Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS
A. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik yaitu
adanya peningkatan nilai glukosa dalam darah (Hiperglikemi) yang berasal dari kelainan
sekresi insulin,alergi insulin atau karena keduanya (Brunner,1999)
Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan
ketidakseimbangan glukosa karena banyaknya insulin tidak sesuai dengan kebutuhan
tubuh. (Sorensen,1995)
Diabetes Miellitus adalah suatu kelompok penyakit genetik dan sistemik yang
disebabkan oleh banyak faktor yang dipengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak. (Donna, 1995).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
penyakit Diabetes Mellitus adalah suatu gangguan metabolisme yang ditandai dengan
peningkatan glukosa dalam darah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor metabolisme
seperti karbohidrat, protein dan lemak.
B. Etiologi
Sampai saat ini penyebab Diabetes Mellitus belum diketahui secara pasti. Namun
ada beberapa hal yang mengganggu pembentukan insulin dan metabolisme dalam sel,
sehingga dapat mengakibatkan hiperglikemi namun menurut beberapa literatur ada
beberapa penyebab terjadinya peningkatan kadar gula darah, yaitu:
a Diabetes Mellitus Tipe I
( Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)
b Diabetes Mellitus Tipe II
(Bervariasi mulai dari predominan, resistensi insulin disertai defisiensi insulin
reaktif sampai yang predominan. Gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin)
c Diabetes Mellitus Tipe Lain
1) Defek Genetik fungsi sel beta
2) Defek genetik kerja insulin
3) Penyakit eksokrin pankreas: pankreatitis, trauma/ pankreatektomi, neopalsma,
cistik fibrosis, pankreatopati fibrokalkulus.
d Diabetes Mellitus pada kehamilan
Endokrinopati: akromegali sindroma cushing, feokromositoma, hipertiroidisme.
e Karena obat atau Zat Kimia Vakor, pentamidin, asam nikotimat, glukokortikoit,
hormon tiroid, tiazip, dilantin, interferonalpa,
f Infeksi: rubela kongenital
g Immunologi (jarang) : antibodi antireseptor insulin
h Sindroma genetik lain: Sindromdowm, klinefelter, turner, huntington chorea,
sindrom praderwilli.
1

Triayumingna, S.Kep (21214110) / Program Profesi Stikes Pertamedika

C. Patofisiologi
Defisiensi Insulin

Glukosa Darah

Kandungan Glukosa

Osmolaritas intravaskuler

Sel-sel lapar

Ambang Glukosa ginjal

Pemecahan protein,

Reabsorpsi air dan elektrolit

glikogen lemak
Darah Plasma

Diuresis omotik (poliuria)

Asam Amino Plasma


Glukoneogenesis

Dehidrasi

Polifagia

Polidipsi

(Brunner, 2002)
Insulin merupakan hormon anabolik yang dihasilkan oleh pulau langerhans
kelenjar pankreas. Insulin memegang peranan penting dalan konservasi, karbohidrat
sel tubuh, katalisator untuk menstimulasi enzim dan zat kimia yang diperlukan untuk
fungsi sel dan memproduksi energi.
Pada saat insulin tidak ada, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga
sel lapar/ kelaparan, dilain pihak glukosa akan tetap berada dalam vaskuler sehingga
gula darah dalam tingkat yang tinggi.
Sebagai mekanisme konpensasi maka tubuh akan mengisyaratkan kondisi
kelaparan merupakan situasi yang krisis dan mudah mensekresi hormon konteregulasi
yaitu glukagon, epineprin, norepineprin, growth hormon akan mempertahankan
homeostasis tubuh dengan jalan membentuk glukosa dari sumber lain selain
karbohidrat, akibatnya gula darah menjadi semakin tinggi.
Kondisi ini disebut sebagai hiperglikemi penyebab yang serius untuk
timbulnya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dan ini secara klinik akan
menimbulkan gejala tiga poli yaitu: poliuri, polidipsi dan poliphagi. Poliuri
dikarenakan adanya perubahan osmotik dalam ginjal, dimana ginjal sudah tidak
mampu lagi menahan kadar gula darah yang tinggi. Sebagai akibat banyaknya cairan
yang keluar melalui ginjal, maka sel mengalami dehidrasi, keadaan dehidrasi ini akan
merangsang mekanisme haus sehingga pasien menjadi polidipsi. Karena sel tidak
2

Triayumingna, S.Kep (21214110) / Program Profesi Stikes Pertamedika

menerima makanan maka ia akan menjadi kelaparan, kondisi kelaparan ini akan
merangsang mekanisme lapar bekerja aktif sehingga timbul poliphagi.
Disamping itu hiperglikemi, merupakan penyebab terjadinya berbagai macam
komplikasi pada pasien penderita Diabetes Miletus. Komplikasi sering terjadi
biasanya dikarenakan terjadinya perubahan pada pembuluh darah, baik yang kecil
maupun yang besar. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan mengontrol gula darah.
Terkumpulnya glukosa dan gula lainnya dalam jaringan ekstra sel
menyebabkan kekakuan pada membran dasar antara jaringan disekitar pembuluh
darah. Kekakuan ini akan menghambat distribusi nutrisi, kedalaman sel dan sampah
metabolisme dari sel. Akibatnya mikrosirkulasi khususnya tingkat kapiler terganggu,
sel dan jaringan menerima nutrisi tidak adekuat dan terjadi penumpukan sarbitol yang
sangat banyak.
Akibat adanya perubahan mikroangiopati dan makroangiopati serta neuropati
menyebabkan perubahan pada ekstremitas bawah klien Diabetes Miletus. Adapun
komplikasi yang bisa timbul diantaranya tidak lancarnya sirkulasi, infeksi, ganggren
dan menurunnya sensori yang tidak terkontrol, sehingga menimbulkan gangren.
D. Tanda dan Gejala
Pada tahap awal terjadinya penyakit Diabetes Mellitus pasien sering mengeluh haus,
sering lapar dan sering BAK atau yang sering disebut dengan 3P (poliuri, polidipsi dan
poliphagi).
Gejala lain yang muncul adalah kelemahan, perubahan penglihatan sering tiba-tiba
baal dan kesemutan, terutama di tangan atau kaki, kulit kering dan infeksi berulang
(Brunner,2002).
E. Penatalaksanaan Medik
Tujuan utama pada penatalaksanaan medis pada pasien Diabetes Mellitus ialah untuk
menormalkan aktifitas insulin dan kadar gula darah di dalam tubuh, adapun
penatalaksanaan medik yang dilakukan meliputi pemberian therapi farmakologi,
managemen nutrisi, olah raga, kontrol gula darah secara teratur.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah pada
waktu puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.
2. Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam pp >200 mg/dl.
3. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih
tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi
4. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180%
maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai
ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai
GOD.
3

Triayumingna, S.Kep (21214110) / Program Profesi Stikes Pertamedika

5. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat
tidak terdeteksi
6. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL,
LDL, Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)

Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien diabetes mellitus menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari Pengkajian, Diagnosa keperawatan,
Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
1. Pengkajian (Brunner, 2002) Mengatakan hal-hal yang perlu dikaji pada pasien
diabetes melitus adalah :
a.
Data Subyektif.
1) Riwayat kesehatan yang lalu: pernah menderita gondok, campak, infeksi,
trauma atau stress pada kehamilan.
2) Riwayat keluarga; apakah ada riwayat keluarga menderita penyakit Diabetes
Miletus?
3) Riwayat penggunaan obat-obatan; apakah pasien pernah menggunakan obatobat glukokorticoids, diuretik, dilantin atau insulin?
4) Riwayat pembedahan dan terapi yang lain; apakah pasien pernah dilakukan
pembedahan?
5) Persepsi pasien terhadap penyakit.
6) Riwayat pola makan sehari-hari
7) Riwayat eliminasi.
8) Riwayat aktifitas dan olah raga.
9) Pola seksualitas pasien.
10) Koping pasien terhadap penyakitnya.
11) Nilai-nilai dan kepercayaan.
b.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Data Obyektif.
Mata; lembut, mata seperti mata bola, perdarahan, katarak.
Kulit; kering, panas, tegang, di kaki terdapat pigmen, luka, kehilangan rambut
di kaki, pernapasan cepat, napas dalam (kussmaul).
Kardiovaskuler; Hipotensi, nadi cepat dan lemah.
Gastro intestinal; mulut kering, muntah napas berbau buah-buahan.
Neurologi; perubahan refleksi, gelisah, pusing, kaku otot, koma.
Musculoskletal; kehilangan fungsi otot
Nilai laboratorium yang mungkin ditemukan elektrolit tidak normal, gula
darah puasa +126 mg/dl, lekositosis, ureum creatinin meningkat, trigliserida,
kolesterol, HDL dan LDL meningkat, glikosuria, albuminuria, Asidosis.

Triayumingna, S.Kep (21214110) / Program Profesi Stikes Pertamedika

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus menurut
Doenges, 2002 dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola
kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas
bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi,
letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada
pria.
2. Diagnosa Keperawatan
Doengoes, 2002 mengemukakan bahwa diagnosa keperawatan pada pasien
diabetes melitus adalah sebagai berikut,
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan
gastrik berlebihan pembatasan intake.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
hormon insulin, penurunan intake peroral, status hiper metabolisme (pelepasan
hormon stress, proses infeksi)
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa, penurunan
fungsi lekosit, perubahan pada sirkulasi infeksi pernapasan yang ada sebelumnya,
ISK.
d. Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa
atau insulin.
5

Triayumingna, S.Kep (21214110) / Program Profesi Stikes Pertamedika

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan


kimia darah, peningkatan kebutuhan energi.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang yang tidak dapat
diobati, ketergantungan pada orang lain.
g. Kurang pengetahuan mengenai penyakit prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak
mengenal sumber informasi.
3. Perencanaan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan, maka langkah
selanjutnya adalah penyusunan rencana asuhan keperawatan agar masalah yang
timbul dapat dikurangi atau diatasi secara adekuat sehingga resiko komplikasi dapat
diminimalkan dan kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi selama masa keperawatan
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang dirumuskan maka rencana tindakan
keperawatan yang prinsip dapat dilakukan pada pasien Diabetes Mellitus adalah
sebagai berikut : lakukan perawatan luka dengan mengunakan prinsip steril setiap 2 x
sehari, jelaskan pada pasien tentang penyakit DM, jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang diit yang dianjurkan serta kegunaanya, diskusikan pada pasien dan keluarga
tentang manfaat latihan jasmani, monitor gula darah pasien untuk mengantisipasi
terjadinya hipoglikemi atau hiperglikemi, jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
manfaat dan efek samping insulin, jelaskan dan demonstrasikan cara penyuntikan
insulin, jelaskan pada pasien agar selalu memperhatikan jenis obat, waktu pemberian,
dosis dan cara pemberian yang tepat, (Doengoes,2000)
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer
dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara
individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi
yang adekuat.
3) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
4) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
cairan dan respons pasien secara individual.
6

Triayumingna, S.Kep (21214110) / Program Profesi Stikes Pertamedika

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan :
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
Menunjukkan tingkat energi biasanya
Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik.
2) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi
dan utilisasinya).
3) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
4) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada
keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat
pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya
infeksi.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2) Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik
pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman.
4) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5) Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan
memobilisasi sekret.
7

Triayumingna, S.Kep (21214110) / Program Profesi Stikes Pertamedika

d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan
kontak dengan realitas.
3) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan
kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas
dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
4) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang
berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan :
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
4) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang
tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
Mengakui perasaan putus asa
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
8

Triayumingna, S.Kep (21214110) / Program Profesi Stikes Pertamedika

Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri


mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1) Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang
perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara
pemecahan masalah.
2) Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain
atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri
dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri
sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri
sendiri.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi
informasi.
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan
menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
1) Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien
bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2) Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien
dalam merencanakan makan/mentaati program.
4) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab
pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.
4. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan pengelolaan yang perwujudan
dari seluruh rencana Keperawatan yang telah disusun sebelumnya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan ini didukung dengan tenaga kesehatan
9

Triayumingna, S.Kep (21214110) / Program Profesi Stikes Pertamedika

lainnya, dan tidak terlepas dari partisipasi pasien dan keluarganya. Adapun langkahlangkah dalam pelaksanaan ini meliputi persiapan, pelaksanaan dan dokumentasi.
Dalam fase persiapan perawat dituntut untuk memiliki kemampuan
pengetahuan, ketrampilan fisik dan mental serta keyakinan akan kemampuan yang
dimiliki, agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal sesuai rencana
yang telah ditetapkan dan mampu mengubah atau mengganti rencana asuhan
keperawatan tersebut sesuai dengan perubahan kondisi pasien yang terjadi.
Kemudian fase berikutnya yaitu pelaksanaan, pada fase ini, kegiatan perawat
harus selalu mengacu pada tujuan yang telah ditentukan, meliputi: pengumpulan data
tentang reaksi, partisipasi dan hubungan interpersonal pasien dengan keluarga,
perawat maupun orang lain, serta keyakinan dan kepercayaan perawat.
Dan fase terakhir adalah mendokumentasikan seluruh tindakan asuhan
keperrawatan yang telah dilakukan dalam bentuk catatan keperawatan yang terdiri
dari waktu, jenis tindakan, respon pasien, nama dan tanda tangan pelaksana tindakan.
Pendokumentasian sangat diperlukan dalam penyampaian informasi antara anggota
tim kesehetan yang bersama-sama menangani suatu kasus atau pasien. Disamping itu
dapat digunakan sebagai alat pertanggung jawaban dan tanggung gugat terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Agar tercapai tujuan yang diharapkan, maka pada pelaksanaan intervensi perlu
dukungan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya melalui suatu kolaborasi, agar
pasien dapat mandiri dan meningkatkan status kesehatannya.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Adapun tujuan
evaluasi adalah untuk menentukan kemajuan pasien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Disamping itu, evaluasi juga bertujuan untuk efektifitas rencana
keperawatan, strategi dan pelaksanaan asuhan keperawatan. Evaluasi menunjukkan
masalah mana yang perlu dikaji ulang, kemudian kembali direncanakan dan
dilaksanakan lagi dengan memodifikasi tindakan, kemungkinan yang timbul dalam
pertanyaan evaluasi adalah masalah teratasi, masalah teratasi sebagian dan masalah
tidak teratasi dengan melihat respon dan prilaku pasien.
Evaluasi dapat berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif dilaksanakan terus menerus selama dilakukan tindakan keperawatan.
Evaluasi ini berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur
kemajuan pasien dalam menuntut apakah rencana terus dapat diteruskan, perlu
dirubah atau sudah tercapai. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi aktif yang
menggambarkan apakah tujuan akhir telah tercapai atau tidak sesuai rencana atau
hanya sebagian atau bahkan timbul masalah keperawatan yang baru.
Adapun hal-hal hasil evaluasi yang diharapkan pada pasien Diabetes Mellitus
adalah sebagai berikut:
a.
Kebutuhan cairan pasien dapat seimbang.
b.
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi sesuai pola diet dan berat badan pasien.
10

Triayumingna, S.Kep (21214110) / Program Profesi Stikes Pertamedika

c.
d.
e.
f.
g.

11

Tidak terjadi perluasan infeksi


Perubahan persepsi sensorik tidak terjadi.
Kelelahan dapat ditanggulangi.
Ketidakberdayaan dapat teratasi.
Pengetahuan pasien meningkat.

Triayumingna, S.Kep (21214110) / Program Profesi Stikes Pertamedika

Pathway DM

12

Triayumingna, S.Kep (21214110) / Program Profesi Stikes Pertamedika

DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marlynn E. et. Al . 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke-3,.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lewis Mantik, et. al. 2000. Medical Surgical Nursing. St Louis, The Mosby
Company.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa:
Waluyo Agung, Yasmin Asih., Juli Kuncara, I.made karyasa. Jakarta: EGC.

13

Triayumingna, S.Kep (21214110) / Program Profesi Stikes Pertamedika

Anda mungkin juga menyukai