A. LATAR BELAKANG
Hasil positif yang telah terwujudkan seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam
pembangunan nasional diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis dan ilmu kedokteran telah
meningkat kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia
(Nughoro, 2000:1). Meningkatnya umur harapan hidup berhubungan dengan terjadinya
peningkatan jumlah penduduk, terutama jumlah lanjut usia (lansia) yang cenderung bertambah
cepat (Depsos RI, 2004:4).
Jumlah lansia diseluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata rata 60 tahun
dan diperkirakan pula tahun 2025 akan mencapai 1,2 miliyar (Nugroho,2000:1). Menurut data
demografi penduduk internasional yang dikeluarkan burreau of the cencus USA 1993,
dilapoprkan bahwa indonesia pada tahun 1990-2025 akan mengalami kenaikan jumlah lansia
sebesar 4,4% , merupakan suatu angka tertinggi diseluruh dunia (Nugroho,2008:2).
Peningkatan jumlah lansia di Indonesia terlihat pada sensus penduduk tiap lima tahun
sekali menunjukkan bahwa pada tahun 2000 jumlah lansia sebesar 7,18% dari seluruh penduduk
Indonesia. Pada tahun 2005 jumlah lansia bertambah lagi menjadi 8,48% dari seluruh penduduk
indonesia dan prediksi jumlah lansia pada tahun 2020 akan menjadi 11,34% dari jumlah
penduduk Indonesia ( Depsos RI, 2005: 3).
Berdasarkan data lansia yang di dapat dari Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Paal
V Kecamatan Kota Baru Jambi Tahun 2011, dari bulan Januari sampai April jumlah lansia
berjumlah 72 lansia terdiri dari laki-laki 37 dan perempuan 35. Dari 72 lansia terdapat 13 lansia
di ruang isolasi yang mendapatkan perawatan khusus dari perawat, yang non isolasi berjumlah
59 lansia, jadi persentase jumlah kemandirian lansia 45,4%.
Menurut salah satu petugas panti sosial tresna werdha budi luhur mengatakan bahwa ada
4 orang lansia yang di isolasi dan perlu mendapatkan perawatan khusus dari perawat dan dari ke
64 lansia ada yang masih dapat melakukan aktifitas sehari hari secara mandiri, kemandirian
berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi aktif dari perawat lansia.
Fakto yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas
kehidupan sehari hari, seperti : Usia, Imobilitas, dan mudah jatuh.(Nugroho, 2008:41).
Tingkat kemandirian di pengaruhi oleh faktor faktor berikut ini : lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 thn (Meriam.R.Siti, 2008:32). Imobilitas adalah
ketidak mampuan unutk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment
(gangguan pada alat atau organ tubuh) yang besifat fisik atau mental. Yang dapat ditandai dengan
penurunan toleransi aktifitas,penurunan kekuatan otot, penurunan kemandirian (Lueckenotte,
1998: 261).
Disinilah pentingnya panti werdha adalah sebagai tempat untuk pemeliharaan dan
perawatan bagi lansia disamping sebagai tempat rehabilitasi yang tetap memelihara kehidupan
bermasyarakat. Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan
kehidupan dalam lingkungaan panti werdha adalah lebih baik dari pada tinggal di kalangna
masyarakat luas ( Mubarak . I.W, 2006: 156).
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum.
Untuk mengetahui faktor yang mempengeruhi tingkat kemandirian lansia dalam
melakukan aktifitas sehari hari di panti sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi tahun 2011.
2. Tujuan Khusus.
a. Diketahuinya gambaran tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas
sehari hari di panti Sosial Tresna Werdha udi Luhur Jambi.
b. Diketahuinya gambaran usia lansiadi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
jambi tahun 2011.
c. Diketahuinya gambaran imobilisasi lansia di panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi tahun 2011.
d. Diketahuinya gambaran kejadia terjatuh pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi tahun 2011.
e. Diketahuinya hubungan usia dengan tingkat kemandirian di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi tahun 2011.
f. Diketahuinya hubungan imobilisasi dengan tingkat kemandirian di Panti Sosial
Tresna werdha Budi Luhur Jambi tahun 2011.
g. Diketahuinya hubungan kejadian terjatuh dengan tingkat kemandirian di panti
sosial tresna werdha budi luhur jambi tahun 2011.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Departement Sosial
Dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi dalam perkembangan Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. Khususnya pada tingkat kemandirian lansia dalam melakukan
aktifitas sehari hari.
dapat
menambah
pengalaman
pembelajaran
dibidang
penelitian,
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
suatu proses yang disebut Aging Process. Ilmu yang mempelajari fenomena bersamaan dengan
proses kemunduran (Nugroho, 2008:1)
Menurut Paris Constantinides (1994) Menua adalah suatu proses menghilangnya secra
perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan struktur dan fungsi normal, ketahanan terhadap injuri termasuk adanya infeksi.
Proses menua sudah berlangsung sejak seorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya
kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan lain sehingga tumbuh mati sedikit
demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seorang mulai
menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam
penyampaian puncak maupun saat menurunya, namun umumnya fungsi fisiologis tubuh
mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan
berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai
bertambahnya umur.
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Mariam. R. Siti, 2008: 32). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) No. 13 tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun (Mariam. R. Siti, 2008 :32).
2. Batasan Umur Lansia
Batasan umur menurut organisasi kesehatan dunia World Health Organisation (WHO),
ada empat tahap lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (Middle Age) = kelompok usia 45-59 tahun;
b. Lanjut usia (Elderly) = antara 60-74 tahun;
c. Lanjut usia tua (Old) = antara 75-90 tahun;
2). Kardiovaskuler
Pada sistim kardiovaskuler terjadi penebalan dan kaku pada katup jantung, penurunan
kemampuan jantung untuk memompakan daarah sebanyak 1% setiap tahunnya menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volume, hilangnya elastis pembuluh darah sehingga efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi berkurang dan perubahan posisi dari tidur ke duduk
atau dari duduk ke bediri dapat menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg yang
akan mengakibatkan pusing mendadak. Tekanan darah dapat naik yang di akibatkan oleh
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer. (Nugroho, 2000:23).
3). Respirasi
Otot otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas
residu meningkat sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,
kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus. (Nugroho, 2000:23)
4). Pernafasan
Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespons dan
waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stess. Berkurang atau hilangnya lapisan
myelin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan reflek (Maryam. R. Siti,
2008:56)
Pada sistem pernafasan terjadi pengecilan sarafpancaindra yang mengakibatkan kurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa serta lebih sensitif
terhadap perubahan suhu. Hubungan pernafasan menurun dan lambat berespon atau bereaksi
khususnya terhadap stress. (Nugroho, 2000:22)
Menurunnya hubungan persarafan, berat otak pun menurun 10-20% (sel saraf otak setiap
orang berkurang setiap harinya). Respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap
Aldosteron menurun, sekresi hormon kelamin seperti progenteron, esterogen dan testosterone
juga mengalami penurunan. (Maryam. R. Siti, 2008:57).
11).Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
Elastisitas menurun, vaskularirasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun,
kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk (Maryam. R. Siti, 2008:
57).
Pada sistem integument, kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak dan
permukaan kulit menjadi kusam, kasr, bersisi, timbul bercak pigmentasi akibat proses
melanogenesis yang tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik bintik atau
noda coklat, terjadi perubahan disekitar mata, tumbuhnya kerutan halus di ujung mata akibat
lapisan kulit menipis, jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang. (Nugroho, 2008:33).
12). Belajar dan Memori
Kemapuan belajar masih ada tetapi relatif menurun. Memori (daya ingat) menurun karena
proses encoding menurun. (Maryam.R.Siti, 2008:57).
Lansia yang tidak memiliki demensia atau gangguan alzaimer, masih memiliki kemampuan belajar
yang baik. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar sejak lahir sampai akhir hayat. Pelayanan
kesehatan lanjut usia yang bersifat promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif adalah untuk
memberikan kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar yang disesuaikan dengan kondisi
masing masing lanjut usia yang dilayani.
b. Perubahan Mental
Menurut (Nugroho, 2008:34) perubahan perubahan mental yang terjadi pada lanjut usia
adalah perubahan pada sikap yang semakin egosentris, mudah curiga dan bertambah pelit atau
tamak bila memiliki sesuatu. Sikap umum yang di temukan pada hampir setiap lanjut usia, yakni
keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin di hemat. Mengharapkan tetap diberi
peranan dalam masyarakat. Ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap
berwibawa. Jika meninggal pun, mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga.
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental:
1). Perubahan fisik
2). Kesehatan umum
3). Tingkat pendidikan
4). Keturunan (herediter)
5). Lingkungan
Perubahan mental ketika seseorang memasuki masa lansia akan mempengaruhi kesehatan
badannya. Sikap hidup, perasaan, dan emosi akan mempengaruhi perubahan mental lansia.
Perubahan mental seseorang dipengaruhi oleh tipe kepribadian orang tersebut. Seseorang yang
kepribadiannya ambisius akan selalu berambisi untuk lebih mau ketika memasuki masa lansia
akan cendrung gelisah, mudah stress, merasa di remehkan, dan tidak siap tinggal dirumah.
Sebaliknya jika kepribadian seseorang itu tenang dan mencapai sesuatu dengan usaha yang tidak
terbutu buru, orang tersebut tidak menunjukkan perubahan mental yang negatif. Bahkan,
mereka selalu mensyukuri segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya. Pandangan
seseorang terhadap orang yang sudah lansia berbeda secara sosial. Sikap sosial yang kurang baik
ini sering menyebabkanorang lansia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada budaya
timur, ada tat nilai yang masih mengagungkan dan menghormati orang tua. Orang tua dianggap
sebagai orang yang bijaksana dan banyak pengalaman yang selalu menjadi panutan. Perubahan
mental pada lansia dapat dikurangi dengan sikap positif orang Muda yang tidak menilai lansia
sebagai orang lusuh, lemah, siap dibuang, dan menjadi beban orang lain.(Ranah, 2005:15).
Menggambarkan intervensi yang tepat yang mengarah pada pencegahan primer , skunder, dan
tersier dari imobilisasi dan intoleransi aktifitas.
d.
Membuat daftar keuntungan keuntungan fisiologis, psikologis dan psikososial dari program
latihan untuk lansia.
e.
Menggambarkan komponen esensial dari program latihan fisik secara teratur kepada lansia.
f.
Menggambarkan program latihan yang tepat bagi klien lansia dan intoleransi aktifitas.
B. Teori Proses Menua
1. Defenisi
Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan yang maksimal.
Setelah itu tubuh mulai mnyusut dikarenakan bekurangnya jumlah sel sel yang ada dalam
tubuh , sehingga akibatnya tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan lahan
( Maryam .R.Siti, 2008: 45).
Penuaan atau proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsinya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi sserta memperbaiki kerusakan yang diderita.( Maryam.R. Siti,2008 : 46).
Menurut world health organisasion (WHO) dan UU no.13 tahun 1998, tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah
usia permulaan tua, menua bukan suatu penyakit tetapi suatu proses yang berangsur angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan
kematian(Nugroho, 2008:11).
Proses menua (aging) adalah proses yang di sertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikologi, maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. (Ranah, 2006 :4).
2. Teori teori Proses Menua
a. Teori Biologi
1). Teori genetik Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik, setiap spesies mempunyai
didalamnya inti selnya jam genetik yang telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jadi bila
jam ini berhenti kita akan meninggal duni tanpa di sertai dengan keadaan lingkungan / penyakit.
2). Teori Mutasi (teori error catastrapho)
Menurut teori ini, menua disebabkan kesalahan yang beruntun dalam jangka waktu yang
lama dalam transkripi dan trnslasi. Kesalahan tersebut menyebabkan terbentuknya enzim yang
sama dan berakibat metabolisme yang salah, sehingga dapa mengurangi fungsional sel walau
pun dalam batasan tertentu kesalahan dalam pembentukan RNA dapat di perbaiki , namun
kemampuan memperbaiki diri terbatas pada transkripsi yang akan menyebabkan kesalahan
sintesis protein enzim yang dapat menimbulakn metabolisme berbahaya.(Nugroho,2008:14).
3). Teori Auto Immune
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistim
imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat di
produksi zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan akit (Nugroho,2008:14).
4). Teori Radikal Bebas
Radikal bebas terdapat didalam bebas dan didalam tubuh karena ada proses metabolisme atau
proses pernafasan didalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang
tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat relatif mengikat
atom atau melokul alin yang meniimbulakn berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh.
Tidak stabilnya radikal bebas (sel atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan bahan organik
misalnya: karbo hidrat dan protein. (Nugroho , 2008:14).
b. Teori Psikologi
Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan dengan mental dan keadaan
fungsional. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi kemampuan kognitif,
memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami saat
berinteraksi(Mariam.R.Siti,2008:47).
Menurut Birren dan Jenner (1997) yang menunjukan kemapuan seseorang untuk
mengadakan penyesuaian situasi yang dihadapi ( Nugroho,2006:21)
c.
Teori Sosial
Peran yang dihadapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan
usianya. Toeri ini terdiri dari :
serta
mempertahankan aktifitas tersebut lebih dari penting dibandingkan kuantitas dan aktifitas yang
dilakukan. Dari sisi lain aktifitas lansia menurun, akan tetapi dilain sisi dapat dikembangkannya,
seperti : peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek, ketua RT. Dari pihak lansia sendiri
terdapat anggapan bahwa penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha
untuk mempertahankan prilaku mereka semasa mudanya(Maryam .R.Siti, 2008: 50).
3). Teori kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia ,
pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat dia
menjadi lansia dapat terlihat bahwa gaya hidup, prilaku dan harapan seseorang menyatakan tidak
berubah meskipun telah menjadi lansia(Maryam . R. Siti,2008:51).
C. Tingkat kemandirian Lansia dalam melakukan AKS
1. Pengertian kemandirian
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi yang masih
aktif. Seseorang lansia yang menolak untuk melakakukan fungsi dianggap sebagai tidak
melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu. (Maryam .R.Siti, 2008:174). Kemandirian adalah
kemampuan atau keadaan dimana indifidu mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya
sendiri tanpa bergantung dengan orang lain (Zulfajri , 1995:547)
2. Gambaran Tingkat Kemandirian Lansia
Lansia yang mandiri adalah lansia yang kondisinya sehat dalam arti luas masih mampu
unutk menjalankan kehidupan pribadinya(Partini, 2005:3).
Kemadirian pada lansia meliputi kemampuan lansia dalam melakukan aktifitas sehari
hari , seperti : mandi, berpakaian rapi, pergi ke toilet, berpindah tempat, dapat mengontrol BAK,
atau BAB, serta dapat makan sendiri(Ranah,2006:4).
3. Aktifitas Kehidupan sehari - hari pada Lansia
Suatu bentuk pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas kehidupan
sehari hari secara mandiri.penetuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi
kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang tepat
(Maryam.R,Siti, 2008:177).
Menurut (Maryam.R.Siti,2008:177) dengan menggunakan indeks kemandirian Katz
untuk AKS yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal
makan , kontinen (BAB/BAK), berpindah kekamarmandi dan berpakaian. Dapat diberi penilaian
dalam melakukan aktifitas sehari hari sebagai berikut:
a.
Mandi
1. Mandiri : bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti punggung atau ektremitas yang tidak
mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
2. Bergantung : bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh , bantuan masuk dan keluar dari bak
mandi, serta tidak mandi sendiri.
b. Berpakaian
1.
Mandiri : menganbil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian, mengancing /
mengikat pakaian.
Kekamar kecil
1. Mandiri : masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genitalia sendiri.
2. Bergantung : menrima bantuan untuk masuk kekamar kecil dan menggunakan pispot.
d. Berpindah
1. Mandiri : berpindah dari tempat tidur, bangkit dari kursi sendiri.
2.
Bergantung : bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak melakukan
sesuatu atau perpindahan.
e.
Kontinen
Bergantung : inkontinesia persial atau total : menggunakan kateter dan pispot, enema dan
pembalut / pempers.
f.
Makanan
Defenisi
Imobilitas adalah ketidak mampuan untuk bergerak secra aktif akibat berbagai penyakit
atau impairment (gangguan pada alat organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental ( Lueckenotte,
1998:261).
b. Etiologi
1. Gangguan sendi dan tulang.
2.
Penyakit rematik seperti pengapuran atau patah tulang tentu akan mengahambat pergerakan
(imobilisasi).
3. penyakit saraf
4. adanya stroke, penyakit parkinson dan gangguan saraf.
5. penyakit jantung atau pernafasan
6. gangguan penglihatan
7. masa penyembuhan
c.
Manifestasi klinis
sampai ketergantungan fisik total atau ketidak efektifan, tetapi berkembang secara perlahan dan
tanpa disadari.
e.
Komplikasi
Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sebagai berikut :
f.
Pemeriksaan fisik
Gerakan luas di evaluasi baik aktif mau pun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolah,
adanya kekakuan sendi.
4. Mengkaji sistem otot kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing masing otot. Lingkaran ekstremitas untuk memantau adanya edema atau atrofi, nyeri
otot.
5. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih
pendek dari yan glain. Berbagai kondisi neurologis yang berhubungan dengan cara berjalan
abnormal (Misal : Cara berjalan spastic hemiparesis stroke).
3. Mudah Terjatuh
jatuh pada lansia merupakan masalah yan gpaling sering terjadi. Penyebabnya multi
faktor. Banyak yang berperan didalamnya, baik faktor intrinsik maupun dari dalam diri lanjut
usia. Misanya gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi,
sinkop atau pusing. Untuk faktor ekstrinsik, misalnya lantai yan glicin dan tidak rata, tersandung
benda, penglihatan yang kurang karena cahaya yang kurang terang dan sebagainya, memang
tidak dapat dibantah bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik atau mentallnya pun
perlahan pasti menurun. Akibatnya, aktifitas hidupnya akan terpengaruh, yan gpada akhirnya
akan dapat mengurangi ketegapan dan kesigapan seseorang. Sekitar 30 50% dari populasi
lanjut usia (yang berusia 65 tahun)keatas mengalami jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka
tersebut mengalami jatuh berulang, perempuan lebih sering jatuh dibanding dengan lanjut usia
laki laki (Nugroho, 2008:41).
c.
d. Goyangan badan.
Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan bergerak, langkah yang pendek,
penurunan irama, kaki tidak dapat menapak dengan kuat, dan endrung gampang goyah, susah
atau terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan, seperti : terpeleset, tersandung, kejadian
tiba-tiba sehingga mudah jatuh.
Secara singkat, faktor resiko jatuh pada lanjut usia itu dapat digoliongkan menjadi 2, yaitu faktor
instrinsik ( faktor dari dalam tubuh lanjut usia sendiri) dan faktor ekstrinsik (faktor dari luar atau
lingkungan).
Faktor instrinsik, misalnya :
1. Gangguan jantung atau sirkulasi darah.
2. Gangguan sistem susunan saraf.
3. Gangguan sistem anggota gerak.
4. Gangguan penglihatan dan pendengaran.
5. Gangguan psikologis.
6. Gangguan gaya berjalan.
7. Fertigo
8. Artritis lutut.
Menurut para ahli gerontologi faktor faktor yan gmempengaruhi tingkat kemandirian
lansia belum dapart diketahui secara pasti. Namun dapat dilihat dari tinjauan teoritis yang telah
di jabarkan di atas.
G. Kerangka Konsep
Dari kerangka teori penelitian mengacu pada faktor yang mempengaruhi tingkat
kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas sehari hari antara lain : Usia, Imobilisasi, Mudah
terjatuh.
Dalam penelitian ini penulis dapat membuat kerangka konsep berdasarkan pada tujuan
penelitian.
Berdasarkan hal tersebut maka kerangka konsep penelitian ini secara sistimatis dapat
dilampirkan sebagai berikut : Usia, Imobilisasi, Mudah terjatuh.
Kerangka Konsep
Variebel independent
H.
Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara usia dengan tingkat kemandirian
Variabel Dependent
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung
koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung. Penyakit ini telah menjadi
masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus
hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus
di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1, 15 milyar kasus di tahun 2025. prediksi ini
didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk
saat
ini
Riqwana
Miruddin,
2006).
rendah.
Survei penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo, 2007
menemukan prevalensi tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi
sebesar
33,3
(81
orang
dari
243
orang
tua
50
tahun
ke
atas).
Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi daripada pria (P=0,005). Dari kasus tadi
(diastolik
sama
atau
lebih
besar
dengan
130
mmHg).
Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1 % suatu persentase
yang rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3 %), jadi
merupakan faktor resiko yang kurang penting. Juga kenaikan prevalensi dengan
naiknya umur tidak dijumpai. Oleh karena itu, negara indonesia yang membangun
di segala bidang perlu memperhatikan tindakan mendidik untuk mencegah
timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskular, penyakit degeneratif dan lainlain,
sehingga
potensi
bangsa
dapat
lebih
dimanfaatkan
untuk
proses
pencegahan
terarah.
Tujuan
program
penanggulangan
penaykit
diabetes,
hiperlipidemia,
merokko,
stres
dan
lain-lain.
Hipertensi yang akan salah satu faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyebab
penyakit kardivaskular di derita oleh lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia.
Lebih kurang 10-30 persen penduduk di hampir semua negara mengalami
hipertensi
(Elokdyah,
2007).
tekanan
darah
tinggi
selama
seseorang
ke
organ-organ
yang
bersangkutan.
Menurut Dr Hisyam Aptamimi ahli jantung dan pembuluh darah pada RSU Kraton
pekalongan
menyatakan
Hipertensi atau
penyakit darah
tinggo merupakan
penyebab terbesar dari penyakit jantung. bahkan, 75% penderita hipertensi akan
berujung pada penyakit jantung dan baru tersadari pada lanjut usia, ketika jantung
telah lelah bekerja untuk memompa darah dengan tekanan yang berat (Siwono,
2003).
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap di atas
batas normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg.
Sekitar 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya (hipertensi esensial).
Awitan hipertensi esensial biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun (Elokdyah,
2007).
Pada tahun 1995 Survei Kesehatan Rumah Tangga menunujukkan prevalensi
hipertensi di Inidonesia sudah mencapai 83 per 1.000 anggota rumah tangga.
Wanita
lebih
banyak
yang
terkena
ketimbang
pria.
darah.
Menurut Dr Sunarya Soeriatna SpJP dari RS jantung dan Pembuluh Darah Harapan
Kita, Jakarta, Hipertensi, panyakit jantung dan diabetes sangat erat kaitannya satu
dengan yang lainnya. Di negara ini, katanya ada kecenderungan peningkatan
jumlah penderita hipertensi maupun diabetes melitus. Diabetes melitus menjadi
epidemi di seluruh dunia , terutama Asia. Dalam kurun waktu 10 tahun (200-2010)
diperkirakan insiden diabetes meningkat 57 persen. Dengan menekan resiko
timbulnya diabetes melitua pada hipertensi, maka jumlah penyakit kardiovaskuler
dapat
di
tekan
(wed,
2004).
WHO menyatakan hipertensi merupakan silent killer, karena banyak masyarakat tak
menaruh perhatian terhadap penaykit yang kadang dianggap sepele oleh mereka,
tanpa meyadari jika penyakit ini menjadi berbahaya dari berbagai kelainan yang
lebih fatal misalnya kelainan pembuluh darah, jantung (kardiovaskuler) dan
gangguan ginjal, bahkan pecahnya pembuluh darah kapiler di otak atau yang lebih
disebut
dengan
nama
stroke
(Nissonline,
2007).
Berdasarkan yang saya lihat selama ini dirumah sakit ataupun di masyarkat
penyakit hipertensi saat ini sudah semakin banyak terkadi dari itu saya mengambil
kesimpulan karena saya berminat untuk memperdalam dan meneliti Gambaran
pengetahuan pasien mengenai Hipertensi pada lansia.