Preskes Boyol
Preskes Boyol
Oleh:
Ilma Anisa
G99141051 / D10-15
G99141102 / D11-15
Pembimbing:
dr. Noor Alifah, Sp.A
HALAMAN PENGESAHAN
Hari/tanggal :
Jumat, 8 Mei2015
Oleh:
Ilma Anisa
G99141051 / D10-15
G99141102 / D11-15
BAB I
LAPORAN KASUS
1.
2.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. F
Umur
: 6 bulan
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Berat Badan
: 7,9 kg
Panjang Badan
: 67 cm
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal masuk
: 3 Mei 2015
Tanggal pemeriksaan
No. RM
: 15489375
ANAMNESIS
Alloanamnesis dari orang tua pasien pada tanggal 3 Mei 2015.
A. Keluhan Utama
Diare
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke IGD RSUD Pandanarang oleh orangtuanya dengan
keluhan diare sejak 1 hari SMRS. Diare lebih dari 10 kali sehari,
konsistensi cair, ampas (-) serta tidak disertai dengan lendir darah. BAB
berwarna putih menyerupai susu dan tidak berbau. Jumlah setiap kali BAB
sekitar satu gelas belimbing. Pasien terlihat rewel, menangis kuat, dan
tampak kehausan. Ibu pasien mengatakan pasien juga muntah sejak 1 hari
SMRS, frekuensi 3 kali. Setiap muntah sebanyak seperempat gelas
belimbing.
Sehari SMRS pasien mengalami demam, saat diperiksa di IGD suhu
pasien mencapai 38o C. Pada pasien tidak didapatkan sesak nafas, kejang,
dan kembung. BAK berwarna kuning jernih, terakhir 6 jam SMRS. Pasien
tidak diberikan susu formula dan makanan pendamping ASI. Ibu pasien
tidak mengetahui apakah ada penurunan berat badan pada pasien atau
tidak. Pasien belum mendapatkan pengobatan sebelumnya.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa/diare
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: PDAM
E. Riwayat Kebiasaan
Riwayat kebiasaan ibu cuci tangan sebelum kontak dengan pasien : (-)
F. Riwayat Kehamilan
Riwayat pemeriksaan kehamilan teratur di bidan. Pemeriksaan ANC
pada trimester I satu kali/bulan, trimester II dua kali/bulan, trimester III
setiap dua minggu sekali. Tidak didapatkan adanya keluhan selama
kehamilan. Selama hamil ibu hanya mengkonsumsi vitamin dan tablet
besi.
G. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dengan bantuan bidan, berat badan lahir 3000 gram dan
panjang 48 cm, lahir spontan, langsung menangis kuat segera setelah lahir,
usia kehamilan 38 minggu.
H. Riwayat Imunisasi
Jenis
0
I
II
III
Hepatitis B 0 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
Polio
0 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
BCG
1 bulan
DPT
2 bulan
3 bulan
4 bulan
Campak
Kesan : imunisasi dasar sesuai jadwal Kemenkes
IV
Mulai senyum
Mulai miring
Mulai tengkurap
Mulai duduk
Kesan
: 2 bulan
: 4 bulan
: 4 bulan
: 6 bulan
: perkembangan baik
J. Riwayat Nutrisi
ASI eksklusif diberikan sejak lahir, sampai dengan sekarang, lama
menyusui 10-15 menit, frekuensi lebih dari 8 kali sehari, bergantian
payudara kanan dan kiri.
Kesan: kualitas dan kuantitas baik
K. Pohon Keluarga
III
An. F (6 bulan)
3.
Laju nafas
: 32 x/ menit
Suhu
: 38 C (aksila)
C. Kepala
epistaksis (-/-)
F. Telinga
Cor
K.
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor
kulit kembali sedikit melambat, pekak alih (-)
L. Ekstremitas
Akral Dingin
Oedem
-
5.
RESUME
Pasien dibawa ke IGD RSUD Pandanarang oleh orangtuanya dengan
keluhan diare sejak 1 hari SMRS. Diare lebih dari 10 kali sehari, konsistensi
cair, ampas (-) serta tidak disertai dengan lendir darah. BAB berwarna putih
menyerupai susu dan tidak berbau. Jumlah setiap kali BAB sekitar satu gelas
belimbing. Pasien terlihat rewel, menangis kuat, dan tampak kehausan. Ibu
pasien mengatakan pasien juga muntah sejak 1 hari SMRS, frekuensi 3 kali.
Setiap muntah sebanyak seperempat gelas belimbing.
Sehari SMRS pasien mengalami demam, saat diperiksa di IGD suhu
pasien mencapai 38o C. Pada pasien tidak didapatkan sesak nafas, kejang, dan
kembung. BAK berwarna kuning jernih, terakhir 6 jam SMRS. Pasien tidak
diberikan susu formula dan makanan pendamping ASI. Ibu pasien tidak
mengetahui apakah ada penurunan berat badan pada pasien atau tidak. Pasien
belum mendapatkan pengobatan sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien nampak rewel, UUB sedikit
cekung (+), mata sedikit cekung (+/+), air mata (+/+) menurun, mukosa basah
(+) sedikit kering, bising usus (+) sedikit meningkat, turgor kulit kembali
sedikit lambat, capillary refill time < 2 detik, arteri dorsalis pedis teraba kuat,
akral hangat. Dari pemeriksaan status gizi didapatkan gizi baik dengan
normoweight normoheight berdasarkan antropometri WHO.
6.
DAFTAR MASALAH
1. Diare lebih dari 10 kali per hari, konsistensi cair, berwarna seperti susu,
lendir darah (-)
2. Pasien nampak rewel dan gelisah
3. Muntah sebanyak 3 kali, setiap muntah sebanyak seperempat gelas
belimbing
4. BAK terakhir 6 jam SMRS
5. Ibu pasien tidak tahu apakah ada penurunan berat badan pasien
6. Kebiasaan ibu pasien yang tidak pernah cuci tangan sebelum
memberikan ASI
7. Didapatkan demam dengan suhu 38o C
8. Pemeriksaan fisik didapatkan UUB sedikit cekung (+), mata sedikit
cekung (+/+), air mata (+/+) menurun, mukosa basah (+) sedikit kering,
bising usus (+) sedikit meningkat, turgor kulit kembali sedikit lambat
7.
DIAGNOSIS BANDING
1. Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang e/c virus dd bakteri dd parasit
8. DIAGNOSIS KERJA
1. Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang e/c virus dd bakteri dd parasit
2. Gizi baik normoweight normoheight (antropometri)
9. PENATALAKSANAAN
1.
Rawat inap
2.
10.
3.
Inj. Ondansetron 3 x 1 mg
4.
5.
6.
L-Bio 1 x 1 sacc
PLANNING
1. DL2
11.
MONITORING
1. KUVS per 1 jam
2. Status hidrasi per 1 jam
3. BCD per 8 jam
12.
EDUKASI
Edukasi yang diberikan terhadap pasien dan keluarga pasien :
a. Edukasi keluarga tentang penyakit dan cara penyebarannya
b. Edukasi ibu tentang cara pemberian ASI yang baik dan optimal
c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
13.
PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad sanam
: bonam
Ad fungsionam : bonam
10
FOLLOW UP PASIEN
A. TANGGAL 4 MEI 2015 (DPH 1)
S: Diare 7-8 kali dengan konsistensi cair, ampas (-), berwarna seperti
susu, tidak berbau, lendir (-), darah (-), muntah (+) sebanyak 1 kali,
BAK (+) berwarna kuning jernih, rasa haus (-), minum ASI (+).
O : Keadaan umum tampak tenang, composmentis, gizi baik
Tanda vital
HR : 112 x/menit
RR : 30 x/menit
T : 37,7o C
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
hiperemis (-)
Leher
: kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks
: simetris, retraksi (-)
Jantung
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi
: batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi
: BJ I-II interval normal, reguler, bising (-)
Pulmo
Inspeksi
: pengembangan dada kanan = dada kiri
Palpasi
: fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
: sonor//sonor
Auskultasi
: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Akral Dingin
11
Oedem
- -
Arteri
- -
Satuan
Rujukan
g/dl
%
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul
11.3 - 14.1
33 - 45
4.5 - 14.5
3.80 - 5.80
150 - 450
/um
Pg
g/dl
%
80.0 - 96.0
28.0 - 33.0
33.0 - 36.0
11.6 - 14.6
%
%
%
%
%
%
13
01
16
50 - 70
20 - 40
28
Assesment
1. Diare Akut dengan dehidrasi ringan sedang e/c virus (terehidrasi)
2. Gizi baik normoweight normoheight (antropometri)
Terapi
1. IVFD Assering 33 cc/jam
2. Inj. Ondansetron 3 x 1 mg (K/P)
3. Pamol syrup 3 x cth
4. Zinc syrup 1 x 1 cth
5. L-Bio 1 x 1 sacc
12
Monitoring
1. KUVS per 8 jam
2. Status hidrasi per 8 jam
3. BCD per 8 jam
Monitoring:
Penilaian
Haus
Diare
Muntah
KU
06.00
14.00
Pemeriksaan subjektif
+
+
+
Pemeriksaan objektif
Tenang
Tenang
HR (x/menit)
RR (x/menit)
t (0C)
Kesadaran
UUB cekung
Mata cekung
Air mata
Mukosa basah
B.
Turgor abdomen
CRT
ADP
IWL
BC
D
Diare akut
22.00
+
Tenang
112
28
37,7
CM
-/+/+
112
26
37,5
CM
-/+/+
116
30
37,5
CM
-/+/+
Menurun
+
Menurun
+
Menurun
+
Sedikit
Sedikit
Sedikit
kering
Kembali
kering
kembali
kering
kembali
cepat
< 2
Teraba
cepat
< 2
Teraba
cepat
< 2
Teraba
kuat
kuat
kuat
BCD
45,3
+54,7
3,6
+
45,3
+84,7
4
+
45,3
+57,4
3,3
+
dehidrasi ringan
sedang
(terehidrasi)
TANGGAL 6 MEI 2015 (DPH 3)
13
S: Diare 5-6 kali dengan konsistensi cair disertai ampas (+), berwarna
seperti kuning kecoklatan, bau (-), lendir (-), darah (-), muntah (-),
BAK (+) berwarna kuning jernih, rasa haus (-), minum ASI (+)
O : Keadaan umum tampak tenang, composmentis, gizi baik
Tanda vital
HR : 118 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 36,5o C
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thoraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Akral Dingin
Oedem
- - Arteri
Assesment
14
Penilaian
Haus
Diare
Muntah
KU
06.00
14.00
Pemeriksaan subjektif
+
+
Pemeriksaan objektif
Tenang
Tenang
HR (x/menit)
RR (x/menit)
t (0C)
Kesadaran
UUB cekung
Mata cekung
Air mata
Mukosa basah
Turgor abdomen
22.00
+
Tenang
118
28
36,5
CM
-/+/+
+
Kembali
112
26
36,2
CM
-/+/+
+
Kembali
112
24
36,1
CM
-/+/+
+
Kembali
CRT
ADP
cepat
< 2
Teraba
cepat
< 2
Teraba
cepat
< 2
Teraba
kuat
kuat
IWL
BC
D
Diare akut
kuat
BCD
45,3
+44,7
3,6
+
45,3
+14,7
4,41
+
45,3
+24,7
4,04
+
dehidrasi ringan
sedang (terehidrasi)
itoring:
15
16
BAB II
ANALISA KASUS
Pada kasus ini penegakkan diagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan sedang
berdasarkan:
1. Anamnesis
Diare sejak 1 hari SMRS lebih dari 10 kali sehari, konsistensi cair,
ampas (-) serta tidak disertai dengan lendir darah. BAB berwarna putih
menyerupai susu dan tidak berbau. Jumlah setiap kali BAB sekitar satu
gelas belimbing. Pasien terlihat rewel, menangis kuat, dan tampak
kehausan. Pasien juga muntah sejak 1 hari SMRS, frekuensi 3 kali. Setiap
muntah sebanyak seperempat gelas belimbing.
Sehari SMRS pasien mengalami demam, saat diperiksa di IGD
suhu pasien mencapai 38o C. BAK berwarna kuning jernih, terakhir 6 jam
SMRS. Pasien tidak diberikan susu formula dan makanan pendamping
ASI. Ibu pasien tidak mengetahui apakah ada penurunan berat badan pada
pasien atau tidak.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir
dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan.
Berdasarkan kriteria diagnosis dari IDAI tahun 2004, pasien dapat
didiagnosis dengan diare akut dengan dehidrasi ringan sedang (kehilangan
cairan 5-10% berat badan) berdasarkan penemuan klinis sebagai berikut :
a. Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan
b. Keadaan umum gelisah dan cengeng
c. Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
mukosa mulut dan bibir kering
d. Turgor kurang
e. Akral hangat
17
Cairan
Pada diare akut dengan dehidrasi ringan sedang, diberikan cairan sebagai
berikut :
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan
pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur setiap
18
kali buang air besar, yaitu < 1 tahun sebanyak 50-100 ml, umur 1-5 tahun
sebanyak 100-200 ml, dan umur > 5 tahun semaunya.
Bisa juga dengan kriteria :
Dehidrasi
Ringan
(Perkiraan
defisit
cairan
30-50
ml/kgBB)
Dehidrasi
Sedang
(Perkiraan
defisit
cairan
30-50
ml/kgBB)
Rehidrasi dengan ORALIT/RL iv 70 ml/kgBB/3 jam jika ada
perbaikan maintenance 100 ml/kgBB/20-21 jam.
Apabila pasien susah untuk minum, maka dapat diberikan secara
parenteral, cairan intravena yang diberikan adalah Assering atau RL atau
KAEN 3B atau NaCl, dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat
badan :
BB 10 15 kg = 175 cc/kgBB/24jam
Pasien pada kasus ini didiagnosis dengan diare akut dengan dehidrasi
ringan sedang e/c virus. Dari hasil anamnesis diketahui bahwa muntah (+)
sehingga asupan per oral tidak dimungkinkan. Maka diberikan cairan rehidrasi
infus Assering 200cc/kgBB/hari (untuk berat badan 3-10 kg). BB pasien saat
ini 8 kg, sehingga kebutuhan cairan untuk rehidrasi 1600cc/hari, setara
67cc/jam. Rehidrasi ini dilakukan dalam waktu 24 jam, kemudian dievaluasi.
Apabila dehidrasi sudah teratasi maka dilanjutkan terapi maintenance
berdasarkan
kebutuhan
cairan
menurut
rumus
Darrow
sebanyak
19
2.
Seng (Zinc)
Zinc diberikan selama 10-14 hari walaupun diare sudah berhenti. Zinc
digunakan untuk memperbaiki epitel usus (reepitelisasi) yang mungkin
mengalami kerusakan akibat diare. Zinc juga dapat menurunkan frekuensi
BAB dan volume tinja. Adapun dosis zinc :
3.
Nutrisi
Makanan dengan menu yang sama saat anak sehat tetap diberikan,
dengan porsi sedikit-sedikit tapi sering. Pasien diberikan ASI > 8 kali sehari.
4.
Antibiotik
Antibiotik diberikan bila ada indikasi seperti disentri atau kolera.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan
flora usus, sehingga dapat memperpanjang lama diare dan akan
mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik. Pada kasus ini belum
perlu diberikan antibiotik karena indikasinya belum jelas dan dari hasil
pemeriksaan laboratorium darah tidak mendukung ke arah diare yang
disebabkan oleh bakteri.
5.
Edukasi
a. Edukasi keluarga tentang penyakit dan cara penyebarannya
b. Edukasi ibu tentang cara pemberian ASI yang baik dan optimal
c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
20
Pasien pada kasus ini juga diberikan terapi simptomatik yaitu : Inj.
Ondansetron 3 x 1 mg untuk mengtatasi muntah, pamol syrup 3 x cth
sebagai analgetik dan antipiretik. L-Bio 1 x 1 sacc diberikan untuk memlihara
fungsi pencernaan dan membantu keseimbangan flora normal usus.
21
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT
1. DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. 1 Ada juga yang memberi
batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu2.
Diare akut diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang
dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14
hari. 1
2. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia.
Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 %
daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat
yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :
a. Faktor lingkungan
b. Gizi
c. Kependudukan
d. Pendidikan
e. Keadaan sosial ekonomi
f. Perilaku masyarakat
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan
perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu,
22
maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.
Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun
anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah
pengetahuan
ibu
tentang
masalah
kesehatan.
Faktor
kependudukan
menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang
padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan
masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum
menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak.
Faktor-faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing
keluarga.2
3. ETIOLOGI
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare
yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus,
bakteri, dan parasit. 1
Etiologi diare akut dapat dihubungkan dengan bakteri, viral atau parasit
yang telah dikenal sebagai penyebab enteritis sbb:
a. Bakteri
Aeromonas,
Bacillus
cereus,
perfringens,
Clostridium
Campylobacter
difficile,
jejuni,
Clostridium
coli,
Plesiomonas
Escherichia
cayetanensis,
Encephalitozoon
intestinalis,
Entamoeba
stercoralis,
Trichuris
trichiura.
23
disakaridase,
malabsorsi
glukosa-galaktosa,
insuffisiensi
cholestasis,
Penyakit
Hartnup,
abetalipoproteinemia,
Penyakit Celiac.
c. Endokrinopati
Thyrotoxicosis,Penyakit Addison,Sindrom Adrenogenital.
d. Keracunan
Logam berat, Scombroid, Ciguatera, jamur.
e. Neoplasma
Neuroblastomas, Ganglioneuromas, feokromositomas, Karsinoid, Sindrom
Zollinger-Ellison, Sindrom vasoaktif invasif intestinal.
f. Lain-Lain
Infeksi Nongastrointestinal, Alergi susu, Penyakit Crohn (regional
enteritis), Familial Dysautonomia, Penyakit defisiensi imun, ProteinLosing Enteropati, Kolitis Ulseratif , Enteropatika Acrodermatitis,
Penyalahgunaan Laxative, Gangguan Motilitas, Pellagra (kekurangan
vitamin B kompleks).
Diare kronik atau persisten lebih dari 14 hari dapat karena :
(1) Agen infeksiosa seperti Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum,
enteropatogenik Escherichia coli;
(2) Setiap
enteropatogen
yang
menginfeksi
pejamu
yang
immunocompromised ; atau
(3) Gejala residual setelah kerusakan intestinal setelah infeksi akut.6
24
4. PATOGENESIS
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan
invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri
dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai
keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah,
demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja
rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis
didapati sel leukosit polimorfonuklear. 1
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah.
Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala
dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat
cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan
leukosit. 1
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif, dan gangguan motilitas.
Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan
osmolalitas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare.
Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau
akibat garam magnesium. 1
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi
yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat
toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam
empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa
hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga
dapat menyebabkan diare sekretorik. 1
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik
usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat
infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy,
inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi. 1
25
Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya akan menimbulkan diare pula.
26
27
5. MANIFESTASI KLINIS
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar
cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut
kering.5
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu
sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam
menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang
berbeda-beda :
a. Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai
dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya
dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake makanan
kurang.
b. Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
c. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana bahaya
utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta dehidrasi.
d. Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan bahaya
utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan
defisiensi mineral dan vitamin.4
6. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
a. Anamnesis
1) Riwayat diare sekarang:
a) Sudah berapa lama diare berlangsung
b) Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan
jumlah tinja
29
30
Dehidrasi berat
Dehidrasi ringan/sedang
Tanpa dehidrasi
c. Pemeriksaan Penunjang
31
Pemeriksaan tinja
1) makroskopis : bau, warna, lendir, darah, konsistensi
2) mikroskopis : eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
3) kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
4) biakan dan uji sensitivitas3
Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare infeksi dimulai dari
pemeriksaan feses adanya leukosit. Kotoran biasanya tidak mengandung
leukosit, jika ada itu dianggap sebagai penanda inflamasi kolon baik
infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus
diperiksa sesegera mungkin. Sensitivitas leukosit feses terhadap inflamasi
patogen (Salmonella, Shigella, dan Campylobacter) yang dideteksi dengan
kultur feses bervariasi dari 45%-95% tergantung dari jenis patogennya. 1
Pasien dengan diare berat, demam, nyeri abdomen, atau kehilangan
cairan harus diperiksa kimia darah, natrium, kalium, klorida, ureum,
kreatinin, analisa gas darah, dan pemeriksaan darah lengkap. 1
Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi, dan
lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi. 1
7. PENGOBATAN
b. Atasi dehidrasi
1) Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan
sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis :
5 tahun : semaunya
BB 10 15 kg = 175 cc/kgBB/24jam
3) Dehidrasi Berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan Ringer Laktat atau Ringer Asetat
100 cc/kgBB. Cara pemberian :
d. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
33
> 1 tahun
: 200.000 IU
(dengan
gejala
meteorismus,
hipotoni
otot,
lemeh,
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Soebagyo B. (2008). Diare Akut Pada Anak. UNS Press. Surakarta.
2. Umar Z., Khalid H.S., dan Josia G. (2004). Diare Akut Disebabkan
Bakteri. http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf
3. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan.
Salemba Medika. Jakarta, hal : 73 79.
35
http://fkuii.org/tiki-
36