Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL LOKAKARYA MINI

EFEKTIFITAS PENERAPAN 5 MOMEN CUCI TANGAN


DI RUANG RAWAT INAP LANTAI 7B SATELIT
RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA

Disusun Oleh
FITRI
REFANI EGI AFRILA
NILA NUR KUCOWATI
WINDY SEPTIANI PUTRI
UMI FARIDA
LUTHFI REZA
SARRY WULANDARI
MONALISA SAMOSIR
SYAFITRI DARMANELI
TRIAYUMINGNA

PROGRAM PROFESI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah lokakarya mini Efektifitas
Penerapan 5 Momen Cuci Tangan Di Ruang Rawat Inap Lantai 7B Satelit Rumah Sakit
Pusat Pertamina.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar Managemen Keperawatan pada
program Profesi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
Penulis menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai

makalah ini selesai. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. DR. Mardjo Soebiandono, SpB selaku Direksi PERTAMEDIKA dan Pembina
Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Dany Amrul Ichdan, SE, MSc selaku ketua Pengurus Yayasan Pendidikan
PERTAMEDIKA.
3. Muhammad Ali, SKM, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
4. Dr. Musthofa Fauzi, Sp.An selaku Direktur Rumah Sakit Pusat Pertamina.
5. Wasijati, SKp selaku kepala Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
6. Perawat Lantai 7B atas kerjasamanya, sehingga makalah ini dapat selesai sesuai
dengan waktunya.
7. Teman-teman Program Profesi S1 keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
8. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut berpartisipasi
sehingga selesainya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya,
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan penulisan dan
penyusunan dimasa mendatang.
Jakarta, Agustus 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien adalah suatu upaya dari petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien. World Health Organization (WHO)
telah mengkampanyekan program keselamatan pasien salah satunya adalah
menurunkan risiko infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial merupakan salah satu
masalah mayor yang dihadapi rumah sakit karena dapat mengakibatkan pasien lebih
lama berada di rumah sakit serta meningkatkan biaya pelayanan kesehatan. Infeksi
nosokomial ini dapat disebarkan melalui kontak langsung, terutama melalui tangan
para petugas kesehatan. Petugas Kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam
terjadinya transmisi mikroba pathogen dari pasien ke pasien, serta dari pasien ke
petugas. Tingginya potensi infeksi nosokomial di rumah sakit yang mengancam
kesehatan pasien, pengunjung, dan paramedis menuntut penerapan standar pelayanan
secara baik. Salah satu cara pencegahannya adalah mencuci tangan.
Program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit memiliki tujuan adalah
untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko penularan atau transmisi infeksi di
antara pasien, staf, profesional kesehatan, pekerja kontrak, relawan,mahasiswa, dan
pengunjung. Risiko infeksi dan kegiatan program dapat berbeda antara rumah sakit
yang satu dengan rumah sakit lainnya,tergantung pada kegiatan dan layanan klinis
rumah sakit yang bersangkuran, populasi pasien yang dilayani, lokasi geografis,
volume pasien, dan jumlah pegawainya.
Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanisme
melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa
dan air. Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk

menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang.
Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan, dan lengan,Cuci tangan
harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan
perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain. Petugas
kesehatan harus menerapkan "5 momen kebersihan tangan", yaitu: sebelum
menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan atau aseptik, setelah
berisiko terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan setelah
bersentuhan dengan lingkungan pasien, termasuk permukaan atau barang-barang yang
tercemar. Untuk mencegah peredaran kuman melalui tangan, Sutoto mengingatkan,
menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), paramedis diwajibkan mencuci
tangan pada lima saat penting, yaitu sebelum menemui pasien, setelah menemui
pasien, sebelum melakukan tindakan medis, setelah menyentuh lokasi perawatan
pasien, dan setelah membersihkan peralatan medis.
Namun, Sutoto mengakui kesadaran paramedis untuk membersihkan tangan masih
perlu ditingkatkan. Kalau perawat, sudah sekitar 60 persen yang melakukan sesuai
standar. Sementara dokter baru 40-50 persen, ujarnya. Mencuci tangan adalah cara
yang paling sederhana dan merupakan tindakan utama dalam pengendalian infeksi
nosokomial, tetapi kepatuhan dalam melaksanakannya sangat sulit mungkin
dikarenakan iritasi kulit, sarana yang kurang, adanya sarung tangan, terlalu sibuk,
tidak ada kesadaran untuk kebersihan tangan . (Dep IKA FKUI 2005)
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas penerapan 5 momen cuci tangan di ruang rawat inap
lantai 7B satelit RSPP.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengendalian dan pencegahan infeksi
2. Mengetahui pentingnya dilakukan 5 momen cuci tangan
3. Meningkatkan efektivitas penerapan 5 momen cuci tangan di ruang rawat
inap.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Manajemen Keperawatan
1. Pengertian
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan/usaha untuk mencapai tujuan
organisasi melalui kerja sama dengan orang lain (Hersey dan Blanchard).
Sedangkan menurut H. Weihrich dan H. Koontz, manajemen adalah suatu proses
merancang dan memelihara suatu lingkungan dimana orang-orang yang bekerja
sama di dalam suatu kelompok dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dengan seefesien mungkin. Manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah
ditentukan dengan menggunakan orang lain (G. R. Terry).
Manajemen keperawatan adalah manajemen keperawatan adalah kelompok dari
perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada
akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer
menjalankan profesi mereka Swanburg (2000). Sedangkan Suyanto (2009)
menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen
pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan
keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang
perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala
bidang keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau
supervisor), dan manajemen bawah (kepala ruang perawatan). Keberhasilan
pelayanan

keperawatan

sangat

dipengaruhi

oleh

manajer

keperawatan

melaksanakan peran dan fungsinya.


2. Fungsi-fungsi Manajemen
Fungsi manajemen pertama kali diidentifikasi oleh Henri Fayol (1925) yaitu
perencaanaan, organisasi, perintah, koordinasi, dan pengendalian. Luther Gulick
(1937) memperluas fungsi manajemen fayol menjadi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), personalia (staffing), pengarahan (directing),
pengkoordinasian

(coordinating),

pelaporan

(budgeting) yang disingkat menjadi POSDCORB.


a. Perencanaan (Planning)

(reporting),

dan

pembiayaan

Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu


keputusan dimasa yang akan datang

tentang apa, siapa, kapan, dimana,

berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu
yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Suarli dan Bahtiar
(2009) menyatakan bahwa perencanaan sangat penting karena mengurangi
ketidakpastian dimasa yang akan datang, memusatkan perhatian pada setiap
unit yang terlibat, membuat kegiatan yang lebih ekonomis, memungkinkan
dilakukannya pengawasan. Menurut Swanburg (2000) dalam keperawatan,
perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima
pelayanan keperawatan yang mereka inginkan. Perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang awat inap akan memberi petunjuk dan mempermudah
pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan
keperawatan kepada klien. Tanpa perencanaan yang adekuat, proses
manajemen pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston, 2010).
b. Pengorganisasian (Organizing)
Menurut Suarli dan Bahtiar (2009) Pengertian organisasi dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu pengertian secara statis dan pengertian secara
dinamis. Jika dilihat secara statis, organisasi merupakan wadah kegiatan
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan secara dinamis,
organisasi merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan
sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. Manfaat pengorganisasian untuk
penjabaran secara terinci semua pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan/kelompok,
dan mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk
hubungan dan koordinasi (Huber, 2000). Marquis dan Huston (2010) menyatakan
bahwa pada pengorganisasian hubungan ditetapkan, prosedur diuraikan,
perlengkapan disiapkan, dan tugas diberikan.
Menurut Suarli dan Bahtiar (2009), setiap organisasi kemungkinan besar
mempunyai prinsip-prinsip seperti dibawah ini :
1) Tujuan yang jelas (clear objective)
2) Skala hierarki (the scalar principle)
3) Kesatuan komando/perintah (unity of command)
4) Pelimpahan wewenang (delegation of authority)
5) Pertanggungjawaban (responsibility)

6) Pembagian kerja (division of works)


7) Rentang kendali (spon of control)
8) Fungsionalisasi (functionalization)
9) Pemisahan tugas (task separation)
10) Fleksibikitas/kelenturan (flexibility)
11) Keseimbangan (balance)
12) Kepemimpinan (leadership)
c. Personalia/Ketenagaan (Staffing)
Hakekat ketenagaan pada intinya adalah pengaturan, mobilisasi potensi, proses
motivasi, dan pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan
melalui karyanya. Hal ini berguna untuk tercapainya tujuan individu organisasi,
ataupun komunitas dimana ia berkarya (Suarli dan Bahtiar, 2009). Swanburg
(2000) menyatakan bahwa pengaturan staf/ketenagaan merupakan proses yang
teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis
personel keteenagaan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan pada standar
yang ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung jawab dalam mengatur sistem
kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000).
d. Pengarahan (directing)
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi,
membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi (Marquis
dan Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan
menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien mencapai
tujuan (Huber, 2000). Motivasi sering disertakan dengan kegiatan orang lain
mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan kepemimpinan (Huber, 2006).
e. Pengendalian (controling)
Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan sumber
daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Huber, 2006)
Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang telah
ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antara standar
dan kinerja (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar
penggunaan sunber daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai
tujuan program (Muninjaya, 2004).

3. Proses Manajemen

Menurut Suarli dan Bahtiar (2009), untuk melaksanakan proses manajemen


diperlukan :
a. Keterampilan teknik
Ketrampilan teknik merupakan kemampuan untk menggunakan pengetahuan,
metode, teknik, dan peralatan yang diperlukan dalam menjalankan suatu tugas
tertentu. Keterampilan teknik bisa diperoleh dari pengalaman, pendidikan, dan
pelatihan.
b. Keterampilan hubungan antarmanusia
Keterampilan hubungan antarmanusia merupakan kemampuan bekerja sama
dengan orang lain, termasuk dalam hal ini memahami masalah motivasi dan
menerapkan kepemimpinan.
c. Keterampilan konseptual
Keterampilan konseptual merupakan kemampuan untuk memahami secara
kompleks tentang organisasi yang ada. Selain itu juga berarti, kemampuan
untuk berpikir secara konseptual mengenai tujuan organisasi sebagai landasan
untuk bertindak, bukan hanya memahami tujuan dari satu unit saja.
Dari ketiga keterampilan diatas, yang sangat penting adalah keterampilan
hubungan antarmanusia. Keterampilan ini paling sering digunakan dalam proses
manajemen, dimana diantara atasan dan bawahan saling berkomunikasi dan saling
berhubungan. Bahkan, ada ahli yang berpendapat bahwa kemampuan hubungan
antar manusia sangatlah vital, dan banyak digunakan di dalam proses manajemen.
4. Prinsip-prinsip Manajemen
Keberhasilan manajemen keperawatan dalam mengelola suatu organisasi
keperawatan dapat dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip manajemen
keperawatan yaitu :
a. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
g. Divisi keperawatan yang baik
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
i. Pengembangan staf
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan

5. Lingkup Manajemen Keperawatan


Menurut Korn (1987), yang termasuk lingkup manajemen keperawatan adalah
manajemen operasional dan manajemen asuhan keperawatan.
a. Manajemen Operasional
Pada manajemen operasional, pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola
oleh bidang perawatan yang terdiri dari tingkatan manajerial yaitu manajemen
puncak, manajemen menengah, dan manajemen bawah.
Faktor-faktor yang perlu dimiliki oleh manajer agar dapat berhasil dalam
penatalaksanaan kegiatannya adalah:
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan
2) Keterampilan kepemimpinan
3) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen Asuhan Keperawatan
Lingkup manajemen asuhan keperawatan adala terlaksananya asuhan
keperawatan yang berkualitas kepada klien. Keberhasilan asuhan keperawatan
sangat ditunjang oleh sumber daya tenaga keperawatan dan sumber daya
lainnya. Tenaga keperawatan yang bertanggung jawab dalam menyediakan
perawat pasien yang berkualitas adalah perawat pelaksana.Sebagai kunci
keterampilan dalam keperawatan pasien adalah komunikasi, koordinasi,
konsultasi, pengawasan dan pendelegasian. ( Loveridge & Cumming, 1996 ).
B. Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI)
1. TUJUAN PPI
Tujuan program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit adalah untuk
mengidentifikasi dan mengurangi risiko penularan atau transmisi infeksi di antara
pasien, staf, profesional kesehatan, pekerja kontrak, relawan, mahasiswa, dan
pengunjung.
2. STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN PPI
PROGRAM KEPEMIMPINAN DAN KOORDINASI
a. Standar PPI.1.
Satu atau lebih individu mengawasi seluruh kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi. Individu tersebut mempunyai kualifikasi dalam
praktek pencegahan dan pengendalian infeksi melalui pendidikan,
pelatihan, pengalaman atau sertifikasi
Maksud dan Tujuan PPI.1.
Program pencegahan dan pengendalian infeksi mempunyai pengawasan
yang memadai sesuai dengan besar kecilnya rumah sakit, tingkat risiko,
kompleksitas kegiatan dan ruang lingkup program. Satu atau lebih individu,
bertugas purna waktu atau paruh waktu, bekerja dan bertanggung jawab

sesuai uraian tugas yang ditetapkan. Kualifikasi petugas tergantung dari


kegiatan yang ditugaskan dan mungkin diperoleh melalui :
Pendidikan
Pelatihan
Pengalaman
Sertifikasi
b. Standar PPI.2.
Ada penetapan mekanisme koordinasi untuk seluruh kegiatan pencegahan
dan pengendalian infeksi yang melibatkan dokter, perawat dan tenaga
lainnya sesuai besar kecil dan kompleksitas organisasi rumah sakit.
Maksud dan Tujuan PPI.2
Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi menjangkau ke dalam
setiap bagian dari pelayanan rumah sakit dan melibatkan individu di
seluruh unit dan pelayanan. Sebagai contoh: unit pelayanan klinis,
pemeliharaan sarana, pelayanan makanan/katering, rumah tangga,
laboratorium, farmasi dan pelayanan sterilisasi. Ada penetapan mekanisme
untuk melakukan koordinasi seluruh program. Mekanisme tersebut
mungkin merupakan suatu kelompok kerja kecil, komite, satuan tugas atau
mekanisme lainnya. Tanggung jawab termasuk, misalnya menyusun
kriteria yang mendefinisikan infeksi di pelayanan kesehatan, membuat
metode pengumpulan data (surveilance), menetapkan strategi untuk
mencegah infeksi dan mengendalikan risiko, dan proses pencatatan dan
pelaporan. Koordinasi termasuk komunikasi dengan seluruh bagian/unit
dari rumah sakit untuk menjamin bahwa program akan berkelanjutan dan
proaktif.
Apapun mekanisme yang dipilih oleh rumah sakit untuk melakukan
koordinasi program pencegahan dan pengendalian infeksi, dokter dan
perawat adalah perwakilan dan bekerja di dalam kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi profesional (infection control professional). Tenaga
lainnya bisa termasuk sesuai besar kecil dan kompleksitas rumah sakit
(misalnya : epidemiologist, pakar koleksi data, ahli statistik, manajer unit
strerilisasi sentral, microbiologist, farmasi, rumah tangga, sarana,
supervisor kamar operasi).
c. Standar PPI.3.
Program pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan ilmu
pengetahuan terkini, pelaksanaan sesuai pedoman yang diterima dan dapat

diterapkan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku, dan


standar untuk sanitasi dan kebersihan.
Maksud dan Tujuan PPI 3.
Informasi adalah sangat penting dalam program pencegahan dan
pengendalian

infeksi. Acuan

keilmuan

terkini

dibutuhkan

untuk

pemahaman dan penerapan surveilans yang efektif. Acuan dapat berasal


dari dalam dan luar negeri seperti WHO : pedoman cuci tangan dan
pedoman lainnya. Pedoman pelaksanaan memberikan informasi tentang
praktik pencegahan dan infeksi terkait dengan klinis dan pelayanan
penunjang.

Peraturan

dan

perundang-undangan

yang

berlaku

mendefinisikan elemen dari program basic, respons outbreak penyakit


infeksi dan pelaporan lainnya yang dipersyaratkan.
d. Standar PPI.4.
Pimpinan rumah sakit menyediakan sumber daya yang cukup untuk
mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi.
Maksud dan Tujuan PPI.4.
Program pencegahan dan pengendalian infeksi membutuhkan staf yang
cukup untuk mencapai tujuan program dan memenuhi kebutuhan rumah
sakit. Misalnya dengan menetapkan badan pengawas/mekanisme dan
disetujui oleh pimpinan rumah sakit.
Sebagai tambahan, Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
membutuhkan sumber daya yang dapat memberikan edukasi pada semua
staf dan penyediaan alkohol hand rubs untuk hand hygiene.
Pimpinan rumah sakit menjamin bahwa program mempunyai sumber daya
yang cukup agar program dapat berjalan efektif.
e. Standar PPI.5.
Susunan organisasi dan implementasi program secara komprehensif adalah
untuk menurunkan risiko dari pelayanan kesehatanterkait infeksi pada
pasien dan tenaga pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan PPI.5.
Agar program pencegahan dan pengendalian infeksi menjadi efektif maka
harus komprehensif, untuk keduanya yakni pasien dan tenaga kesehatan.
Program terarah dengan suatu rencana bahwa identitas dan issue nama
infeksi serta epidemiologi penting untuk rumah sakit. Sebagai tambahan,
program dan perencanaan agar sesuai dengan besar kecilnya rumah sakit
dan lokasi geografi, pelayanannya dan pasien. Program termasuk sistem

untuk mengidentifikasi infeksi dan menginvestigasi outbreak dari penyakit


infeksi. Kebijakan dan prosedur merupakan acuan program. Asesmen
risiko secara periodik dan penyusunan sasaran menurunkan risiko
merupakan acuan program.
f. Standar PPI 5.1
Seluruh pasien, staf dan pengunjung rumah sakit dimasukan dalam
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Maksud dan Tujuan PPI 5.1.
Infeksi dapat masuk ke rumah sakit melalui pasien, keluarga, staf, tenaga
sukarela, pengunjung, dan individu lainnya, misalnya yang mencerminkan
pekerjaan. Sehingga seluruh area rumah sakit dimana individu ditemukan
harus

dimasukan

dalam

program

pencegahan,

pengendalian

dan

surveillance infeksi.
g. Standar PPI 6.
Fokus program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
adalah pencegahan dan penurunan infeksi yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan PPI 6.
Setiap rumah sakit harus mengidentifikasi secara epidemiologi infeksi
yang penting, tempat infeksi dan terkait dengan peralatan dan prosedur
bahwa penyediaan berfokus pada upaya pencegahan dan penurunan risiko
dan insiden terkait infeksi pada pelayanan kesehatan. Pendekatan
berdasarkan risiko membantu rumah sakit mengidentifikasi kegiatan dan
infeksi yang seharusnya menjadi fokus program.
Pendekatan berdasarkan risiko menggunakan

surveilance

sebagai

komponen penting untuk pengumpulan dan analisa data dengan asesmen


risiko sebagai acuan.
Rumah sakit mengumpulkan dan mengevaluasi data mengikuti infeksi
yang relevan dan lokasi :
1. Saluran pernafasan, seperti : prosedur dan peralatan terkait dengan
intubasi, mechanical ventilatory support, tracheostomy dan lain
sebagainya.
2. Saluran kencing, seperti : prosedur invasif dan peralatan terkait dengan
indwelling urinary kateter, sistem drainase urin dan lain sebagainya
3. Peralatan intravaskuler invasif, seperti insersi dan pelayanan kateter
vena sentral, saluran vena periferi dan lain sebagainya

4. Lokasi operasi, seperti pelayanan dan tipe pembalut luka dan terkait
prosedur aseptik
5. Epidemiologi penyakit dan organisme yang signifikan multi drug
resistant organism, virulensi infeksi yang tinggi.
6. Emerging atau reemerging infeksi di masyarakat.
h. Standar PPI 7.
Rumah sakit mengidentifikasi prosedur dan proses terkait dengan risiko
infeksi dan mengimplementasi strategi untuk menurunkan risiko infeksi.
Maksud dan Tujuan PPI 7.
Rumah sakit dalam memeriksa dan melayani pasien menggunakan proses
yang sederhana ada yang kompleks, masing-masing terkait dengan tingkat
risiko infeksi untuk pasien dan staf. Maka penting bagi rumah sakit untuk
mereview dan memonitor proses tersebut dan ketepatan, implementasi
kebijakan yang diperlukan, prosedur, edukasi dan kegiatan lainnya untuk
menurunkan risiko dari infeksi.
Standar PPI 7.1.
Rumah sakit menurunkan risiko infeksi dengan menjamin kebersihan
peralatan yang cukup dan sterilisasi serta manajemen laundry dan linen
yang memadai.
Maksud dan Tujuan PPI 7.1.
Risiko infeksi dapat diminimalisasi dengan kebersihan yang tepat,
proses desinfeksi dan sterilisasi, termasuk misalnya kebersihan dan
desinfeksi dari endoskopi, sterilisasi peralatan operasi dan peralatan
invasif atau non-invasif untuk pelayanan pasien. Kebersihan,
desinfeksi dan sterilisasi ditempatkan dalam area sterilisasi sentral atau
area lainnya dalam rumah sakit termasuk pengawasan yang tepat untuk
endoskopi klinik. Metode kebersihan, desinfeksi dan sterilisasi dijaga
dengan standar yang sama dimanapun dilaksanakan di rumah sakit.
Juga manajemen laundry dan linen yang tepat dapat menghasilkan
penurunan kontaminasi dari linen bersih dan risiko infeksi untuk staf
dari laundry dan linen yang kotor.
Standar PPI 7.1.1
Ada kebijakan dan prosedur di tempat yang mengidentifikasi proses
untuk pengelolaan alat dan bahan habis pakai yang kadaluwarsa dan
menetapkan kondisi untuk re-use dari single use peralatan habis pakai
ketika peraturan dan perundangan mengijinkan.
Maksud dan tujuan PPI 7.1.1.

Pada umumnya peralatan medis (cairan infus, kateter, benang dan


lainnya) ada tanggal kadaluwarsanya. Pada waktu tanggal kadaluwarsa
telah terlewati, barang tersebut tidak tergaransi sterilitasnya, keamanan
atau stabilitas dari item tersebut. Kebijakan mengidentifikasi proses
tersebut untuk menjamin penanganan yang sesuai dari kadaluwarsanya
peralatan tersebut. Sebagai tambahan, peralatan habis pakai yang
single-use mungkin bisa di re-use didalam keadaan khusus yang
terpaksa. Ada dua risiko terkait single-use dan re-use peralatan habis
pakai : ada risiko meningkatnya infeksi dan ada risiko bahwa kekuatan
peralatan habis pakai tersebut mungkin tidak adekuwat atau tidak
memuaskan setelah diproses kembali. Pada waktu single use menjadi
re-use maka di rumah sakit ada kebijakan yang menjadi acuan juga reuse. Kebijakan konsisten dengan peraturan dan perundangan nasional
dan standar profesi dan termasuk mengidentifikasi dari :
a) Peralatan dan peralatan habis pakai yang tidak bisa di re-use.
b) Jumlah maksimum spesifik re-use untuk setiap peralatan dan
peralatan yang di re-use
c) Tipe pemakaian dan keretakan, diantara lainnya, dan indikasi
bahwa peralatan habis pakai tidak bisa di re-use
d) Proses pembersihan untuk setiap peralatan yang mulai dengan
segera sesudah digunakan dan diikuti dengan protokol yang jelas;
dan
e) Proses untuk pengumpulan, analisa dan data yang berhubungan
dengan pencegahan dan pengendalian infeksi peralatan dan material
yang digunakan dan re-use
Standar PPI 7.2
Rumah sakit menurunkan risiko infeksi dengan pembuangan sampah
yang tepat
Maksud dan Tujuan PPI 7.2
Rumah sakit harus memperhatikan produksi sampah setiap hari, sering
kali sampah tersebut infeksius. Dengan pembuangan sampah yang
memadai akan mengurangi risiko infeksi di rumah sakit, terutama
pembuangan cairan tubuh, peralatan yang terkontaminasi dengan cairan
tubuh, pembuangan darah dan komponen lainnya, sampah dari kamar
mayat dan dari area bedah mayat.
Standar PPI 7.3.

Rumah sakit harus mempunyai kebijakan dan prosedur pembuangan


benda tajam dan jarum
Maksud dan Tujuan PPI 7.3.
Pembuangan benda tajam dan jarum yang tidak benar akan
membahayakan staf. Rumah sakit harus memastikan bahwa kebijakan
diterapkan

dengan

patuh.

Memastikan

semua

fasilitas

untuk

melaksanakan tersedia dan tepat serta ada surveilans/audit proses


pembuangan.
Standar PPI 7.4.
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi di fasilitas yang terkait dengan
kegiatan

pelayanan

makanan

dan

pengendalian

mekanik

dan

permesinan.
Maksud dan Tujuan PPI 7.4.
Kontrol engineering seperti sistem ventilasi positif, bio safety kabinet
di laboratorium, thermostat pada unit pendingin dan pemanas air yang
dipergunakan sterilisasi alat makan dan peralatan dapur. Sebagai
contoh,

peran

penting

standar

lingkungan

dan

pengendalian

menyumbang untuk sanitasi yang baik dan mengurangi risiko infeksi di


rumah sakit.
Standar PPI 7.5.
Rumah sakit mengurangi

risiko

infeksi

di

fasilitas

selama

demolisi/perombakan, pembangunan dan renovasi.


Maksud dan Tujuan PPI 7.5.
Ketika rencana perombakan, pembangunan dan renovasi rumah sakit
harus menetapkan kriteria risiko yang dapat ditimbulkan dari renovasi
atau pembangunan baru terhadap kualitas udara yang dipersyaratkan,
pengendalian infeksi, kebutuhan utilisasi, kebisingan, getaran dan
prosedur emergensi (kedaruratan).
PROSEDUR ISOLASI
a. Standar PPI.8
Rumah sakit menyediakan pemisah sebagai tindakan pencegahan terlebih
dahulu (barrier precaution) dan prosedur isolasi yang melindungi pasien,
pengunjung dan staf terhadap penyakit menular dan melindungi pasien
yang rentan terhadap infeksi nosokomial.
Maksud dan Tujuan PPI.8
Rumah sakit membuat kebijakan dan prosedur yang menetapkan isolasi
dan prosedur pemisahan di rumah sakit. Metodenya berdasarkan jenis

penularan penyakit dan bagi individu pasien yang mungkin infeksius atau
rentan, juga bila ada peningkatan jumlah pasien infeksius.
Kewaspadaan airborne adalah perlu untuk mencegah transmisi bahan
infeksius yang dapat menetap di udara dalam waktu yang lama.
Penempatan pasien dengan airborne infeksi yang paling disukai adalah di
ruangan tekanan negatif. Struktur kontruksi bangunan dapat segera
mencegah adalah ruangan dengan tekanan negatif, pengaturan udara bisa
re sirkulasi melalui sistem filtrasi HEPA (a high efficiency particulate air)
yang rata-rata paling sedikit 12 pertukaran udara per jam.
Kebijakan dan prosesur harus ditujukan untuk rencana menangani pasien
dengan infeksi airborne pada periode waktu pendek ketika ruangan
bertekanan negatif atau sistem filtrasi HEPA tidak tersedia. Prosedur isolasi
juga untuk staf dan proteksi pengunjung, lingkungan pasien dan pembersih
ruangan selama pasien tinggal dan keluar/pulang.
TEKNIK PENGAMANAN DAN HAND HYGIENE
a. Standar PPI.9.
Sarung tangan, masker, proteksi mata dan peralatan proteksi lainnya, sabun
dan desinfektan tersedia bila diperlukan dan digunakan secara benar.
Maksud dan Tujuan PPI 9.
Hand hygiene, teknik barier dan peralatan desinfeksi merupakan instrumen
mendasar bagi pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat. Rumah
sakit mengidentifikasi kebutuhan saat alat pelindung diri (sarung tangan,
masker, proteksi mata) diperlukan dan melakukan pelatihan alat pelindung
diri secara benar dan tepat. Sabun, desinfektan dan handuk atau pengering
lainnya tersedia di lokasi dimana prosedur cuci tangan dan desinfektan
dipersyaratkan. Pedoman hand hygiene ditetapkan oleh rumah sakit dan
ditempel di area yang tepat, dan staf teredukasi didalam prosedur cuci
tangan yang benar, desinfeksi tangan atau prosedur disinfeksi diketahui.
INTEGRASI PROGRAM DENGAN PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
a. Standar PPI.10
Proses pengendalian dan pencegahan infeksi terintegrasi secara keseluruhan
dengan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit
b. Standar PPI 10.1.
Alur risiko infeksi di rumah sakit, angka infeksi dan kecenderungan infeksi
di rumah sakit

c. Standar PPI 10.2.


Monitoring termasuk penggunaan indikator yang berhubungan dengan
masalah infeksi yang secara epidemiologi penting bagi rumah sakit.
d. Standar PPI 10.3.
Rumah sakit menggunakan informasi risiko, angka dan informasi
kecenderungan

untuk

menyusun

atau

memodifikasi

proses

untuk

menurunkan risiko dan infeksi di rumah sakit ke level yang terendah


mungkin.
e. Standar PPI 10.4.
Rumah sakit membandingkan angka kejadian infeksi dengan rumah sakit
lain melalui data dasar perbandingan.
f. Standar PPI 10.5.
Hasil monitoring infeksi di rumah sakit, secara berkala disampaikan kepada
pimpinan dan staf
g. Standar PPI 10.6
Rumah sakit melaporkan informasi tentang infeksi ke pihak luar, kepada
Kementerian Kesehatan atau Dinas Kesehatan
Maksud dan Tujuan PPI.10 sampai dengan PPI 10.6
Proses pencegahan dan pengendalian infeksi dirancang untuk menurunkan
risiko infeksi bagi pasien, staf dan lainnya. Untuk mencapai tujuan, rumah
sakit harus proaktif mengidentifikasi dan mengikuti alur risiko, angka dan
kecenderungan infeksi di rumah sakit. Rumah sakit menggunakan indikator
untuk meningkatkan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi dan
menurunkan angka infeksi yang terkait pelayanan kesehatan ke level yang
serendah mungkin.
Rumah sakit dapat menggunakan indikator data dan informasi yang memadai
dengan memahami angka yang serupa dan kecenderungan di rumah sakit lain
yang serupa dan kontribusi data infeksi ke dalam data dasar.
PENDIDIKAN STAF TENTANG PROGRAM
a. Standar PPI 11.
Rumah sakit menyediakan pendidikan tentang praktik pencegahan dan
pengendalian infeksi kepada staf, dokter, pasien dan keluarga serta petugas
lainnya ketika ada indikasi keterlibatan mereka.
b. Maksud dan Tujuan PPI 11.
Agar rumah sakit mempunyai program pencegahan dan pengendalian
infeksi yang efektif maka staf harus di edukasi tentang program dimulai
pada saat mereka mulai bekerja di rumah sakit dan secara berkala dan
berkelanjutan. Program edukasi ini termasuk untuk staf profesional, klinisi

dan staf pendukung non klinisi juga pasien dan keluarganya serta
pengunjung.
Pasien dan keluarganya diajak untuk berpartisipasi dalam implementasi
prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
Edukasi diadakan sebagai bagian orientasi staf baru dan penyegaran secara
berkala atau pada saat ada kebijakan dan prosedur pengendalian infeksi
yang baru.
Edukasi meliputi temuan dan kecenderungan yang didapat saat melakukan
monitoring.
C. Mencuci Tangan
a) Pengertian
Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanisme
melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun
biasa dan air. Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir
untuk menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benarbenar hilang. Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien
dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan,
dan lengan,Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan
sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau
alat pelindung lain.
b) Tujuan
Tujuan mencuci tangan menurut DEPKES 2007 adalah merupakan salah satu
unsur pencegahan penularan infeksi. ini dilakukan untuk menghilangkan atau
mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit
dapat di kurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Menurut Susiati (2008),
tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk mengangkat mikroorganisme yang
ada di tangan, mencegah infeksi silang (cross infection), menjaga kondisi steril,
melindungi diri dan pasien dari infeksi, memberikan perasaan segar dan bersih.
c) Waktu Mencuci Tangan
Penilaian ini berdasarkan dilakukan atau tidaknya cuci tangan dalam five
moments for hand hygiene (lima momen cuci tangan) yang ditetapkan oleh WHO.
Lima momen tersebut adalah:
1) Sebelum bersentuhan dengan pasien
2) Sebelum melakukan prosedur bersih/steril
3) Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien risiko tinggi
4) Setelah bersentuhan dengan pasien

5) Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien


d) Resiko tidak Mencuci Tangan
Infeksi nosokomial dapat terjadi jika tidak patuh mencuci tangan. Infeksi ini
dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien
lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada
pasien. Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan
kematian pada pasien, akan tetapi ini menjadi penyebab penting pasien dirawat
lebih lama di Rumah Sakit. Infeksi nosokomial merupakan persoalan serius
yang menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien,
memperlama perawatan pasien di Rumah Sakit dan dapat mempengaruhi mutu
pelayanan Rumah Sakit. Infeksi ini bisa ditularkan dari pasien ke petugas maupun
sebaliknya, pasien ke pengunjung atau sebaliknya, serta antar orang yang berada
di lingkungan Rumah Sakit.

BAB III
RENCANA KERJA
A. Tempat Kegiatan
Lokakarya mini dilaksanakan di ruang rawat inap Lantai 7B Satelit RS Pusat
Pertamina.
B. Waktu Penyelenggaraan
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2015 pukul 13.30 WIB selama 45
menit.
C. Peserta
Perawat Lantai 7B (Shift Pagi dan Shift Sore tanggal 10 Agustus 2015)
D. Bahan
1. Makalah Rencana Kerja
2. LCD
3. Laptop
4. Leaflet
E. Susunan Acara
Terlampir

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
mencuci tangan adalah proses yang secara mekanisme melepaskan kotoran dan debris
dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Mencuci tangan adalah
membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit, agar kuman yang
menempel pada tangan benar-benar hilang. Infeksi nosokomial dapat terjadi jika tidak
patuh mencuci tangan. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada
petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga
maupun dari petugas kepada pasien. Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin
tidak menyebabkan kematian pada pasien, akan tetapi ini menjadi penyebab penting
pasien dirawat lebih lama di Rumah Sakit. Penilaian ini berdasarkan dilakukan atau
tidaknya cuci tangan dalam five moments for hand hygiene (lima momen cuci tangan)
yang ditetapkan oleh WHO. Lima momen tersebut adalah:
1) Sebelum bersentuhan dengan pasien
2) Sebelum melakukan prosedur bersih/steril
3) Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien risiko tinggi
4) Setelah bersentuhan dengan pasien
5) Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien
B. Saran
Berdasarkan simpulan, maka dapat memberikan sedikit informasi yang bermanfaat
bagi para perawat akan pentingan 5 momen mencuci tangan dalam memanimalisir
angka kejadian infeksi nosokomial yang terjadi di rumah sakit, dan sebagai tenaga
kesehatan wajib untuk saling mengingatkan satu dengan yang lain akan pentingnya 5
momen mencuci tangan.

DAFTAR PUSTAKA

IPC Technical Guideline (2008). Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehataan lainnya : Jakarta
WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care (2009 ) :a Summary First Global Patient
Safety Challenge Clean Care is Safer Care
Dr. Sutoto (2013). Akreditasi pencegahan dan pengendalian infeksi diunduh tanggal 7
Agustus 2015 melalui http://lamongankab.go.id/instansi/rsud-soegiri/akreditasi/pencegahandan-pengendalian-infeksi-ppi-prevention-and-control-of-infections-pci/
Depkes (2008). Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi dinduh tanggal 7 Agustus
2015

melalui

http://www.depkes.go.id/resources/download/puskes-haji/5-pedoman-

pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov

Anda mungkin juga menyukai