PEMBAHASAN
A. Dilema Etik
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral
suatutindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana
setiapalternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk
menentukanyang benar atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia
tahu apa yangharus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.Nilai-nilai,
keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting pada pengambilankeputusan etik
yang menjadi bagian tugas rutin perawat. Peran perawat ditantang ketika harusberhadapan
dengan masalah dilema etik, untuk memutuskan mana yang benar dan salah; apayang
dilakukannya jika tak ada jawaban benar atau salah; dan apa yang dilakukan jika semuasolusi
tampak salah.Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional.
Kerangka pemecahan dilema etik adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan data dasar
b. Mengidentifikasi konflik
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
danmempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
e. Mendefinisikan kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
Dilema etik sulit dipecahkan karena memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara
dua atau lebihprinsip etis. Penetapan keputusan terhadap satu pilihan, dan harus membuang
yang lain menjadisulit karena keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan apalagi
jika tak satupunkeputusan memenuhi semua kriteria. Berhadapan dengan dilema etis
bertambah pelik denganadanya dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat
proses pengambilankeputusan rasional.
Dilema etika juga merupakan situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77). Untuk itu
diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam
pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
1.
2.
3.
Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilemma
4.
5.
6.
menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang melakukannya, (2)
jika legal maka disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau
lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil
keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah
yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang
memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Kerangka pemecahan dilema etik banyak
diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan /
Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain:
1.
d.Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan
yang tepat
e.Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
3. Model Murphy dan Murphy
o Mengidentifikasi masalah kesehatan
o Mengidentifikasi masalah etik
o Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
o Mengidentifikasi peran perawat
o Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
o Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
o Memberi keputusan
o Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum
untuk perawatan klien
o Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan
informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
4. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
5. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan,
komponen etis dan petunjuk individual.
Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
Mengidentifikasi Issue etik
Menentukan posisi moral pribadi dan professional
Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
2.
C.
dipasang pada anaknya yang berusia 14 tahun, yang telah koma selama 8 hari. Dalam
keadaan seperti ini, perawat menghadapi permasalahan tentang posisi apakah yang
dimilikinya dalam menentukan keputusan secara moral. Sebenarnya perawat berada pada
posisi permasalahan kuantitas melawan kuantitas hidup, karena keluarga pasien menanyakan
apakah selang-selang yang dipasang hampir pada semua bagian tubuh dapat mempertahankan
pasien untuk tetap hidup.
2.
sabuk pengaman sewaktu berjalan. Ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini, perawat
pada permasalahan upaya menjaga keselamatan pasien yang bertentangan dengan kebebasan
pasien.
3.
narkotika. Dalam posisi ini, perawat tersebut berada pada masalah apakah ia akan
mengatakan hal ini secara terbuka atau diam, karena diancam akan dibuka rahasia yang
dimilikinya bila melaporkan hal tersebut pada orang lain.
4.
Contoh masalahnya : seorang pasien yang memilih penghapusan dosa daripada berobat ke
dokter.
5.
mengatasi nyeri dengan daun-daun yang sifatnya gatal. Mereka percaya bahwa pada daun
tersebut terdapat miang yang dapat melekat dan menghilangkan rasa nyeri bila dipukulpukulkan dibagian tubuh yang sakit.
lansung
pada
praktik
keperawatan.
asuhan keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien
berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan
dirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak
terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.
- Masalah antara peran merawat dan mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah memberikan
asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering kali peran ini menjadai
kabur dengan peran mengobati. Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan
asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi
di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dari hasil penelitian, Sciortio (1992)
menyatakan bahwa pertentangan antara peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan
sering timbul dan ini bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di
Negara-negara lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini mempunyai
implikasi besar. Antara pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan
yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk perlindungan hukum
para pelaku asuhan keperawatan hal inisemakin tidak jelas penyelesaiannya.
- Berkata Jujur atau Tidak jujur
Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak merasa
bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan perawat adalah benar
(jujur) sesuai kaedah asuhan keperawatan.
Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya oleh
pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab tidak apa-apa ibu/bapak,
bapak/ibu akan baik, suntikan ini tidak sakit. Dengan bermaksud untuk menyenangkan
pasien karena tidak mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan
suntikan yang diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema
etik. Bila perawat berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien dan
bila berkata tidak jujur, perawat melanggar hak pasien.
- Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti mencuri
barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang sudah meninggal dan setalah
pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien,
perawat dengan seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan dalam
inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien. Hal ini sering terjadi karena perawat
merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi
pasien tetapi bagi keluarga kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah
komunikasi dan informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu
merupakan hal yang sangat penting, Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu secara
pasti untuk apa obat itu diambil.
Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain bahwa
menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak dibenarkan karena setiap
tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang ditempat kerja.
Selain itu ada juga permasalahan etik yg terjadi yaitu:
1)
Malpraktek
Balcks law dictionary mendefinisikan malpraktek sebagai kesalahan profesional atau
kurangnya keterampilan tidak masuk akal "kegagalan atau satu layanan render profesional
untuk melatih bahwa tingkat keterampilan dan pembelajaran umum diterapkan dalam semua
keadaan masyarakat oleh anggota terkemuka rata bijaksana profesi dengan hasil dari cedera,
kerugian atau kerusakan kepada penerima layanan tersebut atau mereka yang berhak untuk
bergantung pada mereka ".
Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang
disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence),
ataupun suatu kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno, 2005).
Malpraktek dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter, perawat. Profesional
perbankan dan akutansi adalah beberapa profesi yang dapat melakukan malpraktek.
2)
Neglience (Kelalaian)
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti
malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.
Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga
mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005).
Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan kelalaian adalah
sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati
melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap
hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.
Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia, 1994).
Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan
pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar
yang telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak
mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim
dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan
yang sama.
a. Jenis-jenis kelalaian
Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai berikut:
1. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau tidak tepat/layak.
Misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat
2. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi dilaksanakan
dengan tidak tepat.
Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur
3. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan kewajibannya.
Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak dilakukan.
Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga kesehatan
dianggap lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk tidak melakukan
tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.
2. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban.
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian
akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus terdapat
hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang setidaknya
menurunkan Proximate cause.
b.
Dampak Kelalaian
Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang luas, tidak saja
kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit, Individu perawat pelaku
kelalaian dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat berupa gugatan perdata
dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).
Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian merupakan bentuk dari
pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran autonomy, justice,
nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesainnya dengan menggunakan dilema
etik. Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara
individu dan profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan, dan
bila ini terjadi kelalaian dapat digolongan perbuatan pidana dan perdata (pasal 339, 360 dan
361 KUHP).
3)
Liability (Liabilitas)
Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang terhadap setiap tindakan atau
kegagalan melakukan tindakan. Perawat profesional, seperti halnya tenaga kesehatan lain
mempunyai tanggung jawab terhadap setiap bahaya yang timbulkan dari kesalahan
tindakannya. Tanggungan yang dibebankan perawat dapat berasal dari kesalahan yang
dilakukan oleh perawat baik berupa tindakan kriminal kecerobohan dan kelalaian.
Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan kegagalan melakukan
sesuatu yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama, seharusnya dapat dilakukan
dalam situasi yang sama, hal ini merupakan masalah hukum yang paling lazim terjadi dalam
keperawatan. Terjadi akibat kegagalan menerapkan pengetahuan dalam praktek antara lain
disebabkan kurang pengetahuan. Dan dampak kelalaian ini dapat merugikan pasien.
Perawat dalam rangka pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggung jawab yang
pangkal tolaknya bersumber dari adanya kebutuhan akan perawat untuk orang seorang,
keluarga dan masyarakat.
Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya dalam bidang perawat senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghomati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidup beragama dari orang seorang, keluarga atau penderita, keluarganya dan masyarakat.
b)
Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disetai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan perawatan sesuai dengan
kebutuhan orang seorang atau penderita, keluarga dan masyarakat.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya.
Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan ketermpilan perawatan untuk tujuan yang
bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh
kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, keagamaan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik yang dianut serta kedudukan sosial.
Perawat senantiasa mengutamakan perlindunagan-perlindungan dan keselamatan penderita
dalam melaksanakan tugas keperawatan, serta dengan matang mempetimbangkan
kemampuan jika menerima dan mengalihtugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya
dengan perawatan.
c)
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesional kesehatan lain
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dengan tenaga
kesehatan lainnya baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Perawat senantiasa menyebar luaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamanya
kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalamanya kepada sesama
perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi bidang perawatan.
d)
perawatan.
Perawatan secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi
perawatan sebagai sarana pengabdian.
e)
2.
Tanggung Gugat
Tanggung gugat yaitu sebagai konsekuensi apabila seeorang melakukan kesalahan
/kelalaian dalam melaksanakan tanggung jawab tidak sesuai dengan aturan aturan dalam
perundang undangan yang telah ditetapkan.
Peran tinggi perawat dalam pelayanan kesehatan ada tanggung jawab dan tanggung
gugat terhadap pelayanan yang dilakukan , yaitu :
a. Perawat bertanggung jawab dan tanggung gugat terhadap setiap tindakan dan pengambilan
keputusan keperawatan
b. Perawat mempertahankan kompetensinya dalam melaksanakan pelayanan keperawatan .
c. Perawat melatih diri dalam menetapkan informasi dan menggunakan kompetensi individunya
serta kualifikasi kriteria untuk menerima konsultasi tanggung jawab dan memberikan
delegasi tindakan keperawatan kepada tenaga lain.
d. Perawat berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang terkait dengan pengembangan ketentuan dari
profesi keperawatan
e. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan stndar
profesi.
Masalah masalah yang timbul dalam praktik keperawatan terkait dengan tanggung jawab
dan tanggung gugat. isu bioetis,yang terkait dengan praktik keperawatan yang berhubungan
sesama perawat dan profesi lain .isu etis ini muncul hampir terjadi disemua bidang
keperawatan
Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya. Perawat hendaknya
memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan
berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya.
Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya. Hal ini
bisa dijelaskan dengan mengajukan tiga pertanyaan berikut :
1.
2.
3.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan interaksi
antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahankan
hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien
yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak
ilmiah dalam mengatasi permasalah klien. Dalam membuat keputusan terhadap masalah etik,
perawat dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat
dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang
tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu
asuhan keperawatan dapat dipertahankan.
Permasalahan etika keperawatan pada dasarnya terdiri dari lima jenis, yaitu :
1. Kuantitas Melawan Kuantitas Hidup
2. Kebebasan Melawan Penanganan dan pencegahan Bahaya.
3. Berkata secara jujur melawan berkata bohong
4. Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan dengan falsafah agama, politik,
ekonomi dan ideologi
5. Terapi ilmiah konvensional melawan terapi tidak ilmiah dan coba-coba
Permasalahan Etika dalam Praktek Keperawatan Saat Ini
1.
Malpraktek
2.
Neglience
3.
Liability
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai
oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan nilai-nilai
keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam
mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung
jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional
berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat
memberi jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan
berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam
menyelesaikan permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
http://www.slideshare.net/YafetGeu/dilema-etik-keperawatan
Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi ketiga: Jakarta:
EGC.
Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices. Philadelphia.
Addison Wesley.
Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third Edition, by
Lippicot Philadelpia, New York
http://mitraratnasari.blogspot.com/2013/08/masalah-etik-yang-terjadidalam.html