Anda di halaman 1dari 12

BALANCE, 2 (September) , 42 - 53.

Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya 2004


Gedung Karol Wojtyla, Jalan Jenderal Sudirman 51 Jakarta 12930

KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN: KAJIAN ATAS


KINERJA MANAJEMEN, KUALITAS AUDITOR, DAN OPINI AUDIT
Nur Anissa*
ABSTRACT
This paper examines the relation of auditor quality, audit opinion, profitability, and
leverage with concentration over timelines of financial statement distribution. The manufacture
firms listed in BEJ 2000 used the object of this study. The hypothesis examined by binary logistic
regression.The result of this research shows that audit quality, profitability, and leverage are not
significantly affect the timelines. As news proxy audit opinion is significantly effect the timelines
to report financial statement. Audit opinion in this research describes management behavior to
report financial statement.
Keywords : Timelines, Auditor Quality, Audit Opinion, Profitability, Leverage, Logistic
Regression.
1. Pendahuluan
Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Baridwan, 1992). Oleh karena
itu, laporan keuangan sebagai sebuah informasi harus relevan untuk pengambilan keputusan.
Informasi tidak dapat dikatakan relevan jika tidak tepat waktu; informasi harus tersedia untuk
pengambilan keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi
keputusan.
Hendriksen (1995) mengungkapkan bahwa jika data akuntansi harus relevan bagi
pengambilan keputusan investor, data itu harus memberikan input ke dalam model keputusan
para investor. Laporan keuangan sebagai sebuah informasi akan bermanfaat dalam pengambilan
keputusan oleh para pemakainya apabila relevan dan andal. Informasi yang relevan adalah
informasi yang predictable, mempunyai feed back value, serta tepat waktu (Smith dan Skousen,
1997). Kenley dan Stubus (1972) menyatakan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan
perusahaan dapat berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Dyer dan McHugh (1975)
berpendapat bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan (timelines) merupakan karateristik
penting bagi laporan keuangan. Selain itu, menurut Kim dan Verrechia (1997), laporan keuangan
yang dilaporkan secara tepat waktu akan mengurangi informasi asimetri.
Agar laporan keuangan tepat, akurat, dan dapat diandalkan memperoleh kepercayaan
publik, terutama calon investor, laporan keuangan harus diperiksa oleh akuntan publik selaku
auditor independen. Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1985 tentang peraturan pasar modal,
perusahaan yang telah memasuki pasar modal wajib memberikan laporan keuangan yang telah
diperiksa oleh akuntan publik kepada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Hal ini
memberi makna bahwa selain laporan keuangan sebagai ukuran kinerja manajemen, auditor
dengan opininya juga mewarnai informasi laporan keuangan.
*

Dosen Tetap STIE BPD Jawa Tengah

42

BALANCE [VOL. 1, NO.2 SEPTEMBER: 42 - 53]

Kewajiban melaporkan laporan keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan publik
memberikan informasi kepada pemakai laporan keuangan tentang informasi tersebut. Mengacu
pada teori agensi, auditor diharapkan menjadi mediator yang menjamin pengungkapan guna
mengurangi keasimetrian informasi. Williams (1988) menyatakan bahwa secara logis perusahaan
akan mencari auditor yang akan memuaskan kepentingan investor sehingga saham perusahaannya
senantiasa direspon positif oleh para investor. Auditor yang berkualitas dan opini audit wajar
tanpa pengecualian berdasarkan perspektif informasi bagi investor merupakan good news, apalagi
auditor merupakan pihak yang independen (dalam konteks agensi) dan opini audit merupakan
informasi yang berasal dari pihak yang independen. Manajemen yang mengerti pentingnya
informasi akan menyampaikan berita baik tersebut secepatnya.
Scott (1997) mengungkapkan bahwa laporan keuangan masih bermanfaat bagi investor
untuk mengembangkan prediksinya bahwa baik atau buruknya laporan keuangan akan
mempengaruhi kondisi pada masa yang akan datang. Profitabilitas, leverage, dan ukuran
perusahaan sebagai bagian dari laporan keuangan akan mempengaruhi sikap investor. Altman
(1968) mengemukakan bahwa perusahaan dengan nilai aset lebih kecil daripada kewajibannya
akan menghadapi bahaya kebangkrutan. Selain itu, Mautz (1954) berpendapat bahwa perusahaan
besar cenderung lebih banyak disorot oleh investor dan lebih banyak mendapat tekanan untuk
memberikan informasi secara tepat waktu. Dalam perspektif lain, Dyer dan McHugh (1975)
berpendapat bahwa ada kecenderungan bagi perusahaan yang mengalami keuntungan atau profit
untuk menyampaikan laporan secara tepat waktu; sebaliknya perusahaan yang mengalami
kerugian melaporkan terlambat. Menurut Givoly dan Palmon (1982;489), ketepatan waktu dan
keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika
penyampaian laporan keuangan dianggap sebagai informasi, kinerja perusahaan yang diproksi
dalam profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan akan mempengaruhi sikap investor dalam
berinvestasi. Dengan demikian, kinerja perusahaan akan memotivasi manajemen untuk sesegera
mungkin atau menunda penyampaian laporan keuangannya.
2. Perumusan Masalah
1. Apakah opini audit yang diberikan oleh auditor mendorong perusahaan untuk malaporkan
laporan keuangannya dengan tepat?
2. Apakah perusahaan yang diaudit oleh auditor yang berkualitas cenderung lebih tepat dalam
menyampaikan laporan keuangannya daripada perusahaan yang diaudit oleh auditor yang
kurang berkualitas?
3. Apakah profitabilitas mendorong perusahaan untuk melaporkan laporan keuangannya dengan
tepat?
4. Apakah perusahaan yang kemampuan membayar utangnya besar cenderung melaporkan
laporan keuangannya dengan tepat?
3. Tinjauan Teoritis
3.1 Ketepatan Waktu
Menurut Ang (1997), informasi yang tepat waktu berarti jangan sampai informasi yang
disampaikan sudah basi atau sudah menjadi rahasia umum. Baridwan (1992:5) mengartikan tepat
waktu dengan informasi yang harus disampaikan sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai
dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari
tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
Informasi mengenai kondisi dan posisi perusahaan harus secara cepat dan tepat waktu
sampai ke pemakai laporan keuangan. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan
keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam
perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan
keputusan (Hendriksen, 1992:136).

KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN [NUR ANISSA]

43

Ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara penyajian informasi yang


diinginkan dan frekuensi pelaporan informasi. Informasi tepat waktu akan mempengaruhi
kemampuan manajer dalam merespon setiap kejadian atau permasalahan. Apabila informasi itu
tidak disampaikan dengan tepat waktu, hal itu akan menyebabkan informasi tersebut kehilangan
nilai di dalam mempengaruhi kualitas keputusan. Informasi tepat waktu juga akan mendukung
manajer menghadapi ketidakpastian yang terjadi dalam lingkungan kerja mereka (Amey,1979;
Gordon dan Narayanan, 1984).
Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995
tentang pasar modal. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa perusahaan publik
diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan yang
terdaftar di Bapepam selambat-lambatnya 120 hari terhitung sejak tanggal berakhirnya tahun
buku. Untuk laporan keuangan tengah tahunan: (1) selambat-lambatnya 60 hari setelah tengah
tahun buku berakhir jika tidak disertai laporan akuntan, (2) selambat-lambatnya 90 hari setelah
tengah tahun buku berakhir jika disertai laporan akuntan dalam rangka penelaahan terbatas, (3)
selambat-lambatnya 120 hari setelah tengah tahun buku perusahaan berakhir jika disertai laporan
akuntan yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan. Untuk laporan
keuangan triwulanan selambat-lambatnya 60 hari setelah triwulan buku perusahaan berakhir.
Menurut Dyer dan McHugh (1975), banyak pihak, seperti akuntan, manajer, dan analis
keuangan, percaya bahwa ketepatan waktu (timeliness) laporan merupakan karateristik penting
bagi laporan keuangan. Ketepatan waktu pelaporan merupakan elemen pokok bagi catatan
laporan keuangan yang memadai.
Keterlambatan pelaporan dapat berakibat buruk bagi perusahaan baik langsung maupun
tidak langsung. Secara tidak langsung para investor mungkin menanggapi sebagai pertanda
(signal) yang buruk bagi perusahaan. Chamber dan Penman (1984:2) dalam Bandi (2000)
mendefinisikan ketepatan waktu dalam dua cara. Pertama, ketepatan waktu didefinisikan sebagai
keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan.
Kedua, ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal
pelaporan yang diharapkan. Untuk melihat ketepatan waktu, biasanya suatu penelitian melihat
keterlambatan pelaporan (lag). Dyer dan McHugh (1975) menggunakan tiga kriteria
keterlambatan dalam penelitiannya: (1) preleminary lag, yaitu interval jumlah hari dari tanggal
laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preleminary oleh bursa; (2) auditors report
lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor
ditandatangani; (3) total lag, yaitu interval jumlah hari dari tanggal laporan keuangan sampai
tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Naim (1998), ketepatan waktu dilihat dari
keterlambatan pelaporan. Keterlambatan pelaporan terjadi jika perusahaan melaporkan informasi
keuangannya kepada Bapepam setelah tanggal 31 Maret. Hal ini sesuai dengan peraturan yang
dikeluarkan oleh Bapepam tahun 1995. Pengukuran ini sesuai dengan penelitian Soo dan
Schwartz (1996). Mereka mengukur keterlambatan pelaporan berdasarkan apakah perusahaan
mematuhi peraturan pelaporan informasi keuangan yang ditetapkan oleh Stock Exchange
Commision (SEC).
3.2 Kualitas Auditor
Deangelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai gabungan probabilitas
pendeteksian dan pelaporan kesalahan laporan keuangan yang material. Deangelo (1981)
menyimpulkan bahwa kantor akuntan publik yang lebih besar, kualitas audit yang dihasilkan juga
lebih baik. Perbedaan kualitas jasa yang ditawarkan kantor akuntan publik menunjukkan identitas
kantor akuntan publik tersebut. Sementara itu, product base approach menganggap bahwa
kualitas merupakan karakteristik atau atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur
(Garvin 1990). Klein dan Lefflers (1981) mengklaim bahwa harga adalah indikator kualitas.
Simunic (1980) menyatakan bahwa perbedaan karakteristik jasa audit adalah identik dengan

44

BALANCE [VOL. 1, NO.2 SEPTEMBER: 42 - 53]

penawaran. Perbedaan karakteristik jasa audit tercermin dalam perbedaan kualitas audit. Hal ini
menunjukkan bahwa makin besar fee audit, mengindikasikan bahwa kualitas audit makin baik.
Dopuch dan Simunic (1982) memproksi kualitas audit berdasarkan reputasi kantor
akuntan publik. Menurut Francis dan Wilson (1988), kualitas audit diproksi dengan reputasi
(brand name) dan banyaknya klien yang dimiliki kantor akuntan publik. Audit dilakukan sebagai
wujud dari adanya hubungan kontrak antara pihak pemberi dan penerima dalam konsep agensi
(Mesier, 2003). Sehubungan dengan hal tersebut, kualitas auditor yang mengaudit perusahaan
sangat penting. Auditor yang berkualitas merupakan informasi baik sehingga manajeman akan
segera menyampaikan laporan keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan publik yang memiliki
reputasi baik. Uraian di atas dapat dirangkum dalam hipotesis sebagai berikut.
H1 : Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berkualitas baik melaporkan laporan
keuangannya lebih tepat dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh KAP yang
kurang berkualitas.
3.3 Opini Audit
Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan pembuatan laporan setiap kali
Kantor Akuntan Publik (KAP) melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan.
Lenard et al. (1998) mengemukakan bahwa ketika auditor memeriksa kondisi keuangan suatu
perusahaan dalam audit tahunan, auditor harus menyediakan laporan audit untuk digabungkan
dengan laporan keuangan perusahaan. Laporan audit adalah langkah terakhir dari keseluruhan
proses audit (Arens, 1995). Bagian terpenting yang merupakan informasi utama dari laporan audit
adalah opini audit (pendapat akuntan). Opini wajar tanpa pengecualian berarti auditor
menyimpulkan bahwa laporan keuangan yang disusun manajemen sudah disajikan secara wajar.
Opini wajar dengan pengecualian berarti auditor menyimpulkan laporan keuangan disajikan
wajar, kecuali untuk pos-pos tertentu. Opini tidak wajar berarti auditor menyimpulkan bahwa
laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, sedangkan pernyataan tidak memberikan pendapat
berarti auditor tidak menyimpulkan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar
(Arens,1995). Pemberian opini audit atas laporan keuangan didasarkan pada keyakinan
profesional auditor terhadap hasil audit yang dilakukan.
Keefektifan laporan audit dalam membantu para pengguna laporan keuangan telah
menjadi subjek perdebatan selama ini. Salah satu hal yang diperdebatkan adalah model paragraf
penjelasan dalam laporan audit pada saat klien telah memenuhi pengungkapan dari laporan
keuangan yang diminta (Bamber dan Stratton, 1997).
Publikasi laporan keuangan melalui media massa akan mempengaruhi keputusan
berinvestasi para calon investor. Hal ini disebabkan informasi yang terkandung di dalam laporan
keuangan dianggap berita terbaru mengenai keadaan perusahaan di pasar modal. Informasi yang
berisi berita baik (good news), seperti profitabilitas meningkat, kinerja manajemen efektif dan
efisien, serta pemberian opini unqualified, akan menarik minat calon investor untuk melakukan
investasi. Opini audit dalam perspektif informasi memberikan gambaran tentang kondisi suatu
perusahaan dari pihak yang independen sehingga informasi ini merupakan informasi yang
ditunggu-tunggu oleh investor. Berdasarkan uraian di atas dapat disusun hipotesis sebagai
berikut:
H2 : Opini audit akan memotivasi perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan
secara tepat.
3.4 Profitabilitas
Profitabilitas sering dipergunakan sebagai pengukur kinerja manajemen perusahaan, di
samping pengukur efisiensi penggunaan modal. Riyanto (2000) menyatakan bahwa rentabilitas
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya
untuk menghasilkan laba. Menurut Ang (1997), rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas
menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Santoso (1995: 96)

KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN [NUR ANISSA]

45

menyatakan bahwa profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai
oleh suatu operasional perusahaan. Dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan dipakai sebagai
salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaan tentu saja berkaitan dengan
hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah dilaksanakan oleh
perusahaan dalam periode berjalan.
Profitabilitas mempengaruhi tenggang waktu pelaporan. Dyer dan Sridhar (1995)
menyatakan bahwa perusahaan dengan hasil yang baik (good news) akan melaporkan lebih tepat
daripada perusahaan yang gagal operasi atau yang merugi (bad news). Profitabilitas merupakan
pengukuran keberhasilan atau kegagalan perusahaan; dengan demikian, profitabilitas yang tinggi
mendorong pelaporan yang tepat sehingga profitabilitas merupakan signal atas kondisi
perusahaan (Manna, 1965; Fama, 1980; Watts dan Zimmerman, 1986).
Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah rasio profit
margin, return on asset,dan return on equity. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dyer dan
McHugh (1975), profitabilitas diukur dengan menggunakan return on ordinary capital,
sedangkan dalam penelitian Naim (1998), profitabilitas diukur dengan menggunakan return on
asset (ROA) dan return on equity (ROE). Dalam penelitian ini diukur dengan ROA dan ROE
seperti yang digunakan Naim dalam penelitiannya.
ROA adalah hasil pengembalian atas total aktiva. Rasio ini mencoba mengukur
efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan. Kadang-kadang rasio ini disebut hasil
pengembalian atas investasi (ROI) (Weston dan Copeland, 1995:240). ROA sebagai rasio laba
terhadap aktiva juga merupakan indikator kunci produktivitas. Perusahaan yang berhasil
mempunyai laba yang relatif besar daripada perusahaan yang kurang maju (Hamilton; 1994:26).
Hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai berikut.
H3 : Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung lebih tepat dalam
menyampaikan laporan keuangan daripada perusahaan dengan profitabilitas yang
lebih rendah.
3.5 Leverage
Leverage finansial menggambarkan struktur modal perusahaan dan berhubungan dengan
best debt-equity mix. Perusahaan menggunakan utang jangka panjang dengan bunga tetap untuk
membiayai investasinya. Weston dan Copeland (1995) menyatakan bahwa rasio leverage
mengukur tingkat aktiva perusahaan yang dibiayai oleh penggunaan utang. Perusahaan yang
mempunyai leverage yang tinggi berarti sangat tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai
aktivanya.
Tingginya rasio debt to equity atau rasio financial leverage mencerminkan tingginya
risiko keuangan perusahaan. Risiko keuangan perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa
perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan perusahaan merupakan berita
buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Altman (1968)
mengemukakan bahwa perusahaan dengan nilai aset lebih kecil daripada kewajibannya akan
menghadapi bahaya kebangkrutan. Kesimpulan ini didukung oleh Chen dan Church (1992) yang
mengkaji kemampuan variabel kegagalan pembayaran utang untuk menjelaskan opini audit.
Semakin tinggi leverage, perusahaan harus semaksimal mungkin meningkatkan labanya agar
mampu membiayai dan membayar utangnya. Apabila tidak mampu menghasilkan laba,
perusahaan tersebut akan bangkrut.
H4 : Besarnya leverage perusahaan mendorong manajemen untuk menyampaikan laporan
keuangan secara tepat waktu.
4. Metode Penelitian
4.1 Populasi dan sampel
Penelitian ini menganalisis kebijakan akuntansi perusahaan manufaktur yang tercermin
dalam laporan keuangan tahunan (annual report) yang berupa data cross section perusahaan yang

46

BALANCE [VOL. 1, NO.2 SEPTEMBER: 42 - 53]

go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2000. Sampel yang dipilih secara random
berjumlah 125 perusahaan.
4.2 Operasionalisasi dan pengukuran variabel
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikaji dan tinjauan pustaka, operasionalisasi
variabel akan diurai dalam operasionalisasi dan pengukuran variabel yang menggambarkan
pengaruh/hubungan variabel independen dan variabel dependen. Model dioperasionalisasikan
sebagai berikut: variabel independen, yang mencakup kualitas auditor, opini audit, profitabilitas,
dan leverage; variabel dependen, yang mencakup ketepatan waktu.
4.2.1 Ketepatan waktu
Pengukuran ketepatan waktu laporan keuangan perusahaan didasarkan pada peraturan
yang telah ditetapkan oleh Bapapem berdasarkan UU No. 8 Tahun 1995 yang telah diperbaharui
pada tahun 1996 dan mulai berlaku tanggal 17 Januari 1996. Berdasarkan keputusan ketua
Bapepam No. 80 tahun 1996, perusahaan wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang
telah diaudit selambat-lambatnya 120 hari setelah tahun buku berakhir. Perusahaan dikategorikan
terlambat jika laporan keuangan dilaporkan setelah tanggal 30 April, sedangkan perusahaan yang
tepat waktu adalah perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan sebelum tanggal 30 April.
Untuk perusahaan yang tidak tepat waktu mempunyai kategori 0, sedangkan untuk perusahaan
yang tepat waktu berkategori 1 (satu).
4.2.2 Kualitas auditor
Variabel ini merupakan variabel dengan dua alternatif, yaitu KAP besar dan KAP kecil.
KAP besar diberi nilai 1, sedangkan KAP kecil diberi nilai 0. Penentuan KAP besar atau KAP
kecil didasarkan pada jumlah karyawan profesional yang bekerja di kantor pusat KAP tersebut.
Data karyawan KAP didapat dari directori Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sedangkan data KAP
diambil dari laporan keuangan perusahaan yang dijadikan sampel penelitian.
4.2.3 Opini audit
Penelitian ini mengacu pada PSA 29 dan PSA 30. Maka, opini audit dikelompokkan
menjadi (1) pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion); (2) pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan paragraf penjelas (modified unqualified opinion); (3) pendapat wajar dengan
pengecualian (qualified opinion); (4) pendapat tidak wajar (adverse opinion); (5) pernyataaan
tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion). Opini wajar tanpa pengecualian diberi skor
4, wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas diberi skor 3, wajar dengan pengecualian
diberi skor 2, tidak wajar diberi skor 1, dan tidak memberi pendapat diberi skor 0.
4.2.4 Leverage financial
Degree of financial leverage (DFL) diproksi dengan persentase perubahan earning after
tax (EAT) dibagi persentase earning before interest and tax (EBIT). Leverage yang digunakan
didapat dari Capital Market Directory 2001. Leverage sebagai proksi untuk agensi ini digunakan
dalam penelitian Nihaus (1989), Cushing dan Leclere (1992), dan Abdullah (1999).
4.2.5 Profitabilitas
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan return on asset (ROA).
Pengukuran ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Naim (1998). Pengukuran dengan
ROA berarti melihat kemampuan perusahaan dengan seluruh dana yang ditanamkan dalam aktiva
yang digunakan untuk operasi perusahaan guna menghasilkan keuntungan. ROA yang digunakan
diukur berdasarkan model yang diusulkan oleh Weston dan Copeland (1995:240), yaitu membagi
laba bersih dengan total aktiva.

KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN [NUR ANISSA]

47

5. Model dan Uji Hipotesis


Binary logistic dalam penelitian ini dipilih karena variabel dependen berupa data
nominal (katagorikal). Ghozali (2001) mengemukakan bahwa asumsi distribusi multivariat tidak
dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinu (metrik) dan
kategorikal (nonmetrik). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan logistic regression karena tidak
perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya. Model regresi logistik yang digunakan
dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
Ln Tepat
= + 1KULAD + 2OPAD + 3 PROF + 4 LEV +
1 Tepat
Keterangan:
Tepat
= Ketepatan Waktu Pelaporan Laporan Keuangan
KULAD
= Kualitas Auditor
OPAD
= Opini Audit
PROF
= Profitabilitas
LEV
= Leverage
Sebelum melakukan analisis terhadap regresi logit, langkah pertama adalah menilai model overall
fit terhadap data dengan fungsi likelihood (Ghozali, 2001). Dalam pengujian, model fit likelihood
(l) ditransformasikan menjadi -2logl. Ghozali (2001) menyebutkan bahwa statistik -2logl kadangkadang disebut likehood rasio 2 statistics. Dengan demikian, pengujian atas fit model ini dapat
dilakukan dengan membandingkan antara nilai 2logl dan 2 tabel pada df (n-q). Dengan
demikian, dalam pengujian model fit ini, hipotesis akan diterima jika -2logl < 2 pada df (n-q),
dan sebaliknya jika -2logl > 2 pada df (n-q), hipotesis ditolak.
6. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Penelitian ini mengkaji ketepatan penyampaian laporan keuangan pada perusahaan yang
listing di Bursa Efek Jakarta tahun 2000. Ketepatan penyampaian laporan keuangan dianalisis
berdasarkan kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan yang bersangkutan, opini audit
yang diterima dari kantor akuntan publik, kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
(profitabilitas), dan kemampuan perusahaan untuk membayar utang (leverage). Gambaran
komposisi ketepatan waktu berdasarkan KAP, opini audit, dan profitabilitas tampak dalam tabel
berikut.
Tabel 1.
Kualitas Audit berdasarkan Lima Besar dan Non Lima Besar
Keterangan
Tepat
Tidak Tepat
Jumlah
Persentase

5 BESAR
72
29
101
83%

NON 5 BESAR
15
6
21
17%

Jumlah
87
35
122
100%

Tabel 1 menggambarkan komposisi perusahaan yang tepat waktu dan perusahaan yang
tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan ke Bapepam. Tujuh puluh dua
perusahaan klien KAP besar menyampaikan laporan keuangan secara tepat, sedangkan 29
perusahaan klien KAP besar menyampaikan laporan keuangan setelah batas yang ditetapkan.
Perusahaan klien KAP nonbesar sebesar 17% dari total sampel (122 perusahaan), enam
perusahaan di antaranya melaporkan melewati batas yang telah ditentukan.

BALANCE [VOL. 1, NO.2 SEPTEMBER: 42 - 53]

48

Tabel 2.
Opini Audit
Keterangan
WTP
WTP-PP
WDP
TMP
Tepat
85
1
1
0
Tidak Tepat
7
7
14
7
Jumlah
92
8
15
7
Persentase
75%
7%
12%
6%
Keterangan:
WTP
: Wajar Tanpa Pengecualian
WTP-PP : Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas
WDP
: Wajar dengan Pengecualian
TMP
: Tidak Memberikan Pendapat
TW
: Tidak Wajar

TW
0
0
0
0%

Jumlah
87
35
122
100%

Sebagian besar perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta memperoleh opini audit
wajar tanpa pengecualian, yaitu sebanyak 92 perusahaan. Delapan puluh lima di antaranya
menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu. Opini wajar dengan pengecualian sebesar
12% dari sampel sebanyak 122 perusahaan, atau 12 perusahaan. Sebagian besar dari opini wajar
dengan pengecualian melapor ke Bapepam melewati batas waktu yang telah ditetapkan.
Tabel 3.
Profitabilitas Perusahaan
Keterangan
Tepat
Tidak Tepat
Jumlah
Persentase

Profit
47
5
52
43%

Rugi
40
30
70
57%

Jumlah
87
35
122
100%

Tabel 3 menggambarkan komposisi perusahaan sampel berdasarkan kemampuan untuk


menghasilkan laba (profitabilitas). Perusahaan yang dapat menghasilkan laba sebayak 52
perusahaan atau sebesar 43%, sedangkan perusahaan yang tidak dapat menghasilkan laba (rugi)
sebanyak 70 perusahaan atau sebesar 57%.
7. Analisis dan Bahasan
Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan merupakan salah satu ciri dari perilaku
manajemen terkait dengan asimetri informasi antara manajemen dan pemakai laporan keuangan.
Informasi yang bermakna bagi stockholder, berkenaan dengan laporan keuangan perusahaan,
berhubungan langsung dengan ketepatan penyampaian laporan keuangan. Perilaku manajemen
dalam menyampaikan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
perusahaan. Manajer dengan kinerja baik akan sesegera mungkin menyampaikan informasi
keberhasilannya. Namun, jika manajer tersebut gagal dalam kinerjanya, ia akan menunda
pelaporan keuangan. Perusahaan yang diaudit oleh KAP besar akan cenderung sesegera mungkin
menginformasikan laporan keuangan. Begitu juga apabila perusahaan mendapatkan opini audit
yang baik, manajemen akan sesegera mungkin menyampaikan informasi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dan dengan memperhatikan kerangka berpikir serta model
penelitian, pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan model regresi logistik. Hasil
pengujian regresi logistik menunjukkan nilai 2 log likelihood sebesar 63,979, nilai ini lebih kecil

KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN [NUR ANISSA]

49

daripada tabel chi square. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi logistik
dalam penelitian ini sudah fit dengan data. Fit model ini juga didukung oleh nilai Chi Square
Hosmer dan Lemeshow Test sebesar 14,911 dengan df sebesar 8 dan signifikansi 0,061.
Signifikansi ini lebih besar dari 5%. Hal ini menunjukkan bahwa antara data dan model penelitian
tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model
tersebut sudah fit dengan data.
Tabel 4.
Multikolinieritas
Correlation Matrix

Step
1

PROF
LEV
OPAD
KULAD

PROF
1.000
.508
-.154
.145

LEV
.508
1.000
.240
.124

OPAD
-.154
.240
1.000
.151

KULAD
.145
.124
.151
1.000

Tabel 4 di atas menyajikan korelasi antara variabel independen. Korelasi antarvariabel


independen tidak terlalu besar, bahkan nilai korelasi tertinggi hanya sebesar 0,508. Hal ini
menunjukkan bahwa antarvariabel independen tidak ada hubungan yang kuat, atau dengan kata
lain dapat dinyatakan bahwa model ini tidak mengandung unsur multikolinieritas.
Tabel 5.
Hasil Regresi Logistik
Variables in the Equation

Step
a
1

PROF
LEV
OPAD
KULAD
Constant

B
-.013
.017
3.454
.603
-11.879

S.E.
.016
.967
.733
.823
3.203

Wald
.685
.000
22.170
.536
13.752

df
1
1
1
1
1

Sig.
.408
.986
.000
.464
.000

Exp(B)
.987
1.017
31.616
1.828
.000

a. Variable(s) entered on step 1: PROF, LEV, OPAD, KULAD.

Tabel 5 menginformasikan hasil pengujian dengan model regresi logistik. Profitabilitas


(ROA), Leverage (LEV), dan Kualitas Auditor (KAP) signifikansinya lebih besar dari 5%. Hal
ini memberi makna bahwa hipotesis ke-1, hipotesis ke-3 dan hipotesis ke-4 dalam penelitian ini
tidak dapat diterima. Opini audit (OPINI) pada Tabel 5 mempunyai nilai wald sebesar 22,170 df
sebesar 1; signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 5%; dengan demikian,
dapat dinyatakan bahwa opini audit memotivasi manajemen untuk menyampaikan laporan
keuangan secara tepat waktu.
Penolakan hipotesis ke-1 yang menyatakan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP
yang berkualitas baik melaporkan laporan keuangannya lebih tepat daripada perusahaan yang
diaudit oleh KAP yang kurang berkualitas memberi makna bahwa kantor akuntan publik yang
mengaudit laporan keuangan perusahaan bukan alasan keterlambatan penyampaian laporan
keuangan ke Bapepam. Gambaran objek penelitian memperlihatkan bahwa perusahaan yang
diaudit oleh KAP besar atau kecil melaporkan laporan keuangan secara tepat dan tidak tepat.
Penolakan hipotesis ini disebabkan KAP yang dipilih oleh perusahaan tidak seratus persen
menjadi wewenang manajemen, manajemen mendapat intervensi dari rapat umum pemegang

50

BALANCE [VOL. 1, NO.2 SEPTEMBER: 42 - 53]

saham yang menugaskan komite audit untuk merekomendasikan KAP yang akan mengaudit
perusahaan.
Opini audit dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk menyampaikan laporan
keuangan secara tepat. Hipotesis ini memberi makna bahwa manajemen memandang penting
opini audit sehingga sesegera mungkin disampaikan kepada pemakai informasi tersebut. Opini
yang baik mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai berita baik (good news).
Hipotesis ke-3 dalam penelitian ini adalah perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi
cenderung lebih tepat dalam menyampaikan laporan keuangan daripada perusahaan dengan
profitabilitas yang lebih rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis tersebut ditolak.
Penolakan hipotesis ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Naim (1998).
Dalam penelitian Naim (1998) ditemukan bukti empiris bahwa profitabilitas yang diukur dengan
menggunakan ROA secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan
perusahaan. Perbedaan hasil ini dimungkinkan karena waktu penelitian yang berbeda. Naim
(1998) meneliti dalam periode stabil sehingga profitabilitas merupakan parameter yang sangat
baik untuk menilai kinerja perusahaan. Pada penelitian ini periode analisis adalah periode krisis
sehingga profitabilitas tidak terlalu diperhatikan. Manajemen memandang bahwa going concern
lebih dari segalanya.
Hasil uji Regresi Logistik untuk hipotesis ke-4, yaitu besarnya leverage perusahaan,
mendorong manajemen untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu tidak
signifikan secara statistik. Artinya, variabel leverage tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Naim (1998). Dalam penelitiannya, Naim (1998) juga menemukan bukti empiris
bahwa financial distress yang diukur dengan menggunakan debt to equity ratio tidak berpengaruh
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.
Penemuan empiris dalam penelitian ini tidak konsisten dengan logika teori atau hipotesis
yang ada, yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan
waktu pelaporan keuangan perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa baik perusahaan yang
tepat waktu maupun perusahaan yang tidak tepat waktu dalam pelaporan keuangan mengabaikan
informasi leverage. Periode analisis merupakan periode krisis; sebagian besar perusahaan
mengalami permasalahan utang sehingga debtholder memberi kelonggaran penyelesaian utang
perusahaan.
8. Simpulan
Manajemen perusahaan mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan.
Laporan keuangan yang disampaikan secara tepat menunjukkan bahwa manajemen memandang
bahwa informasi yang ada dalam laporan keuangan merupakan berita baik (good news).
Manajemen perlu memilah-milah informasi berdasarkan tingkat kepentingannya sehingga
terdapat informasi yang perlu disampaikan dan tidak perlu disampaikan. Pengujian empiris
membuktikan bahwa dari empat variabel (kualitas audit, opini audit, profitabilitas, dan leverage)
yang diduga memotivasi manajemen untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat, hanya
opini audit yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang perlu disempurnakan dalam penelitian
selanjutnya. Ketepatan waktu dalam penelitian ini hanya diproksi berdasarkan waktu
penyampaian laporan keuangan ke Bapepam, padahal laporan keuangan yang disampaikan
sebelumnya sudah dipublikasikan sehingga kandungan informasinya menjadi tidak bermakna dan
proksi ini menjadi tidak tepat. Penelitian berikutnya dapat memproksi ketepatan waktu
berdasarkan jangka waktu yang diperlukan dari tanggal laporan audit sampai dengan tanggal
dipublikasikan. Selain itu, peneliti berikutnya dapat menambahkan variabel-variabel yang
informatif dan berguna dalam pengambilan keputusan, misalnya kepemilikan manajemen,
besarnya perusahaan, jenis perusahaan, dan orientasi perusahaan.

KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN [NUR ANISSA]

51

DAFTAR RUJUKAN
Anggano, Alexander. 2000. "Putusan yang Nyerempet Kerjaan Akuntan". Media Akuntansi. Edisi
13.(September).
.2001. Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Pasar Modal.
. 2002. Relevansi Peramalan (Forecasting Relevance) dan Relevansi Nilai (Value
Relevant) Komponen Laba. Simposium Nasional Akuntansi 5. (September): 126-136.
Bandi. 2000. Ketepatan Waktu Atas Laporan Keuangan Perusahaan Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi III: 66-77.
Baridwan, Zaki. 1992. Intermediate Accounting. Edisi Tujuh. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
BPFE.
Basu, S. 1978. The Effect of Earnings Yield on Assessments of The Association Between
Accounting Income Numbers and Security Price. The Accounting Review. July: 599-625.
Budi Raharja. 2001. Akuntansi dan Keuangan Untuk Manajer Non Keuangan. Edisi Pertama,
Cetakan Pertama. Yogyakarta: Andi Offset.
Chambers, Anne E. dan Stephen H. Penman. 1984. The Timeliness of Reporting and The Stock
Price Reaction to Earning Announcements. Journal of Accounting Research. (Autumn):
204-220.
Chow, C., dan Rice, S. 1982. Qualified Audit Opinions and Auditors When Clients Go Public.
The Accounting Review. (April): 326-335.
DeAngelo, L. E. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and Economics.
(December): 183-199.
Dyer, J.C.IV dan A.J. McHugh. 1975. The Timeliness of The Australian Annual Report.
Journal of Accounting Research. (Autumn): 204-219.
Dyer, J.C.IV dan A.J. McHugh.1975. The Timeliness of The Australian Annual Report. Journal
of Accounting Research. (Autumn): 204-219.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Dipenogoro.
Givoly, D., dan D. Palmon. 1982. Timeliness of Annual Earnings Announcements: some
empirical evidence. The Accounting Review 57. (July): 486-508.
Gujarati, Damodar. 1995. Basic Econometrics. Third Edition. Singapore: Mc. Graw Hill.
Hendriksen, Eldon S. 1992. Accounting Theory. 5th Edition. USA: Richard D. Irwin Inc.
Husnan, Husnan dan Enny Pudjiastuti. 1998. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kedua,
Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia. 1994. Standar Akuntansi Indonesia. Buku Satu. Jakarta: Salemba 4.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1998. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Jogiyanto. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

BALANCE [VOL. 1, NO.2 SEPTEMBER: 42 - 53]

52

Kenley, W.J. dan G.J. Stubus. 1972. Objectives and Concepts of Financial Statements.
Accounting Research Study. 3th Edition.
Keown, J. Arthur, et al. 1999. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jilid 1. Edisi Tujuh. Jakarta:
Salemba 4.
. Jilid 2. Edisi Tujuh. Jakarta: Salemba 4.
Koesbandijah. 1999. "Pengaruh Sikap Para Manajer dan Karyawan Pelaksana Sistem
Pengawasan Intern Perusahaan Terhadap Keandalan Informasi Keuangan". Media Akuntansi.
Edisi 03. (September).
Machfoedz, Masud. 1994. Financial Ratio Analysis and The Prediction of Earnings Changes in
Indonesia. Kelola : Gajah Mada Business Review. No. 7 / III / 1994: 37-114.
Naim, Ainun. 1998. Timeliness of Annual Financial Statement Submission: a preliminary
empirical evidence from indonesia. Makalah. Universitas Gajah Mada.
Petronila, Thio Anastasia dan Mukhlasin. 2003. Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap
Ketepatan Waktu Pelaporan Laporan Keuangan Dengan Opini Audit Sebagai Moderating
Variabel. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. No. 1. (Februari): 17-25.
Robert, Ang. 1997. The Intelligent to Indonesian Capital Market. Edisi 1. Media soft. Indonesia.
Santoso, Rudy Tri. 1995. Prinsip Dasar Akuntansi Perbankan. Yogyakarta: Andi Offset.
Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Cetakan Kedua. Jakarta: Elex
Media Komputindo Gramedia.
Schwartz, K. dan B. Soo. 1996. Evidence of Regulatory Non-Compliance With SEC Disclosure
Rules on Auditor Changes. The Accounting Review. 4th Edition. (October): 555-572.
Soekadi, Eddi P. 1990. Mekanisme Leasing. Cetakan 2. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Watts, Ross L., dan Jerold L. Zimmerman, 1986. Positive Accounting Theory. Prentice-Hall
International Edition.
Watts, Ross.L, dan Jerold L. Zimmerman. 1978. Towards A Positive Theory Of The
Determination Of Accounting Standards. The Accounting Review. 112-134.
Weston, Fred J. dan Thomas E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan. Edisi 9. Jilid 1. Jakarta:
Binarupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai