Anda di halaman 1dari 10

Amnion

I.

PENDAHULUAN
Cairan amnion mempunyai peranan penting dalam menunjang proses
kehamilan dan persalinan. Di sepanjang kehamilan normal . Kompartemen dari
cairan amnion menyediakan ruang bagi janin untuk tumbuh bergerak dan
berkembang.
Tanpa cairan amnion rahim akan mengerut dan menekan janin, pada kasus
kasus dimana tejadi kebocoran cairan amnion pada awal trimester pertama janin
dapat mengalami kelainan struktur termasuk distrorsi muka , reduksi tungkai dan
cacat dinding perut akibat kompresi rahim.(1,2,3,4)
Menjelang pertengahan kehamilan cairan amnion menjadi semakin
penting untuk perkembangan dan pertumbuhan janin , antara lain perkembangan
paru-parunya , bila tidak ada cairan amnion yang memadai selama pertengahan
kehamilan janin akan sering disertai hipoplasia paru dan berlanjut pada kematian.
Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin . Cairan
ini

mengandung

agen-agen

anti

bakteria

dan

bekerja

menghambat

pertumbuhanbakteri yang memiliki potensi patogen. .(1,2,3)Selama proses persalinan


dan kelahiran cairan amnion terus bertindak sebagai medium protektif pada janin
untuk memantu dilatasi servik. Selain itu cairan amnion juga berperan sebagai
sarana komunikasi anatara janin dan ibu. Kematangan dan kesiapan janin untuk
lahir dapat diketahui dari hormon urin janin yang diekskresikan ke dalam cairan
amnion. Cairan amnion juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk
melihat adanya kelainan-kelainan pada proses pertumbuhan dan perkembangan
janin dengan melakukan kultur sel atau melakukan spektrometer.(1,2)
Jadi Cairan amnion memegang peranan yang cukup penting dalam proses
kehamilan dan persalinan

II.

FAAL CAIRAN AMNION

Dua belas hari setelah ovum dibuahi , terrbentuk suatu celah yang
dikelilingi amnion primitif yang terbentuk dekat embryonic plate. Celah tersebut
melebar dan amnion disekelilingnya menyatu dengan mula-mula dengan body
stalk kemudian dengan korion yang akhirnya menbentuk kantung amnion yang
berisi cairan amnion.(2,3,6,)
Cairan amnion , normalnya berwarna putih , agak keruh serta mempunyai
bau yang khas agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1,008 yang
seiring dengan tuannya kehamilan akan menurun dari 1,025 menjadi 1,010. .(2,3,6)
Asal dari cairan amnion belum diketahui dengan pasti , dan masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut. Diduga cairan ini berasal dari lapisan
amnion sementara teori lain menyebutkan berasal dari plasenta.Dalam satu jam
didapatkan perputaran cairan lebih kurang 500 ml. .(2,3,)
A. Sistem Komunikasi Fetal - maternal
Cairan Amnion merupakan salah satu sistem komunikasi antara
janin dan ibu , yang merupakan suatu hal yang essensial dalam
menunjang keberhasilan proses implantasi blastosit , pengenalan ibu
terhadap kehamilan , penerimaan imunologi hasil konsepsi , menjaga
kehamilan , adaptasi ibu terhadap kehamilan , nutrisi janin ,
pematangan janin dan mungkin untuk inisiasi dari kehamilan.Cairan
amnion merupakan suatu hal yang unik yang mempunyai sistem
komunikasi langsung antara janin dan ibu. .(2,3,4)
Sistem komunikasi antara janin dan ibu yang disebut Paracrine
arm dimungkinkan melalui unsur utama dari cairan amnion seperti
urin janin dan sekresi paru-paru janin, hubungan timbal baliknya ,
produk desidua yang terdapat dalam unsur utama darah ibu memasuki
cairan amnion dan masuk ke dalam janin melalui pernafasan janin dan
penelanan cairan amnion oleh janin. .(2)
Proses Menelan

Proses menelan pada janin dimulai dari minggu ke 10 sampai


minggu 12 , dengan kemampuan usus untuk melakukan peristaltik dan
transpor glukosa aktif. , sebagian cairan amnion yang ditelan
diabsorbsi , dan yang tidak diabsorbsi akan dikeluarkan melalui kolon
bawah. Tidak jelas apa yang merangsang janin untuk melakukan
proses menelan ini , tetapi diduga saraf janin yang analog dengan rasa
haus , lambung yang kosong dan perubahan pada komposisi cairan
amnion menjadi faktor penyebab.
Proses menelan pada janin ini mempunyai efek yang sedikit
terhadap volume cairan amnion pada permulaan kehamilan, karena
volume

cairan

amnion

yang

ditelan

sedikit

jumlahnya

jika

dibandingkan dengan volume keseluruhan dari cairan amnion.


Pada kehamilan lanjut , volume cairan amnion secara substansial
diatur oleh proses menelan oleh janin ini, berdasarkan penelitian jika
proses menelan terhenti maka kemungkinan terjadinya hidroamnion
besar. .(2)
Pada janin yang aterm proses menelan berjumlah 200 760 ml per
hari sebanding dengan jumlah yang diminum oleh neonatus.. .(1,2,3)
Pergerakan cairan amnion melalui traktus digestivus mefasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan traktus tersebut.
Cairan amnion yang ditelan oleh janin memberikan kontribusi
kalori pada janin , juga kebutuhan nutrisi essensial. Pada kehamilan
lanjut sekitar 0,8 g protein , setengah dari albumin dikonstribusikan
pada janin .(2)
Volume cairan amnion
Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan
bervariasi , secara umum volume bertambah 10 ml per minggu pada
minggu ke 8 usia kehamilan dan meningkat menjadi 60 ml per minggu
pada usia kehamilan 21 minggu, yang kemudian akan menurun secara
bertahap sampai volume yang tetap setelah usia kehamilan 33

minggu.. normal volume cairan amnion bertambah dari 50 ml pada


saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada pertengahan
gestasi dan 1000 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm
jumlah cairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang.( .(1,2,3,)
Keadaan dimana jumlah cairan amnion tersebut kurang dari normal
disebut olygohidoamnion. Pada keadaan keadaan tertentu jumlah
cairan amnion dapat mencapai 2000 ml hal ini disebut dengan
hydramnion.
Pengukuran Cairan amnion
Pengukuran volume cairan amnion telah menjadi suatu komponen
integral dari pemeriksaan kehamilan untuk melihat adanya resiko
kematian janin. Hal ini didasarkan bahwa penurunan perfusi
uteroplasenta dapat mengakibatkan gangguan aliran darah ginjal dari
janin , menurunkan volume miksi dan menyebabkan terjadinya
oligohidroamnion
Selama lebih dari dua dekade , sejumlah metoda dengan
menggunakan ultrasonografi telah digunakan dalam mengukur jumlah
cairan amnion, seperti indeks cairan amnion , kantong vertika
terbesar , dan pengukuran biofisik profil
Phelan dan kawan-kawan mengemukakan suatu cara yang mudah
dan akurat dalam mengukur cairan amnion ini dengan menggunakan
indeks cairan amnion. .(1,2)
Indeks ini didapatkan dengan menambahkan kedalaman vertikal
dari kantong terbesar pada setiap kuadran uterus. Tetapi beberapa
faktor mungkin akan mempengaruhi indeks cairan amnion , seperti
dehidrasi pada ibu, dan ketinggian tempat
Fungsi cairan amnion : .(1,2,3,4,5)
1. Melindungi janin dari trauma
2. tempat perkembangan musculoskeletal janin

3. menjaga suhu tubuh janin


4. meratakan tekanan uterus pada partus
5. membersihkan jalan lahir sehingga bayi kurang mengalami
infeksi
6. Menjaga perkembangan dan pertumbuhan normal dari paru-paru
dan traktus gastro intestinalis
III.

KANDUNGAN CAIRAN AMNION


Pada permulaan kehamilan , cairan amnion di ultrafisasi oleh plasma ibu .
Pada permulaan trimester ke dua , cairan amnion sebagian besar terdiri dari cairan
ekstra seluler yang berdifusi melalui kulit janin yang kemudian mencerminkan
komposisi plasma janin . setelah minggu ke 20 kornifikasi dari kulit janin tetap
mempertahankan difusi ini dan pada saat ini komposisi terbesar pada cairan
amnion adalah urine janin. Ginjal janin mulai memproduksi urine pada minggu ke
12 usia kehamilan dan setelah minggu ke 18 memproduksi 7 14 ml per hari.
Urin janin lebih banyak terdiri dari urea , kreatinin dan asam urat dibandingkan
plasma., juga terdiri dari deskuamasi sel-sel janin , vernix, lanuga dan bermacam
sekresi. .(2)
Karena bersifat hipotonik, efek jaringan menurunkan osmolaritas cairan
amnion sejalan dengan kemajuan usia kehamilan.. Cairan pulmonum memberikan
sedikit proporsi pada volume amnion, yang difiltrasi melalui plasenta untuk
beberapa saat. .(2)
Prolaktin
Prolaktin didapatkan dalam konsentrasi tinggi di cairan amnion ,
jumlahnya bisa mencapai 10.000 ng/ml , yang didapatkan pada minggu ke 20
sampai 26 ehamilan ,hal ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar
prolaktin pada janin (mencapai 350 ng/ml) atau pada plasma ibu (mencapai
150s/d 200 ng/ml) jumlahnya makin menurun dan mencapau titik terendah setelah
kehamilan 34 minggu . beberapa penelitian membuktikan bahwa desidua
merupakan tempat sintesa prolactin yang berada dalam cairan amnion. .(2)

Fungsi dari prolactin yang berada dalam cairan amnion belum diketahui ,
tetapi berapa peneliti berkesimpulan prolaktin dalam cairan amnion berfungsi
memperbaiki transfer cairan dari janin ke bagian ibu , dan menyediakan cairan
ekstraseluler serta mempertahankan janin dari dehidrasi selama kehamilan lanjut
ketika cairan amnion biasanya bersifat hipotonik.(2)
Alpha feto protein.
Merupakan suatu glikoprotein yang disintesa yolk sac janin pada awal
kehamilan Konsentrasinya dalam cairan amnion meningkat sampai kehamilan 13
minggu dan kemudian akan berkurang.
Jika kadar Alpha feto protein ini meningkat dan diiringi dengan
peningkatan kadar asetil kolin esterase menunjukan adanya kelainan jaringan
syaraf seperti neural tube defek atau defek janin lainnya.
Jika peningkatan kadar alpha feto protein tidak diiringi dengan
peningkatan kadar asetilkolinesterase menunjukan adanya kemungkinan etiologi
lain atau adanya kontaminasi dari darah janin. .(2)
Lesitin Sphingomyelin
Lesitin ( dipalmitoyl phosphatidycholine) merupakan suatu unsur yang
penting dalam formasi dan stabilisasi dari lapisan surfaktan , yang
mempertahankan alveolar dari kolaps dan respiratori distress, sebelum minggu ke
34 kadar lesitin dan sphingomyelin dalam cairan amnion sama konsentrasinya. ,
setelah minggu ke 34 konsentrasi lesitin terhadap sphingomyelin relative
meningkat . Jika konsentrasi lesitin dalam cairan amnion lebih dari dua kali kadar
sphingomyelin ( L/S Ratio ), menunjukan resiko terjadinya gawat nafas pada janin
sangat rendah. Tetapi jika perbandingan kadar lesitin sphingomyelin kecil dari dua
resiko terjadinya gawat nafas pada janin meningkat.
Karena lesitin dan sphingomyelin juga ditemukan pada darah dan
mekonium , kontaminasi oleh kedua substansi tersebut dapat mebiaskan hasil.
(2,3,4)

Selama kehamilan sejumlah agen bioaktif bertumpuk di cairan amnion ,

kompartemen cairan amnion merupakan suatu tempat penyimpanan yang luar


biasa yang khususnya bermanfaat dalam kehamilan dan persalinan. Banyaknya
agen bioaktif yang terakumulasi dalam cairan amnion selama kehamilan

merupakan suatu hal yang tipikal dari inflamasi jaringan . Suatu hal yang unik
dari agen agen bioaktif ini adalah bersifat uterotonik seperti PGE 2 , PGF2 , PAF
dan endothelin-1 , produk-produk ini dapat dilihat pada vaginadan cairan amnion
setelah proses persalinan dimulai . Agen-agen inflamasi ini penting peranannya
dalam proses dilatasi servik . .(2)
Sitokin
Makrofag terdapat dalam cairan amnion dalam jumlah yang kecil sebelum
proses persalinan , sebenarnya leukosit tidak dapt melakukan penetrasi normal
melalui membran janin baik secara in vivo atau in vitro, tetapi dengan adanya
inflamasi dari desidua pada partus preterm , leukosit ibu akan diambil menuju
cairan amnion , fenomena juga pada partus yang aterm, aktivasi leukosit
diakselerasi oleh inflamasi dan memungkin kan melewati membran janin. .(2)
Interleukin -1
Interleukin -1 merupakan sitokin primer , yang diproduksi secara cepat
sebagai respon dari infeksi dan perubahan imunologi dan Interleukin -1 akan
merangsang sitokin lain dan mediator inflamasi lainnya.
Interleukin -1 secara normal tidak terdeteksi sebelum proses persalinan ,
Interleukin -1 baru akan muncul pada cairan amnion pada persalinan yang
preterm atau sebagai reaksi dari infeksi pada cairan amnion.
Pada kehamilan aterms eperti prostaglandin Interleukin -1 diproduksi
pada desidua setelah induksi prsalinan atau dilatasi servik, yang kemudian akan
didistribusikan pada cairan amnion dan vagina.
Sitokin lainnya yang terdapat dalam cairan amnion adalah Interleukin -6
atau Interleukin 8. .(2)
Prostaglandin
Prostaglandin terutama PGE2 juga PGF2 di dapatkan pada cairan amnion
pada semua tahap persalinan . Sebelum proses persalinan dimulai prostanoid
dalam cairan amnion dihasilkan dari ekskresi urine janin dan mungkin juga oleh
kulit , paru-paru dan tali pusat. Seiring dengan pertumbuhan janin , kadar
prostaglandin dalam cairan amnion meningkat secara bertahap.Walaupun
demikian tidak ada pertambahan kadar prostaglandin yang dapat dihubungkan

atau diinterprestasikan sebagai pertanda pre partus. faktanya jumlah total kadar
prostaglandin dalam cairan amnion pada saat kehamilan cukup bulan sebelum
persalinan dimulai sangat kecil (sekitar 1g) , karena waktu paruh prostaglandin
dalam cairan amnion sangat lama yaitu 6 12 jam , jumlah dari prostaglandin
yang memasuki cairan amnion sangat kecil. Hubungan antara peningkatan kadar
prostaglandin dalam cairan amnion dan inisiasi dari persalinan menjadi suatu
tanda tanya selama lebih 30 tahun terakhir.
Konsentrasi dari PGF2 , PGFM dan PGE pada bagian atas cairan amnion
pada saat permulaan persalinan (pembukaan 2,5 atau kurang) tidak lebih besar
dibandingkan sebelum proses persalinan , kadar prostaglandin dalam kantong
belakang cairan amnion pada saat pembukaan 3 cm jauh lebih besar dibandingkan
kadarnya sebelum proses persalinan dimulai , dan lebih lanjut kadarnya akan
meningkat seiring dengan makin majunya pembukaan servik. Lebih lanjut kadar
prostaglandin pada kantong belakang jauh lebih besar dari pada bagian atas pada
semua thap dari proses persalinan .
Kadar prostaglandin cairan amnion di bagian atas pada saat pembukaan 3
sampai dengan 5 cm secara signifikan lebih besar dibandingkan kadarnya sebelum
proses persalinan dimulai.
Setelah itu pada pembukaan 5,5 sampai dengan 7 cm tidak ada
peningkatan kadar prostaglandin pada bagian atas cairan amion.
Dilatasi cervik pada pembukaaan 3 sampai dengan 5 memegang peranan
penting dalam kemajuan persalinan . Pada tahap ini bagian janin telah masuk ke
dalam pelvis ibu , yang membagi dua cairan amnion secara anatomi dan fungsi ke
dalam dua bagian. Sebelum pemisahan lengkap dari dua bagian ini kandungan
dari cairan amnion dapat bercampur antara keduanya , tetapi setelah pemisahan
lengkap dari cairan amnion ini transfer prostaglandin dari kantong belakang ke
bagian atas menurun abahkan hilang sama sekali. PGFM yang terdapat pada
kantong belakang cairan amnion jumlahnya jauh lebih besar dari pada PGE 2 .
(2,10,11)

Lebih lanjut banyak bukti yang menunjukan bahwa peningkatan kadar

prostaglandin dalam cairan amnion bukan merupakan suatu indikasi bahwa


prostaglandin mempunyai peranan penting dalam inisiasi persalinan :

1. Tidak adanya hubungan peningkatan kadar prostaglandin dengan


proses persalinan sebelum persalinan dimulai.
2. Jumlah total prostaglandin dalam cairan amnion dan jumlah yang
memasuki cairan amnion sebelum dan selama persalinan sangat kecil
dibandingkan kadar yang dibutuhkan untuk menginduksi persalinan.
3. Kadar

Prostaglandin

pada

kantong

belakang

kompartemen

berhubungan dengan proses dilatasi servik


Platelet activing factor (PAF)
Platelet activing factor merupakan suatu reseptor yang termasuk dalam
kelompok heptahelicl dari reseptor transmembran dan berperan pada
peningkatan sel-sel myuometrium serta meningkatkan kontraksi uterus. Kadar
Platelet activing factor dalam cairan amnion meningkat selama proses
persalinan.
Platelet activing factor , seperti prostaglandin , sitokinin dan endothelin-1 ,
diproduksi di leukosit sebagai hasil proses inflamasi yang terjadi ketika servik
berdilatasi.
Platelet activing factor diinaktifkan oleh enzim Platelet activing factor
acetylhudrolase. Enzim ini didapatkan pada aktifitas spesifik yang tinggi dari
makrofag, yang terdapat dalam jumlah yang besar di desidua
Pelepasan arakidonat dari 1-alkil-2 arakidonoil fosfatidilkolin menyokong
pembentukan Platelet activing factor karena produk lain dari reaksi ini , yaitu
1-alkil lisifosfatidilkolin , yang merupakan kosubtrat untuk biosintesis Platelet
activing factor.(2)

Daftar Pustaka
1. Hacker and Mooree. 2007. Essential Obstetric and Gynaecologi 5 th Ed.. Philadelpia : WB
Saunders Company

2. Cunningham FG, MacDonald PC, Leveno KJ, Gillstrap LC. 2007. Williams Obstetrics, 21th
Ed. Connecticut: Appleton and Lange
3. Mochtar R. 2004. Sinopsis Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
4. Wiknjosastro H, Saifuddin AB Rachimhadi T (editor). 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi Ke-4.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirhardjo
5. Ganong WF. 2012. Fisiologi Kedokteran Edisi 24. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
6. Sadller TW. 2014. Embriologi Kedokteran Langman, Edisi 12. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai