Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP/RSHS BANDUNG

Sari Pustaka
Oleh
: Sitoresmi prabaningrum
Divisi
: Endokrinologi
Pembimbing
: R.M Ryadi Fadil, dr., SpA, M.Kes
Novina, dr., SpA, M.Kes
Faisal, dr., SpA, M.Kes
Hari/tanggal
: Juni 2015
Diabetes Melitus Neonatal

Diabetes melitus neonatal (DMN) jarang terjadi, namun berpotensi menyebabkan gangguan
metabolik, ditandai dengan hiperglikemia dan kadar insulin yang rendah. 1 Diabetes melitus
neonatal diperkirakan terjadi pada 1 dari 300.000 400.000 kelahiran hidup, tapi di beberapa
negara eropa 1:89.000.2 Insidensi yang rendah menyebabkan kewaspadaan DMN masih
kurang. Namun sejak dipublikasikannya pemeriksaan genetik DMN pada manusia menambah
wawasan mengenai patofisiologi kelainan yang jarang ini, serta berdampak terhadap
management DMN.3
Diabetes melitus neonatal dapat bersifat permanen yang menetap seumur hidup, ataupun
transien yang membaik dalam beberapa bulan. Diabetes melitus neonatal transien (DMNT)
terjadi pada 60% dari seluruh kasus DMN, membutuhkan pemberian inisial insulin namun
dapat sembuh spontan pada usia 12 minggu, tetapi lebih dari 50% kasus DMNT mengalami
relaps dan berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2 pada usia remaja. Diabetes melitus
neonatal permanen (DMNP) lebih jarang terjadi.2 Semua bentuk DMN disebabkan kerusakan
atau kegagalan sel pankreas dalam memproduksi insulin. Tidak seperti diabetes autoimun,
DMN adalah bentuk monogenik dari diabetes melitus dengan insulinopenia yang dikaitkan
dengan kelainan kromosom dan mutasi genetik. 2 Gejala klinis pada awal kehidupan dapat
menyerupai sepsis sehingga sulit untuk didiagnosis. Waktu munculnya gejala bervariasi
bahkan dapat muncul pada usia 9 12 bulan, pada beberapa kasus komplikasi neurologis
dapat terjadi.2
Pada sari pustaka ini akan dibahas mengenai definisi, klasifikasi, patogenesis,
patofisiologi, diagnosis, serta tatalaksana pada diabetes melitus neonatal

Definisi
Diabetes melitus neonatal merupakan diabetes monogenik dan didefinisikan sebagai
hiperglikemia persisten yang terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan dan memerlukan
pengobatan insulin.2 Pada DMN ditemukan insulinopenia karena adanya perkembangan
abnormal sel islet pankreas, penurunan massa sel pankreas ataupun disfungsi sel .
Perbedaan dengan diabetes autoimun yaitu pada diabetes autoimun sangat jarang ditemukan
pada 6 bulan pertama kehidupan.2
Klasifikasi
International Society Of Pediatric and Adolescence Diabetes tahun 2014 dan WHO
merekomendasikan klasifikasi diabetes melitus berdasarkan etiologi. Pada klasifikasi ini
DMN masuk dalam klasifikasi diabetes melitus tipe lain yang disebabkan defek genetik
fungsi sel pankreas. (Tabel 1).
Tabel 1 Klasifikasi Diabetes Melitus Berdasarkan Etiologi
I.
II.
III.

IV.

DM Tipe-1 (destruksi sel )


a. Immune mediated
b. Idiopatik
DM Tipe 2
DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi sel pankreas
1. Kromosom 12,HNF1A(MODY3)
2. Kromosom 7,GCK(MODY2)
3. Kromosom 20,HNF4B(MODY1),
4.
bentuk MODY yang jarang: Kromosom 13,IPF-1 (MODY4); Kromosom
17,HNF1B(MODY5);Kromosom
2,NEUROD1(MODY6);
Kromosom
2,KLF11(MODY7); Kromosom 9,CEL(MODY8); Kromosom 7,PAX4(MODY9).
5. Diabetes melitus neonatal transien (paling sering PLAGL1/HYMAI disfungsi pada
6q24)
6. Diabetes neonatal melitus permanen (paling sering KCNJ11 gen mengkode Kir6.2
subunit sel beta K-ATP channel)
7. Mutasi DNA mitokondria
8. lain lain
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Kelainan eksokrin pankreas
d. Gangguan endokrin
e. Terinduksi obat dan kimia
f. Infeksi
g. Bentuk jarang dari diabetes yang di mediasi immune
h. Sindrom genetik lain yang kadang dihubungkan dengan diabetes
Diabetes melitus gestasional
Sumber : ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 20143

Patogenesis
Disfungsi sel pankreas pada diabetes monogenik disebabkan oleh 5 mekanisme utama: 1)
defek pada pengenalan glukosa (gen Glukokinase-GCK); 2) abnormalitas kanal ATP (K ATP)
sensitif kalium (gen KJNC11-kanal potasium dan gen ABCC8-reseptor sulfonilurea); 3)
mutasi faktor-faktor transkripsi (Hepatocyte Nuclear Factors HNF-4, HNF-1, HNF-1,
IPF-PDX1, NEUROD1 dll; 4) defek pada mitokondria (mutasi A3243G pada DNA
mitokondrial); 5) stress pada retikulum endoplasma (EIF2AK3 - EIF2 alfa kinase pankreatik,
gen INS- insulin, gen wolframin-WFS1).3
Dalam keadaan normal regulasi sekresi insulin didahului oleh uptake glukosa oleh sel
pankreas yang difasilitasi oleh transporter glukosa 2 (GLUT2). Oleh enzim glukokinase
(GCK) glukosa dikonversi menjadi glukosa 6 fosfatase melalui proses glikolisis dikonversi
menjadi piruvat. Piruvat akan masuk kedalam siklus Krebs dalam mitokondria untuk
dimetabolisme menjadi ATP, H2O dan CO2. Glikolisis dan metabolisme piruvat melalui
proses fosforilasi oksidatif dalam siklus Krebs akan meningkatkan rasio ATP/ADP yang
menyebabkan penutupan kanal KATP. Penutupan kanal KATP menyebabkan terhentinya efluks
ion K + dan depolarisasi membran sel pankreas. Depolarisasi membran akan menginduksi
influks ion Ca2+ melalui aktivasi kanal Ca2+ sensitif voltase. Ion Ca2+ memicu eksositosis
insulin dari granula insulin dalam sitoplasma. Granula insulin berisi proinsulin, protein yang
dihasilkan melalui proses transkripsi, translasi, serta

fosforilasi asam amino dalam

nukleotida dan retikulum endoplasma. Proses ini dijelaskan secara skematis dalam gambar 1.3
Pada DMN adanya mutasi pada gen yang terlibat dalam 5 mekanisme regulasi insulin
menyebabkan gangguan pada fungsi endokrin dan eksokrin sel pankreas. Gangguan
regulasi insulin ini menyebabkan sel pankreas gagal mensekresikan insulin sebagai respons
terhadap kenaikan gula darah plasma.3

Gambar 1. Regulasi Produksi dan Sekresi Insulin Dalam Sel Pankreas


Sumber: Karges 4

Terdapat perbedaan gen penyebab pada kedua tipe diabetes mellitus neonatal.
1. Diabetes mellitus neonatal transien
Pada DMNT terjadi perubahan ekspresi gen pada kromosom 6 region 6q24, pada region
ini terdapat 2 gen penyebab DMNT yaitu ZAC 1 dan HYMA1. Lebih dari 70% kasus
DMNT disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom 6. Kasus yang jarang diakibatkan
mutasi pada gen KCNJ11 dan ABCC8 yang mengkode channel K-ATP. Pada DMNT
defisit insulin terjadi karena keterlambatan maturasi dari sel islet pankreas dan sel
karena perubahan ekspresi gen.2 5
2. Diabetes mellitus neonatal permanen
Sebagian besar DMNP disebabkan oleh mutasi pada gen pada kanal KATP sel pankreas
yaitu KCNJ11 dan ABCC8, dengan prevalensi 31%-50% dan 10%-15% dari keseluruhan
kasus DMNP. Gen KCJN11 mengkode Kir.62 yang mengatur transport potasium
sementara ABCC8 mengkode SUR1 yang merupakan sub unit tipe 1 reseptor
sulfonilurea. Uptake glukosa pada sel pankreas memicu terjadinya glikolisis dan
pembentukan ATP. Peningkatan rasio ATP dan adenosis difosfat (ADP) menyebabkan
penutupan kanal KATP, mencegah efluks kalium sehingga terjadi depolarisasi membran
sel . Voltage-gated kanal kalsium kemudian terbuka sehingga terjadi influks kalsium
yang memicu eksotosis granula berisi insulin dari sel .6-8
Mutasi pada KCJN11 dan ABCC8 menyebabkan kanal K ATP kurang sensitif terhadap
ATP sehingga tetap terbuka setelah terjadi peningkatan glukosa. Hasil akhir kegagalan
penutupan kanal ini menyebabkan kegagalan respon insulin terhadap hiperglikemia.4
Mutasi INS diduga menyebabkan misfolding molekul proinsulin yang kemudian
terakumulasi dalam retikulum endoplasma menyebabkan stress retikulum endoplasma,
memicu disfungsi sel serta apototosis sebagai respons terhadap unfolded protein,
bermanifestasi sebagai DMNP.4

Tabel 2 Gen-gen Penyebab Diabetes Neonatal Transien dan Permanen


Etiologi Genetik
Jumlah
(Mengkode Protein)
Kasus
Diabetes Mellitus Neonatal Transien

Keturunan

Patologi
Pankreas

Tanda Klinis Lain

Kromosom 6q24

70%

Gangguan
Uniparental disomi
Duplikasi paternal
Abnormal
metilasi
maternal
Channel
K
(KCNJ11,
ABCC8)
Mutasi HNF-1B

(Insulin

Hernia
umbilikalis,
makroglossia, kelainan
jantung

40%
40%
20%

Sporadik
Autosomal dominan
Sporadik

25%

Sporadik/Autosomal
dominan
Autosomal dominan

Penurunan fungsi
sel
Penurunan massa
sel

Tidak ada

Sporadik/
Autosomal
dominan
Sporadik/
Autosomal
dominan
Autosomal resesif
Autosomal resesif

Penurunan fungsi
sel
Penurunan fungsi
sel
Apoptosis sel B
Penurunan fungsi
sel
Penurunan massa
sel

Keterlambatan
perkembangan, epilepsi
Keterlambatan
perkembangan, epilepsi
IUGR
IUGR

Jarang

Diabetes Mellitus Neonatal Permanen


Channel K-ATP
KCNJ11
30-50%
(KIR 6.2 subunit)
ABCC8
10-15%
(SUR I Subunit)
INS (insulin)
15-20%
GCK (glukokinase)
4%
IPF I/PDX 1
promotor Faktor I)

Penurunan fungsi
sel

Jarang

Autosomal resesif

GLIS 3 (Protein zinc finger)

Jarang

Autosomal resesif

Penurunan fungsi
sel

HNF 1B (faktor
transkripsi)
FOXP3 (faktor transkripsi)

Jarang

Autosomal dominan

Jarang

X-linked

Penurunan massa
sel
Apoptosis sel

EIF2AK3 (faktor translasi


inisiasi eukariotik)

Jarang

Autosomal resesif

Apoptosis fungsi
sel

SLC19A (GLUT 2
transporter)

Jarang

Autosomal resesif

Penurunan fungsi
sel

NEUROD I and NEUROG3

Jarang

Autosomal resesif

RFX 6 (faktor transkripsi


diferensiasi sel islet)
PTF1A (faktor transkripsi
perkembangan
awal
pankreas)
Sumber: Kataria2

Jarang

Autosomal resesif

Jarang

Autosomal resesif

Penurunan massa
sel
Penurunan massa
sel
Penurunan fungsi
sel

Disfungsi
eksokrin
pankreas, keterlibatan
ginjal

Agenesis
pankreas,
hipoplasia
selebelar,
defek septum jantung
Hipotiroid kongenital,
glaukoma kongenital,
fibrosis hepar dan
polikistik ginjal
Diregulari
imun,
sindrom IPEX
Sindrom
WolcottRallison,
displasia
kondro-oseus, disfungsi
ginjal.
Megaloblastik anemia,
ganguan
tuli
sensorineural,
defek
jantun
Sindrom
FanconiBickel,
disfungsi
renal,hipergalaktosemia
IUGR
Hipoplasia pankreas,
atresia intestinal
Hipoplasia
pankreas
dan serebelum

Diagnosis
Diagnosis DMN berdasarkan pada menifestasi klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium. Bayi dengan DMN biasanya memiliki berat badan lahir rendah akibat retardasi
pertumbuhan dalam kandungan, gagal tumbuh, letargis, kejang, dehidrasi. Gambaran klinis
ini dapat menyerupai gambaran sepsis neonatorum menyebabkan penegakan diagnosis yang
sulit. Sejumlah laporan kasus dan penelitian kohort menyebutkan ketoasidosis sudah dapat
terjadi bahkan pada usia 3 hari.2
Hiperglikemia yang terjadi pada kedua bentuk DMN didefinisikan dengan meningkatnya
gula darah lebih dari 6,9 mmol/L. DMN merupakan penyakit yang jarang terjadi, karena itu
penyebab hiperglikemia yang lain harus disingkirkan terlebih dahulu.9
Hiperglikemia sering ditemukan pada bayi yang mendapat infus glukosa > 10 12
mg/kg/min, pada bayi prematur atau berat lahir rendah, bayi dengan sepsis, setelah terapi
bedah, atau sedang mengalami penyakit kritis lain, hiperglikemi yang terjadi merupakan
respon terhadap stress karena penyakit kritis. Defisiensi insulin dapat terjadi karena adanya
sel yang imatur. Penyebab lain hiperglikemi pada anak juga dapat disebabkan karena faktor
iatrogenik seperti penggunaan inotrop, terapi glukokortikoid, infus lipid, teofilin, dan
kafein.10
Pada DMN kadar insulin dan C-peptide rendah. Hiperglikemia yang terjadi menimbulkan
gejala seperti diabetes melitus yaitu poliuri dan polidipsi. Variasi abnormalitas gen dan
kromosom pada DMNT dan DMNP menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda.2
Diabetes mellitus neonatal transien
Manifestasi klinis saat neonatus adalah retardasi pertumbuhan intrauterin. Pada penelitian
didapatkan 30 bayi mempunyai berat badan lahir 1930 gram dengan usia kehamilan 39
minggu. Berat badan lahir yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar insulin pada uterus
dimana insulin merupakan faktor penting pada pertumbuhan prenatal. 4 DMNT yang
disebabkan kelainan kromosom 6q24 secara klinis dapat ditemukan hernia umbilikalis,
makroglosia dan retardasi pertumbuhan intrauterin. DMNT yang disebabkan mutasi gen
KCNJ11 atau ABCC8 memiliki berat badan lahir yang lebih rendah, onset diabetes lebih dini
dan mengalami remisi.5
DMNT biasanya mengalami remisi pada usia 3 bulan, dilaporkan beberapa kasus
menghilang setelah usia 1 tahun. Kebutuhan insulin secara bertahap akan menurun, sering
disertai peningkatan berat badan secara signifikan.4 DMNT akan mengalami relaps pada

remaja dan dewasa muda, hal ini berhubungan dengan peningkatan kebutuhan insulin dan
resistensi terhadap insulin pada saat pubertas yang dapat mentrigger terjadinya diabetes.5
Diabetes melitus neonatal permanen
Manifestasi klinis DMNP hampir sama dengan DMNT. Prevalensi DMNP lebih jarang bila
dibandingkan dengan DMNT, hiperglikemia yang terjadi pada masa neonatus pada DMNP
tidak mengalami remisi dan lebih berat bila dibandingkan dengan DMNT.1 Sebagian besar
DMNP disebabkan mutasi gen pada kanal K-ATP. Mutasi pada gen KCNJ11 menyebabkan
penurunan sensitivitas subunit Kir6.2 pada kanal K-ATP, Kir6.2 juga ditemukan pada sel
saraf, otak dan otot. Sebagai konsekuensi mutasi pada KCNJ11 menyebabkan manifestasi
neurologi dengan berbagai tingkat kerusakan. Manifestasi neurologi yang paling berat adalah
sindrom DEND (developmental delay, epilepsy dan neonatal diabetes). Komplikasi neurologi
seperti distonia atau gangguan penglihatan sering terjadi pada penderita DMNT yang
disebabkan mutasi gen KCNJ11 dan ABCC.5
Tatalaksana
Tatalaksana utama pada DMN ditujukan untuk mengatasi hiperglikemia akut segera setelah
diagnosis DMN ditegakkan dengan adanya hiperglikemia persisten dan peningkatan HbA1c.
11

Tatalaksana Hiperglikemia Akut


Neonatus dengan DMN dapat mengalami hiperglikemia signifikan, gangguan elektrolit,
dehidrasi dan ketoasidosis. Tatalaksana awal meliputi resusitasi cairan dengan menggunakan
cairan elektrolit isotonik untuk mengatasi dehidrasi akibat diuresis osmotik. Jumlah cairan
yang diberikan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dan diberikan perlahan dalam 24-48
jam untuk mencegah terjadinya edema serebri akibat koreksi cepat. Neonatus yang
mengalami ketoasidosis harus dirawat di ruang intensif dibawah supervisi endokrinologis dan
dimonitor secara ketat kadar gula darah, elektrolit serta status neurologisnya. Ketoasidosis
pada neonatus ditatalaksana dengan prinsip yang sama dengan tatalaksana ketoasidosis pada
anak dan remaja. Terapi insulin dimulai dengan hati-hati karena neonatus sangat sensitif
terhadap insulin dan dapat mengalami hipoglikemia berat yang mengancam jiwa. Pemberian
insulin intravena kontinyu dimulai dari dosis 0,05-0,1IU/kg/jam dan diatur secara titrasi
sesuai dengan kadar gula darah. tujuan terapi adalah untuk normalisasi penggunaan energi
oleh jariangan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.11

Terapi Insulin
Pemberian insulin sangat krusial untuk meningkatkan berat badan serta mencapai
pertumbuhan yang optimal, terutama bagi neonatus yang mengalami pertumbuhan janin
terlambat. Pemberian insulin diawali titrasi intravena dengan dosis yang disesuaikan dengan
kadar glukosa darah, setelah ketoasidosis teratasi, pemberian insulin dilanjutkan dengan
regimen yang disesuaikan dengan kebutuhan neonatus. Pemilihan regimen insulin
memperhatikan beberapa faktor yaitu: umur, lama menderita diabetes, gaya hidup penderita,
target kontrol metabolik dan kebiasaan individu maupun keluarga. Pada DMN insulin dapat
diberikan dengan multiple daily insulin injection (MDI) atau continous subcutaneous insulin
infusion (CSII). Regimen insulin yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Infus insulin subkutan kontinyu (IISK)
Penggunaan infus insulin kontinyu (IISK) memungkinkan pemberian insulin dengan dosis
dan kecepatan pemberian yang rendah sesuai dengan kebutuhan neonatus yang menderita
diabetes, serta memberikan fleksibilitas pada pemberian asupan oral serta perubahan
energy expenditure seiring pertumbuhan neonatus. Neonatus yang mendapat nutrisi
continous enteral feeding atau parenteral kontinyu keseluruhan dosis insulin diberikan
sebagai insulin basal, namun pada neonatus yang sudah mendapat asupan oral dengan
breast feeding atau menggunakan botol, 30% insulin diberikan sebagai regimen basal dan
70% insulin diberikan bolus saat makan agar lebih fisiologis. Total kebutuhan insulin
harian bervariasi antara 0,29-1,4 U/kgbb/hari. 4, 5, 11
2. Multiple daily insulin injection (MDI)
MDI diberikan diberikan dengan menggunakan regular insulin atau insulin kerja cepat
seperti aspart, gluisin, lispro yang diberikan sebelum waktu makan. Dosis insulin setiap
makan ditentukan dengan menghitung kebutuhan karbohidrat. Total kebutuhan insulin
dengan menggunakan MDI lebih tinggi jika dibandingkan CSII dan resiko terjadinya
hipoglikemia juga lebih tinggi. Hipoglikemia yang terjadi pada neonatus lebih sulit
didiagnosis bayi tampak iritabel dan gelisah.4
3. Insulin basal
Pemberian insulin basal dapat berupa insulin kerja menengah seperti NPH (isophane) atau
insulin kerja panjang seperti glargin atau detemir. Insulin kerja menegah seperti NPH
sebetulnya tidak sesuai dengan profil kerja insulin tubuh dan pola makan, sehingga sering
menyebabkan lonjakan gula darah dan episode hipoglikemia. Pemberian glargin dengan
kerja tetap selama 24 jam dapat mengatasi masalah pada pemberian kerja menengah,
namun penggunaannya pada anak kurang dari 6 tahun belum diteliti. Analog insulin kerja

panjang lain yang sering digunakan adalah insulin detemir dan ultralente, namun insulin
detemir juga dapat menyebabkan hipoglikemia sementara sediaan ultralente tidak
ditemukan di beberapa negara. Beberapa bayi dapat mempertahankan kadar glukosa darah
normal hanya dengan dosis kecil insulin basal tanpa insulin bolus.11
4. Insulin bolus
Pemberian bolus insulin dapat menggunakan insulin kerja pendek, reguler, maupun kerja
cepat, seperti lispro atau aspartat. Kelompok insulin ini harus digunakan dengan hati-hati
karena dapat menyebabkan hipoglikemia pada puncak kerjanya bahkan pada dosis yang
sangat kecil.11
5. Insulin dengan pengenceran
Neonatus dan bayi biasanya membutuhkan dosis insulin yang sangat kecil, bahkan kurang
dari 1 unit. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam menakar sediaan insulin sehingga
kadang diperlukan pengenceran untuk mempermudah pemberiannya. Insulin diencerkan
dengan konsentrasi 1:10 atau 1:2. Sediaan ini tidak boleh digunakan lebih dari 30 hari, dan
harus diberikan dengan hati-hati pada neonatus atau bayi dengan gangguan hati karena
mengandung preservatif. Insulin kerja panjang tidak boleh diencerkan karena dapat
mengubah farmakokinetik sediaan, efikasi dan stabilitasnya pun belum pernah diteliti.
Penggunaan insulin dengan pengenceran harus sangat hati-hati karena berisiko terjadi
kesalahan dosis saat pencampuran.11

Gambar 2 Pemberian regimen insulin pada bayi dan anak


Sumber: Karges4

Sulfonilurea Oral
Sebelumnya penderita DMN diyakini harus mendapat insulin eksogen seumur hidupnya
karena tidak ada atau sedikitnya kadar insulin endogen. Ditemukannya mutasi kanal K ATP
pada penderita DMN telah membuat revolusi dalam pengobatan DMN. Penderita dengan
mutasi

pada gen KCNJ11 dan ABCC8 dapat diberikan sulfonilurea oral. Penelitian

menunjukkan bahwa pemberian sulfonilurea mengurangi fluktuasi kadar gula darah serta
memperbaiki kontrol glikemik dengan mengurangi kadar HbA1c. Episode hipoglikemia
dengan pemberian sulfonilurea lebih jarang dari pada terapi insulin. Dosis rata-rata yang
dibutuhkan oleh penderita mutasi KCNJ11 adalah 0,45 mg/kg/hari (0,05-1,5 mg/kg/hari),
sementara pada mutasi ABCC8 membutuhkan dosis yang lebih rendah yaitu 0,26 mg/kg/hari .
5, 11 12-14

Beberapa jenis sulfonilurea yang dapat digunakan antara lain glibenklamid, glipizide,

dan gliclazide memiliki keamanan dan efikasi yang sama. Efek samping sulfonil urea antara
lain, mual, diare, nyeri abdomen, hipoglikemia reaksi alergi. Penderita dengan sindrom
DEND menunjukkan perbaikan gejala neurologis dengan pemberian sulfonilurea. Pada
DMNT yang disebabkan mutasi kromosom 6 juga berespon dengan pemberian sulfonilurea.4
Diet
Semua neonatus dengan DMN harus mendapat diet tinggi kalori dan jumlah insulin yang
cukup untuk mencapai pertumbuhan serta pertambahan berat badan yang optimal. Neonatus
dengan DMN harus diberikan

kebutuhan nutrisi yang sama dengan neonatus normal.

Pemberian ASI direkomendasikan seperti pada neonatus normal. Perkiraan jumlah ASI yang
dikonsumsi dapat diukur dengan menimbang berat badan sebelum dan sesudah menyusui. 4
Kadar karbohidrat yang terkandung dalam ASI 6-7 gram per 100 ml. Untuk mencegah
hipoglikemia malam hari diberikan karbohidrat kompleks dengan penyerapan yang lambat
seperti sereal jagung sebelum tidur.4 Pengurangan glukosa dan kalori untuk mencegah
hiperglikemia akan mempengaruhi berat badan neonatus.13
Pemantauan
Semua penderita DMN harus dipantau kadar gula darahnya agar selalu berada dalam batas
normal untuk mencegah komplikasi akut maupun jangka panjang. Kadar HbA1c
dipertahankan anatara 7,5-8,5%, dan dipantau setiap 3 bulan. Semua penderita DMNT harus
dipantau karena potensial mengalami rekurensi. Penapisan komplikasi kronik seperti
urinalisis untuk melihat mikroalbuminuria dan pemeriksaan opthalmologi untuk mencari
retinopati dilakukan setiap tahun.13

Prognosis
Pada periode neonatus prognosis DMN bergantung pada derajat keparahan penyakit seperti
derajat dehidarsi dan asidosis, serta seberapa cepat DMN dikenali dan ditatalaksana.
Sementara prognosis jangka panjang DMN ditentukan oleh letak mutasi gen serta malformasi
kongenital lain yang menyertainya serta kontrol metabolik penderita.13 14
Simpulan
Diabetes mellitus neonatal merupakan bentuk monogenik dari diabetes mellitus yang terjadi
pada 6 bulan pertama kehidupan, yang disebabkan oleh mutasi genetik pada gen-gen yang
mengatur fungsi endokrin dan eksokrin sel pankreas. Manifestasi klinisnya dapat berupa
DMNT atau DMNP. Perkembangan genetik molekuler telah membuat revolusi pada
tatalaksana

DMN dengan ditemukannya mutasi pada kanal KATP yang dapat dikoreksi

dengan pemberian sulfonilurea. Prognosis DMN sangat ditentukan oleh etiologi, tatalaksana
awal serta kontrol metabolik penderita.

DAFTAR PUSTAKA

1.
polak M, cave H. Neonatal diabetes mellitus: a disease linked to multiple
mechanism. Orphnet J. 2007;2(12):1-11.
2.
kataria A, Palliyil R. Neonatal diabetes: current perspective. Dovepress.
2014;4:55-64.
3.
rubio O, ellard S. Diabetes mellitus in neonates and infants genetic
heterogeneity, clinical approach genetic heterogeneity, clinical approach to
diagnosis, and therapeutic options. Horm Res Paediatr. 2013;80:137-46.
4.
karges B, Meissner T, icks A, Kapellen T, Holl R. Management of diabetes
melitus in infant. Rev Endocrinol. 2012;8:201-11.
5.
RN N, SAW G, GI B, Philipson. genetics and pathophysiologyof neonatal
diabetes melitus. J diabetes Invest. 2011;3.
6.
Aguilar B, JB L. Neonatal diabetes melitus. 2008;29(3):265-91.
7.
Ray k, cuy P, lan D, art b. Permanent neonatal diabetes mellitus:
prevalence and genetic diagnosis in the SEARCH for diabetes in youth study.
PediatriDiabetes. 2013;14(3):174-80.
8.
James B, Ert t, Rao F. Treatment of Transient neonatal diabetes mellitus
with subcutaneous insulin glargine in an extremly low birth weight neonate. J
Pediatr Pharmacol Ther. 2011;2011(16):291-7.
9.
ME C, SAW J, GI B, Philipson. The diagnosis and management of
monogenic diabetes in children and adolencent ISPAD Cinical practice concensus
guideline 2014 compedium. pediatric diabetes. 2014;15:47-64.
10.
AH H, RM C. Neonatal Hyperglikemia. Ped in rev. 1999;20.
11.
I G. Recessive mutations in the gene result in neonatal diabetes through
reduced insulin biosynthesis. PNAS. 2010;10(7):3105-10.
12.
pun P, wan Kw, peverili R, merrit A. Neonatal diabetes melitus:The impact
of molecular diagnosis. Neoreview. 2010;11(6):306-10.
13.
Jan T. Transient neonatal diabetes, adisorder of imprinting. J Med Genet.
2002;39:872-5.
14.
UDOHAH S. Monogenic form of diabetes melitus and matuirty onset
diabetes of the young. NIH Publication. 2007:1-11.

Daftar Pustaka

1. Michel Polak HC. Neonatal diabetes mellitus: A disease linked to multiple mechanisms.
Orphanet Journal of Rare Diseases. 2007;2(2):1-11.
2. Anglina Kataria RPG, Pradeep Mally, Bina Shah. Neonatal dabetes mellitus: Current
perspective. Research and Report in Neonatology. 2014;4:55-64.
3. Rubio-CAbezas O, Hattersley AT, Njolstad PR, Mlynarski W, Ellard S, White N, et al.
The Diagnosis and management of monogenic diabetes in children and adoloscnents.
ISPAD Clinical Practice Consensus Guideline 2014 Compendium. Pediatric Diabetes.
2014;15:4764
4. Beate Karges, Thomas Meissner. Management of diabetes mellitus in infants. Rev
Endocrinol. 2011:10. Hal:1-9.
5. Naylor R, Greely S, Bell G, Philipson L. Genetic and pathophysiology of neonatal
diabetes mellitus. J Diabetes Invest. 2011;2(3). hal :158-69
6. Bryan-Aguilar Lydia JB. Neoatal diabetes mellitus. 2008. 2008;29(3):265-91Guja C,
7. Kanakatti roopa, Chatherine pihoker. Permanent neonatal diabetes mellitus: Prevalence
and genetic diagnosis in the SEARCH for diabetes in youth study. Pediatr Diabetes.
2013:14(3). Hal174-180.
8. Joseph Barone, Emma Tilman. Treatment of transient neonatal diabetes melitus with
subcutaneous insulin glargine in an extremly low birth weight neonate. J Pediatr.
2011:16(4). Hal:291-297.
9. Guja L, Ionescu-Tirgoviste C. Neonatal diabetes - from gene discovery to clinical practice
changes. Rom J Diabetes Nutr Metab Dis. 2013;20(3). hal: 343-52.
10. Hemachandra AH, Cowett RM. Neonatal Hyperglycemia. Pediatrics in Review. 1999;20
11. Garin Inprint. Reccesive mutations in the gene result in neonatal diabetes through reduced
insulin biosynthesis. PNAS. 2010:10(7). Hal:3105010.
12. Pun P, Clark R, Wan K, Peverini W, Merrit T. Neonatal diabetes mellitus: the impact of
molecular diagnosis. NeoReviews. 2010;11(6). hal: 306-10.
13. Temple I, Shield J. Transient neonatal diabetes, a disorder of imprinting. J Med Genet
2002;39. hal: 872-5.
14. U.S Departmen of Health and Human Services. Monogenic forms of diabetes: neonatal
diabetes mellitus and maturity-onset diabetes of the young. NIH Publication. 2007;7. hal:
1-11.

Anda mungkin juga menyukai