Anda di halaman 1dari 33

LABORATORIUM BIOPROSES

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013

MODUL

: Kinetika Kematian Mikroba dan Teknik Sterilisasi


Media secara Batch dan Kontinu

PEMBIMBING

: Rintis Manfaati

Tanggal Praktikum

: 6 dan 13 Maret 2013

Tanggal Penyerahan

: 12 April 2013

(Laporan)

Oleh

Kelompok

II

Nama

1. Adi Kusmayadi

,121424005

2. Naura Agustina

,121424021

3. Nurul Fathatun

,121424023

4. Pria Gita Maulana

,121424024

Kelas

1A

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sterilisasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha mengeliminasi semua kehidupan
miksoba yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Proses sterilisasi yang kurang
steril hanya akan menghasilkan steril sebagian (partial sterility) yang berarti masih
terdapat mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang setelah proses sterilisasi dilakukan.
Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakab proses fisik atau dengan
menggunakan bahan kimia (Suriawiria, 1986). Bahan kimia yang dapat digunakan untuk
mematikan mikroba antara lain larutan NaCL 9%, KNO3 10%, HgCl2 0,1%, HCl 1,1%.
Proses fisik untuk sterilisasi dilakukan dengan metode pemanasan dan tanpa
pemanasan. Metode dengan menggunakan pemanasan meliputi pemanasan kering (dry
heat) dan pemanasan basah dengan menggunakan uap air (moist heat). Metode sterilisasi
tanpa menggunakan panas meliputi radiasi (UV, X-Ray), Sonicasi, dan Filtrasi.
1.2 Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses
batch dan continous.
b. Memahami pengaruh temperature terhadap kematian mikroba.
c. Menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), Desimal reduction
time atau destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses
sterilisasi.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu
mengharapkan tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan
tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung pada
jenis material. Bagian pertama akan menjelaskan secara singkat dan sederhana bagaimana
sterilisasi cairan dan padatan.
a. Sterilisasi cairan
Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang mengandung gula,
garam fosfat, ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-lain. Secara umum ada dua cara
sterilisasi cairan yaitu dengan panas dan disaring (filtrasi). Sterilasi dengan panas dilakukan
di dalam autoclave, di mana steam tekanan tinggi diinjeksikan ke dalam chamber untuk
mencapai temperatur 121 derajat C dan tekanan tinggi (sekitar 15 psig). Durasinya bervariasi,
namun umumnya diinginkan cairan dipertahankan pada 121 derajat C selama minimal 15
menit. Jika termasuk waktu untuk heating dan cooling steps, total waktu berkisar 1-2 jam
tergantung volume cairan yang disterilisasi. Terkadang temperatur bisa diset pada 134 derajat
C (untuk medis).

Laboratory autoclave
Untuk skala industri, cairan disterilisasi dengan panas menggunakan beberapa pilihan
teknik. Gambar di bawah menjelaskan salah satu bagan proses sterilisasi cairan media di
industri. Banyak jenis proses baik secara batch atau continuous yang diterapkan di industri,
misalnya direct steam, indirect heating, indirect steam, dan lainnya.

Sterilisasi medium di industri bioproses. Sumber: Doran, M.P (1995), Bioprocess


Engineering Principles, chapter 13, Academic Press
Cairan dapat disterilisasi juga dengan disaring menggunakan membrane filter berpori
0.22 atau 0.45 micro meter. Metode ini cocok untuk volume cairan yang kecil (1-2 liter) dan
bahan kimia yang bisa rusak karena panas misalnya gula dan protein.

b. Sterilisasi padatan
Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet, dan beberapa
jenis tabung dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas umumnya dilakukan

dengan autoclave

mirip

seperti

sterilisasi

cairan

namun

ditambah proses

pengeringan. Biosafety cabinet disterilkan dengan bantuan radiasi UV dan disemprot ethanol
70 %. Udara dalam cabinet disaring dengan filter (detilnya akan dibahas di bagian ke-2
tentang sterilisasi gas).
2.1.1 Jenis-Jenis Sterilisasi
Meski saat ini mikroba telah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, namun seringkali keberadaan mikroba masih dianggap mengganggu, terutama
mikroba pathogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk mengurangi jumlah mikroba
hingga menghilangkannya sama sekali. Untuk tujuan tersebut, dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain:
Desinfeksi
Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian besar mikroorganisme dari
benda mati. Pada proses desinfeksi ini, tidak semua mikroba dapat dihilangkan.
Pasteurisasi

Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan mikroba tanpa mematikan


sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan pada suhu 62oC
selama 30 menit, pemanasan 7174oC selama 20 detik, atau pemanasan 8587oC
selama 5 detik.
Sterilisasi

Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan mikroorganisme dengan


cara menghilangkan seluruhnya (bakteri, jamur, parasit, virus, termasuk bakteri
endospora). Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai proses
bioteknologi, salah stunya dalam proses fermentasi. Meskipun proses fermentasi
melibatkan mikroorganisme, namun seringkali kehadiran mikroorganisme lain
(kontaminan) tetap mengganggu. Hal ini karena:
1. Medium akan menumbuhkan semua mikroba yang ada (mikroba target dan
kontaminan) sehingga produk yang dihasilkan menjadi sangat beragam. Tentu saja
hal ini sangat merugikan karena selain mengurangi produktivitas juga menyulitkan
dalam proses isolasi.

2. Jika proses fermentasi dilanjutkan dalam keadaan banyak kontaminan, maka


kemungkinan produk yang dihasilkan oleh kontaminan menjadi lebih dominan dan
mendesak produk mikroba target hingga dapat menghilangkannya.
3. Kontaminasi pada produk akhir dapat menurunkan kualitas produk, bahkan
mungkin

dapat membahayakan manusia.

4. Kontaminan dapat merusak produk yang diinginkan.


5. Kontaminasi dari suatu fermentasi bakteri dengan phage dapat me-lisis kultur.
Untuk menghindari halhal tersebut di atas, langkah antisipasi yang dapat
dilakukan antara lain dengan:

Penggunaan inokulum murni dalam fermentasi

Sterilisasi

medium:

merupakan

proses

yang

bertujuan

untuk

menghilangkan semua jenis makhluq hidup yang ada dalam media,


dilakukan sebelum inokulasi kultur.

Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup


dari ruang fermentor, termasuk udara secara kontinyu.

Sterilisasi semua bahan yang digunakan dalam keseluruhan proses


fermentasi

Penjagaan kondisi aseptis selama fermentasi.

Fermentasi dapat dilakukan baik secara fisika, kimia, maupun radiasi. Sterilisasi
secara fisika dapat dilakukan dengan membunuh mikroba atau sekadar mencegah mikroba
masuk kesistem kita. Sterilisasi fisik dengan membunuh mikroba dapat dilakukan dengan
penggunaan panas, freezing (pembekuan), penggunaan garam berkonsentrasi tinggi, dll.
Sementara sterilisasi fisik tanpa membunuh mikroba dapat dilakukan dengan filtrasi. Filtrasi
merupakan upaya untuk meminimalisasi kontaminasi mikroorganisme dengan cara
menyaring sesuatu dengan filter berukuran tertentu sehingga sebagian mikroba tidak dapat
melewatinya. Cara ini tidak membunuh mikroba yang ada, hanya meminimalisasi agar

mikroba tidak terbawa. Namun, dalam proses fermentasi, cara sterilisasi fisik yang paling
mungkin dilakukan adalah dengan filtrasi dan penggunaan panas, baik panas basah maupun
panas kering. Sterilisasi panas basah seringkali digunakan untuk sterilisasi media dan bahan
bahan lainnya sementara panas kering untuk sterilisasi alatalat. Faktorfaktor yang
mempengaruhi sterilisasi panas antara lain:

Jenis dan jumlah kontaminan yang hendak dihilangkan

Morfologi mikroorganisme

Komposisi media fermentasi

pH

Ukuran partikel tersuspensi

Temperatur yang digunakan

Durasi proses sterilisasi

Keberadaan air

Sterilisasi panas dapat dilakukan secara batch maupun continue


a. Sterilisasi batch
Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan uap
panas ke dalam mantel fermentor ayau coil yang terdapat pada bagian dalam
fermentor. Cara ini disebut metode tidak langsung. Atau dengan cara menghilangkan
uap panas langsung ke dalam larutan medium (metode langsung). Metode langsung
membutuhkan uap panas murni, yaitu bebas dari bahan kimia tambahan seperti
senyawa antikarat yang panyak digunakan dalam proses produksi uap. Di samping itu,
metode langsung akan mengakibatkan bertambahnya volume cairan media dalam
fermentor karena adanya kondensasi uap yang digunakan.
b. Sterilisasi Kontinu

Site mini memberikan keuntungan berupa minimalnya kemungkinan


kerusakan medium tetapi mengkinsumsi banyak energi. Temperature yang dibutuhkan
untuk sterilisasi sistem ini adalah 140oC dengan waktu hanya 30 hingga 120 detik.
Alat yang digunakan dapat berupa Continues plate heat exchange dan Continues
injection flash cooler. Kelebihan Continues injection flash cooler antara lain:

Dapat digunakan untuk media yang mengandung bahan padat tersuspensi

Biaya lebih murah

Mudah dibersihkan

Pemanasan dan pendinginan lebih cepat

Penggunaan uap lebih efisien

Adapun Kekurangannya antara lain:

Dapat terbentuk buih saat pemanasan dan pendinginan

Adanya kontak langsung antara media dan uap panas yang murni, yaitu bebas
dari bahan anti karat.

2.2 Kinetika Kematian Mikroba


Proses

panas

secara

komersial

umumnya

didesain

untuk

menginaktifkan

mikroorganisme yang ada pada makanan yang dapat mengancam kesehatan manusia dan
mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk ke tingkat yang rendah, sehingga peluang
terjadinya kebusukan sangat rendah. Dalam desain proses termal, ada dua hal yang harus
diketahui, yaitu karakteristirk ketahanan panas mikroba dan profil pindah panas dari medium
pemanas ke dalam bahan pada titik terdinginnya. Karakteristik ketahanan panas dinyatakan
dengan nilai D dan nilai Z. Untuk mencapai level pengurangan jumlah mikroba yang
diinginkan, amaka ditentukan siklus logaritma pengurangan mikroba. Kemudian dihitung
nilai sterilitasnya pada suhu tertentu (Fo). Nilai Fo ini ditentukan sebelum proses termal
berlangsung. Nilai Fo dapat dihitung pada suhu standar atau pada suhu tertentu, dimana untuk
menghitungnya perlu diketahui nilai D dan nilai Z (Kusnandar, 2008).

Nilai D menyatakan ketahahanan panas mikroba atau sensitifitas mikroba oleh suhu
pemanasan. Nilai D didefinisikan sebagai waktu dalam menit pada suhu tertentu yang
diperlukan untuk menurunkan jumlah spora atau sel vegetatif tertentu sebesar 90% atau satu
logaritmik. Setiap mikroba memiliki nilai D pada suhu tertentu. Semakin besar nilai D suatu
mikroba pada suatu suhu tertentu, maka semakin tinggi ketahahan panas mikroba tersebut
pada suhu yang tertentu. Nilai D umumnya dinyatakan pada suhu standar. Untuk bakteri
mesofilik atau termofilik umumnya menggunakan suhu standar 121oC, sedangkan untuk sel
vegetatif, khamir, atau kapang umumnya menggunakan suhu yang lebih rendah (80-100C).
Nilai D pada suhu standar ini sering dituliskan dengan nilai Do (Anonim, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas proses thermal pencapaian kecukupan
proses panas sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, faktor-faktor yang
mempengaruhi proses termal harus dikontrol dengan baik dan dikendalikan. Berdasarkan
persyaratan pendaftaran ke FDA, terdapat faktor-faktor kritis yang dapat mempengaruhi
proses pemanasan dan sterilisasi, yang dapat berbeda antara satu produk dengan produk
lainnya. Di antara faktor-faktor kritis yang perlu diidentifikasi pengaruhnya adalah: (a)
karakteristik

bahan

yang

dikalengkan

(pH

keseimbangan,

metode

pengasaman,

konsistensi/viskositas dari bahan, bentu/ukuran bahan, aktivitas air, persen padatan, rasio
padatan/ cairan, perubahan formula, ukuran partikel, jenis pengental, jenis pengawet yang
ditambahkan, dan sebagainya), kemasan (jenis dan dimensi, metode pengisian bahan ke
dalam kemasan), (b) proses dalam retort (jenis retort, jenis media pemanas, posisi wadah
dalam retort, tumpukan wadah, pengaturan kaleng, kemungkinan terjadinya nesting (Anonim
c, 2008).
Bacillus cereus merupakan bakteri gram-positif, aerobik, batang pembentuk spora,
kadang-kadang memperlihatkan reaksi gram-negatif. Bacillus cereus merupakan bakteri
fakultatif anaerob dengan ukuran sel-sel vegetatif dalam bentuk rantai. Beberapa galur
bersifat psikotropik, dan galur lainnya bersifat mesofilik dan termofilik. Beberapa tidak dapat
tumbuh pada makanan dingin yang disimpan panas pada suhu di atas 60C (Anonim, 2009).
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies utama
bakterigram negatif. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang 20-40C, optimum pada 37C.
Pada umumnya, bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan pada
manusia, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. E. coli banyak digunakan
dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-

gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih karena pertumbuhannya
sangat cepat dan mudah dalam penanganannya (Anonim, 2009).
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini
terogolong baketri mesofilik. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan
menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu,
Pseudomonas aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada
mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal pada
manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada pasien rumah
sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Bakteri ini adalah jenis bakteri
gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunya flagella polar sehingga bakteri ini bersifat
motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 m. Bakteri ini tidak menghasilkan spora dan tidak dapat
memfermentasikan karbohidrat (Anonim, 2010).
Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap perlakuan panas pada proses
sterilisasi. Tabel 2.1 menunjukan ketahanan relative beberapa jenis mikroba terhadap panas
yang tinggi. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap pemanasan basah yang
paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang lain. Siklus sterilisasi
dapat dirancang berdasarkan pemusnahan spora bakteri, sehingga mikroba jenis lain aka mati
secar bersamaan. Suhu yang semakin tinggi pada proses sterilisasi maka waktu yang
dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin berkurang.
Table 2.1 Ketahanan Relative Berbagai Mikroba Terhadap Panas Batch
Ketahanan

Jenis Mikroba

Relatif

Terhadap Panas
Bakteri vegetative dan khamir
1
Virus dan bakteriofage
1-5
Spora kapang
2-10
Spora bakteri
3 x 106
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers Hand Book
Table 2.2 Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora
Suhu Sterilisasi

Waktu

yang

Diperlukan

(oC)
116
118
121
125
132

Mematikan Spora (menit)


30
18
12
8
2

untuk

138
0,8
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers Hand Book
Pengaruh waktu sterilisasi terhadap jumlah spora yang bertahan menunjukan
karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik mikroba atau termofilik pada awal proses
sterilisasi mengalami peningkatan populasi spora kemudian dengan bertambahnya waktu
sterilisasi spora yang hidup semakin berkurang. Panas yang diberikan pada awal proses justru
akan meningkatkan populasi mikroba termofil dan setelah temperature pemanasan mencapai
temperature yang mengakibbatkan kematian mikroba (lethal temperature), maka secara
perlahan jumlah mikroba yang hidup berkurang.
Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah mikroba oleh pemanasan
dapat mengikuti persamaan linear orde -1.
dN
=k d N
dt

Persamaannya :

.(2.1)

= jumlah mikroba

= waktu pemanasan

Kd

= konstanta laju kematian mikroba

Integrasi persamaan 2.1 menjadi :

Nt kt
=e
N0

.(2.2)

N0

= jumlah mikroba sebelum pemanasan pada t = 0

Nt

= jumlah mikroba setelah pemanasan periode t

Logaritma normal persamaan 2.2 memberikan korelasi linear terhadap waktu,


ln

Nt
=k d t
N0

.(2.3)

N0 sering disebut level kontaminasi (jumlah mikroba sebelum pemanasan kontaminasi


mikroba sebelum disterilisasi ) dan Nt adalah level sterilisasi.
Dalam proses sterilisasi dikenal istilah decimal reduction time atau destruction value
(D) yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam meit pada suhu tertentu untuk
mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang bertahan berkurang
menjadi 1/10, sehingga persamaan 2.2 dapat dituliskan :
Nt
=ekD
.(2.4)
N0

D=

ln 10
.(2.5)
k

Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) bergantung pada temperatur, mengikuti
persamaan Arhenius:
kd=k d 0 e

Ed
RT

ln k d=ln k d 0

.(2.6)
Ed 1
RT T .(2.7)

Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh sebuah garis lurus
gradient Ed/R.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1

Alat yang digunakan

Beker glass 1000 mL 2 buah

Water bath

Hot plate

Tabung reaksi steril 20 buah

Thermometer

Mikroskup

Counting chamber

Kaca preparat + cover glass 5 buah

Coil tembaga

Pembakar spiritus

Pompa peristaltic

Pipet tetes 5 buah

Pipet ukur 10 mL steril 5 buah

Pipet ukur 1 mL steril 10 buah.

3.1.2

Bahan yang digunakan


Biakan Saccharomyces cerevisiae dalam media cair sebanyak 200 mL untuk sterilisasi
batch, dan 1000 mL untuk sterilisasi continous
Methyl Blue
Alcohol
Es untuk pendingin

Masukan dalam gela kimia

3.2 Diagram Kerja


A. Sterilisasi Batch

p dengan perbesaran 10x40. Hitung jumlah mikroba yg ada yang (hidup & mati) amati secara duplo dengan 2 ruang pa

Di preparasi di kaca preparat

pengamatan dalam tabel untuk To,t1,t2,t3,t4( ulangi pengamatan terhadap sampel yang lainnya)

Panaskan tabung dalam penangas air dengan waktu yang telah ditentukan dan penga

Panaskan air sebanyak 500 mL

B. Sterilisasi Continuous
Susun rangkaian alat sterilisasi kontinue
Masing-masing di isi dengan sampel 10 mL kemudian diberi tanda untuk T0, t1, t2, t3, dan t4

Panaskan water batch pada T1

Atur laju alir biakan pada q1, tamping media aliran keluaran dalam tabung reaksi steril
setelah melewati waktu tinggal dalam pipa/selang.

Amati sel hidup dan sel mati yang keluar.

Ulangi proses sterilisasi pada T2 dan T3

BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pengamatan

A. Sterilisasi Batch

T=40 C

T=50 C

T=60 C

B. Sterilisasi Kontinu

T= 40C

T= 50C

T= 60C

T= 70C

4.2 Pengolahan Data

A. Sterilisasi Batch
Nt
Perhitungan ln N 0

untuk variasi suhu yang berbeda:

T = 40C
ln

Nt
N0

= ln

114
115

= - 0,0087

ln

Nt
No

= ln

103
105

t2=50 detik

= - 0,0192

t3=75 detik

ln

Nt
N0

= ln

38
49

= - 0,2542

t4=100 detik

ln

Nt
N0

= ln

27
44

= - 0,4883

t5=120 detik

ln

Nt
N0

= ln

21
54

= - 0,9444

t1=25 detik

Grafik t (detik) terhadap ln Nt/No pada T=40C


0
-0.2 20
-0.4
ln Nt/No
-0.6
-0.8
-1

40f(x) =60- 0.01x80+ 0.37100


R = 0.88

120

140

waktu t (detik)

T = 50C
t1=25 detik

ln

Nt
N0

= ln

98
103

t2=50 detik

ln

Nt
No

= ln

30
57

= - 0,6418

t3=75 detik

ln

Nt
N0

= ln

36
77

= - 0,7603

t4=100 detik

ln

Nt
N0

= ln

28
111

= - 1,3773

t5=120 detik

ln

Nt
N0

= ln

12
102

= - 2,1401

= - 0,0497

Grafik t (detik) terhadap ln Nt/No pada T=50C


0
ln Nt/No

-1

= - 0.02x
20 f(x)40
60 + 0.51
80
R = 0.94

100

120

140

-2
-3
waktu t (detik)

T = 60C
t1=25 detik

ln

Nt
N0

= ln

13
32

= - 0,9008

t2=50 detik

ln

Nt
No

= ln

10
37

= - 1,3083

t3=75 detik

ln

Nt
N0

= ln

8
57

= - 1,9636

t4=100 detik

ln

Nt
N0

= ln

4
68

= - 2,8332

ln

Nt
N0

= ln

3
84

= - 3,3322

t5=120 detik

Grafik t (detik) terhadap ln Nt/No pada T=60C


0
20
ln Nt/No -2

40
60
80
f(x) = - 0.03x - 0.1
R = 0.99

100

-4
waktu t (detik)

Perhitungan Kd (T = 40oC):
y=ax+b
y=0,009 x0,368

berdasarkan persamaan ln

Nt
=Kd .t
No

Kd=0,009

Perhitungan Kd (T = 50oC):
y=ax+b

y=0,020 x0,508
berdasarkan persamaan ln

Nt
=Kd .t
No

Kd=0,020

Perhitungan Kd (T = 60oC):
y=ax+b

120

140

y=0,026 x0,100
berdasarkan persamaan ln

Nt
=Kd .t
No

Kd=0,026

Grafik 1/T terhadap ln Kd


0
ln Kd

-2

-4

f(x) = - 5555.74x + 13.12


R = 0.93

-6

1/T

Perhitungan Ed:
Y = -5555x + 13,12
Berdasarkan persamaan :
ln k d=ln k d 0

Ed 1
RT T

Ed
Maka,
R

= -5555

Ed

= - 5555 x 0,082

Ed

= - 455,51 J

Perhitungan Desimal reduction time (D)


D=

ln10
kd

D1 =

ln 10
0,009

= 255,8427

D2 =

ln 10
0,020

= 115,1292

D3 =

ln 10
0,026

= 88,5909

B. Sterilisasi Kontinu

Perhitungan Q (saat kalibrasi)

40 ppm
V = 11 mL
t = 1 menit = 60 detik
V
Q= t
=

11
60

= 0,183 mL/detik

50 ppm
V = 13 mL
t = 1 menit = 60 detik
V
Q= t
=

13
60

= 0,217 mL/detik

60 ppm
V = 14 mL
t = 1 menit = 60 detik Q =

V
t

14
60

= 0,233 mL/detik

70 ppm
V = 14 mL
t = 1 menit = 60 detik
V
Q= t
=

14
60

= 0,233 mL/detik

Perhitungan Volume Pipa Spiral


Spesifikasi pipa spiral:
Banyaknya lilitan
D luar
D dalam
T antenna 1
T antenna 2
Volume pipa spiral

: 22 lilitan
: 3,6 mm
: 2,3 mm
: 108 mm-42,7 mm (pipa yang terendam) = 66 mm
: 111 mm-42,7 mm (pipa yang terendam) = 68,3 mm
: 27 mL

Pengukuran volume dilakukan dengan mengisi pipa spiral dengan air untuk
mendapatkan tinggi tabung tetapi harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam
satuan mm. hasil perhitungannya yaitu:
V tabung = 27 mL = 27 x 10-3 dm3
Dtabung dalam = 2,3 mm = 2,3 x 10-2 dm
Rtabung = 1,15 x 10-2 dm
Vtabung
27 x 10-3 dm3
t
t
t
t

= R2 t
= 3,14 x (1,15 x 10-2 dm)2 x t
= 27 x 10-3 dm3/3,14 x (1,15 x 10-2 dm)2
= 6,5018 dm
= 65,018 cm
= 650,18 mm

Perhitungan Waktu Tinggal ()

V
Q

1 =

V
Q

27
0,183

= 147,54 detik

2 =

V
Q

27
0,217

= 124,42 detik

3 =

V
Q

27
0,233

= 115,88 detik

4 =

V
Q

27
0,233

= 115,88 detik

Perhitungan ln

Nt
No

untuk variasi suhu berbeda:

T1 = 40 oC
1--- >Ln

Nt
No

= Ln

59
59+10

2 --- >Ln

Nt
No

= Ln

43
43+5

3 --- >Ln

Nt
No

= Ln

47
47+ 4

4 --- >Ln

Nt
No

= Ln

52
52+2 = ln

1--- >Ln

Nt
No

= Ln

87
87+20

2 --- >Ln

Nt
No

= Ln

51
51+3

3 --- >Ln

Nt
No

= Ln

58
58+ 4

4 --- >Ln

Nt
No

= Ln

94
94+5 = ln

= ln

= ln

= ln

59
69

= -0,1565

43
48

= -0,1100

47
51
52
54

= -0,0817

= -0,0377

T2 = 50 oC
= ln

= ln

= ln

87
107
51
54
58
62
94
99

= -0,2069

= -0,0571

= -0,0666

= -0,0518

T3 =60oC
1--- >Ln

Nt
No

= Ln

63
63+ 19

2 --- >Ln

Nt
No

= Ln

97
97+9

3 --- >Ln

Nt
No

= Ln

88
88+5

4 --- >Ln

Nt
No

= Ln

76
76+ 1 = ln

1--- >Ln

Nt
No

= Ln

57
57+ 23

2 --- >Ln

Nt
No

3 --- >Ln

Nt
No

4 --- >Ln

Nt
No

= ln

= ln

= ln

63
82

= -0,2635

97
106

= -0,0887

88
93

= -0,0552

76
77

= -0,0131

T4 =70oC

Grafik Ln

= ln

57
80

= -0,3389

= Ln

60
60+ 12

= ln

60
72

= -0,1823

= Ln

65
65+ 7

= ln

65
72

= -0,1023

= Ln

68
68+ 3 = ln

68
71

= -0,0432

Nt
No terhadap (waktu)

T= 40C

Grafik ln Nt/N0 Terhadap


0
110 115 120 125 130 135 140 145 150
ln Nt/N0 -0.1
f(x) = - 0x + 0.3
R = 0.79
-0.2
(detik)

Perhitungan Kd :
y = -0,003x + 0,303
Berdasarkan persamaan Ln

Nt
No

= - Kd . t, maka:

Kd = -(-0,003) = 0,003
T= 50C

Grafik ln Nt/N0 Terhadap


0
- 0.01x
+ 0.73
120= 125
130
135 140 145 150
-0.05110 115 f(x)
R = 1
-0.1
ln Nt/N0
-0.15
-0.2
-0.25
(detik)

Perhitungan Kd :
y = -0,006x + 0,733
Berdasarkan persamaan Ln

Nt
No

= - Kd . t, maka:

Kd = -(-0,006) = 0,006
T= 60C

Grafik ln Nt/N0 terhadap


ln Nt/N0

0
110
-0.1

115 f(x)
120
125 +
130
= - 0.01x
0.89 135
R = 1

-0.2
-0.3
(detik)

Perhitungan Kd :
y = -0,007x + 0,892
Berdasarkan persamaan Ln
Kd = -(-0,007) = 0,007

Nt
No

= - Kd . t, maka:

140

145

150

T= 70C

Grafik ln Nt/No Terhadap


0
110
ln Nt/N0 -0.2

115

120 125 130 135


f(x) = - 0.01x + 0.88
R = 0.94

140

145

-0.4
(detik)

Perhitungan Kd
y = -0,008x + 0,882

Berdasarkan persamaan Ln

Nt
No

= - Kd . t, maka:

Kd = -(-0,008) = 0,008

Tabel Kd, Ln Kd, dan 1/T untuk Sterilisasi Kontinu

Grafik ln Kd terhadap 1/T untuk Sterilisasi kontinu

Grafik ln Kd terhadap 1/T


ln Kd

0
0.01
-5

0.01

-10

0.02

0.02

f(x) = - 91.11x - 3.45


R = 0.94
1/T

Perhitungan Ed:
Y = 182,4x 9,131
Berdasarkan persamaan :
ln k d=ln k d 0

Ed 1
RT T

0.02

0.02

0.02

0.03

150

Maka,

Ed
R

= -91,10

Ed

= - 91,10 x 0,082

Ed

= - 7,4702 J

Perhitungan Desimal reduction time (D)


D=

ln10
kd

D1 =

ln 10
0,003

= 767,5283

D2 =

ln 10
0,006

= 383,7642

D3 =

ln 10
0,007

= 328,9407

D4 =

ln 10
0,008

= 287,8231

BAB V
PEMBAHASAN
Oleh: Adi Kusmayadi (121424005)
Oleh: Naura Agustina (121424021)

Dalam praktikum ini dilaksanakan percobaan untuk mengetahui kinetika kematian


mikroba dengan teknik sterilisasi media secara batch dan kontinu. Perbedaan antara sterilisasi
batch dan kontinu terletak pada pengumpanan dan recovery-nya, dimana pada batch hanya
ada sekali umpan.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kinetika kematian mikroba
dengan menguasai teknik sterilisasi secara batch dan kontinu, yaitu salah satu teknik
sterilisasi yang menggunakan panas. Oleh karena itu, pada langkah akhir praktikum ini,
dicarilah nilai konstanta laju kematian mikroba (K d), desimal destruction value (D) dan
konstanta Arhenius (Ed).
Variabel bebas yang dikenakan pada proses sterilisasi secara batch adalah temperatur
dan waktu sterilisasi yang berbeda-beda. Ini dilakukan untuk mendapatkan variabel terikat
berupa perbedaan jumlah mikroba hidup dan mati pada media untuk mengetahui pengaruh
suhu dan waktu sterilisasi terhadap kinetika kematian mikroba. Kemudian jumlah mikroba
yang hidup serta yang mati dalam setiap sampel media dibuat kedalam kurva ln N t/N0
terhadap waktu sterilisasi. Dari kurva inilah lantas didapatkan nilai laju konstanta kematian
mikroba (Kd). Dari waktu sterilisasi dan nilai Kd yang telah didapatkan kemudian dibuat
kurva

yang

ln k d k do

lantas

Ed 1
RT T

akan

menunjukkan

nilai

Ed

dengan

menggunakan

rumus

. Nilai Ed ditunjukkan oleh a pada y = ax + b. Kemudian dicarilah nilai

desimal reduction time dengan rumus D =

ln10
kd . Nilai Ed pada percobaan ini adalah

-455,51 J.
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah bahwa semakin tinggi suhu dan
semakin lama waktu serilisasi maka jumlah mikroba semakin sediktit, dan kinetika kematian
mikroba semakin tinggi.
Variabel bebas yang dikenakan pada proses sterilisasi kontinu adalah temperatur dan
laju alir yang berbeda-beda. Ini dilakukan untuk mendapatkan variabel terikat berupa jumlah

mikroba hidup dan mati yang dipengaruhi oleh perbedaan temperatur dan laju alir media.
Dari jumlah mikroba yang mati dan hidup tersebut dibuatlah kurva ln N t/N0 terhadap waktu.
Dari kurva ini didapat nilai konstanta laju kematian K d. Dari waktu sterilisasi dan nilai Kd
dibuat kurva yang lantas akan menujukkan nilai E d. Nilai Ed pada percobaan kontinu ini
adalah -7,4702 J.
Dari percobaan ini diketahui bahwa semakin tinggi suhu sterilisasi yang digunakan
dan semakin lama waktu sterlisasi maka semakin sedikit jumlah mikroba hidup yang tersisa
yang berarti pula semakin tinggi nilai kosntanta laju kematian. Semakin kecil rpm yang
digunakan, maka semakin besar laju konstanta kematian mikroba.

Oleh: Nurul Fathatun (121424023)

Praktikum kali ini adalah kinetika kematian mikroba dan teknik sterilisasi media secara
batch dan kontinu. Sterilisasi merupakan cara untuk menghilangkan atau mengeliminasi
mikroba yang tidak diinginkan yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Praktikum ini
bertujuan untuk menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses
batch dan continous, memahami pengaruh temperatur terhadap kematian mikroba dan
menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), Desimal reduction time atau
destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi.
Percobaan pertama adalah sterilisasi batch, Pada proses sterilisasi batch digunakan tiga
variasi temperatur yaitu 40oC, 50oC, dan 60oC. Masing-masing temperature digunakan lima
waktu sterilisasi yang berbeda-beda. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu
dan waktu pada proses sterilisasi dan menentukan konstanta kematian (K d). Dari percobaan
ini didapatkan nilai ln Nt/No. Dari perhitungan ln Nt/No dibuat grafik ln Nt/No terhadap waktu.
Dan dari grafik tersebut didapatkan persamaan yang dapat digunakan untuk mendapatkan
nilai Kd. Masing-masing persamaan untuk suhu 40 oC, 50oC, dan 60oC berturut-turut adalah y
= -0,009x + 0,368; y = -0,020x + 0,508; dan y = -0,026x - 0,100. Jadi dapat disimpulkan
bahwa nilai Kd dari proses sterilisasi batch yang didapatkan dari masing-masing persamaan
adalah:
Suhu (T)
40
50
60

Kd
0,009
0,020
0,026

Dari data diatas, dapat dicari nilai Ed dari grafik ln Kd terhadap 1/T. Didapatkan data
sebagai berikut:

Setelah didapatkan persamaan garis linier dari grafik ln K d terhadap 1/T, nilai Ed dapat

ln k d k do
diketahui berdasarkan rumus

Ed 1
RT T

. Dan persamaan grafik linier y = ax + b,

maka nilai -Ed / RT sama dengan nilai a. Didapatkan nilai Ed yaitu - 455,51 J.
Dan nilai Desimal reduction time (D) yang diperoleh dengan menggunakan rumus D =
ln 10
kd

adalah:
Suhu (T)
40
50
60

Kd
0,009
0,020
0,026

D
255,8427
115,1292
88,5909

Percobaan kedua adalah proses sterilisasi secara kontinu, digunakan pompa peristaltic
dengan berbagai skala untuk menentukan waktu tinggal dalam coil tembaga. Pada proses ini
digunakan empat variasi skala pompa, yaitu 40%, 50%, 60%, dan 70%. Masing-masing skala
digunakan empat variasi suhu. Sebelum melakukan sterilisasi dilakukan kalibrasi terlebih
dahulu untuk menetukan laju alir tiap skala. Dan laju alir yang diperoleh dari masing-masing
variasi adalah 0,183 mL/detik, 0,217 mL/detik, 0,233 mL/detik, 0,233 mL/detik.
Setelah disterilisasai dan dihitung jumlah mikroba yang hidup dan mati, dibuat grafik ln
Nt/No terhadap Waktu. Didapatkan nilai Kd dari masing-masing suhu.
Suhu (T)
40oC
50oC
60oC
70 oC

Kd
0,003
0,006
0,007
0,008

Dan dibuat grafik ln Kd terhadap 1/T berdasarkan data :

Dari grafik diatas dapat didapatkan nilai Ed dengan nilai - 7,4702 J


Dan nilai Desimal reduction time (D) yang diperoleh dengan menggunakan rumus D =
ln 10
kd
adalah:
Suhu (T)
40oC
50oC
60oC
70 oC

Oleh: Pria Gita Maulana (121424024)

Kd
0,003
0,006
0,007
0,008

D
767,5283
383,7642
328,9407
287,8231

BAB VI
SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Bailey, James E dan David F Ollis. 1986. Biochemical Engineering fundamentals. 2nd.
Singapore : McGraw-Hill Book Co
Kamaludi, D.dkk. 2007. Pegaruh Proses Pengawetan Baso Tahu terhadap Cemaran
Mikroba. Teknik Kimia. Politeknik Negeri Bandung
Perry, J.H. (ed). 1988, Chemical engines Hand book. 6th edition. Singapore. McGraw
Hill Book Co
Suharto, Ign. 1995. Bioteknologi dalam dunia Industri. Yogyakarta : Andi Offset
Stanbury, Peter F dan A Whitaker. 1984. Principles of Fermentation Technology.
Great Britain : A Wheaton & Co. Ltd,. Exeter

Anda mungkin juga menyukai