Disusun Oleh
FITRI
REFANI EGI AFRILA
NILA NUR KUCOWATI
WINDY SEPTIANI PUTRI
UMI FARIDA
LUTHFI REZA
SARRY WULANDARI
MONALISA SAMOSIR
SYAFITRI DARMANELI
TRIAYUMINGNA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah lokakarya mini Efektifitas
Penerapan 5 Momen Cuci Tangan Di Ruang Rawat Inap Lantai 7B Satelit Rumah Sakit
Pusat Pertamina.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar Managemen Keperawatan pada
program Profesi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
Penulis menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai
makalah ini selesai. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. DR. Mardjo Soebiandono, SpB selaku Direksi PERTAMEDIKA dan Pembina
Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Dany Amrul Ichdan, SE, MSc selaku ketua Pengurus Yayasan Pendidikan
PERTAMEDIKA.
3. Muhammad Ali, SKM, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
4. Dr. Musthofa Fauzi, Sp.An selaku Direktur Rumah Sakit Pusat Pertamina.
5. Wasijati, SKp selaku kepala Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
6. Perawat Lantai 7B atas kerjasamanya, sehingga makalah ini dapat selesai sesuai
dengan waktunya.
7. Teman-teman Program Profesi S1 keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
8. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut berpartisipasi
sehingga selesainya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya,
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan penulisan dan
penyusunan dimasa mendatang.
Jakarta, Agustus 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien adalah suatu upaya dari petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien. World Health Organization (WHO)
telah mengkampanyekan program keselamatan pasien salah satunya adalah
menurunkan risiko infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial merupakan salah satu
masalah mayor yang dihadapi rumah sakit karena dapat mengakibatkan pasien lebih
lama berada di rumah sakit serta meningkatkan biaya pelayanan kesehatan. Infeksi
nosokomial ini dapat disebarkan melalui kontak langsung, terutama melalui tangan
para petugas kesehatan. Petugas Kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam
terjadinya transmisi mikroba pathogen dari pasien ke pasien, serta dari pasien ke
petugas. Tingginya potensi infeksi nosokomial di rumah sakit yang mengancam
kesehatan pasien, pengunjung, dan paramedis menuntut penerapan standar pelayanan
secara baik. Salah satu cara pencegahannya adalah mencuci tangan.
Program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit memiliki tujuan adalah
untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko penularan atau transmisi infeksi di
antara pasien, staf, profesional kesehatan, pekerja kontrak, relawan,mahasiswa, dan
pengunjung. Risiko infeksi dan kegiatan program dapat berbeda antara rumah sakit
yang satu dengan rumah sakit lainnya,tergantung pada kegiatan dan layanan klinis
rumah sakit yang bersangkuran, populasi pasien yang dilayani, lokasi geografis,
volume pasien, dan jumlah pegawainya.
Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanisme
melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa
dan air. Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk
menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang.
Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan, dan lengan,Cuci tangan
harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan
perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain. Petugas
kesehatan harus menerapkan "5 momen kebersihan tangan", yaitu: sebelum
menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan atau aseptik, setelah
berisiko terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan setelah
bersentuhan dengan lingkungan pasien, termasuk permukaan atau barang-barang yang
tercemar. Untuk mencegah peredaran kuman melalui tangan, Sutoto mengingatkan,
menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), paramedis diwajibkan mencuci
tangan pada lima saat penting, yaitu sebelum menemui pasien, setelah menemui
pasien, sebelum melakukan tindakan medis, setelah menyentuh lokasi perawatan
pasien, dan setelah membersihkan peralatan medis.
Namun, Sutoto mengakui kesadaran paramedis untuk membersihkan tangan masih
perlu ditingkatkan. Kalau perawat, sudah sekitar 60 persen yang melakukan sesuai
standar. Sementara dokter baru 40-50 persen, ujarnya. Mencuci tangan adalah cara
yang paling sederhana dan merupakan tindakan utama dalam pengendalian infeksi
nosokomial, tetapi kepatuhan dalam melaksanakannya sangat sulit mungkin
dikarenakan iritasi kulit, sarana yang kurang, adanya sarung tangan, terlalu sibuk,
tidak ada kesadaran untuk kebersihan tangan . (Dep IKA FKUI 2005)
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas penerapan 5 momen cuci tangan di ruang rawat inap
lantai 7B satelit RSPP.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengendalian dan pencegahan infeksi
2. Mengetahui pentingnya dilakukan 5 momen cuci tangan
3. Meningkatkan efektivitas penerapan 5 momen cuci tangan di ruang rawat
inap.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Manajemen Keperawatan
1. Pengertian
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan/usaha untuk mencapai tujuan
organisasi melalui kerja sama dengan orang lain (Hersey dan Blanchard).
Sedangkan menurut H. Weihrich dan H. Koontz, manajemen adalah suatu proses
merancang dan memelihara suatu lingkungan dimana orang-orang yang bekerja
sama di dalam suatu kelompok dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dengan seefesien mungkin. Manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah
ditentukan dengan menggunakan orang lain (G. R. Terry).
Manajemen keperawatan adalah manajemen keperawatan adalah kelompok dari
perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada
akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer
menjalankan profesi mereka Swanburg (2000). Sedangkan Suyanto (2009)
menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen
pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan
keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang
perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala
bidang keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau
supervisor), dan manajemen bawah (kepala ruang perawatan). Keberhasilan
pelayanan
keperawatan
sangat
dipengaruhi
oleh
manajer
keperawatan
(coordinating),
pelaporan
(reporting),
dan
pembiayaan
berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu
yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Suarli dan Bahtiar
(2009) menyatakan bahwa perencanaan sangat penting karena mengurangi
ketidakpastian dimasa yang akan datang, memusatkan perhatian pada setiap
unit yang terlibat, membuat kegiatan yang lebih ekonomis, memungkinkan
dilakukannya pengawasan. Menurut Swanburg (2000) dalam keperawatan,
perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima
pelayanan keperawatan yang mereka inginkan. Perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang awat inap akan memberi petunjuk dan mempermudah
pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan
keperawatan kepada klien. Tanpa perencanaan yang adekuat, proses
manajemen pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston, 2010).
b. Pengorganisasian (Organizing)
Menurut Suarli dan Bahtiar (2009) Pengertian organisasi dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu pengertian secara statis dan pengertian secara
dinamis. Jika dilihat secara statis, organisasi merupakan wadah kegiatan
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan secara dinamis,
organisasi merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan
sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. Manfaat pengorganisasian untuk
penjabaran secara terinci semua pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan/kelompok,
dan mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk
hubungan dan koordinasi (Huber, 2000). Marquis dan Huston (2010) menyatakan
bahwa pada pengorganisasian hubungan ditetapkan, prosedur diuraikan,
perlengkapan disiapkan, dan tugas diberikan.
Menurut Suarli dan Bahtiar (2009), setiap organisasi kemungkinan besar
mempunyai prinsip-prinsip seperti dibawah ini :
1) Tujuan yang jelas (clear objective)
2) Skala hierarki (the scalar principle)
3) Kesatuan komando/perintah (unity of command)
4) Pelimpahan wewenang (delegation of authority)
5) Pertanggungjawaban (responsibility)
3. Proses Manajemen
infeksi. Acuan
keilmuan
terkini
dibutuhkan
untuk
Peraturan
dan
perundang-undangan
yang
berlaku
dimasukan
dalam
program
pencegahan,
pengendalian
dan
surveillance infeksi.
g. Standar PPI 6.
Fokus program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
adalah pencegahan dan penurunan infeksi yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan PPI 6.
Setiap rumah sakit harus mengidentifikasi secara epidemiologi infeksi
yang penting, tempat infeksi dan terkait dengan peralatan dan prosedur
bahwa penyediaan berfokus pada upaya pencegahan dan penurunan risiko
dan insiden terkait infeksi pada pelayanan kesehatan. Pendekatan
berdasarkan risiko membantu rumah sakit mengidentifikasi kegiatan dan
infeksi yang seharusnya menjadi fokus program.
Pendekatan berdasarkan risiko menggunakan
surveilance
sebagai
4. Lokasi operasi, seperti pelayanan dan tipe pembalut luka dan terkait
prosedur aseptik
5. Epidemiologi penyakit dan organisme yang signifikan multi drug
resistant organism, virulensi infeksi yang tinggi.
6. Emerging atau reemerging infeksi di masyarakat.
h. Standar PPI 7.
Rumah sakit mengidentifikasi prosedur dan proses terkait dengan risiko
infeksi dan mengimplementasi strategi untuk menurunkan risiko infeksi.
Maksud dan Tujuan PPI 7.
Rumah sakit dalam memeriksa dan melayani pasien menggunakan proses
yang sederhana ada yang kompleks, masing-masing terkait dengan tingkat
risiko infeksi untuk pasien dan staf. Maka penting bagi rumah sakit untuk
mereview dan memonitor proses tersebut dan ketepatan, implementasi
kebijakan yang diperlukan, prosedur, edukasi dan kegiatan lainnya untuk
menurunkan risiko dari infeksi.
Standar PPI 7.1.
Rumah sakit menurunkan risiko infeksi dengan menjamin kebersihan
peralatan yang cukup dan sterilisasi serta manajemen laundry dan linen
yang memadai.
Maksud dan Tujuan PPI 7.1.
Risiko infeksi dapat diminimalisasi dengan kebersihan yang tepat,
proses desinfeksi dan sterilisasi, termasuk misalnya kebersihan dan
desinfeksi dari endoskopi, sterilisasi peralatan operasi dan peralatan
invasif atau non-invasif untuk pelayanan pasien. Kebersihan,
desinfeksi dan sterilisasi ditempatkan dalam area sterilisasi sentral atau
area lainnya dalam rumah sakit termasuk pengawasan yang tepat untuk
endoskopi klinik. Metode kebersihan, desinfeksi dan sterilisasi dijaga
dengan standar yang sama dimanapun dilaksanakan di rumah sakit.
Juga manajemen laundry dan linen yang tepat dapat menghasilkan
penurunan kontaminasi dari linen bersih dan risiko infeksi untuk staf
dari laundry dan linen yang kotor.
Standar PPI 7.1.1
Ada kebijakan dan prosedur di tempat yang mengidentifikasi proses
untuk pengelolaan alat dan bahan habis pakai yang kadaluwarsa dan
menetapkan kondisi untuk re-use dari single use peralatan habis pakai
ketika peraturan dan perundangan mengijinkan.
Maksud dan tujuan PPI 7.1.1.
dengan
patuh.
Memastikan
semua
fasilitas
untuk
pelayanan
makanan
dan
pengendalian
mekanik
dan
permesinan.
Maksud dan Tujuan PPI 7.4.
Kontrol engineering seperti sistem ventilasi positif, bio safety kabinet
di laboratorium, thermostat pada unit pendingin dan pemanas air yang
dipergunakan sterilisasi alat makan dan peralatan dapur. Sebagai
contoh,
peran
penting
standar
lingkungan
dan
pengendalian
risiko
infeksi
di
fasilitas
selama
penularan penyakit dan bagi individu pasien yang mungkin infeksius atau
rentan, juga bila ada peningkatan jumlah pasien infeksius.
Kewaspadaan airborne adalah perlu untuk mencegah transmisi bahan
infeksius yang dapat menetap di udara dalam waktu yang lama.
Penempatan pasien dengan airborne infeksi yang paling disukai adalah di
ruangan tekanan negatif. Struktur kontruksi bangunan dapat segera
mencegah adalah ruangan dengan tekanan negatif, pengaturan udara bisa
re sirkulasi melalui sistem filtrasi HEPA (a high efficiency particulate air)
yang rata-rata paling sedikit 12 pertukaran udara per jam.
Kebijakan dan prosesur harus ditujukan untuk rencana menangani pasien
dengan infeksi airborne pada periode waktu pendek ketika ruangan
bertekanan negatif atau sistem filtrasi HEPA tidak tersedia. Prosedur isolasi
juga untuk staf dan proteksi pengunjung, lingkungan pasien dan pembersih
ruangan selama pasien tinggal dan keluar/pulang.
TEKNIK PENGAMANAN DAN HAND HYGIENE
a. Standar PPI.9.
Sarung tangan, masker, proteksi mata dan peralatan proteksi lainnya, sabun
dan desinfektan tersedia bila diperlukan dan digunakan secara benar.
Maksud dan Tujuan PPI 9.
Hand hygiene, teknik barier dan peralatan desinfeksi merupakan instrumen
mendasar bagi pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat. Rumah
sakit mengidentifikasi kebutuhan saat alat pelindung diri (sarung tangan,
masker, proteksi mata) diperlukan dan melakukan pelatihan alat pelindung
diri secara benar dan tepat. Sabun, desinfektan dan handuk atau pengering
lainnya tersedia di lokasi dimana prosedur cuci tangan dan desinfektan
dipersyaratkan. Pedoman hand hygiene ditetapkan oleh rumah sakit dan
ditempel di area yang tepat, dan staf teredukasi didalam prosedur cuci
tangan yang benar, desinfeksi tangan atau prosedur disinfeksi diketahui.
INTEGRASI PROGRAM DENGAN PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
a. Standar PPI.10
Proses pengendalian dan pencegahan infeksi terintegrasi secara keseluruhan
dengan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit
b. Standar PPI 10.1.
Alur risiko infeksi di rumah sakit, angka infeksi dan kecenderungan infeksi
di rumah sakit
untuk
menyusun
atau
memodifikasi
proses
untuk
dan staf pendukung non klinisi juga pasien dan keluarganya serta
pengunjung.
Pasien dan keluarganya diajak untuk berpartisipasi dalam implementasi
prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
Edukasi diadakan sebagai bagian orientasi staf baru dan penyegaran secara
berkala atau pada saat ada kebijakan dan prosedur pengendalian infeksi
yang baru.
Edukasi meliputi temuan dan kecenderungan yang didapat saat melakukan
monitoring.
C. Mencuci Tangan
a) Pengertian
Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanisme
melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun
biasa dan air. Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir
untuk menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benarbenar hilang. Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien
dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan,
dan lengan,Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan
sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau
alat pelindung lain.
b) Tujuan
Tujuan mencuci tangan menurut DEPKES 2007 adalah merupakan salah satu
unsur pencegahan penularan infeksi. ini dilakukan untuk menghilangkan atau
mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit
dapat di kurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Menurut Susiati (2008),
tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk mengangkat mikroorganisme yang
ada di tangan, mencegah infeksi silang (cross infection), menjaga kondisi steril,
melindungi diri dan pasien dari infeksi, memberikan perasaan segar dan bersih.
c) Waktu Mencuci Tangan
Penilaian ini berdasarkan dilakukan atau tidaknya cuci tangan dalam five
moments for hand hygiene (lima momen cuci tangan) yang ditetapkan oleh WHO.
Lima momen tersebut adalah:
1) Sebelum bersentuhan dengan pasien
2) Sebelum melakukan prosedur bersih/steril
3) Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien risiko tinggi
4) Setelah bersentuhan dengan pasien
BAB III
RENCANA KERJA
A. Tempat Kegiatan
Lokakarya mini dilaksanakan di ruang rawat inap Lantai 7B Satelit RS Pusat
Pertamina.
B. Waktu Penyelenggaraan
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2015 pukul 13.30 WIB selama 45
menit.
C. Peserta
Perawat Lantai 7B (Shift Pagi dan Shift Sore tanggal 10 Agustus 2015)
D. Bahan
1. Makalah Rencana Kerja
2. LCD
3. Laptop
4. Leaflet
E. Susunan Acara
Terlampir
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
mencuci tangan adalah proses yang secara mekanisme melepaskan kotoran dan debris
dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Mencuci tangan adalah
membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit, agar kuman yang
menempel pada tangan benar-benar hilang. Infeksi nosokomial dapat terjadi jika tidak
patuh mencuci tangan. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada
petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga
maupun dari petugas kepada pasien. Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin
tidak menyebabkan kematian pada pasien, akan tetapi ini menjadi penyebab penting
pasien dirawat lebih lama di Rumah Sakit. Penilaian ini berdasarkan dilakukan atau
tidaknya cuci tangan dalam five moments for hand hygiene (lima momen cuci tangan)
yang ditetapkan oleh WHO. Lima momen tersebut adalah:
1) Sebelum bersentuhan dengan pasien
2) Sebelum melakukan prosedur bersih/steril
3) Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien risiko tinggi
4) Setelah bersentuhan dengan pasien
5) Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien
B. Saran
Berdasarkan simpulan, maka dapat memberikan sedikit informasi yang bermanfaat
bagi para perawat akan pentingan 5 momen mencuci tangan dalam memanimalisir
angka kejadian infeksi nosokomial yang terjadi di rumah sakit, dan sebagai tenaga
kesehatan wajib untuk saling mengingatkan satu dengan yang lain akan pentingnya 5
momen mencuci tangan.
DAFTAR PUSTAKA
IPC Technical Guideline (2008). Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehataan lainnya : Jakarta
WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care (2009 ) :a Summary First Global Patient
Safety Challenge Clean Care is Safer Care
Dr. Sutoto (2013). Akreditasi pencegahan dan pengendalian infeksi diunduh tanggal 7
Agustus 2015 melalui http://lamongankab.go.id/instansi/rsud-soegiri/akreditasi/pencegahandan-pengendalian-infeksi-ppi-prevention-and-control-of-infections-pci/
Depkes (2008). Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi dinduh tanggal 7 Agustus
2015
melalui
http://www.depkes.go.id/resources/download/puskes-haji/5-pedoman-
pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov