MENYANGKUT ASI
Konvensi Hak Anak, diratifikasi oleh Keppres No. 36/1990
Aktivitas menyusui sesungguhnya adalah implementasi dari Konvensi Hak Anak KHA- (Convention on the Rights of the Child) khususnya pasal 6 dan pasal 24 (2.a,
2.c), yaitu tentang upaya pemberian makanan yang terbaik, bergizi serta pengasuhan
yang optimal ===> Sebagai dasar bagi ibu untuk menyusui
UUD
Pasal 27 ayat 2 = Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan
Jadi maknanya adalah seorang Ibu bekerja tetap mendapatkan hak bekerja yang layak
dalam arti luas, termasuk menyusui anaknya, karena menyusui itu hak asasi manusia,
hak asasi anak untuk hidup layak.
dan Pasal 28B ayat (2): Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Hak atas tumbuh dan berkembang salah satunya untuk mendapatkan ASI
UU No.13/2003 ttg Ketenagakerjaan
Pasal 82 ayat (1):
Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah)
bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah
melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan.
Pasal 83:
"Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan
sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja"
Berdasarkan penjelasan Pasal 83 menyebutkan bahwa ketersediaan tempat untuk
menyusui disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan perusahaan, yang diatur dalam
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
UU No. 23/2002 ttg Perlindungan Anak
Pasal 22 :
"Negara & pemerintah berkewajiban & bertanggungjawab memberikan dukungan
sarana & prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak" di penjelasannya
disebutkan bahwa sarana dan prasarana itu salah satunya adalah menyediakan ruang
menyusui.
UU No. 49 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
Pasal 49 ayat (2):Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam
pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam
keselamatan dan atau kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita. Di
penjelasan disebutkan bahwa yang disebut dengan "perlindungan khusus terhadap
fungsi reproduksi" adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan haid, hamil,
melahirkan dan pemberian kesempatan untuk menyusui anak
Pasal 201 ayat (2) disebutkan pula bahwa selain pidana denda, korporasi dapat
dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.
KEPMENKES NO 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang PEMBERIAN ASI
SECARA EKSKLUSIF DI INDONESIA
- Menetapkan asi eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan dianjurkan dilanjutkan
sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih dengan pemberian makanan
tambahan yang sesuai.
- Tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru
melahirkan untuk memberikan asi ekslusif dengan mengacu pada 10 langkah
keberhasilan menyusui (LMKM), yaitu;
1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan
Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan
kepada semua petugas;
2. melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan
untuk menerapkan kebijakan tersebut
3. menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai
umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui
4. membantu ibu hamil menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan,
yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayi
disusui setelah 30 menit ibu sadar
5. membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis
6. tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain asi kepada bayi baru
lahir
7. melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam
sehari
8. membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap
lama dan frekuensi menyusui
9. tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI
10. mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASIi (KP-ASI) dan rujuk
ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit/rumah
bersalin/sarana pelayanan kesehatan.
KEPMENKES NO 237/MENKES/SK/1997 tentang PEMASARAN
PENGGANTI AIR SUSU IBU
Pasal 2: Mengatur tentang pemasaran pengganti asi, yaitu:
- susu formula bayi (0-6 bulan)
- susu formula lanjutan (6-12 bulan)
- makanan pendamping ASI yang diberikan dengan mempergunakan botol dan
dot.
Serta alat perlengkapan bagi penggunaan pengganti asi meliputi botol dan dot
PEREDARAN (Pasal 3)
- pengganti ASI dalam dan luar negeri dapat diedarkan setelah mendapat
persetujuan pendaftaran dari BP-POM
- botol dan dot yang dipergunakan untuk pemberian pengganti ASI harus
memenuhi syarat mutu yang sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
LABEL
Label pada susu formula bayi harus mencantumkan (Pasal 7) :
a. nama produk antara lain susu bayi, susu formula bayi atau infant formula
b. pernyataan yang memuat keunggulan ASI, penggunaan susu formula bayi
hanya atas nasihat tenaga kesehatan
c. petunjuk cara penyiapan dan penggunaan
d. pernyataan bahwa bila susu formula bayi digunakan tidak sesuai dengan
petunjuk akan membahayakan kesehatan bayi
e. tanggal kedaluarsa
f. petunjuk cara penyimpanan dan cara penyimpanan setelah wadah dibuka
g. kandungan zat gizi
h. penjelasan tanda-tanda yang menunjukkan bilamana susu formula bayi sudah
tidak baik lagi, tidak boleh diberikan kepada bayi.
i. Nama dan alamat jelas importir yang dicetak langsung
j. Sumber protein yang diunakan dengan urutan menurun sesuai dengan beratnya
yang letaknya berdekatan dengan produk
k. Pernyataan khusus bagi produk untuk bayi yang memerlukan persyaratan gizi
khusus
l. Informasi bahwa bayi telah berumur 6 bulan harus diberi makanan
pendamping ASI
m. Tulisan dengan zat besi untuk produk yang mengandung zat besi tidak
kurang dari 1 mg besi per 100 kalori
n. Informasi lain yang dapat dicantumkan pada masing-masing jenis yang
ditetapkan pada standar.
Label pada susu formula lanjutan (pasal 8):
a. nama susu formula lanjutan, follow up formula atau follow on formula
b. sumber protein yang digunakan dengan urutan menurut sesuai dengan
beratnya yang letaknya berdekatan dnegan nama produk
c. tulisan yang berbunyi dengan bahan dasar susu harus digunakan sekurangkurangnya 90% dari jumlah protein berasal dari susu
d. tulisan yang berbunyi tidak cocok untuk bayi berumur kurang dari 4 bulan
e. pernyataan agar bayi dan anak yang diberi susu formula lanjutan diberi juga
makanan pendamping asi
f. petunjuk cara penyiapan dan penggunaannya
g. tanggal kedaluarsa
h. petunjuk cara penyimpnanan dan cara penyimpanan setelah wadah dibuka
i. kandungan zat gizi
j. penjelasan tanda-tanda yang menunjukkan bilamana susu formula lanjutan
sudah tidak baik lagi, tidak boleh diberikan kepada bayi
k. nama dan alamat jelas importir yang dicetak langsung
l. informasi lain yang dapat dicantumkan pada masing-masing jenis yang
ditetapkan pada standar.
informasi dan edukasi tentang sufor bayi dan lanjutan yang diberikan tenaga
kesehatan harus bersifat ilmiah dan obyektif
perlengkapan yang digunakan untuk pemberian informasi dapat dicantumkan
nama dan logo perusahaan tapi tidak boleh nama dagang.
Materi informasi harus mengatamakan manfaat asi dan cara menyusui yang
baik dan benar/manajemen laktasi serta kerugian bila ibu dan bayi tidak
menyusui.
Pasal 1: penambahan gizi dan non gizi pada produk pangan harus memenuhi
peraturan kepala BP PM no. HK.00.05.52.0685 tahun 2005 tentang Ketentuan
Pokok Pengawasan Pangan Fungsional
Pasal 2: penambahan ARA dan DHA wajib memenuhi persyaratan rasio
ARA:DHA = 1-2:1
Pasal 3: Kandungan EPA tdk boleh melebihi kandungan DHA
Sumber ARA berasal dari Ganggang sumber DHA berasal dari Fungus (pasal
4(1), informasi kandungan ARA dan DHA hanya dapat dicantumkan dalam
informasi nilai gizi
Pasal 5: dilarang menambahkan Lutein pada produk formula bayi dan
lanjutan, sphyngomyelin pada produk formula bayi dan lanjutan, gangliosida
pada produk pangan.
Pasal 6: dilarang mencantumkan klaim gizi dan klaim kesehatan tentang ARA,
DHA, Lutein, sphingomyelin dan gangliosida
Pasal 7: Pasal 5 bisa dikesampingkan bila memberi manfaat dan sudah
ditetapkan oleh kepada badan
Pasal 8: Iklan pangan tentang ARA, DHA, lutein, sphingomyelin, gangliosida
harus dihentikan
menetapkan tentang pemberian asi sdecara dini (inisiasi menyusu dini) bagi
ibu melahirkan di ibu kota Jakarta
semua sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
persalinan di propinsi DKI ajakarta agar melaksanakan program IMD
semua tenaga kesehatan yabg bekerja di sarana pelyananan kesehatan agar
menginformasikan kepada sema ibu hamil untuk melakukan IMD, yaitu
memberikan asi segaera dalam 30 (tiga puluh) menit setelah bayi lahir
tenaga kesehatan dalam memberikan informasi tentang IMD agar mengacu
pada 10 langkah keberhasilan menyusui.
Pasal 8: Unit yang menangani pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak serta
dinas terkait dan masyarakat dapat melakukan sosialisasi dan diseminasi penerapan
10 LMKM.
Pasal 9:
(1) Gubernur dapat melakukan pembianaan atas pelaksanaan penerapan 10
LMKM di fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat propinsi dan
kabupaten/kota.
(2) Bupati dan Walikota dapat melakukan pembinaan atas pelaksanaan penerapan
10 LMKM di fasilias kesehatan di tingkat Kabupaten/kota.