Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) HISPRUNG

NUZULUL ZULKARNAIN HAQ


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum
atau bagian rektosigmoid colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak
adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily & Sowden: 2000).
Penyakit hirschsprung atau mega kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus
tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih
banyak laki-laki dari pada perempuan. (Arief Mansjoeer, 2000).
Melakukan asuhan keperawatan (askep) pada pasien dengan gangguan hisprung merupakan
aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah
sakit berbeda-beda. Seorang perawat profesional di dorong untuk dapat memberikan pelayanan
kesehatan seoptimal mungkin, memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek
legal etik yang berlaku. Metode perawatan yang baik dan benar merupakan salah satu aspek yang
dapat menentukan kualitas asuhan keperawatan (askep) yang diberikan yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional dalam
pelayanan pasien gangguan hisprung.Pemberian asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja,
dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan keperawatan
secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui definisi dari Hisprung
1.2.2 Untuk mengetahui etiologi dari Hisprung
1.2.3 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Hisprung
1.2.4 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Hisprung

1.2.5 Untuk mengetahui Web of Cause dari hirsprung


1.2.6 Untuk mengetahui Askep hirsprung pada pasien anak
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Apa definisi dari Hisprung
1.3.2 Apa etiologi dari Hisprung
1.3.3 Apa manifestasi klinis dari Hisprung
1.3.4 Apa penatalaksanaan dari Hisprung
1.3.5 BagaimanaWeb of Cause dari hirsprung
1.3.6 Bagaimana Askep hirsprung pada pasien anak

1.4 Manfaat
1.4.1 Mengetahui definisi dari Hisprung
1.4.2 Mengetahui etiologi dari Hisprung
1.4.3 Mengetahui manifestasi klinis dari Hisprung
1.4.4 Mengetahui penatalaksanaan dari Hisprung
1.4.5 Mengetahui Web of Cause dari hirsprung
1.4.6 Mengetahui Askep hirsprung pada pasien anak

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Penyakit hisprung atau megakolon aganglionik bawaan diebabkan leh kelainan inervasi usus, di
mulai dari sfingter ani interna dan meluas ke proximal, melibatkan panjang usus yang bervariasi.

Hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang paling sering terjadi pada
neonatus, dengan insiden 1:1500 kelahiran hidup. Laki-laki lebih banyak daripada perempuan
4:1 dan ada insiden keluarga pada penyakit segmen panjang. Hisprung dengan bawaan lain
termasuk sindrom down, sindrom laurance moon-barderbield dan sindrom wardenburg serta
kelainan kardivaskuler. (Behrman, 1996)
Penyakit hisprung disebabkan oleh tak adanya sel ganglion kongenital dalam pleksus intramural
usus besar. Segmen yang terkena bisa sangat pendek. Tampil pada usia muda dengan konstipasi
parah. Enema barium bisa menunjukkan penyempitan segmen dengan dilatasi colon di
proksimal. Biopsi rectum bisa mengkonfirmasi diagnosis, jika jaringan submukosa di cakup.
Terapi simtomatik bisa bermanfaat, tetapi kebanyakan pasien memerlukan pembedahan (G.
Holdstock, 1991)

2.2

Etiologi

Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai
dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai
seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus. Diduga terjadi
karena faktor genetik sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada
masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa
dinding plexus (Budi, 2010).

2.3 Manifestasi Klinis


Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi akibat dari kelumpuhan usus besar dalam
menjalankan fungsinya, sehingga tinja tidak dapat keluar. Biasanya bayi baru lahir akan
mengeluarkan tinja pertamanya (mekonium) dalam 24 jam pertama. Namun pada bayi yang
menderita penyakit Hisprung, tinja akan keluar terlambat atau bahkan tidak dapat keluar sama
sekali. Selain itu perut bayi juga akan terlihat menggembung, disertai muntah. Jika dibiarkan
lebih lama, berat badan bayi tidak akan bertambah dan akan terjadi gangguan pertumbuhan
(Budi, 2010).
Menurut Anonim (2010) gejala yang ditemukan pada bayi yang baru lahir adalah:
Dalam rentang waktu 24-48 jam, bayi tidak mengeluarkan Meconium (kotoran pertama
bayi yang berbentuk seperti pasir berwarna hijau kehitaman)
1. Malas makan
2. Muntah yang berwarna hijau
3. Pembesaran perut (perut menjadi buncit)
Pada masa pertumbuhan (usia 1 -3 tahun):

1. Tidak dapat meningkatkan berat badan


2. Konstipasi (sembelit)
3. Pembesaran perut (perut menjadi buncit)
4. Diare cair yang keluar seperti disemprot
5. Demam dan kelelahan adalah tanda-tanda dari radang usus halus dan dianggap sebagai
keadaan yang serius dan dapat mengancam jiwa.
Pada anak diatas 3 tahun, gejala bersifat kronis :
1. Konstipasi (sembelit)
2. Kotoran berbentuk pita
3. Berbau busuk
4. Pembesaran perut
5. Pergerakan usus yang dapat terlihat oleh mata (seperti gelombang)
6. Menunjukkan gejala kekurangan gizi dan anemia

2.4 Penatalaksanaan
Menurut Yuda (2010), penatalaksanaan hirsprung ada dua cara, yaitu pembedahan dan
konservatif.
a)

Pembedahan

Pembedahan pada mega kolon/penyakit hisprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula
dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan
hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan).
Tiga prosedur dalam pembedahan diantaranya:
1. Prosedur duhamel
Dengan cara penarikan kolon normal ke arah bawah dan menganastomosiskannya di belakang
usus aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior kolon
normal yang telah ditarik
1. Prosedur swenson
Membuang bagian aganglionik kemudian menganastomosiskan end to end pada kolon yang
berganglion dengan saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada bagian
posterior

1. Prosedur soave
Dengan cara membiarkan dinding otot dari segmen rektum tetap utuh kemudian kolon yang
bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal
dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa
b)

Konservatif

Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde
lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
DOWNLOAD : WOC ASKEP HISPRUNG
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HISPRUNG
STUDY KASUS
Seorang anak M (pr) berusia 1 bulan dibawa ibunya ke rumah sakit pada tanggal 2 Juni 2008
dikarenakan perutnya kembung dan tidak bisa BAB. Setelah mendapatkan pelayanan dari rumah
sakit, ibumengatakan, anaknya baru bisa BAB jika diberi obat lewat dubur, anaknya sudah tidak
muntah dan sudah bisa BAB, jadi sudah sembuh, mestinya boleh pulang, ibu bingung karena
dokter umum membolehkan pulang dan rawat jalan tapi dokter spesialis anak belum boleh
karena sekalian mau di operasi.
3.1 Pengkajian
1. Biodata
Data bayi
Nama

: By. M

Jenis kelamin : perempuan


Tanggal Lahir : 8 Mei 2008
Tanggal MRS : 2 juni 2008
BB/PB
Dx medis
Pengkajian

: 2900 g/ 54cm
: hirsprung
: 9 Juni

Data Ibu
Nama

: Ny. K

Pekerjaan
Pendidikan

: Tidak kerja
: SLTA

Alamat
Nama ayah

: Kedinding Tenagh SBY


: Tn T

Pekerjaan
Pendidikan

: PT PAL
: SLTA

1. Keluhan utama
tidak bisa BAB sehingga perut anak besar sehingga tidak mau makan dan minum
1. Riwayat penyakit sekarang
Kembung, pasien muntah setelah minum susu, muntah berupa susu yang diminum, muntah sejak
3 hari yang lalu.
1. Riwayat penyakit sebelumnya
Lahir spontan ditolong dokter, langsung boleh pulang, tidak ada kelainan.
1. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada saudara yang sakit seperti ananknya
1. Pemeriksaan fisik
a)

Tanda-tanda vital

Tekanan darah: 90/60mm/hg


Denyut nadi

: 114/menit

Suhu tubuh

: 36,5

RR

: 40/menit

b)

Pemeriksaan persistem

B1 reathing

: normal

B2 Blood

: normal

B3 Brain

: normal

B4 Bladder

: normal

B5 Bowel : kembung, bising usus 10x/ menit, muntah, peningkatan


nyeri abdomen
B6 Bone

: normal

7. Data Tambahan :
a. Radiologi :
- Torax foto (2-6-08):
Cor : besar & bentuk kesan normal
Pulmo : tidak tampak infiltrat, sinus phrenicocostalis D.S tajam
Thymus : positif
Kesimpulan : foto torax tidak tampak kelainan
- Baby gram (2-6-08):
Dilatasi dan peningkatan gas usus halus dan usus besar
- BOF (2-6-08)
Dilatasi dan peningkatan gas usus halus dan usus besar (menyokong gambaran Hirsprung
Disease
- Colon in loop (5-6-08):
Tampak pelebaran rectosigmoid
Tampak area aganglionik di rectum dengan jarak 1,5 cm dari anal dengan daerah
hipoganglionik diatasnya.

Tampak bagian sigmoid lebih besar dari rectum.


Kesimpulan : Sesuai gambaran Hirschprung Diseases

b. Laboratorium :
Tanggal 2-6-08 :
Glukosa

: 80 mg/dl

( 70 -110) WBC 7 103 /uL

SC

: 0.5 mg/dl

( 0.6-1,1 ) HGB 10,8 g/dl

BUN

: 4 mg/dl

( 5 - 23 )

(4,7-11,3)
(11,4-15,1)

RBC 3,33 106 /uL

Albumin

: 4,1 g/dl

( 3,8 -5,4) HCT 33,7 %

: 3,87 mmol/L ( 3,6 - 5,5) PLT 327 103

Na

: 137,8 mmol/L

(13 -155 )

Ca

: 10 mg/dl

(8,1 - 10,4)

(4 -5)
(38 - 42)

(142 - 424)

Tanggal 9-6-2008:
CRP: negative (<6 mg/dl)
Glukosa: 80 mg/dl
Analisis Data

No
1

DATA
S: Ibu;

ETIOLOGI
Aganglionisis parasimpatikus

-Anaknya baru bisa BAB jika


diberi obat lwat dubur.

Mesenterikus

-BAB 1-2/hr, konsisitensi


lembek, berwarna kuning.

Daya dorong lemah

O:

MASALAH
Konstipasi

- Tampak distensi abdomen.

- Lingkar abdomen 39 cm.

Feses tidak bisa keluar

- Bising usus 10/mnt

S: Ibu;

Konstipasi

- Jika tidak bisa BAB, perut


anaknya membesar sehingga
malas minum ASI/PASI.

O:
- Tidak ada ada (muntah,
iritabel, peningkatan nyeri tekan
abdomen)
- Tampak distensi abdomen.

Konstipasi

- Lingkar abdomen 39 cm.

- Suhu aksila 36,5C

Pertumbuhan bakteri dalam kolon


meningkat

- WBC 710 /uL

- CRP < 6
Enterokolitis
S:
- Ibu mengatakan, kondisi
anaknya sudah tidak muntah
dan sudah bisa BAB, jadi sudah
sembuh, mestinya boleh pulang.
3

- Ibu mengatakan, saya bingung


karena dokter satu
membolehkan pulang dan rawat
jalan tapi dokter satunya belum
boleh karena sekalian mau

PK:
Enterokolitis

dioperasi.

O:
- Wajah tampak kusut
- Kurang perhatian (rambut dan
baju acak-acakan)
- Interaksi dengan Ibu-Ibu lain
kurang.
- Afek datar
- Emosi rendah
- Tidak ada diaforesis
- T = 130/80
- N = 80/mnt
- RR = 20 /mnt

Kurang pengetahuan tentang


penyakit dan terapu yang
diprogramkan

Cemas orang
tua
(Ibu)

3.2 Diagnosa dan Intervensi

No Diagnosa
1 Konstipasi
berhubungan
dengan
aganglionisis
parasimpatis
area rektum

Tujuan dan Kriteria Hasil


Tujuan: konstipasi dapat
teratasi dala 4 24 jam

Intervensi
Rasional
1. Berikan
microlac rectal
tiap hari

Kriteria hasil:
1. Untuk
mangetahui

1. Berikan ASI
1. BAB teratur 3-4 /hr

kondisi usus
melalui feses

2. Konsisitensi lembek
3. Distensi abdomen
berkurang
4. Lingkar abdomen
berkurang
1. Observasi
bising usus,
distensi
abdomen,
lingkar
abdomen
2. Observasi
frekuensi dan
karakteristik
feses tiap BAB
3. Membantu
memperlancar
defekasi
4. Untuk
melunakkan
feses denagn
menambah
intake cairan

2 Enterokolitis
berhubungan
dengan
stagnasi dan
akumulasi
feses dalam
kolon.

Tujuan: tidak terjadi


enterokolitis selama
perawatan.
Kriteria Hasil:
1. BAB teratur 3-4x/hari
2. Distensi abdomen
berkurang
3. Lingkar abdomen
berkurang

5. Mengetahui
peristaltic usus
1. Berikan ASI

1. Observasi suhu
axila, hindari
mengukur suhu
lewat rectal
2. Jelaskan gejala
dan tanda
enterokolitis
3. Berikan
antibiotic

1. Melunakkan
feses
2. Menghindari
terjadinya
infeksi baru

1. Menambah
pengetahuan
keluarga

4. Tidak diare
5. Suhu axila 36,5-37,5o C
6. WBC 5-10 x 10/uL

sesuai stadium
enterokolitis
yang diberikan
tidak lewat oral
(Klaus: 1998)
4. Berikan
NaHCO3 jika
terjadi
asidosis(Klaus:
1998)
5. Berikan nutrisi
setelah pasien
stabil, dengan
memberikan
makanan
secara
IV(Klaus:
1998)
6. Lakukan
pembedahan
jika ada
indikasi
(Klaus: 1998)

3 Ansietas (ibu) Tujuan: Ansietas (ibu)


berhubungan berkurang dalam 24 jam
dengan
kurang
Kriteria Hasil:
pengetahuan
tentang
1. Ibu mangungkapkan
penyakit dan
suatu pemahaman
terapi yang
yang baik tentang
diprogramkan
proses penyakit
anaknya
2. Ibu memahami terapi
yang diprogramkan
tim dokter
1. Jelaskan pada
ibu tentang
penyakit yang
diderita
anaknya.

1. Mengetahui
perkembangan
anak
2. Mengurangi
kecemasan

1. Mengurangi
resiko
terjadinya
infeksi

2. Berikan ibu
jadwal
pemeriksaan
diagnostic
3. Berikan
informasi
tentang
rencana
operasi
4. Berikan
penjelasan
pada ibu
tentang
perawatan
setelah
operasi
5. Meningkatkan
pengetahuan
ibu

BAB IV
PENUTUP

Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik masalah fisik,
psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit
hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar
anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi
bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan
benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang
diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat
maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Mengenal Penyakit Hirschsprung (Aganglionic Megacolon). Disitasi dari


http://www.indosiar.co.id/v2003/pk. pada tanggal 26 Oktober 2010.
Behrman, dkk.1996. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2. Jakarta: EGC.
Budi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Penyakit Hisprung. Disitasi dari
http://www.mediakeperawatan.com/?id=budixtbn. pada tanggal 26 Oktober 2010.
Holdstok, G. 1991. Atlas Bantu Gastroenterologi dan Penyakit Hati. Jakarta: Hipokrates.
Klaus & Fanaroff. 1998. Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Wong, L. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: ECG.
Yuda. 2010. Penyakit Megacolon. Disitasi dari http://dokteryudabedah.com/wpcontent/uploads2010/01/mega-colon pada tanggal 26 Oktober 2010.

Anda mungkin juga menyukai