BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memilih metode pemberian makanan pada bayi merupakan keputusan
penting yang harus dibuat orang tua. Pilihan tersebut dipengaruhi oleh factor
fisik, psikologis, dan sosial. Secara ideal, topik mengenai pemberian makanan
pada bayi meningkat selama periode prenatal. Selama periode ini, sangat penting
bagi orang tua untuk menggali sikap mereka mengenai metode pemberian
makanan dengan perawat.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan susu segar dan steril yang diproduksi
langsung oleh ibu dan dapat mengurangi gangguan gastrointestinal dibandingkan
dengan makanan lain jika diminum oleh bayi. ASI juga mengandung nutrisi,
hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan, anti alergi, antibodi serta anti
inflamasi yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada bayi. Pemberian ASI sejak
bayi lahir hingga usia 6 bulan atau biasa disebut ASI ekslusif dapat memenuhi
seluruh kebutuhan gizi bayi serta melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti
diare dan infeksi pernafasan akut (Kementrian Kesehatan RI, 2010)
Air Susu Ibu (ASI) adalah salah satu cara yang paling efektif untuk
memastikan kesehatan dan kelangsungan hidup anak. Jika setiap anak diberikan
ASI beberapa jam setelah kelahiran, lalu hanya diberikan ASI saja mulai dari usia
0-6 bulan, dan berlanjut sampai umur 2 tahun, sekitar 800.000 anak dapat selamat
111
tiap tahunnya. Secara global, kurang dari 40% bayi dibawah usia 6 bulan yang
diberi ASI eksklusif. Konseling dan dukungan mengenai pemberian ASI yang
adekuat merupakan hal penting bagi ibu dan keluarga untuk memulai dan
menjaga pemberian ASI yang optimal. (WHO, 2014)
Peran atau dukungan keluarga sangat menentukan keberhasilan pemberian
ASI ekslusif. Hal ini akan terlihat pada ibu dan ayah yang baru memiliki anak
pertama. Pengetahuan dan pengalaman mereka memiliki bayi menjadikan suami
dan istri mencari informasi yang seluas-luasnya dan cenderung serta
mempraktekan nasihat dari keluarga terdekat terutama pengalaman ibu mereka
terdahulu saat menyusui. (Sugiatmi, 2009)
Data Survei Sosial Demografi Nasional (Susenas) tahun 2007-2008,
melaporkan bahwa cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan di
Indonesia menunjukan dari 62,2 persen tahun 2007 menjadi 56,2 persen tahun
2008. Kemudian semakin menurun pada tahun 2007 yaitu sebanyak 32%.
Bahkan angka ini beradasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) semakin
mengkhawatirkan turun menjadi 15,3% pada Tahun 2010.
Data penelitian terkait yang dilakukan oleh Rahmawati dkk (2014) di
Kabupaten Bone Makassar terhadap 104 responden, dengan judul Hubungan
Antara Karakteristik Ibu, Peran Petugas Kesehatan dan Dukungan Keluarga
Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani
Kabupaten Bone, diketahui 48,8 % responden mendapatkan dukungan keluarga,
dan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif di
Kabupaten Bone.
Dari delapan kabupaten atau kota di Banten, Kota Serang menempati
posisi keempat dengan jumlah penderita gizi buruk sebanyak 63 anak. Sementara,
posisi pertama ditempati Tangerang dengan jumlah penderita gizi buruk mencapai
3.263 anak. Sedangkan, posisi terendah yakni Kota Cilegon sebanyak empat
penderita gizi buruk. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi
buruk, salah satunya adalah pemberian cakupan ASI eksklusif pada bayi 0-6
bulan. Di Kota Tangerang, cakupan ASI eksklusif sebanyak 30,5 persen. Masih
rendahnya cakupan ASI antara lain disebabkan banyak faktor salah satunya
dukungan keluarga yang kurang.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Pemberian
ASI Eksklusif Pada Anak Usia 0-6 bulan di Tangerang
B. Rumusan Masalah
Air Susu Ibu (ASI) merupakan susu segar dan steril yang diproduksi
langsung oleh ibu dan dapat mengurangi gangguan gastrointestinal dibandingkan
dengan makanan lain jika diminum oleh bayi.
Peran atau dukungan keluarga sangat menentukan keberhasilan pemberian
ASI ekslusif. Hal ini akan terlihat pada ibu dan ayah yang baru memiliki anak
pertama. Pengetahuan dan pengalaman mereka memiliki bayi menjadikan suami
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat mengembangkan pemahaman peneliti tentang dukungan keluarga
khususnya dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan.
2. Bagi Masyarakat
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat atau keluarga tentang
pentingnya dukungan orang sekitar terhadap pemberian ASI eksklusif
3. Bagi Lokasi Penelitian
Dapat memberikan masukan atau informasi bagi instansi terkait seperti petugas
kesehatan untuk lebih mendukung mengenai pemberian ASI eksklusif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dukungan Keluarga
1. Dukungan Keluarga
Dukungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) adalah sesuatu
yang didukung, sokongan; bantuan. Menurut Sarwono (2007) dukungan adalah
suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk
memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Menurut Santoso
(2010) dukungan yaitu suatu usaha untuk menyokong sesuatu atau suatu daya
upaya untuk membawa sesuatu.
sebagai
rumah
mereka.
Anggota
keluarga
berinteraksi
dan
berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami
isteri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan. Keluarga sama-sama
menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat
dengan beberapa ciri unik tersendiri.
Keluarga inti adalah keluarga yang sudah menikah, sebagai orang tua, atau
6
pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami istri dan anak mereka baik anak
kandung ataupun anak adopsi. Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit
keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Keluarga besar yaitu keluarga
inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
seperti kakek dan nenek, paman dan bibi (Suprajitno, 2004).
Suprajitno (2004) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan kesehatan,
keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, meliputi:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan - perubahan
yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota
langsung menjadi
perhatian
orang
bahwa selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas khusus. Masih dengan undang- undang yang
sama pada BAB XX mengenai ketentuan pidana pada pasal 200 menyatakan
bahwa setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian air
susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam pasal 128 ayat (2) dipidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
B. Konsep Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
1. Definisi ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi
lemak dan larutan protein, laktosa dan garam - garam organik yang dikeluarkan
oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan salah satu satunya
makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir
hingga berusia 2 tahun atau lebih (Siregar, 2006). ASI eksklusif adalah
pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan
tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai
bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan
lain dan tetap diberikan ASI sampai berumur 2 tahun (Hubertin, 2004).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat
10
seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2009).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa
tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi
berusia 2 tahun (Kristiyansari, 2009). ASI Eksklusif adalah pemberian hanya
ASI saja tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6
bulan pertama kehidupan (Depkes RI, 2005).
ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak larutan protein, laktosa,
dan garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan
merupakan makanan terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan
makanan bayi baik gizi, imunologi, atau lainnya- pemberian ASI memberi
kesempatan bagi ibu mencerahkan cinta kasih serta perlindungan kepada
anaknya. Fungsi ini tidak mungkin dapat dialihkan kepada ayah atau suami dan
merupakan suatu kelebihan kaum wanita. ASI ekslusif diberikan sejak umur 0
6 bulan.
Menurut Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 th. 2009 (2012) pada
bagian penjelasan menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pemberian air
susu ibu eksklusif adalah pemberian hanya air susu ibu selama 6 bulan, dan
dapat terus dilanjutkan sampai dengan 2 (dua) tahun dengan memberikan
makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sebagai tambahan makanan sesuai
dengan kebutuhan bayi.
11
12
dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa
saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai manfaat lain yaitu
mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan Lactobasillus
bifidus.
c. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar
0.9%, 60% diantaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna dibanding
kasein. Dalam ASI terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat
dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan
somatic, sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak. Selain dari ASI,
sebenarnya sistin dan taurin dapat diperoleh dari penguraian tirosin, tetapi
pada bayi baru lahir enzim pengurai tirosin ini belum ada.
d. Vitamin
ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K yang
berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam
ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah dicerna. Dalam ASI juga banyak
vitamin E, terutama di kolostrum. Dalam ASI juga terdapat vitamin D, tetapi
bayi prematur atau yang kurang mendapat sinar matahari dianjurkan
pemberian suplementasi vitamin D.
e. Zat besi
Bayi aterm normal biasanya lahir dengan hemoglobin tinggi (16-22 gr/dl),
yang berukuran cepat setelah lahir. Zat besi yang diperoleh dari pemecahan
hemoglobin digunakan kembali. Bayi tersebut juga memiliki persediaan zat
besi dalam jumlah banyak cukup untuk setidaknya 4-6 bulan. meskipun
13
jumlah zat besi yang terkandung dalam ASI lebih sedikit dari yang
terkandung dalam susu formula, bioavailabilitas zat besi dalam ASI jauh
lebih tinggi. 70% zat besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan hanya 10%
jumlah zat besi dapat diserap dalam susu formula. Perbedaan ini disebabkan
rangkaian interaksi kompleks yang terjadi di usus. Bayi yang diberikan susu
sapi segar atau susu formula dapat mengalami anemia karena perdarahan
kecil di usus.
f. Seng
Defisiensi mineral ini dapat menyebabkan kegagalan bertumbuh dan lesi
kulit tipikal. Meskipun seng lebih banyak terdapat pada susu formula
dibanding ASI, bioavalabilirasnya lebih besar pada ASI. Bayi yang diberi
ASI mampu mempertahankan kadar seng dalam plasma tetap tinggi
dibanding bayi yang diberi susu formula, bahkan meskipun konsentrasi seng
yang terdapat di dalamnya tiga kali lebih banyak daripada ASI.
g. Kalsium
Kalsium lebih efisien diserap dari ASI dibanding susu pengganti ASI karena
perbandingan kalsium fosfor ASI lebih tinggi. Susu formula bayi yang
berasal dari susu sapi tidak terelakkan memiliki kandungan fosfor lebih tingi
dari pada ASI dan dilaporkan meningkatkan resiko tetanus pada neonatus.
h. Mineral
ASI memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium dan kalium yang lebih rendah
daripada susu formula. Tembaga, kobalt, dan selenium terdapat dalam kadar
yang lebih tinggi. Semakin tinggi bioavailabilitas mineral dan unsur kelumit
ini, dipastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi dan pada saat yang
14
15