Anda di halaman 1dari 20

I.

TUJUAN
Jamur
- Menguasai tahapan-tahapan pengembangbiakkan jamur.
- Menguasai dan terampil membuat media padat, inokulum starter dan media
-

pertumbuhan jamur.
Menguasai dan terampilmemilih metoda yang tepat untuk menentukan

konsentrasi biomassa jamur.


Memahami profil pertumbuhan jamur melalui grafik konsentrasi mikroba (X)

terhadap waktu (t).


Menguasai dan dapat menentukan fasa-fasa pertumbuhan jamur.

Dapat menghitung dan mengevaluasi nilai laju pertumbuhan spesifik ( )


jamur.

Bakteri
- Menguasai tahapan-tahapan pengembangbiakkan bakteri.
- Menguasai dan terampil membuat media padat, inokulum starter dan media
-

pertumbuhan bakteri.
Menguasai dan terampil memilih metoda yang tepat untuk menentukan
konsentrasi biomassa bakteri (plating koloni dan optical density menggunakan

spektrofotometer).
Memahami profil pertumbuhan jamur melalui grafik konsentrasi mikroba (X)

terhadap waktu (t).


Menguasai dan dapat menentukan fasa-fasa pertumbuhan bakteri.

Dapat menghitung dan mengevaluasi nilai laju pertumbuhan spesifik ( ) bakteri.

II. LANDASAN TEORI


II.1Bakteri Escherichia coli
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies
utama bakterigram negatif. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang 20-40C,
optimum pada 37C. Pada umumnya, bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat
menyebabkan masalah kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber dan masalah
pencernaan lainnya. E. coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika.
Biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan
untuk dikembangkan. E. coli dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah
dalam penanganannya (Anonim, 2009).
2.1.1 Manfaat Escherichia coli
Bakteri E. coli yang berada di dalam usus besar manusia berfungi
untuk menekan pertumbuhan bakteri jahat, dia juga membantu dalam proses
pencernaan termasuk pembusukan sisa-sisa makanan dalam usus besar. Fungsi

utama yang lain dari E. coli adalah membantu memproduksi vitamin K melalui
proses pembusukan sisa makan. Vitamin K berfungsi untuk pembekuan darah
misalkan saat terjadi perdarahan seperti pada luka/mimisan vitamin K bisa
membantu menghentikannya.
2.1.2 BahayaEscherichia coli
Dalam jumlah yang berlebihan bakteri E. coli dapat mengakibatkan
diare, dan bila bakteri ini menjalar ke sistem/organ tubuh yang lain dapat
menginfeksi. Seperti pada saluran kencing, jika bakteri E. coli sampai masuk ke
saluran kencing dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih/kencing [ISK],
umumnya terjadi pada perilaku sek yang salah [anal sek] juga resiko tinggi bagi
wanita karena posisi anus dan saluran kencingnya cukup dekat sehingga
kemungkinan bakteri menyebrang cukup besar tepatnya ketika membersihkan
anus setelah BAB [Buang Air Besar] untuk itu arahkan air juga tangan ke arah
belakang saat membersihkan anus jangan ke depan agar tidak mengkontaminasi
saluran kencing.
Sedangkan bakteri Escherichia coli tipe O157:H7 sudah dipastikan
berbahaya, E. coli tipe O157:H7 dapat bertahan hidup pada suhu yang sangat
rendah dan asam. Untuk bakteri E. coli yang sedang mewabah di Eropa
[Jerman] saat ini belum diketahui jenisnya [kemungkinan tipe O157:H7]. Selain
di usus besar bakteri ini banyak juga di alam liar, jadi masak makanan dengan
matang dan jaga kebersihan untuk menghindari dampak buruk dari Escherichia
coli.
2.2 Kinetika Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu makhluk
hidup. Pada dasarnya pertumbuhan yaitu penambahan massa, ukuran, dan jumlah
sel. Pada mikroorganisme pertumbuhan sel dapat berubah langsung menjadi
pertumbuhan populasi, jumlah sel bertambah sangat cepat dengan waktu yang cepat
pula. Mikroorganisme dapat tumbuh dibawah pengaruh fisik, kimia, dan kondisi
nutrient. Pada nutrient yang cocok mikroorganisme menguraikan nutrient dari media
dan mengubahnya dalam komposisi-komposisi biologi. Sebagian dari nutrientnutrient digunakan untuk memproduksi energi dan sebagian lagi digunakan untuk
biosintesis dan pembentukkan produk. Pertambahan massa sel seiring dengan waktu
dapat digambarkan sebagai berikut:
Substrat + Sel/mikroorganisme Mikroorganisme + Produk
Pertumbuhan mikroorganisme merupakan contoh yang baik pada suatu reaksi
autokatalis. Pertumbuan mikrobial biasanya dicirikan dengan waktu yang

dibutuhkan untuk menggandakan massa atau jumlah sel. Waktu ganda massa dapat
berbeda dengan waktu ganda sel, karena massa sel dapat meningkat tanpa
peningkatan jumlah sel. Laju pertumbuhan ditunjukkan langsung oleh konsentrasi
sel dan penambahan jumlah sel (biomassa) yang merupakan keluaran yang normal
dari reaksi tersebut. Namun demikian, bila pada suatu lingkungan tertentu interval
antara massa sel atau penggandaan jumlah konstan dengan waktu, maka organisme
itu tumbuh pada kecepatan eksponensial. Laju pertumbuhan mikroorganisme
dicirikan dengan laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate) dinyatakan
sebagai berikut:
dCx
dT = Cx
dimana:Cx
= Konsentrasi sel dalam gram/liter
t
= waktu

= laju pertumbuhan spesifik dalam jam-1


Dengan membuat grafik In Cx terhadap t, maka didapat tg =
Metode-metode yang digunakan untuk evaluasi populasi mikroorganisme
yaitu:
a. Metode langsung: (menggunakan mikroskop) perhitungan jumlah sel,
dan countingchamber, selain itu dengan penetapan bahan kering seluler.
b. Metode tidak langsung : turbidimetri, spektrofotometri, dan
pengenceran.
Metode-metode tersebut digunakan untuk memantau dan mengkaji fenomena
pertumbuhan mikroorganisme. Untuk lebih jelasnya dapat diamati dengan kurva
pertumbuhan yaitu sebagai berikut :

KURVA

2.2.1

PERTUMBUHAN

Fasa-fasa pada Kinetika Pertumbuhan

a. Fase Lag

MIKROORGANISME

Fase awal adalah fase sejak inokulasi sel pada medium dan
merupakan suatu periode adaptasi.Pada fasa ini sebagian besar mikroba
menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan barunya dan belum
mengadakan perbanyakan sel, bahkan sebagian selnya mati, hanya sel yang
kuat saja yang bertahan hidup.Dan sintesis enzim sudah terjadi. Selama fase
ini massa sel dapat berubah tanpa adanya suatu perubahan jumlah sel.
Dapat juga terjadi fase awal yang palsu bilamana inokulum yang diberikan
terlalu sedikit atau mempunyai viabilitas yang rendah. Suatu saat bila
perubahan-perubahan telah terjadi, maka sel-sel bergerak kearah fase
tumbuh. Fase ini biasanya merupakan fase eksponensial atau fase
logaritmik. Ciri daripada fasa ini adalah Tidak ada pertumbuhan populasi
karena sel mengalami perubahan komposisi kimiawi dan ukuran serta
bertambahnya substansi intraseluler sehingga siap untuk membelah diri.
Faktor penentu fase lag:
a. Medium dan lingkungan pertumbuhan: jika medium sama dengan
medium sebelumnya, waktu adaptasi pendek atau tidak ada, jika
sangat berbeda pelu waktu untuk sintesis enzim yang dibutuhkan
untuk metabolisme (pembentukan enzim induktif).
b. Kondisi starter/inokulum
Jumlah inokulum; jumlah sel awal yang semakin tinggi

mempercepat fase adaptasi.


Germinasi spora; bila mikroba yang ditanam pada medium ada
dalam bentuk spora dan bukan sel vegetatif maka bila ia
ditanam dalam medium dengan kondisi lingkngan yang baik ,
ia akan berubah menjadi bentuk sel vegetatif dan ini

memerlukan sedikit waktu.


Mutan yag baru terbentuk perlu waktu untuk adaptasi dengan

lingkngan yang baru.


b. Fasa Petumbuhan Dipercepat (Decelerated Growth Phase)
Pada fasa ini mikroba telah dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, sel mulai membelah diri dengan kecepatan rendah, ukuran
sel dapat mencapai maksimum serta mulai adanya aktivitas metabolisme.
c. Fasa Eksponensial (Exponential/ Logarithmic Growth Phase)
Pada fasa ini pembelahan mikroba sangat cepat dan konstan mengikuti
kurva logaritmik. Dalam kondisi kultur yang optimum, sel mikroba
mengalami reaksi metabolisme yang maksimum. Selama fase logaritma,
konsentrasi nutrient esensial ada dalam keadaan cukup jenuh untuk

menunjang reaksi-reaksi metabolisme utama dari pertumbuhan. Pada saat


ini paling sensitif terhadap lingkungan
Fase logaritmik dicirikan oleh suatu garis lurus pada plot semilog
antara In x melawan waktu. Periode ini adalah keadaan pertumbuhan yang
seimbang atau mantap, dengan laju pertumbuhan spesifik. konstan dan
selnya membelah diri dengan laju yang konstan, massa menjadi dua kali
lipat, keadaan pertumbuhan seimbang.
Kekhususan fase logaritmik
a. Bila populasi sel yang sedang mengalami fasa ini dipindahkan ke
dalam medium baru dengan komposisi nutrient dan kondisi
lingkungan yang sama maka di dalam medium baru populasi sel
ini akan langsung mengalami fasa logaritma tanpa mengawali
pertumbuhan

dengan

fasa

pertumbuhan

awal/pertumbuhan

dipercepat.
b. Ditinjau dari sel bakteri secara individual, pada fase ini ukuran sel
minimum dengan dinding sel yang tipis, karena sel membelah diri
dengan sangat aktif, sintesa makrmolekul dari komponen sel
berlomba dengan waktu.
d. Fasa Pertumbuhan Diperlambat (Negative Decelerated Growth Phase)
Pada fasa ini laju pertumbuhan diperlambat, karena nutrisi dalam
medium sudah sangat berkurang, dan adanya hasil-hasil metabolisme yan
mungkin beracun atau menhambat pertumbuhan mikroba. Pada fase ini
pertumbuhan sel tidak stabil, api jumlah populasi masih naik karena jumla
sel yang tumbuh masih lebih banyak daripada jumlah sel yang mati.
e. Fasa Stationer (Stationary Phase)
Pada fasa ini kecepatan pertumbuhan adalah nol. Jumlah sel baru
sebagai hasil reproduksi, seimbang dengan jumlah sel yang mati.Ini
menyebabkan grafiknya linier dan sejajar dengan absisnya.Reproduksi sel
masih terjadi selama fasa ini menggunakan cadangan makanan yang ada
dalam protoplast sebagai building blocks pembangun sel yang baru.Karena
kekurangan nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda
dengan sel yang tumbuh pada fasa logaritmik.Pada fasa ini lebih tahan
terhadap keadaan ekstrim, seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan
kimia.Muncul modifikasi struktur biokimiawi sel.
Bila dilanjutkan, beberapa kejadian masih mungkin timbul meskipun
pertumbuhan telah terhenti, metabolisme dan akumulasi produk masih
terjadi di dalam sel atau di dalam cairan. Massa sel total dapat tetap

konstan, tetapi jumlah sel hidup cenderung menurun. Pada saat ketahanan
hidup menurun, lisis sel mungkin terjadi dan massa sel akan menurun
Lisis sel akan menyebabkan terjadinya suatu medium yang kompleks
dari produk-produk hasil lisis, oleh karena itu suatu pertumbuhan yang
sekunder, disebut pertumuhan kriptik akan erjadi. Sering juga terjadi
metabolik sekunder yang kurang penting terbentuk oleh enzim-enzim yang
sebelumnya tidak terdapat atau tidak berfungsi dalam sel. Selain itu
terjadinya penumpukan racun akibat metabolisme sel dan kandungan
nutrien mulai habis, akibatnya terjadi kompetisi nutrisi sehingga beberapa
sel mati dan lainnya tetap tumbuh sehingga jumlah sel menjadi konstan.
f. Fasa Kematian Dipercepat
Pada fasa ini jumlah kematian sel mulai dipercepat.
g. Fasa Kematian (Death Pahse)
Pada fasa ini jumlah sel yang hidup makin lama makin menurun,
sedangkan jumlah kematian (mortalitas) sel semakin banyak.Kematian ini
desebabkan oleh kondisi lingkungan yang makin memburuk, terutama oleh
makin banyaknya akumulasi hasil metabolisme yang toksik terhadap sel
(metabolit sekunder). Pada fase ini nutrisi dalam medium sudah habis,
energi cadangan dalam sel habis. Sel menjadi mati akibat penumpukan
racun dan habisnya nutrisi, menyebabkan jumlah sel yang mati lebih
banyak

sehingga

mengalami

penurunan

jumlah

sel

secara

eksponensial.Lamanya fasa ini tergantung pada species dari mikrobanya


2.2.2

dan kondisi lingkungannya sendiri.


Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan
suatu hal yang penting untuk diketahui.Pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam mengendalikan
mikroba. Berikut ini faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba:
a) Suplai Nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi
sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut
adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan
sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber
nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya
dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak bersih dan higinis pada
lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi

pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di


lingkungan seperti ini.Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan
lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir
sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
b) Suhu/Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan
pertumbuhan mikroorganisme.Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua
cara yang berlawanan:
1. Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan
dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolism
akan menurun dan pertumbuhan diperlambat.
2. Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan
terhenti, kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel
menjadi mati.
Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan
pertumbuhan mikroorganisme digolongkan menjadi tiga,yaitu:
Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka

pertumbuhan terhenti.
Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat

dan optimum (disebut juga suhu inkubasi).


Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada diatasnya maka
pertumbuhan tidak terjadi. Sehubungan dengan penggolongan suhu di
atas, maka mikroba digolongkan menjadi:

Tabel 1 :Penggolongan Bakteri menurut suhu


Kelompok

Suhu Minimum
o

suhu Optimum

Suhu Maksimum

Psikrofil
- 15 C.
10 C.
20o C.
Psikrotrof
- 1o C.
25o C.
35o C.
Mesofil
5 10o C.
30 37o C.
40o C.
Thermofil
40o C.
45 55o C.
60 80o C.
o
o
Thermotrof
15 C.
42 46 C.
50o C.
Berdasarkan ketahanan panas, mikroba dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada suhu 60 oC selama
10-20 menit.
b. Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC selama 10 menit
untuk mematikan sel.

c. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60 oC selama 10-20


menit tapi kurang dari 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
c) Keasamanatau Kebasaan (pH)
Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH
optimum yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh
pada kisaran pH 8,08,0 dan nilai pH di luar kisaran 2,0 sampai 10,0
biasanya bersifat merusak.
d) Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki

karakteristik

sendiri-sendiri

di

dalam

kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan


menjadi:
Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen
bebas.
Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.
e) Kadar Air
Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba,
air tidak hanya komponen utama dari pada plasma sel mikroba, namun air
penting bagi pelarutan makanan sebelum makanan tersebut dapat diserap
oleh sel. Selain itu juga kekurangan air dapat menyebabkan kekeringan sel
sehingga dapat mematikan mikroba
f) Cahaya
Kebanyakan mikroba dapat dirusak oleh cahaya tak langsung dari
matahari dan dalam waktu beberapa jam saja dapat dapat dimatikan oleh
cahaya yang langsung mengenainya. Sinar violet, ultraviolet, dan biru sangat
kuat untuk mematikan pertumbuhan mikroba.
g) Tekanan Osmawa
Sel-sel
mikroba
dibalut
oleh

suatu

membran

yang

semifermiabel.Membran ini dapat melewatkan air masuk ke dalam sel begitu


pula sebaliknya membrane ini mampu menahan zat-zat yang larut di dalam
cairan dimana sel-sel itu berada.Untuk tidak masuk ke dalam sel atau
menahan zat terlarut dalam sitoplasma untuk keluar dari sel. Sel-sel
merupakan suatu unit osmosis yang kecil yang responsive terhadap
perubahan-perubahan pada cairan dalam lingkungan.
III.

ALAT DAN BAHAN


- Bahan yang digunakan

Bakteri
a. Kultur murni bakteri escherichia coli sp.dalam agar miring NA (Nutrient Agar)
dengan komposisi : beef ekstrak 3 gr, pepton 10 gr, NaCl 5 gr, agar bacto 18 gr,
aquadest 1000 mL.
b. 50 mL media cair untuk starter/ inokulum dari 450 mL media pertumbuhan
dengan komposisi:
Nutrient
Sukrosa
Pepton
Beef ekstrak
Yeast ekstrak
KH2PO4
MgSO4.7H2O
Aquadest

Konsentrasi (gr)
10
5
3
2
1
0,5
500 mL

c. 500 mL air steril untuk pengenceran untuk metoda plating koloni.


d. 12 tabung reaksi yang berisi 10 mL media Nutrien Agar (NA) untuk metoda
plating koloni.

Jamur
a. Kultur murni jamur rhizopus oryzaedalam agar miring (Potato Dextrose Agar)
dengan komposisi: kentang 200 gr, dextrose 20 gr, agar bacto 16 gr, CaCO3
0,02 gr, MgSO4 0,02 gr, aquadest 1000 mL.
b. 500 mL media cair steril untuk starter/ inokulum dengan komposisi:
Nutrient
Sukrosa
(NH4)CO3
KH2PO4
MgSO4.7H2O
FeCl3
Aquadest
ZnSO4

Konsentrasi (gr)
71
3,5
0,7
0.5
0,25 mg
500 mL

c. 1 labu erlemenyer 100 mL yang berisi 50 media cair steril sebagai media

pertumbuhan.
d. Kertas saring
Alat yang digunakan
Bakteri
a. Erlemenyer 1000 mL
b. Erlemenyer 100 mL
c. Pipet steril 10 mL

d. Spectronic 20
e. Kuvet spektrofotometer
f. Tabung reaksi steril
g. Pembakar spirtus
h. Incubator shaker
i. Jarum ose
Jamur
a. Erlemenyer 100 mL
b. Corong gelas
c. Neraca analitik
d. Oven
e. Kertas saring
f. Pipet steri 10 mL
g. Cawan petr

IV.

LANGKAH KERJA
Jamur
- Pembuatan inokulum dan media pertumbuhan
Memipet 5 mL
media cair

Melakuk
an
samplin

Memasukkan dalam
tabung yang berisi
kultur murni jamur
dan lepaskan
sporanya

Memasukan media
inokulum ke dalam

Menuangkan
kedalam media

Pembuatan kurva pertumbuhan dengan menggunakan metoda


Memberi
nomor
setiap
kertas

Menimbang
kertas saring
dan catat

Inkubasi dalam
incubator shaker
selama 16 jam
pada suhu 37C,
berat
sel kering
150 rpm

Menuangkan
sample sebanyak
10 mL kedalam

Keringkan
dalam oven
selama 36 jam
pada suhu 60C

Bakteri
- Pembuatan inokulum dan media pertumbuhan
Memipet 5 mL media cair
untuk media inokulum

Inkubasi dan
ambil sample

Memasukkan kedalam
kultur yang berisi bakteri
dan melarutkan bakteri

Memasukkan
inokulum kedalam
media
pertumbuhan

Inkubasi
selama 12
jam

Pembuatan kurva pertumbuhan bakteri dengan metoda optical density dengan


menggunakan spektrofotometer
Membuat kurva baku antara berat sel kering X (mg/mL) terhadap absorbansi
(A) pada panjang gelombang 620 nm.

Kurva standar absorbansi terhadap berat kering


Absorbansi pada 620 nm
0,06
0,18
0,28
0,39
0,57
0,83
0,92
1,08
1,21
1,34

Berat sel kering (mg/ml)


0,40
1,09
1,81
2,50
3,72
5,31
5,89
6,90
7,79
8,40

Setiap sample mulai to diukur absorbansinya (A) pada panjang gelombang 620
nm, kemudian plotkan pada kurva baku untuk mendapatkan konsentrasi

biomassa X (mg/mL).
- Pembuatan kurva pertumbuhan bakteri dengan metoda planting koloni
Mencairkan media NA dan setelah siap tuangkan kedalam cawan petri.
Memipet 1 mL sample dan menuangkan ke atas media padat ratakan.
Inkubasi selama 24 jam dan hitung koloni yang terbentuk.
Melakukan pengenceran pada sample t3 karena sudah mulai pekat.

V. DATA PENGAMATAN
Jamur
Waktu

Berat kertas saring

0
1
2
5
8
11
14
17
21
25
41
19
69
72

0,44
0,53
0,42
0,52
0,48
0,45
0,56
0,377
0,44
0,4428
0,5163
0,58
0,45
0,65

Kertas saring + berat


jamur
0,5968
0,6492
0,5392
0,6815
0,6570
0,5762
0,733
0,4970
0,64
0,58
0,64
0,7245
0,6865
0,857

Bakteri
Absorbans
i
0
0,123
0,305
0,332
0,445
0,448
0,408

VI.

PENGOLAHAN DATA
Bakteri

Waktu
0
4
20
29
48
52
54

Jumlah koloni
(mg/ml)
0,01910828
0,802547771
1,961783439
2,133757962
2,853503185
2,872611465
2,617834395

Berat jamur
0,1568
0,1192
0,1192
0,1615
0,177
0,1262
0,173
0,12
0,20
0,1428
0,1463
0,1445
0,2365
0,207

Kurva Baku
Berat Sel Kering (mg/mL) VS Absobansi
f(x) = 0.16x - 0
R = 1

Absorbansi

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Berat Sel Kering (mg/mL)

t (jam)
0

0,123

0,305

20

0,332

29

0,445

48

0,448

52

0,408

54

X (mg/ml)
0,01910828
0,80254777
1
1,96178343
9
2,13375796
2
2,85350318
5
2,87261146
5
2,61783439
5

ln X
3,95763
0,21996
0,67385
4
0,75788
5
1,04854
7
1,05522
2
0,96234
7

7.00

8.00

9.00

Kurva Absorbansi (A) terhadap Waktu (t)


0.5
0.4
0.3
Absorbansi 0.2
0.1
0
0

10

20

30

40

50

60

Waktu (jam)

Kurva Konsentrasi Biomassa (X) terhadap Waktu (t)


3.5
3
2.5
2
Konsentrasi Biomassa (mg/ml) 1.5
1
0.5
0
0

10

20

30

40

Waktu (jam)

50

60

Kurva ln X terhadap Waktu (t)


2

ln X

1 f(x) = 0.06x - 1.72


0 R = 0.55
0
10
20
-1

30

40

60
Linear ()

-2
-3
-4
-5
Waktu (jam)

Y = mx + b
m = slope ; b = intersep
y = 0,059x -1,715
= slope=0,059jam

50

Jamur
X
t
0,1568
0,1192
0,1192
0,1615
0,177
0,1262
0,173
0,12
0,2
0,1428
0,1463
0,1445
0,2365
0,207

0
1
2
5
8
11
14
17
21
25
41
49
69
72

ln X
-1,85278
-2,12695
-2,12695
-1,82325
-1,73161
-2,06989
-1,75446
-2,12026
-1,60944
-1,94631
-1,9221
-1,93448
-1,44181
-1,57504

Kurva ln X terhadap Waktu (h)


0
0

10

20

30

40

50

60

70

80

-0.5
-1
ln X
-1.5
-2
-2.5
Waktu (h)

Y = mx + b
m = slope ; b = intersep
y = 0,027x+0,512
= slope=0,027/jam
VII.

PEMBAHASAN
Kinetika Pertumbuhan Bakteri Eschericia coli
Praktikum kinetika pertumbuhan bakteri ini menggunakan bakteri Eschericia coli karena

bakteri ini mudah tumbuh dalam media nutrien sederhana. Media yang digunakan
mengandung beef ekstrak, pepton, NaCl, dan aquadest. Pengamatan dilakukan dengan
mengambil sampling yang berada dalam shaker incubator sebanyak 7 kali, yaitu pada jam ke
0, 4, 20, 29, 48, 52, dan 54. Proses pertumbuhan diamati pada suhu 37 oC, karena
bakteriinitergolongkedalambakterimesofilik,yaitubakteri

yang

tidaktahanterhadaptemperaturterlalupanasdiatas 40oC danterlaludinginataudibawah 20oC.


Menurut dasar teori, seharusnya terdapat fase lag, fase eksponensial, fase perlambatan
pertumbuhan, fase stasioner, dan fase kematian. Namun, dari kurva yang terbentuk, tidak
terlihat fase lag. Dalam hal ini, pertumbuhan bakteri sangat cepat karena struktur sel dalam
bakteri sangat sederhana. Khusus untuk vakuola gas, organel ini berfungsi mengatur jumlah
vakuola gasnya sehingga bakteri dapat meningkatkan atau menurunkan kepadatan sel mereka

secara keseluruhan. Bakteri yang digunakan adalah bakteri Eschericia coli. Kecepatan
berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20 menit jika faktor media, derajat keasaman
dan suhu tetap sesuai. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode optical density
dengan menggunakan alat spektrofotometer. Metoda ini lebih mudah dan lebih cepat dari
pada metode penentuan berat sel kering karena bakteri merupakan mikroorganisme
uniselular. Pada awalnya, dibuat kurva baku antara berat sel kering (mg/mL) VS absorbansi
(A), setelah itu, setiap sampel yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang 620 nm
diplotkan dalam kurva tersebut sehingga didapatkan konsentrasi biomassa dari setiap sampel.
Lalu, dibuat kurva antara konsentrasi biomassa terhadap waktu.
Kemudian, dibuat kurva ln X terhadap waktu, sehingga didapatkan persamaan y =
0,0596x 1,7159. Dari persamaan ini, dapat diketahui nilai laju pertumbuhan spesifik bakteri
(), yaitu 0,0596/jam. Dalam proses pertumbuhan, faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan adalah jenis nutrisi, temperatur, pengadukan, pH, kadar air, dan ketersediaan
oksigen.

Kinetika Pertumbuhan Jamur Rhizopus oryzae


Jamur yang diamati kinetika pertumbuhannya pada praktikum ini adalah Rhizopus
oryzae. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, misalnya metode gravimetri,
counting chamber, plating koloni, spektrofotometri, dan sebagainya, namun metode yang
digunakan adalah gravimetri, yaitu dengan menyaring media berisi biakan dengan
menggunakan kertas saring, dioven hingga kering, kemudian ditimbang beratnya. Berat
biomassa adalah berat kertas saring setelah penyaringan dikurangi berat kertas saring
kosong.Metodainidilakukankarenasifatjamur

yang

multiselulermemilikihifadanmiseliumsehinggaakanmembentukpelet-peletdalamukuranantara
1 10 mm.
Media yang digunakan adalah media cair dengan komposisi sukrosa, (NH 4)2SO4,
KH2PO4, MgSO4.7H2O, FeSO4, dan aquades yang dibutuhkan oleh jamur selama masa
pengembangbiakan. Berdasarkan komposisinya, sumber karbon diperoleh dari sukrosa,
sumber nitrogen didapatkan dari (NH4)2SO4, sumber fosfat dari KH2PO4, dan sumber Fe dari
FeSO4. Komposisi media pertumbuhan jamur berbeda dengan bakteri, karena jamur lebih
mudah beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga komposisi untuk media pertumbuhan
jamur tidak terlalu kompleks dibandingkan dengan media pertumbuhan bakteri.

Berdasarkan pengolahan data menggunakan metode gravimetri, diperoleh kurva


konsentrasi biomassa (X) terhadap waktu (t). Menurut dasar teori, seharusnya terdapat fase
lag, fase eksponensial, fase perlambatan pertumbuhan, fase stasioner, dan fase kematian.
Namun, dari kurva yang terbentuk, fase-fase tersebut tidak dapat dibedakan. Hal ini
disebabkanpertumbuhan

jamur

yang

digunakandalampercobaaninimemilikimemiliki

cenderung
hifa

lambatJamur

yang

coenositiksehinggatidakbersekat.

Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti
dengan pembelahan sitoplasmasehinggapertumbuhanjamurberlangsunglambat.

Selain itu,

media pertumbuhan yang sering dimasukkan ke dalam kulkas membuat jamur tidak aktif, dan
setelah dikeluarkan, jamur masih dalam masa adaptasi, sehingga pertumbuhan jamur menjadi
naik-turun dan tidak optimal.
Dengan membuat garis eksponensial pada kurva ln X terhadap waktu, didapatkan
persamaan y = 0,0053x 1,9868. Dari persamaan ini, dapat diketahui bahwa nilai laju
pertumbuhan spesifik jamur adalah 0,0053/jam. Dapat dilihat, bahwa laju pertumbuhan jamur
lebih kecil daripada laju pertumbuhan bakteri. Dalam proses pertumbuhannya, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi, yaitu jenis nutrisi, temperatur, pengadukan, pH, kadar air,
oksigen, tekanan osmosis, dan cahaya. Dari faktor pengadukan, jamur memerlukan
pengadukan yang lebih cepat daripada bakteri.

VIII. KESIMPULAN
Simpulan yang didapat dari percobaan yang dilakukan adalah :
Laju pertumbuhan spesifik () dari jamurRhyzopus oryzae sebesar 0,027 /jam
Laju pertumbuhan spesifik () dari bakteriEschericia colisebesar 0,059/jam
Lajupertumbuhanjamurlebihlambatdibandingkanlajupertumbuhanbakteri
Terdapat fasa-fasa dalam kurva pertumbuhan ragi rhyzopus oryzaedanEschericia
coli, yaitu:
a. Fasa adaptasi ( Lag Phase )
b. Fasa eksponensial ( Log Phase )
c. Fasa Perlambatan ( Deceleration Phase )
d. Fasa Tetap ( Stationer Phase )
e. Fasa Kematian ( Death Phase )
Ada beberapa factor yang mempengaruhi pertumbuhan jamurdanbakteri yaitu jenis
nutrisi, temperatur, pengadukan, pH, kadar air dan oksigen

IX.

DAFTAR PUSTAKA
Djumali M. 1994. TeknologiBioproses. PenebarSwadaya
MW.Emmanuela,dkk.,
BukuPraktikumDasarBioproses.
PoliteknikNegeri Bandung

JurusanTeknik

Kimia

Shuler Michael L. 1992.Bioprocess Engineering Basic Concepts.Prentince-Hall


International Inc. New Jersey.

Anda mungkin juga menyukai