Anda di halaman 1dari 2

Sendi Temporomandibula dibentuk pada bulan ke 3 saat getasi.

Perkembangan STM
awalnya berasal dari dua regio yang berlainan yaitu kondensasi mesenkim pasa blastema
temporalis dan kondilus. Blastema temporalis awalnya letaknya dibelakang kondilus masingmasing berada pada posisi berhadapan, kemudian blastema kondilus,tumbuh dengan cepat
kearah dorsolateral yang menutupi celah (Nelson, 2000).
Saat blastema kondilus masih berbentuk mesenkim terkondensasi dimana mesenkim
yang mengelilingi rawan meckel membentuk mandibula melalui pertulangan membranosa ,
celah di atasnya menjadi kavitas sendi inferior, blastema kondilus berdiferensiasi menjadi
kartilago kondilus, lalu celah sekunder akibat osifikasi temporalis yang menjadi kavitas sendi
superior. Dengan adanya celah tersebut maka terbentuklah diskus artikularis primitif. Pada
bagian atas procesuss condylaris sangat konfeks dalam arah anteroposterior dan sedikit
konfeks dalam arah mediolaeteral. Ketebalan anteroposterior 10 mm dan untuk lebar arah
mediolateral 20,4 mm (http://lontar.ui.ac.id).
Pada kondilus mandibula memiliki kapsula sendi, tuberkulum medialis dan
tuberkulum lateralis. Bagian kondilus yang berertikulasi dilapisi oleh jaringan fibroelastik
tebal, yang mengandung fibroblast dan chondrocyte. Namun, seringkali pada saat
pertumbuhan dan perkembangan mengalami kelainan yang berupa (Pedersen, 1996):
a.

Deformasi congenital atau perkembangan, seperti yang terdapat pada pada sindrom

cabang kranial pertama dan kedua, Piere Robin dan Treacher Collin syndrom yang dapat
mengakibatkan hipoplasi procesuss condylaris, hiperplasi procesuss condylaris bahkan
aplasia procesuss condylaris. Agenesis procesuss condylaris dan hipoplasia memiliki
keterkaitan dengan deformasi mandibula dan kurang berkembangnya corpus mandibula pada
sisi yang terlibat. Keadaan ini sering kali disertai dengan penonjolan antegonium, deviasi
mandibula kesisi lain yang terkena pada saat pembukaan dan maloklusi kelas II (mikrognasi).
Arthitis rheumatoid juvenile yang mengenai sendi STM, dapat terjadi pada satu sisi atau
kedua sisi mandibula, dan mengakibatkan deformitas yang serupa, yaitu mikrognasi, gigitan
terbuka (open bite), dan ankilosis yang jarang terjadi. Hyperplasia procesuss condylaris
terlihat berupa pembesaran procesuss condylaris atau pemanjangan leher procesuss
condylaris. Keadaan ini menimbulkan pemanjangan corpus mandibula pada sisi yang terlibat,
dengan pergeseran garis median mandibula menjauhi procesuss condylaris yang terlibat dan
timbul laterognasi.

b.

Artritis merupakan keradangan STM yang disebabkan oleh trauma tertentu dan infeksi.

Trauma, baik akut ataupun kronis menyebabkan arthritis yang ditandai dengan sendi yang
terasa nyeri yang sakit (artragia). Arthritis rheumatoid merupakan suatu keadaan progesif
yang ditandai dengan membengkakkan, rasa sakit yang timbul hilang, dan ketebatasan
pergerakkan sendi yang terlibat. Arthritis rheumatoid lebih sering terjadi pada dewasa, namun
pada anak-anak lebih sering disebut dengan arthritis rheumatoid juvenile dengan prevalensi
20%.
c.

Ankilosis tulang pada STM dapat terjadi pada satu sisi (unilateral) atau dua sisi

(bilateral). Penyebab paling sering adalah trauma dan infeksi, tetapi bisa juga dipengaruhi
oleh perkembangan dari arthritis rheumatoid dan prosedur operasi tertentu ( misalnya,
menisektomi tanpa rekontruksi). Penyatuan tulang yang meluas dari arcus zygomaticus (fosa
glenoidalis) hingga ke region condylaris atau subcondylaris mandibula dapat mengurangi
pergerakkan mandibula hingga nol.
d.

Neoplasia yang mengenai STM jarang ditemukan, dan biasanya bersifat jinak. Lesi yang

paling sering ditemukan adalah osteokondroma dan osteoma.


Dapus:
1.

Pedersen,Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC

2.

Nelson, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1 Edisi 15. Jakarta: EGC

3.

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/128112-R17-PRO-176-Hubunganantara-

Literatur.pdf. diakses pada tanggal 01 November 2010

Anda mungkin juga menyukai