikardi, perubahan pada EKG).


d. Hipoglikemia.

34

e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase


karena kerusakan vili mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan. 5
10. PROGNOSIS
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,
dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya
sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal.6
11. PENCEGAHAN
a. Upayakan ASI tetap diberikan.
b. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan.
c. Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban.
d. Imunisasi campak.
e. Memberikan makanan penyapihan yang benar.
f. Penyediaan air minum yang bersih
g. Selalu memasak makanan. 3

DAFTAR PUSTAKA
1. Soebagyo B. (2008). Diare Akut Pada Anak. UNS Press. Surakarta.
2. Umar Z., Khalid H.S., dan Josia G. (2004). Diare Akut Disebabkan
Bakteri. http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf
3. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan.
Salemba Medika. Jakarta, hal : 73 79.

35

4. IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta.


Hal :49-52
5. WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to
Health.
6. Rusepno H dan Husein A. (1988). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI.
Infomedika. Jakarta.
7. Cahyadi
E.
(2006).
Gastroenteritis.
read_article.php?articleId=17&comzone=show

http://fkuii.org/tiki-

36

Anda mungkin juga menyukai