Bab 1
Bab 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Diabetes yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah merupakan
penyebab kematian nomor 6 di Indonesia dengan proporsi kematian 5,8 persen
setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi, cedera, dan perinatal (Kementerian
Kesehatan, 2007).
DM adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tandatanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidaknya gejala klinik
akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif di dalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai
juga gangguan metabolisme lemak dan protein (Tjokroprawiro, 2007).
Menurut data statistik dari WHO tahun 1995 terdapat 135 juta penderita DM
di seluruh dunia, tahun 2005 jumlah penderita DM meningkat mencapai sekitar
230 juta. Di Indonesia sendiri, pada 2006 jumlah penyandang diabetes (diabetasi)
mencapai 14 juta orang. Dari jumlah itu, baru 50% penderita yang sadar
mengidap, dan sekitar 30% di antaranya melakukan pengobatan secara teratur.
Menurut beberapa penelitian epidemiologi, prevalensi diabetes di Indonesia
berkisar 1,5% sampai 2,3%, kecuali di Manado yang cenderung lebih tinggi, yaitu
6,1 %. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan
berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik, dan stres berperan besar sebagai
pemicu diabetes. Tapi, diabetes juga bisa muncul karena faktor keturunan.
Komplikasi lain DM adalah kerentaan terhadap infeksi, tuberkulosis paru
dan infeksi pada kaki, yang kemudian dapat berkembang menjadi gangren.
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati
atau nekrosis (Waspadji, 2006).
Luka gangren merupakan keadaan yang diawali dari adanya hipoksia
jaringan dimana oksigen dalam jarfingan berkurang, hal tersebut akan
akan menyebabkan
telapak kaki dan selanjutnya akan memudahkan terjadinya ulkus karena adanya
kesulitn dalam proses penyembuhan luka gangren, akibatnya luka gangren sering
berakhir dengan dilakukan amputasi pada salah satu ekstrimitasnya (Waspadji,
2006). Selain itu adanya faktor aliran darah yang kurang juga akan menjadi faktor
penting dalam upaya penyembuhan luka gangren tersebut (Subekti, 2006).
Apabila sel dibiarkan dalam keadaan hipoksia dan sampai anoksik maka
akan menghmbat unsur kolagen yang dilepaskan. Penggunaan oksigen dengan
tekanan yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan perfusi pada luka gangren
tersebut. Pemberian oksigen dengan tekanan tinggi akan dapat merangsang
pembentukan kolagen dengan kecepatan tinggi pula sehingga mempercepat
penyembuhan luka (Mahdi, 1999).
Tekanan udara tinggi membuat oksigen lebih leluasa memasuki jaringan
tubuh. Oksigen, zat yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme, digunakan untuk
perbaikan sel yang rusak. Prinsip tersebut digunakan pada terapi hiperbarik
oksigen untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Salah satu penyakit
yang diupayakan sembuh dengan terapi hiperbarik adalah diabetes melitus
(penyakit kencing manis) (Susanto, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimana Asuhan Keperawatan Hiperbarik dengan diagnosa medis Diabetes
Melitus dengan Gangren di Lakesla Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys
Surabaya.
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan umum
Mengidentifikasi Asuhan Keperawatan Hiperbarik dengan diagnosa medis
dengan
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukkan bagi pelayanan di lahan
praktik agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien DM
Gangren dengan baik.
b. Untuk kelompok
Hasil seminar ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi mahasiswa lain,
yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan Hiperbarik
dengan diagnosa medis DM Gangren.