TINJAUAN TEORI
2.1 DEFENISI
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak
jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl,
2009).
Hipoglikemia = Hipoglikemia murni = True hypoglicemy = gejala hipoglikemia
apabila gula darah < 60 mg/dl (Dr Soetomo ,1998).
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l,
walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi (Petter Patresia
A, 1997).
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose) adalah
60 mg %,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%
(Wiyono ,1999).
Hipoglikemia adalah glukosa darah rendah, terjadi pada atau tergantung pada kadar
gula
atau
glukosa
di
dalam
tubuh
lebih
rendah
dari
kebutuhan
tubuh
(www.medicare.com)
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan
sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi
baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang
dikonfirmasi dengan uji glukose darah.
Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa kurang
dari 50 mg/%. Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau
kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L).
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah.
Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL setelah
kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir, atau pembacaan strip reagen oxidasi
glukosa darah. Hanya 20% hipoglikemia bersifat simptomatik, yaitu hipoglikemia yang
disertai gejala neurologis dan gejala tersebut akan hilang setelah pemberian glukosa,
tetapi kerusakan otak masih mungkin terjadi dan gejala akan terlihat kemudian. Pada
hipoglikemia berat gejala menyarupai asfiksia. Pada bai baru lahir dengan kejang atau
jitteriness hendaknya dilakukan pemeriksaan Dextrostix berulang.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang
berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat
terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik).
2.2 KLASIFIKASI
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
a.
Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar
ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi
hiperinsulin.
b.
Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi
mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.
c.
Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga
terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
d.
metabolisme.
Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :
a.
b.
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan
orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan
kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.
Definisi hipogikemia pada anak.belum bisa ditetapkan dengan pasti, namun
berdasarkan . pendapat dari beberapa sarjana dapat dikemukakan angka-angka seperti
terlihat pada table. Nilai kadar glukose darah/ plasma atau serum untuk diagnosis
Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak :
KELOMPOK
GLOKUSE <mg/dl
DARAH
UMUR
Bayi/anak
<40 mg/100 ml
PLASMA/SERUM
<45 mg/100 ml
Neonatus
* BBLR/KMK
<20 mg/100 ml
<25 mg/100 ml
<30 mg/100 ml
<35 mg/100 ml
<40 mg/100 ml
Gbr.I Nilai glukosa pada anak.
<45 mg/100 ml
* BCB
0 - 3 hr
3 hr
2.3 ETIOLOGI
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
a.
b.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda
suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak
dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan
tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan
insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua
kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah
harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi
kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat
anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar
glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk
menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah
akan menurun.
5.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi
suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang
sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan
penyerapan insulin menjadi lambat.
7.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda
harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau
diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh
usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan
glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah
menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9.
Gangguan hormonal.
2.4
a.
b.
c.
d.
FAKTOR RESIKO
Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)
Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
Bayi prematur dan lebih bulan
BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen
pengurangan/keterlambatan makan
b.
c.
d.
nefropati diabetic
hipotiroidisme
penyakit Addison
hipopituitarisme
e.
f.
g.
2.
a.
b.
c.
2.5 PATOFISIOLOGI
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat
tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan
interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang
telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM).
Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian
besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis.
dehidrasi
kehilangan elektrolit
asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersamasama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai
oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter
air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24
jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asamasam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton
oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan
sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya
keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah,
badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2.5
Konsumsi
makan
terlalu
rendah
Kadar
akit
glukosa
dalam
darah
menurun
Sekresi
insulin
menurun
WOC
Pengobatan
DM
Pengguna
an insulin
yang
tinggi
Pengguna
an
sulfoniluri
a yg tinggi
Sel
pankreas
tidak
membentu
k glukagon
secara
Glukagon
menurun
Lemah,
poliphagia,
Kehilangan
kegelisahan,
perspirasi,kesadaran
Penurunan
MK:
Hipoglikemia
/disorienta
limpahan
respon takikardi.
kelemahan
si
autoimu
n
Penderit
a DM
berat
Kelenjar
adrenal tidak
menghasilka
n efinefrin
secara
normal/rend
ah.
Kadar gula
darah
menurun
Antibodi
menyeran
g insulin
Kadar
insulin
meningkat
Glukago
n
menuru
Gangguan pada
sistem saraf
Glukosa di otak
menurun
Energi di sel-sel
otak menurun
Banyak
berkering
at
MK: Resti
kekurang
an
volume
cairan.
Ketidakmampuan
berkosentrasi, sakit
kepala, vertigo,
konfusi, penurunan
daya ingat,
gangguan
MK:
perubahan
sistem
sensori
DM) adanya antibody terhadap insulin, blockade farmakologik (beta bloker non
selektif), dan pemberian obat sulfonylurea (obat anti DM yang berkasiat lama).
(Mansjoer A, 1997).
Pertama,
hipoglikemia
ketoasidosis,meskipun
dalam
sebagian
diabetic
besar
adalah
penyebaran
lebih
terdapat
umum
ketimbang
pada
kelompok
Lapar
Mual-muntah
Pucat,kulit dingin
Sakit kepala
Nadi cepat
Hipotensi
Irritabilitas
Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk
tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah
segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam
coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu
diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami
kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu
atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
Glukosa Intramuskular
yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin
tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.
Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan
konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar
disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75
gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
b.
Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam.
c.
HBA1C
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah
yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3
bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal
antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita
DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
d.
e.
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Klien masuk ke IGD dengan brangkar dalam keadaan pingsan pada tanggal 19
Februari 2014 jam 05.00 WIB. Keluarga mengatakan mulai jam 3 pagi klien saat tidur
mengigau dan tidak bisa dibangunkan dan akhirnya tidak sadarkan diri. Keluarga
mengatakan klien sejak beberapa hari terakhir mengatakan tidak nafsu makan dan tadi
malam hanya makan sedikit. Karena dalam beberapa menit klien tidak juga sadar
akhirnya keluarga membawa klien ke RSUD ADNAAN WD Payakumbuh.
PENGKAJIAN
Tanggal masuk
: 19 Februari 2014 pukul 05.00 WIB
Tanggal pengkajian : 19 Februari 2014 pukul 05.05 WIB
A.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. K
Usia
: 52 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Alamat
: Palur, Banaran, Jaten
Diagnosa medis
: Hipoglikemia e.c Diabetes Melitus
Nomor Register
: 01048835
PENANGGUNG JAWAB
Nama
: Tn. S
Usia
: 48 tahun
Alamat
: Payakumbuh
Hubungan dng. pasien: Istri
A. PENGKAJIAN PRIMER
1.
Airway
Inspeksi: Klien mampu bernapas dengan spontan. Tidak ada sumbatan berupa sekret,
darah atau benda asing pada saluran napas. Tidak ada bunyi gurgling maupun snooring
dari jalan napas klien.
2.
Breathing
Inspeksi
cepat dan dangkal; tidak ada napas cuping hidung; tidak ada retraksi intercostalis; tidak
ada gerakan otot bantu pernapasan saat klien bernapas; pengembangan dada simetris
antara dada kanan dan kiri.
Palpasi
: Taktil fremitus tidak terkaji
Perkusi
Auskultasi
3.
Circulation
- Tekanan darah
- HR
: 140/80 mmHg
: 92 kali/menit
Disability
GCS: E2M5V3
Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah: 5/5
5.
Exposure
Tidak terdapat jejas pada seluruh tubuh klien, temperature: 36,5 oC
6.
Folley Cateter
Gastric tube
Klien tidak terpasang naso gastrik tube
8.
sedikit. Karena dalam beberapa menit klien tidak juga sadar akhirnya keluarga
membawa klien ke RSUD ADNAAN WD Payakumbuh.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan bahwa klien mempunyai riwayat penyakit diabetes
melitus sejak 2 tahun yang lalu, tidak mempunyai riwayat hipertensi, maupun asma.
Klien pernah masuk ke rumah sakit sebelum ini karena gula darahnya turun.
4. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien juga mengatakan bahwa tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit
darah tinggi, maupun asma.
5. TTV
Tekanan darah : 140/80 mmHg
HR : 92 kali/menit
RR : 24 kali/menit
Suhu tubuh
: 36,50C
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Inspeksi
: Kepala mesochepal, kulit kepala bersih, rambut lurus, berwarna
hitam, tidak terdapat lesi pada kulit kepala dan wajah, kulit wajah pucat.
Palpasi
: Tidak ada benjolan saat dilakukan palpasi pada kepala.
b. Mata
Inspeksi
: Konjungtiva anemis; sclera non ikterik; pupil isokor; tidak ada
lesi pada kulit sekitar mata.
c. Telinga
Inspeksi
: Telinga bersih; tidak ada lesi pada kulit area telinga; tidak ada
pembengkakan pada area telinga; kedua telinga klien dapat mendengar dengan baik.
Palpasi
: Tidak ada benjolan dan laporan nyeri tekan saat dilakukan
palpasi pada area telinga.
d. Hidung
Inspeksi
: Tidak ada lesi dan pembengkakan pada kulit area hidung; tidak
ada secret yang keluar dari nares; nares simetris; tidak ada napas cuping hidung.
Palpasi
: Tidak ada benjolan laporan nyeri tekan saat dilakukan palpasi
pada area hidung.
e. Mulut
Inspeksi
Inspeksi
: Tidak ada lesi pada kulit leher; tidak ada pembengkakan pada
: Perut datar; tidak ada jaringan parut pada kulit perut; tidak
Nilai
19/02/2
Hemoglo
normal
12,3-15,3
014
11,4 gr
bin
Hematok
gr%
35-47 %
%
34,7 %
rit
Eritrosit
4.1-5,1
Lekosit
jt/mmk
4.00-11.30
jt/mmk
7,7
Trombos
rb/mmk
150-450
rb/mmk
475
rb/mmk
rb/mmk
it
Kimia klinik
Glukosa
sewaktu
Ureum
3,81
80-110
mg/ dl
<
35
71
mg/dL
78
Kreatinin
mg/dL
0,6-1,2
mg/dL
1,1
Na
mg/dL
136-145
mg/dL
135
mmol/L
3.5-5.1
mmol/L
5,3
Cl
mmol/L
98-107
mmol/L
104
mmol/L
mmol/L
EKG
N
Intepretasi
Normal
Analisa
O
1.
Irama
Reguler/ teratur
Reguler
2.
HR
60-100 kali/menit
9x10 =
90x/menit
L: 0,12 detik
T: 0,1 mvolt,
gelombang P
selalu diikuti
QRS kompleks
0,16 detik
3.
Gelombang P
4.
Interval PR
aVR
0,12-0,20 detik
5.
Kompleks
L: 0,08 detik
6.
QRS
Gelombang Q
Kedalaman <
1/3 R (tidak
gelombang R
ada Q
patologis)
Terlihat dalam
dan V1.
di Lead aVR
dan V1 serta
semakin menghilang
telihat semakin
menghilang
7.
Gelombang S
dari V2-V6
9.
Gelombang T
T inverted: di
Lead I, aVL,
(V1-V6)
V5, V6
Gelombang U
Lead I-III
Defleksi positif
Tidak terdapat
setelah gelombang T
gelombang U
dan sebelum
gelombang P
11.
Segment ST
berikutnya
Isoelektrik
12.
Axis
-300- (+1100)
Iso elektrik
Lead I: 8-1 =
7, aVF: 5+1 =
6
13.
M shape
Axis: 600
Ada di lead I,
lead
D. TERAPI MEDIS
1.
Terapi cairan intravena Dextrose 40% 2 flash (@ 25 ml) guyur.
2.
Terapi cairan intravena Dextrose 10% 30 tetes/menit.
3.
Terapi cairan intravena NaCl 0,9%
4.
O2 3 liter/menit.
5.
Injeksi insulin 20 unit.
I.
ANALISA DATA
NO
DATA FOKUS
DS:
-
ETIOLOGI
Penurunan suplai
mengigau dan tidak bisa dibangunkan dan akhirnya tidak sadarkan diri.
Keluarga mengatakan klien sejak beberapa hari terakhir mengatakan tidak
nafsu makan dan tadi malam hanya makan sedikit
DO:
-
detik
MASALAH
Perubahan
perfusi
hipoglikemia
jaringan
serebral
II.
1.
DIAGNOSA PRIMARY
Perubahan perfusi jaringan serebral b.d. penurunan suplai glukosa ke otak akibat hipoglikemia.
III.
NO
RENCANA KEPERAWATAN
DX
TUJUAN
INTERVENSI
KEPERAW
ATAN
1
Resiko
Setelah
dilakukan
tindakan
perubahan
perfusi
Mandiri
1. Monitor : kadar
glukosa, pucat, keringat
dingin,
jaringan
kulit
yang
atau
minuman
manis peroral 20 cc X
12
Kolaborasi
1.
Kolaborasi
pemasangan cairan IV
Dextrose 40%.
IV.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL/
NO.
JAM
DX
1
IMPLEMENTASI
1 Memasang o2 3 liter/menit
19
Febru
RESPON
S:Keluarga
klien
ari
dingin.
2014
O: Tekanan
05.0
darah
: 140/80 mmHg
Memonitor kesadaran
HR
: 92 kali/menit
RR
: 24 x/menit
Temperatur
: 36,5oC
.
0
5
yang lembab
1
S:Keluarga
mengatakan
mengalami
klien
penurunan
mulai
mengigau
jam 03.00
Mengambil sampel darah
O:GCS
E2M5V3.
darah rutin.
berkomunikasi.
S:
5
.
0
Kolaborasi
pemasangan
IV Dextrose 40%.
Keluarga
mengatakan
klien
mempunyai
riwayat
klien,
akral
dingin, pucat.
S:Keluarga
mengatakan
Memonitor kesadaran
.
1
0
ya.mempersilahkan
perawat
untuk
darah.
S:Keluarga
mengatakan ya
0
5
.
1
O:Infus
yang lembab
terpasang
yang
masuk
dilanjutkan
Menganjurkan
1
untuk
memberi
keluarga
teh
bingung
sekarang
dimana
dan
yang
S:Klien mengatakan
berada
manis
terjadi
pada
dirinya.
Klien
mengatakan
saat
ini
merasakan
badannya
lemas.
O:
Klien
GCS:
tampak
E4M6V5.
sudah
S: Klien mengatakan
bersedia
0
dicek
gula
darahnya.
5
O: GDS 108 mg/dL,
.
4
0
S:
Keluarga
mengatakan
klien
akan
O: -
5
.
4
5
S:Klien mengatakan
badannya masih lemas.
O: Tekanan
: 140/80 mmHg
HR
darah
: 88 kali/menit
RR
: 22 x/menit
5
Temperatur
0
: 36,5oC
V.
EVALUASI
TGL/
NO.
JAM
DX
21
5
J
EVALUASI
140/80 mmHg. HR
: 88 kali/menit RR :
0
1
1
0
6
.
0
0