PENDAHULUAN
refraksi, dan memaksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi
penggunaan yang lebih baik. Anak dengan ambliopia atau yang beresiko
ambliopia hendaknya dapat diidentifikasi pada umur dini, dimana prognosis
keberhasilan terapi akan lebih baik.1Prognosis juga ditentukan oleh jenis
ambliopia dan dalamnya ambliopia saat terapi dimulai.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.1 DEFINISI
juga waktu yang lama. Prevalensi ambliopia di Amerika Serikat sulit untuk
ditaksir dan berbeda pada tiap literatur, berkisar antara 1 3,5 % pada anak yang
sehat sampai 4 5,3 % pada anak dengan problema mata. Hampir seluruh data
mengatakan sekitar 2 % dari keseluruhan populasi menderita ambliopia. 3,5,6 Di
Cina, menurut data bulan Desember tahun 2005, sekitar 3 5 % atau 9 hingga 5
juta anak menderita ambliopia.2
Di Indonesia , suatu penelitian dengan sampel Murid-murid kelas 1 SD di
kotamadya bandung, menunjukkan angka prevalensi Ambliopia berkisar 1,56 %
14
II.3 PATOFISIOLOGI
anak yang peka terhadap masukan abnormal yang diakibatkan oleh rangsangan
deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan.
Secara umum, periode kritis untuk ambliopia deprivasi terjadi lebih cepat
dibanding strabismus maupun anisometropia. Lebih lanjut, waktu yang
dibutuhkan untuk terjadinya ambliopia ketika periode kritis lebih singkat pada
rangsang deprivasi dibandingkan strabismus ataupun anisompetropia.1 Periode
kritis tersebut adalah :4
1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hinga 20/20 (6/6), yaitu
pada saat lahir sampai usia 3 5 tahun.
2. Periode yang beresiko (sangat) tinggi untuk terjadinya ambliopia deprivasi,
yaitu di usia beberapa bulan hingga usia 7 8 tahun.
3. Periode dimana kesembuhan ambliopia masih dapat dicapai, yaitu sejak
terjadinya deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia dewasa.
pada neuron badan genikulatum lateral. Keterlibatan retina masih belum dapat
disimpulkan.1
Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan terutama
interaksi kompetitif antar jalur penglihatan di kedua mata pada visual korteks
untuk berkembang hingga dewasa.7 Bayi sudah dapat melihat sewaktu lahir, tapi
mereka harus belajar bagaimana menggunakan mata mereka. Mereka harus
belajar bagaimana untuk fokus, dan bagaimana cara menggunakan kedua mata
bersamaan.8 Penglihatan yang baik harus jernih, bayangan terfokus sama pada
kedua mata. Bila bayangan kabur pada satu mata, atau bayangan tersebut tidak
sama pada kedua mata, maka jaras penglihatan tidak dapat berkembang dengan
baik, bahkan dapat memburuk.9 Bila hal ini terjadi, otak akan mematikan mata
yang tidak fokus dan orang tersebut akan bergantung pada satu mata untuk
melihat.8
II.4 KLASIFIKASI
Ambliopia
dibagi
kedalam
beberapa
bagian
sesuai
dengan
AMBLIOPIA STRABISMIK
Ambliopia yang paling sering ditemui ini terjadi pada mata yang
berdeviasi konstan. Tropia yang tidak bergantian (nonalternating, khususnya
strabismik
diduga
disebabkan
karena
kompetisi
atau
terhambatnya interaksi antara neuron yang membawa input yang tidak menyatu
(fusi) dari kedua mata, yang akhirnya akan terjadi dominasi pusat penglihatan
kortikal oleh mata yang berfiksasi dan lama kelamaan terjadi penurunan respon
terhadap input dari mata yang tidak berfiksasi.1
Penolakan kronis dari mata yang berdeviasi oleh pusat penglihatan
binokular ini tampaknya merupakan faktor utama terjadinya amblyopia
strabismik. Pengaburan bayangan foveal oleh karena akomodasi yang tidak sesuai,
dapat juga menjadi factor tambahan.10 Hal tersebut di atas terjadi sebagai usaha
inhibisi atau supresi untuk menghilangkan diplopia dan konfusi. 11 Konfusi adalah
melihat 2 objek visual yang berlainan tapi berhimpitan, satu di atas yang lain.12
Ketika kita menyebut ambliopia strabismik, kita langsung mengacu pada
esotropia, bukan eksotropia. Perlu diingat, tanpa ada gangguan lain, esotropia
primer-lah (bukan eksotropia) yang sering diasosiasikan dengan ambliopia . Hal
ini disebabkan karena eksotropia sering berlangsung intermiten dan / atau deviasi
alternat dibanding deviasi unilateral konstan, yang merupakan prasyarat untuk
terjadinya ambliopia.4
FIKSASI EKSENTRIK
AMBLIOPIA ANISOMETROPIK
rintangan untuk fusi. Lebih lebih fovea mata yang lebih ametropik akan
menghalangi pembentukan bayangan (form vision).12
Kondisi ini diperkirakan sebagian akibat efek langsung dari bayangan
kabur pada perkembangan tajam penglihatan pada mata yang terlibat, dan
sebagian lagi akibat kompetisi interokular atau inhibisi yang serupa ( tapi tidak
harus identik) dengan yang terjadi pada ambliopia strabismik.1
Derajat ringan anisometropia hyperopia atau astigmatisma (1-2 D) dapat
menyebabkan ambliopia ringan. Myopia anisometropia ringan (< - 3 D) biasanya
tidak menyebabkan ambliopia, tapi myopia tinggi unilateral ( - 6 D) sering
menyebabkan ambliopia berat.1 Begitu juga dengan hyperopia tinggi unilateral ( +
6 D). Tapi pada beberapa pasien (kemungkinan onset-nya terjadi pada umur
lanjut) gangguan penglihatan, anehnya, adalah ringan. Bila gangguan penglihatan
amat sangat besar, sering didapat bukti adanya malformasi atau perubahan
degeneratif pada mata ametropia yang menyebabkan kerusakan fungsional atau
menambah faktor ambliopiogenik.10
AMBLIOPIA ISOMETROPIA
periode waktu (beberapa bulan). Khas untuk ambliopia tipe ini yaitu, hilangnya
penglihatan ringan dapat diatasi dengan terapi penglihatan, karena interaksi
abnormal binokular bukan merupakan factor penyebab. 4 Mekanismenya hanya
karena akibat bayangan retina yang kabur saja.1 Pada ambliopia isometropia,
bayangan retina (dengan atau tanpa koreksi lensa) sama dalam hal kejelasan/
kejernihan dan ukuran.4 Hyperopia lebih dari 5 D dan myopia lebih dari 10 D
beresiko menyebabkan bilateral ambliopia 1,14 ,dan harus dikoreksi sedini mungkin
agar tidak terjadi ambliopia.14
AMBLIOPIA DEPRIVASI
Istilah lama ambliopia ex anopsia atau disuse amblyopia sering masih
digunakan untuk ambliopia deprivasi. Ambliopia ini sering disebabkan oleh
kekeruhan media congenital atau dini yang akan menyebabkan terjadinya
penurunan pembentukan bayangan yang akhirnya menimbulkan ambliopia. 14
Bentuk amblyopia ini sedikit kita jumpai namun merupakan yang paling parah
dan sulit diperbaiki.1 Ambliopia bentuk ini lebih parah pada kasus unilateral
dibandingkan bilateral dengan kekeruhan identik.14
Anak kurang dari 6 tahun, dengan katarak kongenital padat / total yang
menempati daerah sentral dengan ukuran 3mm atau lebih, harus dianggap dapat
menyebabkan amblyopia berat. Kekeruhan lensa yang sama yang terjadi pada usia
> 6 thn lebih tidak berbahaya. 1 Ambliopia oklusi adalah bentuk ambliopia
deprivasi disebabkan karena penggunaan patch (penutup mata) yang berlebihan. 1
Ambliopia berat dilaporkan dapat terjadi satu minggu setelah penggunaan
patching unilateral pada anak usia < 2 tahun sesudah menjalani operasi ringan
pada kelopak mata.10
II.5 DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Bila menemui pasien ambliopia, ada 4 pertanyaan penting yang harus kita
tanyakan dan harus dijawab dengan lengkap, yaitu :4
1.
Kapan
pertama
kali
dijumpai
kelainan
amblyogenik
(seperti
strabismus,anisometropia, dll)
2. Kapan penatalaksanaan pertama kali dilakukan ?
3. Terdiri dari apa saja penatalaksanaan itu ?
4. Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap penatalaksanaan itu?
10
antara 22% - 66%. Frekuensi esotropia diantara saudara sekandung, dimana pada
orang tua tidak dijumpai kelainan tersebut, adalah 15%. Jika salah satu orang
tuanya esotropia, frekuensi meningkat hingga 40%. ( Informasi ini tidak
mempengaruhi prognosis, tapi penting untuk keturunannya).4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. TAJAM PENGLIHATAN
Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang
rapat dan mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut.
Tajam penglihatan yang dinilai dengan cara konvensional, yang berdasar kepada
kedua fungsi tadi, selalu subnormal.10 Telah diketahui bahwa penderita ambliopia
sulit untuk mengidentifikasi huruf yang tersusun linear (sebaris) dibandingkan
dengan huruf yang terisolasi, maka dapat kita lakukan dengan meletakkan balok
disekitar huruf tunggal. Hal ini disebut Crowding Phenomenon.10
11
12
VISUSKOP
Visuskop
adalah
oftalmoskop
yang
telah
dimodifikasi
yang
13
Tes Tutup Alternat (Alternat Cover Test) untuk Fiksasi Eksentrik Bilateral
Fiksasi eksentrik bilateral adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai dan
terjadi pada pasien pasien dengan ambliopia kongenital kedua belah mata dan
dalam hal ini pada penyakit makula bilateral dalam jangka lama. 12 Misalnya bila
kedua mata ekstropia atau esotropia, maka bila mata kontralateral ditutup, mata
yang satunya tetap pada posisi semula, tidak ada usaha untuk refiksasi bayangan.
Tes visuskop akan menunjukkan adanya fiksasi eksentrik pada kedua belah
mata.14
II.6. PENATALAKSANAAN
14
Pengangkatan Katarak
Koreksi Refraksi
15
1. Oklusi
Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-183 dan merupakan terapi
pilihan,14yang keberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh
waktu (full time) atau paruh waktu (part-time).16
Pengertian oklusi full- time pada mata yang lebih baik adalah oklusi untuk
semua atau setiap saat kecuali 1 jam waktu berjaga.(Occlusion for all or all but
one waking hour),1,14 Arti ini sangat penting dalam pentalaksanaan ambliopia
dengan cara penggunaan mata yang rusak.1 Biasanya penutup mata yang
16
B. Oklusi Part-time
Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari yang akan memberi
hasil sama dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya
tergantung dari derajat amblyopia.1 Amblyopia Treatment Studies (ATS) telah
membantu dalam penjelasan peranan full-time patching dibanding part-time. Studi
tersebut menunjukkan, pasien usia 3-7 tahun dengan ambliopia berat (tajam
penglihatan antara 20/100 = 6/30 dan 20/400 = 6/120 ), full-time patching
17
memberi efek sama dengan penutupan selama 6 jam per hari. Dalam studi lain,
patching 2 jam/hari menunjukkan kemajuan tajam penglihatan hampir sama
dengan patching 6jam/hari pada ambliopia sedang / moderate (tajam penglihatan
lebih baik dari 20/100) pasien usia 3 7 tahun. Dalam studi ini, patching
dikombinasi dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam/ hari.3
Idealnya, terapi ambliopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau
tajam penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing masing mata.
Hasil ini tidak selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukkan
kemajuan, maka penatalaksanaan harus tetap diteruskan.10
2. Degradasi Optikal
Metode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adalah dengan menurunkan
kualitas bayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi
lebih buruk dari mata yang ambliopia, sering juga disebut penalisasi
(penalization). Sikloplegik (biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes
5%) diberi satu kali dalam sehari pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat
berakomodasi dan kabur bila melihat dekat dekat.1
ATS menunjukkan metode ini memberi hasil yang sama efektifnya dengan
patching untuk ambliopia sedang (tajam penglihatan lebih baik daripada 20/100).
ATS tersebut dilakukan pada anak usia 3 7 tahun. ATS juga memperlihatkan
bahwa pemberian atropine pada akhir minggu (weekend) memberi perbaikan
tajam penglihatan sama dengan pemberian atropine harian yang dilakukan pada
kelompok anak usia 3 7 tahun dengan ambliopia sedang. 3 Ada juga studi terbaru
18
yang membandingkan atropine dengan patching pada 419 orang anak usia 3-7
tahun,menunjukkan atropine merupakan pilihan efektif. Sehingga, ahli mata yang
tadinya masih ragu ragu,memilih atropine sebagai pilihan pertama daripada
patching. 2 (hasil studi telah diterbitkan di Ophthalmology, Agustus 2003,Review
of Oph thalmology, Oktober 2003)
Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi,
yaitu tidak mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari segi kosmetis. Dengan
atropinisasi, anak sulit untuk menggagalkan metode ini. Evaluasinya juga tidak
perlu sesering oklusi.10
Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan
lensa positif dengan ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah
terjadinya efek samping farmakologik atropine.1 Keuntungan lain dari metode
atropinisasi dan metode non-oklusi pada pasien dengan mata yang lurus (tidak
strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama, jadi memungkinkan
penglihatan binokular.10
19
Oklusi part-time dan degradasi optikal, observasinya tidak perlu sesering oklusi
full-time, tapi follow-up reguler tetap penting.1
Hasil akhir terapi ambliopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi
alternat, tajam penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu
baris antara kedua mata.1
Waktu yang diperlukan untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut :1
1.
2.
3.
4.
Derajat ambliopia
Pilihan terapeutik yang digunakan
Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih
Usia pasien
20
lain selain kacamata biasa. Keadaan ini perlu tetap dipantau secara periodic
sampai usia 8 10 tahun. Selama penglihatan tetap stabil, interval kunjungan
untuk follow-up dapat dilakukan tiap 6 bulan.1
II.9. PROGNOSIS
21
BAB III
PRESENTASI KASUS
I.Identitas Penderita
Nama
Umur
Jenis kelamin
Suku
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tgl Pemeriksaan
:F
: 7 tahun
: Laki-laki
: Aceh
: Islam
: Swasta
: Ds. Lampupuk Raya
: 25 Juli 2011
II.Anamnesis
Keluhan utama
: Pandangan kabur
Keluhan tambahan
: Mata berair, sulit melihat jauh
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang dengan keluhan pandangan kabur apabila melihat
jauh. Keluhan ini dirasakan pasien sejak sekitar 2 tahun yang lalu.
Penglihatan ganda dan kesulitan identifikasi warna tidak dikeluhkan
pasien. Mata berair dikeluhkan pasien terutama jika melihat jauh atau
22
menonton televisi dalam waktu yang lama, keluar sekret, gatal juga
tidakdikeluhkan pasien.
Pasien tidak juga mengeluhkan nyeri kepala, riwayat mual muntah
tidak dijumpai.
Riwayat penyakit dahulu
Diabetes
mellitus
disangkal,
: Disangkal
III.Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 80 kali/menit
Pernafasan
: 16 kali/menit
Suhu
: Afebris
2. Status Internus
Kulit
Mata
Telinga
Leher
23
Sistem Pernafasan
Inspeksi
Palpasi
: fremitus (N/N)
Perkusi
: Sonor /sonor
Auskultasi
Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas-batas jantung
Atas
Kanan
Kiri
Auskultasi
Sistem gastrointestinal
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Peristaltik normal
Sistem Urogenital
Dalam batas normal. Miksi dan defekasi dalam batas
normal
24
Status ophthalmicus
OD
OS
1. Visus
2. Tonometri
tidak diperiksa
5/20, ph (-)
tidak diperiksa
ortoforis
Baik ke segala arah
Hiperemis (-),Edema(-)
6. Palpebra Inferior
Hiperemis (-),Edema(-)
Hiperemis (-),Edema(-)
Hiperemis (-),Edema(-)
7. Konj. Bulbi
8. Kornea
Jernih
Jernih
9. COA
Cukup
Cukup
10. Pupil
bulat normal
Refleks Cahaya
(+)
Hiperemis(-),Edema(-)
(+)
11. Iris
Kripta jelas
Kripta jelas
12. Lensa
Jernih
Jernih
25
13. Vitreus
Jernih
Jernih
14. Fundus
normal
normal
IV.Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Konfrontasi
:
2. Refraktometer
V .Diagnosa sermentara
Ambliopia Isometrik
VI.Penatalaksanaan
Kacamata Koreksi
VII.Prognosis
Qua ad vitam
: dubia ad Bonam
: dubia ad Bonam
Qua ad kosmetik
: dubia ad Bonam
26
DAFTAR PUSTAKA
27
http://
28