Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Ambliopia adalah penurunan tajam penglihatan,walaupun sudah diberi


koreksi yang terbaik. Ambliopia dapat unilateral atau bilateral (jarang) yang tidak
dapat dihubungkan langsung dengan kelainan struktural mata maupun jaras
penglihatan posterior.1 Ambliopia berasal dari bahasa Yunani,yang berarti
penglihatan tumpul atau pudar (amblus : pudar, Ops : mata). Klasifikasi ambliopia
dibagi ke dalam beberapa kategori dengan nama yang sesuai dengan penyebabnya
yaitu ambliopia strabismik, fiksasi eksentrik, ambliopia anisometropik, ambliopia
isometropia dan ambliopia deprivasi.1
Ambliopia, dikenal juga dengan istilah mata malas (lazy eye),
merupakan suatu permasalahan dalam penglihatan yang memang hanya mengenai
2 3 % populasi, tapi bila dibiarkan akan sangat merugikan nantinya bagi
kehidupan si penderita. Insidensinya tidak dipengaruhi jenis kelamin dan ras.
Ambliopia tidak dapat sembuh dengan sendirinya. Ambliopia yang tidak diterapi
dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Jika nantinya pada mata
yang baik itu timbul suatu penyakit ataupun trauma, maka penderita akan
bergantung pada penglihatan buruk mata yang ambliopia, oleh karena itu
ambliopia harus ditatalaksana secepat mungkin.2
Hampir seluruh kasus ambliopia itu dapat dicegah dan bersifat reversibel
dengan deteksi dini dan intervensi yang tepat. 2,3 . Umumnya penatalaksanaan
ambliopia dilakukan dengan menghilangkan penyulit, mengkoreksi kelainan

refraksi, dan memaksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi
penggunaan yang lebih baik. Anak dengan ambliopia atau yang beresiko
ambliopia hendaknya dapat diidentifikasi pada umur dini, dimana prognosis
keberhasilan terapi akan lebih baik.1Prognosis juga ditentukan oleh jenis
ambliopia dan dalamnya ambliopia saat terapi dimulai.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.1 DEFINISI

Ambliopia adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak


mencapai optimal sesuai dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah
dikoreksi kelainan refraksinya.6 Ambliopia berasal dari bahasa Yunani yaitu
amblyos (tumpul) dan opia (penglihatan). Dikenal juga dengan lazy eye atau
mata malas.2 Amblyopia merupakan suatu keadaan dimana pemeriksa tidak
melihat apa apa dan terkadang pasien hanya dapat melihat sangat sedikit. 4
II.2 EPIDEMIOLOGI

Ambliopia adalah suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting oleh


karena menyebabkan penderitaan seumur hidup. Usaha-usaha untuk mengatasinya
memerlukan biaya yang besar, kedisiplinan yang tinggi dari dokter dan pasiennya,

juga waktu yang lama. Prevalensi ambliopia di Amerika Serikat sulit untuk
ditaksir dan berbeda pada tiap literatur, berkisar antara 1 3,5 % pada anak yang
sehat sampai 4 5,3 % pada anak dengan problema mata. Hampir seluruh data
mengatakan sekitar 2 % dari keseluruhan populasi menderita ambliopia. 3,5,6 Di
Cina, menurut data bulan Desember tahun 2005, sekitar 3 5 % atau 9 hingga 5
juta anak menderita ambliopia.2
Di Indonesia , suatu penelitian dengan sampel Murid-murid kelas 1 SD di
kotamadya bandung, menunjukkan angka prevalensi Ambliopia berkisar 1,56 %
14

. Pada sebuah penelitian di Yogyakarta , didapatkan bahwa insidensi Ambliopia

pada anak di kawasan perkotaan adalah sebesar 0,25% sedangkan di pedesaaan


sebesar 0,20%.15
Tidak ada perbedaan insidensi berdasarkan jenis kelamin dan ras. Usia
terjadinya ambliopia yaitu pada periode kritis dari perkembangan mata. Resiko
meningkat pada anak yang perkembangannya terlambat, prematur dan / atau
dijumpai adanya riwayat keluarga ambliopia.3

II.3 PATOFISIOLOGI

Pada ambliopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral, sedangkan


daerah penglihatan perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Studi
eksperimental pada binatang serta studi klinis pada bayi dan balita, mendukung
konsep adanya suatu periode kritis yang peka dalam berkembangnya keadaan
amblyopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem penglihatan

anak yang peka terhadap masukan abnormal yang diakibatkan oleh rangsangan
deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan.
Secara umum, periode kritis untuk ambliopia deprivasi terjadi lebih cepat
dibanding strabismus maupun anisometropia. Lebih lanjut, waktu yang
dibutuhkan untuk terjadinya ambliopia ketika periode kritis lebih singkat pada
rangsang deprivasi dibandingkan strabismus ataupun anisompetropia.1 Periode
kritis tersebut adalah :4

1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hinga 20/20 (6/6), yaitu
pada saat lahir sampai usia 3 5 tahun.
2. Periode yang beresiko (sangat) tinggi untuk terjadinya ambliopia deprivasi,
yaitu di usia beberapa bulan hingga usia 7 8 tahun.
3. Periode dimana kesembuhan ambliopia masih dapat dicapai, yaitu sejak
terjadinya deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia dewasa.

Walaupun mekanisme neurofisiologi penyebab ambliopia masih sangat


belum jelas, studi eksperimental modifikasi pengalaman dalam melihat pada
binatang dan percobaan laboratorium pada manusia dengan ambliopia telah
memberi beberapa masukan, pada binatang percobaan menunjukkan gangguan
sistem penglihatan fungsi neuron yang dalam/besar yang diakibatkan pengalaman
melihat abnormal dini. Sel pada korteks visual primer dapat kehilangan
kemampuan dalam menanggapi rangsangan pada satu atau kedua mata, dan sel
yang masih responsif fungsinya akhirnya dapat menurun. Kelainan juga terjadi

pada neuron badan genikulatum lateral. Keterlibatan retina masih belum dapat
disimpulkan.1
Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan terutama
interaksi kompetitif antar jalur penglihatan di kedua mata pada visual korteks
untuk berkembang hingga dewasa.7 Bayi sudah dapat melihat sewaktu lahir, tapi
mereka harus belajar bagaimana menggunakan mata mereka. Mereka harus
belajar bagaimana untuk fokus, dan bagaimana cara menggunakan kedua mata
bersamaan.8 Penglihatan yang baik harus jernih, bayangan terfokus sama pada
kedua mata. Bila bayangan kabur pada satu mata, atau bayangan tersebut tidak
sama pada kedua mata, maka jaras penglihatan tidak dapat berkembang dengan
baik, bahkan dapat memburuk.9 Bila hal ini terjadi, otak akan mematikan mata
yang tidak fokus dan orang tersebut akan bergantung pada satu mata untuk
melihat.8

II.4 KLASIFIKASI

Ambliopia

dibagi

kedalam

beberapa

bagian

sesuai

dengan

gangguan/kelainan yang menjadi penyebabnya.1

AMBLIOPIA STRABISMIK

Ambliopia yang paling sering ditemui ini terjadi pada mata yang
berdeviasi konstan. Tropia yang tidak bergantian (nonalternating, khususnya

esodeviasi) sering menyebabkan amblyopia yang signifikan.1 Ambliopia


umumnya tidak terjadi bila terdapat fiksasi yang bergantian, sehingga masing
masing mata mendapat jalan / akses yang sama ke pusat penglihatan yang lebih
tinggi. Bila deviasi strabismus berlangsung intermiten, maka akan ada suatu
periode interaksi binokular yang normal sehingga kesatuan sistem penglihatan
tetap terjaga baik.10
Ambliopia

strabismik

diduga

disebabkan

karena

kompetisi

atau

terhambatnya interaksi antara neuron yang membawa input yang tidak menyatu
(fusi) dari kedua mata, yang akhirnya akan terjadi dominasi pusat penglihatan
kortikal oleh mata yang berfiksasi dan lama kelamaan terjadi penurunan respon
terhadap input dari mata yang tidak berfiksasi.1
Penolakan kronis dari mata yang berdeviasi oleh pusat penglihatan
binokular ini tampaknya merupakan faktor utama terjadinya amblyopia
strabismik. Pengaburan bayangan foveal oleh karena akomodasi yang tidak sesuai,
dapat juga menjadi factor tambahan.10 Hal tersebut di atas terjadi sebagai usaha
inhibisi atau supresi untuk menghilangkan diplopia dan konfusi. 11 Konfusi adalah
melihat 2 objek visual yang berlainan tapi berhimpitan, satu di atas yang lain.12
Ketika kita menyebut ambliopia strabismik, kita langsung mengacu pada
esotropia, bukan eksotropia. Perlu diingat, tanpa ada gangguan lain, esotropia
primer-lah (bukan eksotropia) yang sering diasosiasikan dengan ambliopia . Hal
ini disebabkan karena eksotropia sering berlangsung intermiten dan / atau deviasi
alternat dibanding deviasi unilateral konstan, yang merupakan prasyarat untuk
terjadinya ambliopia.4

FIKSASI EKSENTRIK

Fiksasi eksentrik mengacu kepada penggunaan regio nonfoveal retina terus


menerus untuk penglihatan monokular oleh mata amblyopia. 1 Fiksasi eksentrik
terdapat sekitar 80% dari penderita ambliopia. 13 Fiksasi eksentrik ringan (derajat
minor), hanya dapat dideteksi dengan uji khusus seperti visuskop. Hal ini banyak
dijumpai pada penderita ambliopia strabismik dan hilangnya tajam penglihatan
ringan.1 Secara klinis bukti adanya fiksasi eksentrik, dapat dideteksi dengan
melihat reflex kornea pada mata ambliopia yang tidak berada pada posisi sentral,
dimana ia memfiksasi cahaya dengan mata dominan ditutup. 1Umumnya tajam
penglihatan adalah 20/200 (6/60) atau lebih buruk lagi.1,14 Penggunaan regio
nonfoveal untuk fiksasi tidak dapat disimpulkan sebagai penyebab utama
menurunnya penglihatan pada mata yang ambliopia. Mekanisme fenomena ini
masih belum diketahui.1

AMBLIOPIA ANISOMETROPIK

Terbanyak kedua setelah ambliopia strabismik adalah amblyopia


anisometropik. Terjadi ketika adanya perbedaan refraksi antara kedua mata yang
menyebabkan lama kelamaan bayangan pada satu retina tidak fokus. 1 Jika
bayangan di fovea pada kedua mata berlainan bentuk dan ukuran yang disebabkan
karena kelainan refraksi yang tidak sama antara kiri dan kanan, maka terjadi

rintangan untuk fusi. Lebih lebih fovea mata yang lebih ametropik akan
menghalangi pembentukan bayangan (form vision).12
Kondisi ini diperkirakan sebagian akibat efek langsung dari bayangan
kabur pada perkembangan tajam penglihatan pada mata yang terlibat, dan
sebagian lagi akibat kompetisi interokular atau inhibisi yang serupa ( tapi tidak
harus identik) dengan yang terjadi pada ambliopia strabismik.1
Derajat ringan anisometropia hyperopia atau astigmatisma (1-2 D) dapat
menyebabkan ambliopia ringan. Myopia anisometropia ringan (< - 3 D) biasanya
tidak menyebabkan ambliopia, tapi myopia tinggi unilateral ( - 6 D) sering
menyebabkan ambliopia berat.1 Begitu juga dengan hyperopia tinggi unilateral ( +
6 D). Tapi pada beberapa pasien (kemungkinan onset-nya terjadi pada umur
lanjut) gangguan penglihatan, anehnya, adalah ringan. Bila gangguan penglihatan
amat sangat besar, sering didapat bukti adanya malformasi atau perubahan
degeneratif pada mata ametropia yang menyebabkan kerusakan fungsional atau
menambah faktor ambliopiogenik.10

AMBLIOPIA ISOMETROPIA

Ambliopia isometropia terjadi akibat kelainan refraksi tinggi yang tidak


dikoreksi, yang ukurannya hampir sama pada mata kanan dan mata kiri.1 Dimana
walaupun telah dikoreksi dengan baik, tidak langsung memberi hasil penglihatan
normal. Tajam penglihatan membaik sesudah koreksi lensa dipakai pada suatu

periode waktu (beberapa bulan). Khas untuk ambliopia tipe ini yaitu, hilangnya
penglihatan ringan dapat diatasi dengan terapi penglihatan, karena interaksi
abnormal binokular bukan merupakan factor penyebab. 4 Mekanismenya hanya
karena akibat bayangan retina yang kabur saja.1 Pada ambliopia isometropia,
bayangan retina (dengan atau tanpa koreksi lensa) sama dalam hal kejelasan/
kejernihan dan ukuran.4 Hyperopia lebih dari 5 D dan myopia lebih dari 10 D
beresiko menyebabkan bilateral ambliopia 1,14 ,dan harus dikoreksi sedini mungkin
agar tidak terjadi ambliopia.14

AMBLIOPIA DEPRIVASI
Istilah lama ambliopia ex anopsia atau disuse amblyopia sering masih
digunakan untuk ambliopia deprivasi. Ambliopia ini sering disebabkan oleh
kekeruhan media congenital atau dini yang akan menyebabkan terjadinya
penurunan pembentukan bayangan yang akhirnya menimbulkan ambliopia. 14
Bentuk amblyopia ini sedikit kita jumpai namun merupakan yang paling parah
dan sulit diperbaiki.1 Ambliopia bentuk ini lebih parah pada kasus unilateral
dibandingkan bilateral dengan kekeruhan identik.14
Anak kurang dari 6 tahun, dengan katarak kongenital padat / total yang
menempati daerah sentral dengan ukuran 3mm atau lebih, harus dianggap dapat
menyebabkan amblyopia berat. Kekeruhan lensa yang sama yang terjadi pada usia
> 6 thn lebih tidak berbahaya. 1 Ambliopia oklusi adalah bentuk ambliopia
deprivasi disebabkan karena penggunaan patch (penutup mata) yang berlebihan. 1
Ambliopia berat dilaporkan dapat terjadi satu minggu setelah penggunaan

patching unilateral pada anak usia < 2 tahun sesudah menjalani operasi ringan
pada kelopak mata.10

II.5 DIAGNOSIS

Ambliopia didiagnosis bila terdapat penurunan tajam penglihatan yang


tidak dapat dijelaskan, dimana hal tersebut ada kaitan dengan riwayat atau kondisi
yang dapat menyebabkan ambliopia.1

ANAMNESIS

Bila menemui pasien ambliopia, ada 4 pertanyaan penting yang harus kita
tanyakan dan harus dijawab dengan lengkap, yaitu :4
1.

Kapan

pertama

kali

dijumpai

kelainan

amblyogenik

(seperti

strabismus,anisometropia, dll)
2. Kapan penatalaksanaan pertama kali dilakukan ?
3. Terdiri dari apa saja penatalaksanaan itu ?
4. Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap penatalaksanaan itu?

Sebagai tambahan, penting juga ditanyakan riwayat keluarga yang


menderita strabismus atau kelainan mata lainnya, karena hal tersebut merupakan
predisposisi seorang anak menderita ambliopia.3 Strabismus dijumpai sekitar 4%
dari keseluruhan populasi. Frekuensi strabismus yang diwariskan berkisar

10

antara 22% - 66%. Frekuensi esotropia diantara saudara sekandung, dimana pada
orang tua tidak dijumpai kelainan tersebut, adalah 15%. Jika salah satu orang
tuanya esotropia, frekuensi meningkat hingga 40%. ( Informasi ini tidak
mempengaruhi prognosis, tapi penting untuk keturunannya).4

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. TAJAM PENGLIHATAN
Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang
rapat dan mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut.
Tajam penglihatan yang dinilai dengan cara konvensional, yang berdasar kepada
kedua fungsi tadi, selalu subnormal.10 Telah diketahui bahwa penderita ambliopia
sulit untuk mengidentifikasi huruf yang tersusun linear (sebaris) dibandingkan
dengan huruf yang terisolasi, maka dapat kita lakukan dengan meletakkan balok
disekitar huruf tunggal. Hal ini disebut Crowding Phenomenon.10

Terkadang mata ambliopia dengan tajam penglihatan 20/20 (6/6) pada


huruf isolasi dapat turun hingga 20/100 (6/30) bila ada interaksi bentuk (countour
interaction). Perbedaan yang besar ini terkadang muncul juga sewaktu pasien yang
sedang diobati kontrol, dimana tajam penglihatannya jauh lebih baik pada huruf
isolasi daripada huruf linear. Oleh karena itu, amblyopia belum dikatakan sembuh
hingga tajam penglihatan linear kembali normal.10
Menentukan tajam penglihatan mata ambliopia pada anak adalah

11

pemeriksaan yang paling penting.1 Walaupun untuk mendapatkan hasil


pemeriksaan yang dapat dipercaya sulit pada pasien anak anak, tapi untungnya
penatalaksanaan amblyopia sangat efektif dan efisien pada anak anak.10 Anak
yang sudah mengetahui huruf balok dapat di tes dengan karta Snellen standar.
Untuk Nonverbal Snellen, yang banyak digunakan adalah tes E dan tes
HOTV. 10 Tes lain adalah dengan simbol LEA.Bentuk ini mudah bagi anak usia
1 tahun (todler), dan mirip dengan konfigurasi huruf Snellen. Caranya sama
dengan tes HOTV.10

NEUTRAL DENSITY (ND) FILTER TEST

Tes ini digunakan untuk membedakan ambliopia fungsional dan organik.


Filter densitas netral (Kodak No.96, ND 2.00 dan 0,50) dengan densitas yang
cukup untuk menurunkan tajam penglihatan mata normal dari 20/20 (6/6) menjadi
20/40 (6/12) ditempatkan di depan mata yang ambliopik. 10,12 Bila pasien menderita
ambliopia, tajam penglihatan dengan NDF tetap sama dengan visus semula atau
sedikit membaik.7
Jika ada ambliopia organik, tajam penglihatan menurun dengan nyata bila
digunakan filter, misalnya 20/100 (6/30) menjadi hitung jari atau lambaian
tangan.7 Keuntungan tes ini bisa, digunakan untuk screening secara cepat
sebelum, dikerjakan terapi oklusi, apabila penyebab ambliopia tidak jelas.12

12

MENENTUKAN SIFAT FIKSASI

Pada pasien ambliopia, sifat fiksasi haruslah ditentukan. Penglihatan


sentral terletak pada foveal; pada fiksasi eksentrik, yang digunakan untuk melihat
adalah daerah retina parafoveal. Hal ini sering dijumpai pada pasien dengan
strabismik ambliopia daripada anisometropik ambliopia. 14 Fiksasi eksentrik
ditandai dengan tajam penglihatan 20/200 (6/60) atau lebih buruk lagi. 1,14 Tidak
cukup kiranya menentukan sifat fiksasi hanya pada posisi refleks cahaya korneal.
Fiksasi didiagnosis dengan menggunakan visuskop dan dapat didokumentasi
dengan kamera fundus Zeiss. Tes lain dapat dengan tes tutup alternat untuk fiksasi
eksentrik bilateral.12

VISUSKOP
Visuskop

adalah

oftalmoskop

yang

telah

dimodifikasi

yang

memproyeksikan target fiksasi ke fundus. Mata yang tidak diuji ditutup.


Pemeriksa memproyeksikan target fiksasi ke dekat makula, dan pasien
mengarahkan pandangannya ke tanda bintik hitam (asterisk).12,14
Posisi tanda asterisk di fundus pasien dicatat. Pengujian ini diulang
beberapa kali untuk menentukan ukuran daerah fiksasi eksentrik. 12 Pada fiksasi
sentral, tanda asterisk terletak di fovea. Pada fiksasi eksentrik, mata akan bergeser
sehingga asterisk bergerak ke daerah ekstrafoveal dari fiksasi retina.14

13

Tes Tutup Alternat (Alternat Cover Test) untuk Fiksasi Eksentrik Bilateral

Fiksasi eksentrik bilateral adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai dan
terjadi pada pasien pasien dengan ambliopia kongenital kedua belah mata dan
dalam hal ini pada penyakit makula bilateral dalam jangka lama. 12 Misalnya bila
kedua mata ekstropia atau esotropia, maka bila mata kontralateral ditutup, mata
yang satunya tetap pada posisi semula, tidak ada usaha untuk refiksasi bayangan.
Tes visuskop akan menunjukkan adanya fiksasi eksentrik pada kedua belah
mata.14
II.6. PENATALAKSANAAN

Ambliopia, pada kebanyakan kasus, dapat ditatalaksana dengan efektif


selama satu dekade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka
akan semakin besar pula peluang keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah
berhasil, hal ini tidak menjamin penglihatan optimal akan tetap bertahan. Maka
para klinisi harus tetap waspada dan bersiap untuk melanjutkan penatalaksanaan
hingga penglihatan matang (sekitar umur 10 tahun).10

Penatalaksanaan ambliopia meliputi langkah langkah berikut :1


1. Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak
2. Koreksi kelainan refraksi
3. Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan
mata yang lebih baik

14

Pengangkatan Katarak

Katarak yang dapat menyebabkan ambliopia harus segera dioperasi, tidak


perlu ditunda tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan
pertama kehidupan, sangat penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih
dengan optimal. Pada kasus katarak bilateral, interval operasi pada mata yang
pertama dan kedua sebaiknya tidak lebih dari 1- 2 minggu. Terbentuknya katarak
traumatika berat dan akut pada anak dibawah umur 6 tahun harus diangkat dalam
beberapa minggu setelah kejadian trauma, bila memungkinkan. 1 Yang mana
katarak traumatika itu sangat bersifat amblyopiogenik.
Kegagalan dalam menjernihkan media, memperbaiki optikal, dan
penggunaan regular mata yang terluka, akan mengakibatkan ambliopia berat
dalam beberapa bulan, selambat lambatnya pada usia 6 hingga 8 tahun.10

Koreksi Refraksi

Bila ambliopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka


dapat diterapi dengan kacamata atau lensa kontak. 2 Ukuran kaca mata untuk mata
amblyopia diberi dengan koreksi penuh dengan penggunaan sikloplegia.1 Bila
dijumpai myopia tinggi unilateral, lensa kontak merupakan pilihan, karena bila

15

memakai kacamata akan terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk. 10


Karena kemampuan mata ambliopia untuk mengatur akomodasi cenderung
menurun, maka ia tidak dapat mengkompensasi hyperopia yang tidak dikoreksi
seperti pada mata anak normal. Koreksi aphakia pada anak dilakukan segera
mungkin untuk menghindarkan terjadinya deprivasi penglihatan akibat keruhnya
lensa menjadi defisit optikal berat.
Ambliopia anisometropik dan ambliopia isometropik akan sangat
membaik walau hanya dengan koreksi kacamata selama beberapa bulan.1

Oklusi dan Degradasi Optikal

1. Oklusi

Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-183 dan merupakan terapi
pilihan,14yang keberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh
waktu (full time) atau paruh waktu (part-time).16

A. Oklusi Full Time

Pengertian oklusi full- time pada mata yang lebih baik adalah oklusi untuk
semua atau setiap saat kecuali 1 jam waktu berjaga.(Occlusion for all or all but
one waking hour),1,14 Arti ini sangat penting dalam pentalaksanaan ambliopia
dengan cara penggunaan mata yang rusak.1 Biasanya penutup mata yang

16

digunakan adalah penutup adesif (adhesive patches) yang tersedia secara


komersial.1
Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka
sewaktu tidur. Kacamata okluder (spectacle mounted ocluder) atau lensa kontak
opak,atau Annisas Fun Patches dapat juga menjadi alternatif full-time patching
bila terjadi iritasi kulit atau perekat patch-nya kurang lengket.1 Full-time patching
baru dilaksanakan hanya bila strabismus konstan menghambat penglihatan
binokular, karena full-time patching mempunyai sedikit resiko, yaitu bingung
dalam hal penglihatan binokular.1
Terdapat suatu aturan bahwa full-time patching diberi selama 1 minggu
untuk setiap tahun usia.3,14,16 Misalnya penderita ambliopia pada mata kanan
berusia 3 tahun harus memakai full-time patch selama 3 minggu, lalu dievaluasi
kembali.16 Hal ini untuk menghindarkan terjadinya ambliopia pada mata yang
baik.3

B. Oklusi Part-time

Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari yang akan memberi
hasil sama dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya
tergantung dari derajat amblyopia.1 Amblyopia Treatment Studies (ATS) telah
membantu dalam penjelasan peranan full-time patching dibanding part-time. Studi
tersebut menunjukkan, pasien usia 3-7 tahun dengan ambliopia berat (tajam
penglihatan antara 20/100 = 6/30 dan 20/400 = 6/120 ), full-time patching

17

memberi efek sama dengan penutupan selama 6 jam per hari. Dalam studi lain,
patching 2 jam/hari menunjukkan kemajuan tajam penglihatan hampir sama
dengan patching 6jam/hari pada ambliopia sedang / moderate (tajam penglihatan
lebih baik dari 20/100) pasien usia 3 7 tahun. Dalam studi ini, patching
dikombinasi dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam/ hari.3
Idealnya, terapi ambliopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau
tajam penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing masing mata.
Hasil ini tidak selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukkan
kemajuan, maka penatalaksanaan harus tetap diteruskan.10

2. Degradasi Optikal
Metode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adalah dengan menurunkan
kualitas bayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi
lebih buruk dari mata yang ambliopia, sering juga disebut penalisasi
(penalization). Sikloplegik (biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes
5%) diberi satu kali dalam sehari pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat
berakomodasi dan kabur bila melihat dekat dekat.1
ATS menunjukkan metode ini memberi hasil yang sama efektifnya dengan
patching untuk ambliopia sedang (tajam penglihatan lebih baik daripada 20/100).
ATS tersebut dilakukan pada anak usia 3 7 tahun. ATS juga memperlihatkan
bahwa pemberian atropine pada akhir minggu (weekend) memberi perbaikan
tajam penglihatan sama dengan pemberian atropine harian yang dilakukan pada
kelompok anak usia 3 7 tahun dengan ambliopia sedang. 3 Ada juga studi terbaru

18

yang membandingkan atropine dengan patching pada 419 orang anak usia 3-7
tahun,menunjukkan atropine merupakan pilihan efektif. Sehingga, ahli mata yang
tadinya masih ragu ragu,memilih atropine sebagai pilihan pertama daripada
patching. 2 (hasil studi telah diterbitkan di Ophthalmology, Agustus 2003,Review
of Oph thalmology, Oktober 2003)
Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi,
yaitu tidak mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari segi kosmetis. Dengan
atropinisasi, anak sulit untuk menggagalkan metode ini. Evaluasinya juga tidak
perlu sesering oklusi.10
Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan
lensa positif dengan ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah
terjadinya efek samping farmakologik atropine.1 Keuntungan lain dari metode
atropinisasi dan metode non-oklusi pada pasien dengan mata yang lurus (tidak
strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama, jadi memungkinkan
penglihatan binokular.10

II.7 KOMPLIKASI DARI PENATALAKSANAAN


Semua bentuk penatalaksanaan ambliopia memungkinkan untuk terjadinya
ambliopia pada mata yang baik. Oklusi full-time adalah yang paling beresiko
tinggi dan harus dipantau dengan ketat, terutama pada anak balita. Follow-up
pertama setelah pemberian oklusi dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1
minggu per tahun usia pada anak (misalnya : 4 minggu untuk anak usia 4 tahun).

19

Oklusi part-time dan degradasi optikal, observasinya tidak perlu sesering oklusi
full-time, tapi follow-up reguler tetap penting.1
Hasil akhir terapi ambliopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi
alternat, tajam penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu
baris antara kedua mata.1
Waktu yang diperlukan untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut :1
1.
2.
3.
4.

Derajat ambliopia
Pilihan terapeutik yang digunakan
Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih
Usia pasien

Semakin berat ambliopia, dan usia lebih tua membutuhkan penatalaksanaan


yang lebih lama. Oklusi full-time padabayi dan balita dapat memberi perbaikan
ambliopia strabismik berat dalam 1 minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang
lebih berumur yang memakai penutup hanya seusai sekolah dan pada akhir
minggu saja, membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih untuk dapat berhasil.1

III.8. KEKAMBUHAN (REKURENSI)

Bila penatalaksanaan amblopia dihentikan setelah perbaikan penuh atau


masih sebagian tercapai, sekitar setengah dari pasien-pasien akan mengalami
kekambuhan, yang selalu dapat disembuhkan lagi dengan usaha terapeutik baru.
Kegagalan dapat dicegah dengan memakai pengaturan pada penglihatan, seperti
patching selama 1 3 jam per hari, penalisasi optikal dengan kacamata, atau
penalisasi farmakologik dengan atropine selama 1 atau 2 hari per minggu.
Pengaturan ini diteruskan hingga ketajaman penglihatan telah stabil tanpa terapi

20

lain selain kacamata biasa. Keadaan ini perlu tetap dipantau secara periodic
sampai usia 8 10 tahun. Selama penglihatan tetap stabil, interval kunjungan
untuk follow-up dapat dilakukan tiap 6 bulan.1

II.9. PROGNOSIS

Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah


terapi oklusi pertama.3 Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus
normal dapat tercapai. Hal ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan
usia. Hanya kesembuhan parsial yang dapat dicapai bila usia lebih dari 10 tahun.17
Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan ambliopia adalah sebagai berikut :3
o Jenis Ambliopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan
kelainan organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan ambliopia strabismik
prognosisnya paling baik.
o Usia dimana penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka prognosis
semakin baik.
o Dalamnya ambliopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam
penglihatan awal pada mata ambliopia, maka prognosisnya juga semakin baik.

21

BAB III
PRESENTASI KASUS

I.Identitas Penderita
Nama
Umur
Jenis kelamin
Suku
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tgl Pemeriksaan

:F
: 7 tahun
: Laki-laki
: Aceh
: Islam
: Swasta
: Ds. Lampupuk Raya
: 25 Juli 2011

II.Anamnesis
Keluhan utama
: Pandangan kabur
Keluhan tambahan
: Mata berair, sulit melihat jauh
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang dengan keluhan pandangan kabur apabila melihat
jauh. Keluhan ini dirasakan pasien sejak sekitar 2 tahun yang lalu.
Penglihatan ganda dan kesulitan identifikasi warna tidak dikeluhkan
pasien. Mata berair dikeluhkan pasien terutama jika melihat jauh atau

22

menonton televisi dalam waktu yang lama, keluar sekret, gatal juga
tidakdikeluhkan pasien.
Pasien tidak juga mengeluhkan nyeri kepala, riwayat mual muntah
tidak dijumpai.
Riwayat penyakit dahulu

Diabetes

mellitus

disangkal,

hipertensi disangkal, riwayat kacamata disangkal.


Riwayat penyakit keluarga

: DM (-), HT (-), Strabismus (-)

Riwayat penggunaan obat

: Disangkal

III.Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 80 kali/menit

Pernafasan

: 16 kali/menit

Suhu

: Afebris

2. Status Internus
Kulit

: Kecoklatan, turgor (N), pucat (-)

Mata

: Lihat status ophtalmicus

Telinga

: Meatus (N), nyeri tekan mastoid (-)

Leher

: JVP (N), Pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)

23

Sistem Pernafasan
Inspeksi

: simetris, retraksi (-)

Palpasi

: fremitus (N/N)

Perkusi

: Sonor /sonor

Auskultasi

: Ves (N/N), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi

: Cardiac Bulging (-)

Palpasi

: Ictus Cordis teraba di ICR V, Linea Midclavicula sinistra

Perkusi

: Batas-batas jantung

Atas

: ICR III Sinistra

Kanan

: Linea Parasternal dextra

Kiri

: 2 cm media Linea midclavicula sinistra

Auskultasi

: Bj I > Bj II, reguler, bising (-)

Sistem gastrointestinal
Inspeksi

: Simetris, asites (-), distensi (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (-), Lien dan hepar tidak teraba

Perkusi

: Timpani, nyeri ketok (-), pekak hati (-)

Auskultasi

: Peristaltik normal

Sistem Urogenital
Dalam batas normal. Miksi dan defekasi dalam batas

normal

24

Status ophthalmicus

OD

OS

1. Visus

5/30, C: -1,50 x 160 5/20,ph (-)

2. Tonometri

tidak diperiksa

3. Posisi bola mata


4. Pergerakan

5/20, ph (-)
tidak diperiksa

ortoforis
Baik ke segala arah

Baik ke segala arah

5. Palpebra Superior Hiperemis (-),Edema (-)

Hiperemis (-),Edema(-)

6. Palpebra Inferior

Hiperemis (-),Edema (-)

Hiperemis (-),Edema(-)

7. Konj. Tarsalis Sup. Hiperemis (-),Edema (-)

Hiperemis (-),Edema(-)

8. Konj. Tarsalis Inf. Hiperemis (-),Edema (-)

Hiperemis (-),Edema(-)

7. Konj. Bulbi

Hiperemis (-),Edema (-)

8. Kornea

Jernih

Jernih

9. COA

Cukup

Cukup

10. Pupil

bulat normal

bulat normal, isokhor

Refleks Cahaya

(+)

Hiperemis(-),Edema(-)

(+)

11. Iris

Kripta jelas

Kripta jelas

12. Lensa

Jernih

Jernih

25

13. Vitreus

Jernih

Jernih

14. Fundus

normal

normal

IV.Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Konfrontasi
:
2. Refraktometer

Lap. pandang normal

V .Diagnosa sermentara
Ambliopia Isometrik
VI.Penatalaksanaan
Kacamata Koreksi
VII.Prognosis
Qua ad vitam

: dubia ad Bonam

Qua ad sanactionam : dubia ad Bonam


Qua ad visam

: dubia ad Bonam

Qua ad kosmetik

: dubia ad Bonam

26

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology; Pediatric Ophthalmology; Chapter 5 :


Amblyopia; Section 6; Basic and Clinical Science Course; 2004 2005; p.63
70
2. Lee,J; Bailey,G; Thompson, V; Amblyopia (Lazy Eye). Available at :
http://www.allaboutvision.com/conditions/amblyopia.htm
3. Yen, K.G ; Amblyopia. Available at : http: //www.emedicine.com/ OPH/
topic316.htm
4. Ciufrfreda, K.J; Levi,D.M ; Selenow, A ; Amblyopia Basic and Clinical
Aspects, Butterworth Heinemann; 1991
5. Amblyopia in Common Eye Conditions Disorders and Diseases. Available at:
http://www.middleseweye.com/eye_conditions.htm
6. Ilyas, Sidarta, Pror,dr,Sp.M ; Ilmu Penyakit Mata ; Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
7. American Academy of Ophthalmology ; International Ophthalmology; Chapter
10: Amblyopia; Section 13; Basic and Clinical Science Course; 2004 2005;
p111-119

27

8. Amblyopia : Treat Lazy Eye in early childhood. Available at:

http://

www.eyesite.ca/ english/ public-information/ eye-conditions / pdfs / amblyopia.


Pdf # search =amblyopia
9. Amblyopia in Children: What It Is and How It Is Treated. Available
at:http://familydoctor.org/460.xml?printxml
10. Greenwald, M.J; Parks, M.M; in Duanes Clinical Ophthalmology; Volume 1;
Revised Edition; Lippincott Williams & Wilkins; 2004; Chapter 10 p.1-19;
Chapter 11 p1-8
11. Henkind, P; Priest, R.S; Schiller, G; Compendium of Ophthalmolgy;
J.B.Lippincott Company; Philadelphia and Toronto; 1983; p 78-93
12. Noorden,G.K.V; Atlas Strabismus; Edisi 4; EGC; Jakarta; 1988; p78-93
13. Cleary, M ; Efficacy of Occlusion for Strabismic Amblyopia : Can an optimal
duration be identified?. Available at : http://www.bjo.com
14. Sastraprawira ; Prevalensi Ambliopia pada murid kelas 1 Sekolah Dasar di
Kotamadya Bandung. Bandung: 1989
15. Suharjo, Ulfah M ; Insidensi Ambliopia pada murid sekolah dasar di perkotaan
dan di pedesaaan . Bagian Mata FK UGM/ RSUP Sarjito Yogyakarta. 2002.
16. Amblyopia. Available at : http:// www.eyemdlink.com/ condition. asp ?
conditioned = 64
17. Medical Encyclopedia : Amblyopia. Available at: http:// www.nlm.nih.gov/
medlineplus/ency/article/001014.htm

28

Anda mungkin juga menyukai