Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia dewasa ini maju sangat pesat, seiring

dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk. Penerapan teknologi


berbagai bidang tersebut selain membawa manfaat bagi efisiensi dan peningkatan
produktifitas juga menimbulkan dampak resiko yang dapat membahayakan
terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat kerja.1
Di sektor industri meubel misalnya yang dapat mengubah kayu menjadi
perabot rumah tangga dan peralatan kantor, tentunya akan menimbulkan masalah
keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja meubel, serta lingkungan kerja yang
tercemar oleh debu dari proses produksi. Debu ini akan terbilang bebas di udara
lingkungan kerja tanpa melalui suatu proses pengolahan limbah udara secara baik,
serta desain industri meubel tidak mencerminkan suatu bangunan industri yang
baik.1,2
Pengaruh dari debu terhadap kesehatan tenaga kerja adalah dapat
menurunkan fungsi paru. Tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan yang
berdebu dapat dihinggapi penyakit akibat kerja yang disebabkan karena
penimbunan debu di paru dalam waktu lama dikenal dengan nama
pneumokoniosis.3,4,5
Semakin lama orang menghirup debu, semakin banyak debu yang masuk
ke paru. Jumlah debu yang mengendap di paru tergantung dari jumlah Semakin
lama orang menghirup debu, semakin banyak debu yang masuk ke paru. Jumlah
debu yang mengendap di paru tergantung dari jumlah. 3,4
Dalam debu yang dihasilkan dari proses produksi industri meubel ini
sangan sarat dengan debu kayu dan bahan kimia yang merupakan bahan dasar
untuk pengawetan, pengeleman dan pengecatan kayu. Bahan dasar untuk proses
pengawetan, lem, dan pelapisan permukaan kayu lapis adalah formaldehid. Resiko
yang dihadapi pekerja yang terpajan debu di industri meubel ini adalah gangguan

saluran napas yang dapat berupa batuk, dahak, mengi, sesak napas atau bronchitis
yang secara laboratorium menimbulkan gangguan faal paru.6
Di Indonesia perlindungan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
tersebut dijamin sesuai dengan pasal 86 ayat (1) dan (2) Undang Undang No 13
tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi Setiap pekerja / buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manuasi serta nilai nilai agama dan untuk melindungi keselamatan pekerja /
buruh guna mewujudkan produktifitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja.6,7
1.2
1.2.1

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang aspek
kesehatan dan keselamatan kerja yang dialami pekerja mebel

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami pekerja mebel
b. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat
mengganggu kesehatan pekerja mebel
c. Untuk mengetahui tentang aspek Alat Pelindung Diri yang digunakan
pekerja mebel
d. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat P3K di tempat kerja
pekerja mebel
e. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan

yang pernah dilakukan

sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus).


f. Untuk mengetahui tentang peraturan pimpinan tentang K3 di tempat
kerja
g. Untuk mengetahui keluhan/penyakit yang dialami yang berhubungan
dengan pekerjaan
h. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya ada
penyuluhan/pelatihan, pengukuran, pemantauan lingkungan tentang
hazard yang pernah dilakukan

i. Untuk mengetahui upaya-upaya pencegahan bencana (terutama


kebakaran)
1.2.3. Tujuan khusus lain
Untuk mengetahui mengenai kontruksi bangunan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Faktor hazard yang dialami karyawan supermarket


Bahaya potensial di tempat kerja mebel dapat mengakibatkan penyakit
dan kecelakaan akibat kerja. Yaitu yang disebabkan oleh faktor biologi
(virus, bakteri dan jamur), faktor kimia (antiseptik, gas anestasi), faktor
ergonomi (cara kerja yang salah), faktor fisika (suhu, cahaya, bising, listrik,
getaran dan radiasi), faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama
karyawan/atasan).4
Penyakit Akibat Kerja (PAK) di Supermarket, umumnya berkaitan
dengan faktor Fisik (kebisingan, temperature, radiasi), faktor kimia
(pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti sabun pembersih
lantai pada kulit), faktor ergonomic (posisi kerja yang salah), faktor
psikososial (hubungan interpersonal dengan karyawan lain yang buruk, shift
kerja bergilir siang dan malam).4
Berikut merupakan bahaya potensial (faktor hazard) yang dapat dialami
oleh pekerja mebel :
- Bagian Pemilihan Barang
1. Fisik : penyakit musculoskeletal karena mengangkat beban berat, cedera
akibat barang yang dibawa seperti paku, tang, kayu.
2. Kimia : bahan iritan yang terkandung dalam cat dan dempul, Debu, asap,
fumes dan fog. Partikel debu yang dihasilkan dari industri meubel
biasanya berasal dari proses penggeregajian dan pengamplasan.
3. Ergonomik : Cara mengangkat barang yang salah
4. Psikososial : gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang, kerja bergilir,
kerja berlebih, pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi.
Hubungan interpersonal dengan karyawan lain baik.
- Bagian Pemotongan Kayu
1. Fisik : bising (suara mesin), penyakit musculoskeletal karena mengangkat
beban berat,
2. Kimia : Debu jalan, dan debu kayu
3. Ergonomik : Posisi yang sama dan lama dalam pemotongan kayu

4. Psikososial : gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang, kerja bergilir,


kerja berlebih, pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi.
Hubungan interpersonal dengan karyawan lain baik
1.
2.
3.
4.

- Bagian Pengamplasan
Fisik : bising (suara mesin), terjatuh
Kimia : Debu dari kayu pada saat proses pengamplasan
Ergonomik : posisi yang sama dan dalam waktu lama
Psikososial : gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang, kerja bergilir,
kerja berlebih, pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi.
Hubungan interpersonal dengan karyawan lain baik

- Bagian pendempulan dan penyemprotan cat


1. Fisik : bising (suara mesin), terjatuh
2. Kimia : bahan iritan yang terkandung dalam cat dan dempul, Partikel debu
yang dihasilkan dari industri meubel biasanya berasal dari proses
penggeregajian dan pengamplasan.
3. Ergonomik : Cara mengangkat barang yang salah
4. Psikososial : gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang, kerja bergilir,
kerja berlebih, pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi.
Hubungan interpersonal dengan karyawan lain baik
- Bagian penjemuran
1. Fisik : bising (suara mesin), penyakit musculoskeletal karena mengangkat
beban berat, terjatuh
2. Kimia : bahan iritan yang terkandung dalam cat dan dempul, Partikel debu
yang dihasilkan dari industri meubel biasanya berasal dari proses
penggeregajian dan pengamplasan.
3. Ergonomik : Cara mengangkat barang yang salah
4. Psikososial : gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang, kerja bergilir,
kerja berlebih, pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi.
Hubungan interpersonal dengan karyawan lain baik
- Bagian pemfinishing
1. Fisik : bising (suara mesin), terjatuh karena barang yang berserakan,
cedera akibat pecahan kaca dan alat yang tajam
2. Kimia : Debu yang dihasilkan dari kayu
3. Ergonomik : Posisi pemasangan finishing yang sama dan dalam waktu
lama
5

4. Psikososial : gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang, kerja berlebih,


pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi. Hubungan
interpersonal dengan karyawan lain baik.
1.
2.
3.
4.

- Bagian Distributor barang


Fisik: resiko kecelakaan, mengantuk
Ergonomik : posisi menyetir yang terus menerus
Kimia : debu di jalan
Psikososial : kerja berlebih, shift malam, hubungan interpersonal dengan
karyawan lain baik

B. Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan tempat


kerja mebel
1. Benda-benda berat, tajam, seperti gergaji, tang, palu, paku, gunting, alat
bor yang dapat membuat cedera bagi pekerja bila tidak berhati-hati dan
menggunakan alat pelindung diri.
2. Bahan bakar untuk menyalakan Generator saat terjadi pemadaman
listrik, dapat menyebabkan terjadinya kebakaran. Bahan bakar yang di
gunakan diantaranya adalah bensin atau solar.
3. Gerobak pengangkut kayu yang di gunakan oleh pekerja dapat
menyebabkan keluhan musculoskeletal apalagi jika kayu yang di taruh
di atas gerobak tersebut sangat berat. Gerobak ini terbuat dari besi dan
jika pegangannya sudah berkarat maka dapat menyebabkan Dermatitis
kontak alergi bila tidak menggunakan sarung tangan saat memegang
dan mendorong gerobak.
4. Kecelakan karena arus listrik. Suatu alat mungkin sudah dirancang dan
dipasang sedemikian rupa sehingga aman bagi pemakai. Namun, karena
suatu keadaan yang belum diketahui dan menyebabkan alat tersebut
mengandung arus listrik terbuka. Keadaan tersebut sering menimbulkan
kaget, shock, gerak reflek ataupun kecelakaan yang fatal.
5. Kecelakaan karena bahan kimia. Beberapa bahan kimia penyemprot cat
dan dempul.
6. Terpeleset atau terjatuh karena air atau alas kaki yang tidak sesuai
dengan apa yang kita injak dapat menimbulkan sesuatu yang fatal,
misalnya jika kepala atau bagian badan yang lain terbentur sesuatu.

Terpeleset juga terjadi karena beberapa hal, yaitu karena keseimbangan


yang kurang dari kondisi lingkungan.
C. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan pekerja mebel
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga
kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir
dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.Namun pemakaian APD
bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.8
Menurut PERMENAKER No.08/MEN/VII/2011 Alat Pelindung Diri
selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh
tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.9
1. Sarung tangan (hand gloves)
Sarung tangan digunakan oleh pekerja saat mengecat, mendempul atau
menggunakan alat yang dapat menyebabkan iritasi dan cedera, serta
pengendalian getaran dari mesin yang digunakan dengan menggunakan
sarung tangan peredam getar (busa).
2. Masker (Mask)
Berfungsi untuk mencegah terhirupnya debu yang dapat menyebabkan
bersin dan penularan penyakit, dan untuk mencegah terhirupnya zat
kimia pada saat pengecatan dan pendempulan.
3. Kaca Mata
Digunakan untuk melindungi mata para pekerja mebel dari serbuk
kayu dan debu.
4. Helm
Digunakan untuk melindungi kepala pekerja dari kayu dan alat berat
yang dapat tertimpa pada pasien.
5. Sepatu tertutup
Digunakan untuk melindungi pekerja dari pecahan kayu dan bahan serta
alat yang dapat menyebabkan luka pada pekerja mebel.
6. Penutup telinga (Ear Plugged)

Penutup telinga untuk pengendalian kebisingan para pekerja terhadap


mesin yang digunakan
D. Ketersediaan obat P3K di tempat kerja karyawan Supermarket
P3K merupakan pertolongan pertama yang harus segera diberikan
kepada korban yang mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak
dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke tempat rujukan. P3K
sendiri ditujukan untuk memberikan perawatan darurat pada korban,
sebelum

pertolongan yang lebih lengkap diberikan oleh dokter atau

petugas kesehatan lainnya.(6)


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 Pasal 19: Setiap
badan, lembaga atau dinas pemberi jasa, atau bagiannya yang tunduk kepada
konvensi ini, dengan memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya
harus

menyediakan apotik atau pos P3K sendiri, memelihara apotik atau

pos P3K bersama-sama dengan badan, lembaga atau kantor pemberi jasa
atau bagiannya dan mempunyai satu atau lebih lemari, kotak atau
perlengkapan P3K.(6)
Dalam upaya pengawasan P3K maka perlu tersedia fasilitas dan
personil P3K.Fasilitas dapat berupa kotak P3K, isi kotak P3K, buku
pedoman, ruang P3K, perlengkapan P3K (alat perlindungan, alatdarurat, alat
angkut dan transportasi).Personil terdiri dari penanggung jawab: petugas
P3K yang telah menerima sertifikat pelatihan P3K ditempat kerja.(6)
Rekomendasi minimum failitas yang tersedia dalam kotak P3K tipe I
yaitu kasa steril terbungkus, perban (lebar 5 cm), perban (lebar 7,5 cm),
plester (lebar 1,25 cm), plester cepat, kapas (25 gram), perban
segitiga/mettela, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker,
aquades (100 ml lar saline), povidon iodin (60 ml), alkohol 70%, buku
panduan P3K umum, buku catatan, daftar isi kotak. Sedangkan pada kotak
P3K tipe II terdiri dari kasa steril terbungkus, perban (lebar 5 cm), perban
(lebar 7,5 cm), plester (lebar 1,25 cm), plester cepat, kapas (25 gram),
8

perban segitiga/mettela, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker,


bidai, pinset, lampu senter, sabun, kertas pembersih (Cleaning Tissue),
aquades (100 ml lar saline), povidon iodin (60 ml), alkohol 70%, buku
panduan P3K umum.(6)
Secara umum penentuan jenis dan jumlah kotak yang disediakan
tergantung dari jumlah pekerja.(6)

Tabel 1. Jumlah kotak P3K tiap unit kerja


Untuk jumlah personil P3K sendiri ditentukan oleh faktor risiko bahaya di
tempat kerja dan jumlah pekerja.(6)

Tabel 2. Jumlah petugas P3K

E. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan


(sebelum kerja,berkala,berkala khusus)
Dalam upaya pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan
melalui penerapan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja di rumah

sakit termasuk tenaga kerja di Supermarket, ada berbagai macam cara yang
dilakukan salah satunya yaitu pengendalian melalui jalur kesehatan. Upaya
ini dilakukan untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara
mengenal (recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat
tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan
pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu
sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.Dengan deteksi dini, maka
penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan
mempercepat

pemulihan

kemampuan

produktivitas

masyarakat

pekerja.Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa


penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment).Pencegahan
sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang
meliputi:
1. Pemeriksaan Awal
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum
seseorang calon / pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai
melaksanakan

pekerjaannya.

Pemeriksaan

ini

bertujuan

untuk

memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan


mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi
kesehatannya

sesuai

dengan

pekerjaan

yang

akan

ditugaskan

kepadanya. Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi :


- Anamnese umum
- Anamnese pekerjaan
- Penyakit yang pernah diderita
- Alergi
- Imunisasi yang pernah didapat
- Pemeriksaan badan
- Pemeriksaan laboratorium rutin
- Pemeriksaan tertentu (Tuberkulin test, Psikotest).(7)

2. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan
secara berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan

10

besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja,


makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala Ruang lingkup
pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan
khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah
dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang
dihadapi dalam pekerjaan.(7)
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan
dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan
pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak
hanya untuk intern di Tempat Kerja Kesehatan, dalam hal memberikan
pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada
masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan
preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak
kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan
kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak
terjadi kecelakaan dan sebagainya.(7)
F. Penyakit yang dialami berhubungan dengan pekerjaan dan hazard
pada pekerja mebel
1.
Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced hearing loss /
NIHL ) adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam
jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising
lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian
sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis. Secara
umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang
intensitasnya 85 desibel ( dB ) atau lebih dapat menyebabkan
kerusakan reseptor pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat
ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua
telinga. Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat
terpapar bising antara lain intensitas bising yang lebih tinggi,

11

berfrekwensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan individu dan


2.

faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian.(10)


Ganguan muskuloskeletal atau Musculoskeltal Disorder (MSD). Ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan MSD pada karyawan di
supermarket, namun faktor utamanya berupa tenaga yang dipaksakan
(force), posisi yang tidak sesuai (awkward postures) dan pengulangan
pekerjaan(repetition). Pada pekerja supermarket, mengangkat barang

3.

jualan yang berat dan berulang dengan posisi yang tidak sesuai. (8)
Luka tusuk dan Luka robekan, ada banyak pemicu terjadinya luka
tusuk atau luka robek, di antaranya adalah tertusuk pecahan barangbarang yang tidak sengaja dijatuhkan oleh pekerja tersebut, atau

4.

tertimpa barang berat saat bekerja (8)


Luka bakar dan tersengat listrik. Flash atau luka bakar listrik adalah
cedera panas untuk kulit yang disebabkan oleh tegangan tinggi arus
listrik mencapai kulit dari konduktor. Luka panas untuk kulit yang
intens dan mendalam, karena arus listrik memiliki suhu sekitar 2500C
(cukup tinggi untuk melelehkan tulang). Api membakar pakaian dari
sering memicu bagian paling serius dari cedera. Setelah saat ini telah
memasuki tubuh, jalur bergantung pada resistensi itu pertemuan dalam
berbagai organ. Berikut ini adalah tercantum dalam urutan resistensi:
tulang, lemak, urat, kulit, otot, darah, dan saraf. Jalur dari menentukan
saat ini bertahan hidup, misalnya, jika sedang melewati jantung atau
batang otak, kematian dapat langsung dari fibrilasi ventrikel atau
apnea. Lancar lewat melalui dapat menyebabkan kejang otot cukup
parah untuk menghasilkan patah tulang-tulang panjang atau dislokasi.
Hal seperti ini paling banyak terjadi pada pekerja di bagian
maintenance kelistrikan karena sangat sering bersentuhan dengan alat-

5.

alat listrik.(8)
Carpal
Tunnel

Syndrome.

Carpal

tunnel

syndrome

(CTS), atau neuropati median di pergelangan tangan, adalah


kondisi medis di mana saraf median dikompresi di pergelangan tangan,
menyebabkan parestesia, mati rasa dan kelemahan otot di tangan.

12

Perdebatan internasional mengenai hubungan antara CTS dan gerakan


berulang dalam pekerjaan sedang berlangsung. Keselamatan dan
Kesehatan Administration (OSHA) telah mengadopsi aturan dan
peraturan mengenai gangguan trauma kumulatif. Faktor risiko
pekerjaan dari tugas yang berulang, gaya, postur, dan getaran telah
dikutip. Namun, American Society for Bedah Tangan (ASSH) telah
mengeluarkan pernyataan bahwa literatur saat ini tidak mendukung
hubungan

sebab

akibat

antara

aktivitas

kerja

spesifik

dan

perkembangan penyakit seperti CTS. Sering terjadi pada kasir sebuah


supermarket karena setiap hari bertugas untuk menghitung uang saat
6.

selesai bekerja. (9)


Rinitis alergi, adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika
terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet,
1986). Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on
Asthma) tahun 2001, rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan
gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa

7.

hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.(9)


Depresi. Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya
fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih
dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak
berdaya dan gagasan bunuh diri.

Depresi bias disebabkan oleh

beberapa faktor seperti biologis, genetic, dan psikososial (pekerjaan,


rumah tangga dll)
G. Upaya K3 lainnya yang dijalankan
1. Memonitor semua proses pekerjaan pekerja mebel, yang dilakukan
untuk

memberikan

jaminan

bahwa

parameter-parameter

yang

ditentukan sudah dipenuhi dengan baik.(9)


2. Memberikan pembekalan terhadap pekerja mengenai bahaya di tempat
kerja, sanitasi lingkungan kerja serta melatih teknik-teknik bekerja

13

secara aman agar risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan


secara signifika.
H. Upaya -upaya pencegahan bencana (terutama kebakaran)
Upaya pengendian bahaya yang dilakukan dengan memberikan
peringatan, instruksi, tanda, label yang akan membuat orang waspada akan
adanya bahaya dilokasi tersebut. Sangatlah penting bagi semua orang
mengetahui dan memperhatikan tanda-tanda peringatan yang ada dilokasi
kerja sehingga mereka dapat mengantisipasi adanya bahaya yang akan
memberikan dampak kepadanya. Aplikasi di dunia industri untuk
pengendalian jenis ini antara lain berupa alarm system, detektor asap, tanda
peringatan (penggunaan APD spesifik, jalur evakuasi, area listrik tegangan
tinggi, dll).
1.2.3 Housekeeping
Dalam bahasa Inggris housekeeping mempunyai arti house berarti rumah,
wisma, tempat menginap atau hotel, sedangkan keeping adalah menjaga,
merawat , mengatur, memelihara. Housekeeping dalam bahasa indonesia disebut
dengan tata graha, yang berasal dari kata tata berarti menjaga , merawat ,
mengatur , memelihara, sedangkan graha adalah bangunan , rumah, wisma ,
hotel. Definisi tata graham (housekeeping) adalah bagian dari departemen yang
bertanggung jawab mengatur atau menata peralatan, menjaga kebersihan dan
kenyamanan, memperbaiki kerusakan dan dekorasi dengan tujuan agar hotel
tersebut tampak rapi, bersih, menarik dan menyenangkan bagi penghuninya.
1. Ringkas
Merupakan kegiatan membuang barang-barang dan material yang tidak
berguna di tempat kerja
Sasaran :
a. Menentukan dan mematuhi kriteria / aturan membuang barang / material
yang tidak berguna di tempat kerja
b. Menerapkan Manajemen stratifikasi untuk membuat prioritas

14

c. Berusaha menangani sumber atau penyebab kotor


Prinsip : Manajemen stratifikasi

2.

Rapi
Merupakan kegiatan Meletakkan segala sesuatu pada tempat yang telah

ditentukan agar mudah & cepat pada saat pencarian & penyimpanan
-

Sasaran :
a. Mengatur tempat kerja dengan rapi
b. Layout & penempatan barang yang efficient ( dengan mempertimbang kan
mutu, keamanan, & keselamatan )
c. Meningkatkan produktivitas dengan cara meniadakan waktu yang
-

terbuang pada saat mencari barang yang diperlukan


Prinsip : Penempatan Fungsional dan Neniadakan waktu pencarian barang
yang diperlukan

3.

Resik
Merupakan kegiatan MEMBERSIHKAN tempat kerja (tidak ada kotoran)

; setiap orang harus menjadi Petugas Kebersihan


Sasaran :
a. Tingkat kebersihan sesuai dengan yang diharapkan.
b. Menemukan permasalahan melalui pemeriksaan kebersihan
c. Memahami bahwa kebersihan adalah suatu bentuk pemeriksaan
- Prinsip : Kebersihan adalah pemeriksaan dan Tingkat Kebersihan
4.

Rawat
Merupakan kegiatan Membuat standarisasi untuk memelihara 3R

(RINGKAS, RAPI, RESIK) tersebut di atas dan membuat manajemen visual


5.

Sasaran :
a. Membuat standarisasi untuk memelihara 3R yang sudah dikerjakan
b. Inovasi manajemen visual agar segala sesuatu berjalan secara normal
Prinsip : Manajemen Visual dan Standarisasi
Rajin
Merupakan kegiatan Melaksanakan 5R dalam kehidupan sehari-hari

menjadikan 5R sebagai 'pandangan hidup' di tempat kerja ; RAJIN juga berarti


"JANJI / KOMITMEN" semua orang
-

Sasaran :

15

a. Partisipasi sepenuhnya dalam pengembangan kebiasaan yang baik dan

patuh terhadap aturan


b. Komunikasi dan umpan balik dilakukan secara rutin setiap hari
Prinsip : Membentuk kebiasaan dan membereskan tempat kerja

BAB III
BAHAN, CARA, LOKASI, DAN JADWAL SURVEI
A. Bahan
Bahan yang digunakan adalah checklist (daftar temuan) bukan kuisioner
yang dikelompokkan sesuai jenis dan banyaknya tujuan khusus. Checklist
digunakan untuk mendata apa yang didapatkan dari hasil survei pada
pekerja mebel. Dan digunakan pula kamera untuk mendokumentasikan
suasana tempat kerja.
B. Cara
Cara yang digunakan adalah Walk Through Survey yang merupakan
teknik utama yang penting untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

16

potensi bahaya di lingkungan kerja yang dapat memberikan efek atau


gangguan pada kesehatan pekerja yang terpajan.
C. Lokasi Survei
Survey dilakukan di UD. Pondok Mekar, Jln. Antang Raya No. 24, Kota
Makassar, Sulawesi-Selatan
D. Jadwal Survei
Survei dilakukan pada hari Senin-Selasa (27-30 April 2015) dengan
agenda sebagai berikut:
No
.

Tanggal

Kegiatan

1.

27-28 April 2015

2.

29 April2015

3.

30 April 2015

Pengarahan kegiatan
Pembuatan proposal walk through survey
Walk through survey
Pembuatan laporan walk through survey
Presentasi laporan walk through survey
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

17

Denah UD. Mebel

HASIL SURVEI
a. Hazard lingkungan kerja
- Bagian Pemilihan Barang
1. Fisik : penyakit musculoskeletal karena mengangkat beban berat, cedera
akibat barang yang dibawa seperti paku, tang, kayu.
2. Kimia : bahan iritan yang terkandung dalam cat dan dempul, Debu, asap,
fumes dan fog. Partikel debu yang dihasilkan dari industri meubel
biasanya berasal dari proses penggeregajian dan pengamplasan.
3. Ergonomik : Cara mengangkat barang yang salah
4. Psikososial : gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang, kerja bergilir,
kerja berlebih, pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi.
Hubungan interpersonal dengan karyawan lain baik.
-

Bagian Pemotongan Kayu


1. Fisik : bising (suara mesin), penyakit musculoskeletal karena
mengangkat beban berat,
2. Kimia : Debu jalan, dan debu kayu
3. Ergonomik : Posisi yang sama dan lama dalam pemotongan kayu

18

4. Psikososial : gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang, kerja bergilir,


kerja berlebih, pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi.
Hubungan interpersonal dengan karyawan lain baik
1.
2.
3.
4.

Bagian Pengamplasan
Fisik : bising (suara mesin), terjatuh
Kimia : Debu dari kayu pada saat proses pengamplasan
Ergonomik : posisi yang sama dan dalam waktu lama
Psikososial : gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang, kerja bergilir,
kerja berlebih, pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi.
Hubungan interpersonal dengan karyawan lain baik

- Bagian pendempulan dan penyemprotan cat


1. Fisik : bising (suara mesin), terjatuh
2. Kimia : bahan iritan yang terkandung dalam cat dan dempul, Partikel
debu yang dihasilkan dari industri meubel biasanya berasal dari proses
penggeregajian dan pengamplasan.
3. Ergonomik : Cara mengangkat barang yang salah
4. Psikososial : gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang, kerja bergilir,
kerja berlebih, pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi.
Hubungan interpersonal dengan karyawan lain baik
-

Bagian penjemuran
1. Fisik : bising (suara mesin), penyakit musculoskeletal karena
mengangkat beban berat, terjatuh
2. Kimia : bahan iritan yang terkandung dalam cat dan dempul, Partikel
debu yang dihasilkan dari industri meubel biasanya berasal dari proses
penggeregajian dan pengamplasan.
3. Ergonomik : Cara mengangkat barang yang salah
4. Psikososial : gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang, kerja bergilir,
kerja berlebih, pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi.
Hubungan interpersonal dengan karyawan lain baik
- Bagian pemfinishing
1. Fisik : bising (suara mesin), terjatuh karena barang yang berserakan,
cedera akibat pecahan kaca dan alat yang tajam
2. Kimia : Debu yang dihasilkan dari kayu
3. Ergonomik : Posisi pemasangan finishing yang sama dan dalam waktu
lama
19

4. Psikososial : gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang, kerja berlebih,


pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi. Hubungan
interpersonal dengan karyawan lain baik.
1.
2.
3.
4.

- Bagian Distributor barang


Fisik: resiko kecelakaan, mengantuk
Ergonomik : posisi menyetir yang terus menerus
Kimia : debu di jalan
Psikososial : kerja berlebih, shift malam, hubungan interpersonal dengan
karyawan lain baik

b. Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan


- Bagian pemilihan barang
Cara penambilan dan pengangkatan barang yang berat dapat
menyebabkan penyakit muskuloskeletal, dan jatuh pada pekerja apabila
barang terlalu berat
- Bagian pemotongan kayu
Alat kerja yang digunakan gergaji, bor, tang, paku, palu, serta kayu
yang dapat membuat pekerja cedera apabila digunakan tidak hati-hati
- Bagian pengamplasan
Debu kayu dari pengamplasan yang terhirup dapat menyebabkan
penyakit paru-paru
- Bagian pendempulan dan penyemprotan cat
Bahan dari cat dan dempul dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan
dapat menyebabkan penyakit paru-paru apabila terhirup dari zat kimia
yang dikandung.
- Bagian penjemuran
Pengangkatan barang berat yang telah jadi dapat menyebabkan penyakit
muskuloskeletal, dan jatuh akibat barang yang terlalu berat
20

Bagian pemfinishing
Pemasangan assessoris dari barang yang telah jadi pada posisi yang
sama dapat menyebabkan nyeri otot, dan jika tidak dilakukan secara
hati-hati dapat membuat luka pada tangan akibat palu yang mengenai
tangan
Bagian distributor barang
Mobil dapat menyebabkan kecelakaaan lalu lintas
c. APD yang digunakan
APD yang digunakan oleh para petugas,
Bagian Pemilihan Barang

: sarung tangan

Bagian Pemotongan Kayu

: sarung tangan, helm kacamata,


masker, sepatu boot

Bagian Pengamplasan

: sarung tangan, kacamata, masker

Bagian pendempulan dan

: sarung tangan, kaca mata

penyemprotan cat
Bagian penjemuran

: sarung tangan

Bagian pemfinishing

: sarung tangan

Bagian Distributor barang

: sabuk pengaman saat mengendarai

d. Ketersediaan obat P3K di tempat kerja pekerja Mebel UD. Pondok


Mekar
Bagian

pemilihan

barang,

pemotongan

kayu,

pengamplasan,

pendempulan dan cat, penjemuran, pemfinishing, distributor barang


Tidak tampak ketersediaannya obat P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan). Hal ini tentu saja perlu diperhatikan mengingat ada bahaya
21

kerja yang dapat dialami oleh para karyawan di tempat kerja.Alangkah lebih
baik jika ada obat P3K karena apabila sewaktu-waktu ada pekerja yang
terluka, misalnya luka akibat benda tajam, bisa ditangani segera.
e. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan
(sebelum bekerja, berkala, berkala khusus)
Bagian

pemilihan

barang,

pemotongan

kayu,

pengamplasan,

pendempulan dan cat, penjemuran, pemfinishing, distributor barang


Para pekerja memeriksakan kesehatannya hanya saat sakit saja di rumah
sakit terdekat, namun belum tersedia pemeriksaan kesehatan dalam
perusahaan. Tidak ada pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai
peraturan (sebelum bekerja, berkala, dan berkala khusus).

f. Peraturan pimpinan tentang K3 di tempat kerja


Bagian pemilihan barang, pemotongan kayu,

pengamplasan,

pendempulan dan cat, penjemuran, pemfinishing, distributor barang


Belum ada tentang peraturan K3 di tempat kerja UD. Mebel.
g. Keluhan/penyakit yang dialami berhubungan dengan pekerjaan
Bagian

pemilihan

barang,

pemotongan

kayu,

pengamplasan,

pendempulan dan cat, penjemuran, pemfinishing, distributor barang


keluhan atau penyakit yang sering terjadi pada pegawai yaitu keluhan
sakit punggung pada bagian pemilihan barang, penjemuran dan pemotongan
kayu karena bekerja pada posisi membungkuk dan luka akibat benda tajam
dan tumpul dari palu, paku, serta serpihan kayu pada saat bekerja.
h. Upaya K3 lainnya yang dijalankan
Bagian pemilihan barang, pemotongan

kayu,

pengamplasan,

pendempulan dan cat, penjemuran, pemfinishing, distributor barang


Belum ada komitmen dan kebijakan pimpinan upaya kesehatan

22

keelamatan kerja bagi para pekerja mebel.


i. Untuk

mengetahui

kebakaran)
Bagian pemilihan

upaya-upaya
barang,

pencegahan

pemotongan

bencana

kayu,

(terutama

pengamplasan,

pendempulan dan cat, penjemuran, pemfinishing, distributor barang


Belum ada komitmen dan kebijakan pimpinan mengenai pelatihan
kebakaran, namun alat pemadam api ringan sudah tersedia di dekat pintu
masuk.

PEMBAHASAN
Mebel UD. Pondok Mekar

adalah sebuah tempat usaha pembuatan

furnitur bangunan yang terletak di JalanAntang raya No. 24 Makassar.


Pemiliknya, bernama Bapak H. Bakhtiar, adalah seorang wiraswasta. Mulanya,
usaha pembuatan furnitur ini hanya usaha kecil-kecilan, semakin lama
berkembang dan menjadi makin besar seperti sekarang.
Usaha pembuatan furnitur ini melayani permintaan pembuatan kursi,
rangka meja, rangka pintu, rangka kusen dan sebagainya. Yang perlu diperhatikan
disini adalah, usaha meubel yang dirintis ini hanya dari usaha bahan rangka
setengah jadi sampai ke usaha finishing.
Pada saat usaha ini jumlah pekerja sebanyak 23 orang.. Pekerjaan
membuat furnitur dilakukan di samping halaman depan tempat usaha yang
sekaligus digunakan menjadi tempat menjual barang jadi hasil produksi usaha
mebel.
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan furnitur di meubel UD.
Pondok Mekar adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Alat penghalus / grinda


amplas
Alat bor
Palu dan Paku
Penyemprot cat, dengan bahan hilamin dan campurannya
pernis

23

7.
8.
9.
10.
11.
12.

Gergaji
Compressor
Kabel listrik
Gunting
Tang
Obeng

a. Penyediaan Air Bersih


Air bersih untuk MCK pekerja yang berada di kamar mandi merupakan air
yang berasal dari PDAM. Keadaan air tersebut sudah memenuhi kriteria air bersih
dari segi fisik dan berdasarkan wawancara, menurut ibu Rahma dan pekerja,
sejauh ini air untuk MCK tersebut tidak pernah menimbulkan masalah kesehatan
bagi pekerja.
Air bersih di kamar

mandi ditampung dalam bak kramik berukuran

sedang dan difasilitasi sebuah gayung dan sabun. Lantai kamar mandi bersemen
dan cukup baik karena tidak licin. Dinding kamar mandi terbuat dari tembok yang
sudah dicat
Untuk minum, pemilik meubel menyediakan air galon. Sedangkan untuk
makanannya ibu Rahma menyediakan makanan untuk pekerja setiap harinya.
Makanan dibuat sendiri oleh ibu Rahma ataupun membeli di luar saat tidak
sempat memasak untuk para tukang.
b. Pengelolaan Limbah
Dari hasil survey ada beberapa limbah yang dihasilkan dari proses
pembuatan meubel berupa limbah padat antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Sisa amplas
Serbuk kayu
Sisa wadah pernis
Kaleng bekas hilamin
Sisa kain dan spons
Sisa potongan triplek

Dari limbah yang dihasilkan pada meubel tersebut tidak dilakukan


pengolahan oleh pihak pemilik meubel. Sehingga limbah tersebut hanya dibuang
begitu saja.

24

Tahap Pembuatan Meubel


Pada proses pembuatan meubel ini,pada saat awal, karena meubel ini
bergerak dengan usaha awal sudah barang setengah jadi, maka berbeda dengan
meubel seperti biasanya, yaitu tidak merakit dan langsung pada proses perakitan
komponen yang kurang, penghalusan dan memperjelas ukiran yang ada,
memplitur/ pernis dan siap untuk di jual
Jadi secara garis besar proses pembuatan meubel ini ada beberapa tahapan
yang harus dilalui yaitu :
a. Mendatangkan bahan rakitan yang telah dipesan/ telah ada di meubel
tersebut. Rakitan atau barang setengah jadi ini dipesan dari kota Pasuruan.
Sebelumnya, disiapkan terlebih dahulu peralatan yang dibutuhkan, seperti
pahat, palu, siku, meteran, bor, grinda, alat pengecat, dan peralatan bantu
lainnya. Bahan yang di perlukan berupa pernis dan cat.
b. Proses menghaluskan
Sebelumnya, disiapkan terlebih dahulu peralatan yang dibutuhkan, seperti
pahat, palu, siku, meteran, bor, grinda, alat pengecat, dan peralatan bantu
lainnya. Bahan yang di perlukan berupa pernis dan cat. Pada proses ini,
menghaluskan barang dengan alat grinda dan amplas. Grinda pada tahap
ini cukup berbahaya apabila tidak digunakan dengan hati- hati, misal dapat
mengenai tangan pekerja saat menghaluskan barang. Sedangkan ampelas
cenderung tidak berbahaya. Dari proses penghalusan menghasilkan debu,
kebisingan. Barang- barang yang ada di haluskan untu selanjutnya di
pernis atau dicat.
c. PenyemprotanTahapan yang dilakukan adalah mengecat atau belapisi
pernis ke barang meubel yang sudah halus tadi proses ini menghasilkan
kebisingan, uap cat yang dapat mengganggu pernafasan pekerja jika tidak
menggunakan masker.

d. Penjemuran
25

Setelah meubeldicat dan dipernis, meubel tersebut dijemur hingga kering


sebelum dirakit seperti diberi spon untuk sofa, kaca untuk lemari, dan lainlain.
e. Finishing
Proses berikutnya adalah meberikan lapisan pada permukaan barang
meubel, terutama pada bagian luar yang terlihat. Proses ini disebut
finisihing. Finishing bertujuan selain untuk menambah keindahan juga
menambah keawetan dari meubel. Perakitan pada tahap ini hanya
memasang gagang pintu, memasang kaca, beberapa bagian yang mungkin
ada yang belum tersambung, memasang spon dan kain pada kursi. Alat
yang digunakan pada tahan ini berupa palu, paku, alat bor, gunting, alat
paku tembak. Pada tahap ini cukup berbahaya dimana terdapat beberapa
alat tajam yang dapat mengenai pekerja dan bahaya fisik seperti debu yang
beterbangan. saat pekerja melakukan proses ini, hampir semua peralatan
tidak tertata dengan rapi, berserakan termasuk kabel- kabel yag dapat
membahayakan pekerja baik tersandung maupun tersengat listrik.
a. Faktor hazard yang dialami karyawan di Mebel UD. Pondok Mekar
Dari hasil survei langsung di tempat kerja karyawan mebel yang kami
lakukan didapatkan adanya faktor hazard yang dapat dialami para karyawan
tersebut, seperti Faktor fisika : serbuk kayu, bahaya tertimpa kayu,
penerangan yang kurang, bahaya tertusuk, tergores, dan tangan terpotong.
Faktor kimia: tidak ada bahaya kimia karena di tempat kerja tersebut tidak
tersedia bahan kimia yang digunakan dlam bentuk apapun. Faktor biologis:
vektor, misalnya nyamuk.
Faktor ergonomi juga berpengaruh dimana posisi tubuh saat berkerja
posisi membungkuk pada pekerja pemotongan kayu, pengamplasan,
distributor barang.
b.

Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan


pekerja Mebel UD. Pondok Mekar

26

Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan, yaitu


grinda, palu, paku, pernis, gergaji, kabel listrik, gunting, tang, obeng.
Dimana alat ini terus-menerus digunakan dan bisa menimbulkan luka pada
para pekerja.
c. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan pekerja Mebel UD.
Pondok Mekar
APD yang digunakan para pekerja UD. Mebel sudah cukup memenuhi
standar dimana mereka memakai APD yang terdiri dari sarung tangan dan
alas kaki. Pada bagian pemilihan barang, penjemuran, dan pemfinishing
menggunakan sarung tangan, bagian pemotongan kayu menggunakan
sarung tangan, helm kacamata, masker, sepatu boot, bagian pengamplasan
menggunakan sarung tangan, kacamata, masker, bagian pendempulan dan
penyemprotan cat sarung tangan, kaca mata, bagian distributor barang
menggunakan sabuk pengaman saat mengendarai
d. Ketersediaan obat P3K di tempat kerja pekerja Mebel UD. Pondok
Mekar
Pada saat survei tidak tampak ketersediaannya obat P3K (Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan). Hal ini tentu saja perlu diperhatikan mengingat
ada bahaya kerja yang dapat dialami oleh para karyawan di tempat
kerja.Alangkah lebih baik jika ada obat P3K karena apabila sewaktu-waktu
ada pekerja yang terluka, misalnya luka akibat benda tajam, bisa ditangani
segera.
e. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan
(sebelum kerja, berkala, dan khusus) di Mebel UD. Pondok Mekar
Pemeriksaan kesehatan bagi para karyawan di UD. Mebel masih sangat
kurang dan cenderung dilakukan pada saat sakit saja, dan pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja dan secara berkala belum dilakukan.
f. Peraturan pimpinan tentang K3 di tempat kerja
Peraturan pimpinan tentang K3 di tempat kerja belum ada

27

g. Penyakit yang dialami berhubungan dengan pekerjaan pada pekerja


Mebel UD. Pondok Mekar
Keluhan kesehatan atau penyakit yang sering dialami oleh pekerja UD.
Mebel adalah keluhan musculoskeletal berupa nyeri punggung terutama
pada yang seing mengangkat beban berat. Selain itu, mereka juga sering
mengalami luka akibat benda tajam yang disebabkan seringnya mereka
kontak dengan barang berat yang menyebabkan mereka cedera dan terjatuh
akibat pengangkatan barang.
h. Upaya K3 lainnya di Mebel UD. Pondok Mekar
Upaya K3 lainnya yang di jalankan seperti penyuluhan/pelatihan,
pengukuran/pemantauan lingkungan tentang hazard yang pernah dilakukan
yaitu penyuluhan dan pelatihan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
Belum ada komitmen dan kebijakan pimpinan mengenai pelatihan
kebakaran, namun alat pemadam api ringan sudah tersedia di dekat pintu
masuk.
i. Untuk mengetahui upaya-upaya pencegahan bencana (terutama
kebakaran)
Belum ada komitmen dan kebijakan pimpinan mengenai pelatihan
kebakaran, namun alat pemadam api ringan sudah tersedia di dekat pintu
masuk.
Narasi
Survey kami dilakukan pada hari Selasa, tanggal 28 April 2015. Kami
melakukan survey pada pukul 10.00 hingga pukul 14.00. Survey yang kami
lakukan bertempat di UD. Pondok Mekar. Jln. Antang Raya No. 24 Makassar.
Selama melakukan survey di Mebel Pondok Mekar kami disambut dengan hangat
oleh Pekerja Mebel. UD. Pondok Mekar merupakan sebuah ruko yang berlantai
2, dimana lantai 1 digunakan untuk menjual barang dan pembuatan mebel dan

28

lantai 2 digunakan untuk ruang manajer, ruang pegkerja dan tempat penyimpanan
barang, dengan ukuran 32x50 meter.
Mebel UD. Pondok Mekar memiliki 23 orang karyawan yang dibagi
dalam 2 shift pagi, dan malam. Dari 23 orang karyawan tersebut mereka bekerja
pada bagian pemilihan barang, pemotongan kayu, pengamplasan, pendempulan
dan cat, penjemuran, pemfinishing, distributor barang.
Pada saat kami melakukan Survey kami mengamati pembeli yang dengan
mudah menemukan mebel yang di cari karena mebel sudah tersusun rapi dan
dikelompokkan dengan baik. Setelah kami mengamati keadaan di area tempat
kerja, kami kemudian mewawancarai pemilik dan salah satu pegawai mebel
mengenai checklist dan penerapan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
mebel UD. Pondok Mekar tersebut .setelah itu kami meminta izin untuk
mengambil gambar di sekitar area tempat kerja tersebut.

BAB V

29

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan walk through survey, maka didapatkan beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Terdapatnya beberapa faktor hazard di Tempat Kerja Mebel yaitu:
- Faktor fisika : bising dari mesin pemotong kayu, bahaya tertimpa
kayu, penerangan yang kurang, bahaya tertusuk, tergores, dan
-

tangan terpotong.
Faktor kimia: debu dari kayu, dan cat serta dempul yang dapat

mengiritasi pekerja.
Faktor ergonomi yang berasal dari cara kerja pekerja dalam posisi

membungkuk
Faktor Psikososial : gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang,
kerja berlebih, pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat

tinggi. Hubungan interpersonal dengan karyawan lain baik


2. Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan, yaitu
gunting (atau benda tajam lainnya) pada bagian gudang dan distributor
barang ketika membuka kardus barang.
3. Alat Pelindung Diri (APD) APD yang digunakan para pekerja UD.
Mebel sudah cukup memenuhi standar dimana mereka memakai APD
yang terdiri dari sarung tangan dan alas kaki. Pada bagian pemilihan
barang, penjemuran, dan pemfinishing menggunakan sarung tangan,
bagian pemotongan kayu menggunakan sarung tangan, helm kacamata,
masker, sepatu boot, bagian pengamplasan menggunakan sarung
tangan, kacamata, masker, bagian pendempulan dan penyemprotan cat
sarung tangan, kaca mata, bagian distributor barang menggunakan
sabuk pengaman saat mengendarai
4. Tidak ada pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai
peraturan (sebelum bekerja, berkala, dan berkala khusus). Para pekerja
memeriksakan kesehatannya hanya saat sakit saja di rumah sakit
terdekat, namun belum tersedia pemeriksaan kesehatan dalam
perusahaan.

30

5. Keluhan kesehatan atau penyakit yang sering dialami oleh pekerja UD.
Mebel adalah keluhan musculoskeletal berupa nyeri punggung terutama
pada yang seing mengangkat beban berat. Selain itu, mereka juga sering
mengalami luka akibat benda tajam yang disebabkan seringnya mereka
kontak dengan barang berat yang menyebabkan mereka cedera dan
terjatuh akibat pengangkatan barang.
6. Upaya K3 lainnya yaitu penyuluhan dan pelatihan kepada karyawan,
namun ketersediaan obat P3K di tempat kerja mebel belum dilakukan.
Belum ada komitmen dan kebijakan pimpinan mengenai pelatihan
kebakaran, namun alat pemadam api ringan sudah tersedia di dekat
pintu masuk.
B. Saran
1. Memberikan safety talk kepada para pekerja sebelum memulai pekerjaan
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja sehingga pekerja mengetahui
potensi hazard yang ada di lingkungan kerjanya.
2. Penguanan masker yang sesuai, agar serbuk kayu tidak masuk ke
pernafasan. Selain itu juga pengguaan APD lain seperti sarung tangan.
3. Pemilik memberlakukan peraturan yang tegas mengenai penggunaan APD
pada pekerja.
4. Pemilik memerhatikan kondisi fisik bangunan pada lingkungan kerjanya
seperti pengaturan pencahayaan sehingga dapat meminimalkan kelelahan
mata pada pekerja dan mengurangi resiko kecelakaan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonimous. Tugas KSK Paper Mandiri. [Online on 2010], [Cited on


September

2013].

Available

from:http://daincredible.files.wordpress.com/2010/01/tugas-ksk-papermandiri.docx.

31

2. Hendrawansilondae.Hubungan Beban Kerja dan Ergonomis.[Online] 23 juni


2005

[citied

2009February

11].

Available

from:

URL:http://www.hendrassiteblogger.com.
3. Astrid Sulistomo. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja dan Sistem Rujukan.
[Online]

2002

[citied

2009February

11].

Available

from:

URL:

http://www.cerminduniakedokteran.com
4. Sutjana I Dewa Putu. Hambatan Dalam Penerapan K3 dan Ergonomi di
Perusahaan. [Online] 29 Juli 2006 [citied 2009February 11]. Bagian Fisiologi
Fakultas Kedokteran Program Pascasarjana Universitas Udayana.
5. Anonim. Serasikan Alat, Cara dan Lingkungan Kerja. [online] 8 agustus
2008 [citied 2009February 11]. Available from http://www.unmul.ac.id
6. Staff Dosen Emergency MedicineUniversity of Sumatera Utara.Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja. [Onlineon 2013], [Cited on
September

2013].

Available

from:

http://ocw.usu.ac.id/course/detail/pendidikan-dokter-s1/1110000130emergenvcy-medicine.html.
7. Anonim. Prinsip Dasar Kesehatan Kerja.[online] [citied 2009 February 11].
Available from URL: http://www.depkes.go.id
8. Notoatmojo Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Prinsip-Prinsip Dasar
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 1996
9. Ladou Joseph. Current Occupational & Environmental Medicine.San
Fransisco : Mc Graw Hill.

32

LAMPIRAN:
1 CHECKLIST K3 PEKERJA DI
MEBEL UD. PONDOK MEKAR
MAKASSAR
2 FOTO AREA TEMPAT KERJA
MEBEL UD. PONDOK MEKAR
MAKASSAR

33

LAMPIRAN CHECKLIST
NO

ASPEK YANG DINILAI

PEMILIHAN KET.
BARANG
TAMBAHAN
YA

I.

TIDAK

HAZARD LINKUNGAN KERJA


A. Faktor Kebisingan
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat

B. Faktor pencahayaan
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat

C. Faktor Temperatur
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat

D. Faktor Tekanan
Sumbernya (Jenis)

34

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat


E. Faktor Getaran
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat

F. Faktor Kimia
Jenis bahan kimia

Debu

Nama bahan

Debu jalan dan


kayu

Jumlah pekerja

5 orang

G. Faktor Biologi
Sumber

Hygine perorangan

H. Faktor Ergonomi
Posisi tubuh saat bekerja

Berdiri

Cara bekerja

Mengangkat barang

Ketata Rumahtangga (house Keeping)

Teratur

Jadwal kerja

Pagi, malam

Hubungan Interpersonal

Baik

Beban kerja

Berat

Kemampuan

Cukup

Gaji

Cukup

Sarung tangan

I. Faktor Psikososial

II.

ALAT YANG DIGUNAKAN


Jenis alat kerja: tangan

35

III.

Kegunaan : Terus-menerus

Alat kerja yang berhunbungan dengan badan

Alat kerja yang berhunbungan dengan Listrik

Alat kerja yang berhunbungan dengan cara


kerja

ALAT PELINDUNG DIRI


Jenis: 1. Sarung Tangan (gloves)

2. Masker

IV.

V.

Kekuatan

3. Helm

4. Sepatu boot

5. Kaca mata

6. Ear Plugged

Pemeliharaan APD

Pemakaian selama bekerja

Dibersihkan

PEMERIKSAAN KESEHATAN
Bukti pemeriksaan

Pemeriksaan kesehatan: Awal.Berkala

Berkala khusus

Hasil

Peraturan Perusahaan

RAMBU-RAMBU TENTANG K3 DI
TEMPAT KERJA
Peraturan

Berhubungan dengan pekerjaan

Terdapat petugas K3

Rambu-rambu tentang pengunaan APD

36

VI.

VII.

VIII
.

KELUHAN KESEHATAN ATAU SAKIT


Izin kunjungan klinik / rs / balai pengobatan

Surat cuti sakit

Jenis keluhan / penyakit yang paling seing

UPAYA K3 LAINNYA
Penyuluhan:

Pelatihan:

Pemantauan hazard / pengukuran

Rambu-rambu bahaya

Rambu-rambu evakuasi

LAIN-LAIN

LAMPIRAN CHECKLIST
NO

ASPEK YANG DINILAI

PEMOTONGAN KET.
KAYU
TAMBAHAN
YA

I.

TIDAK

HAZARD LINKUNGAN KERJA


A. Faktor Kebisingan
Sumbernya (Jenis)

Mesin pemotong

Jumlah pekerja

4 Orang

Berlangsung pada saat

bekerja

Sumbernya (Jenis)

lampu

Jumlah pekerja

5 orang

B. Faktor pencahayaan

37

Berlangsung pada saat

bekerja

C. Faktor Temperatur
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat

D. Faktor Tekanan
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat


E. Faktor Getaran
Sumbernya (Jenis)

Mesin pemotong

Jumlah pekerja

5 orang

Berlangsung pada saat

F. Faktor Kimia
Jenis bahan kimia

Debu

Nama bahan

Debu dari kayu

Jumlah pekerja

5 orang

G. Faktor Biologi
Sumber

Hygine perorangan

H. Faktor Ergonomi
Posisi tubuh saat bekerja

Membungkuk dan
duduk

Cara bekerja

Memotong kayu

Ketata Rumahtanggan (house Keeping)

Teratur

Pagi, malam

I. Faktor Psikososial
Jadwal kerja

38

II.

III.

Hubungan Interpersonal

Baik

Beban kerja

Berat

Kemampuan

Cukup

Gaji

Sesuai

Jenis alat kerja: tangan

Sarung tangan

Kegunaan : Terus-menerus

ALAT YANG DIGUNAKAN

Alat kerja yang berhunbungan dengan badan

Alat kerja yang berhunbungan dengan Listrik

Alat kerja yang berhunbungan dengan cara


kerja

ALAT PELINDUNG DIRI


Jenis: 1. Sarung Tangan (gloves)

2. Masker

3. Helm

4. Sepatu boot

5. Kaca mata
6. Ear Plugged

IV.

Pemeliharaan APD

Pemakaian selama bekerja

Dibersihkan

PEMERIKSAAN KESEHATAN
Bukti pemeriksaan

Pemeriksaan kesehatan: Awal.Berkala

Berkala khusus

Hasil

Peraturan Perusahaan

39

V.

VI.

VII.

VIII
.

RAMBU-RAMBU TENTANG K3 DI
TEMPAT KERJA
Peraturan

Berhubungan dengan pekerjaan

Terdapat petugas K3

Rambu-rambu tentang pengunaan APD

KELUHAN KESEHATAN ATAU SAKIT


Izin kunjungan klinik / rs / balai pengobatan

Surat cuti sakit

Jenis keluhan / penyakit yang paling seing

UPAYA K3 LAINNYA
Penyuluhan:

Pelatihan:

Pemantauan hazard / pengukuran

Rambu-rambu bahaya

Rambu-rambu evakuasi

LAIN-LAIN

LAMPIRAN CHECKLIST
NO

ASPEK YANG DINILAI

PENGAMPLASA
N
YA

I.

KET.
TAMBAHAN

TIDAK

HAZARD LINKUNGAN KERJA

40

A. Faktor Kebisingan
Sumbernya (Jenis)

Mesin pemotong

Jumlah pekerja

4 Orang

Berlangsung pada saat

Bekerja

Sumbernya (Jenis)

Lampu

Jumlah pekerja

4 orang

Berlangsung pada saat

bekerja

B. Faktor pencahayaan

C. Faktor Temperatur
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat

D. Faktor Tekanan
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat


E. Faktor Getaran
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat

F. Faktor Kimia
Jenis bahan kimia

Debu

Nama bahan

Debu pengamplasan

Jumlah pekerja

4 orang

G. Faktor Biologi
Sumber

41

Hygine perorangan

H. Faktor Ergonomi
Posisi tubuh saat bekerja

Membungkuk dan
duduk

Cara bekerja

Mengamplas kayu

Ketata Rumahtanggan (house Keeping)

Teratur

Jadwal kerja

Pagi, malam

Hubungan Interpersonal

Baik

Beban kerja

Sesuai

Kemampuan

Cukup

Gaji

Cukup

Jenis alat kerja: tangan

Sarung tangan

Kegunaan : Terus-menerus

I. Faktor Psikososial

II.

III.

ALAT YANG DIGUNAKAN

Alat kerja yang berhunbungan dengan badan

Alat kerja yang berhunbungan dengan Listrik

Alat kerja yang berhunbungan dengan cara


kerja

ALAT PELINDUNG DIRI


Jenis: 1. Sarung Tangan (gloves)

1. Masker

2. Helm

3. Sepatu boot

4. Kaca mata

5. Ear Plugged
Pemeliharaan APD

Dibersihkan

42

Pemakaian selama bekerja


IV.

V.

VI.

VII.

VIII
.

PEMERIKSAAN KESEHATAN
Bukti pemeriksaan

Pemeriksaan kesehatan: Awal.Berkala

Berkala khusus

Hasil

Peraturan Perusahaan

RAMBU-RAMBU TENTANG K3 DI
TEMPAT KERJA
Peraturan

Berhubungan dengan pekerjaan

Terdapat petugas K3

Rambu-rambu tentang pengunaan APD

KELUHAN KESEHATAN ATAU SAKIT


Izin kunjungan klinik / rs / balai pengobatan

Surat cuti sakit

Jenis keluhan / penyakit yang paling seing

UPAYA K3 LAINNYA
Penyuluhan:

Pelatihan:

Pemantauan hazard / pengukuran

Rambu-rambu bahaya

Rambu-rambu evakuasi

LAIN-LAIN

43

LAMPIRAN CHECKLIST
NO

ASPEK YANG DINILAI

PENDEMPULA
N DAN CAT
YA

I.

KET.
TAMBAHAN

TIDAK

HAZARD LINKUNGAN KERJA


A. Faktor Kebisingan
Sumbernya (Jenis)

Mesin pemotong

Jumlah pekerja

4 Orang

Berlangsung pada saat

bekerja

Sumbernya (Jenis)

lampu

Jumlah pekerja

5 orang

Berlangsung pada saat

bekerja

B. Faktor pencahayaan

C. Faktor Temperatur
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat

D. Faktor Tekanan
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat


E. Faktor Getaran
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat

F. Faktor Kimia
44

Jenis bahan kimia

cair

Nama bahan

Cat dan dempul

Jumlah pekerja

4 orang

G. Faktor Biologi
Sumber

Hygine perorangan

H. Faktor Ergonomi
Posisi tubuh saat bekerja

Membungkuk dan
duduk

Cara bekerja

Mengecat,

Ketata Rumahtanggan (house Keeping)

Teratur

Jadwal kerja

Pagi, malam

Hubungan Interpersonal

Baik

Beban kerja

Berat

Kemampuan

Cukup

Gaji

Sesuai

Jenis alat kerja: tangan

Sarung tangan

Kegunaan : Terus-menerus

I. Faktor Psikososial

II.

III.

ALAT YANG DIGUNAKAN

Alat kerja yang berhunbungan dengan badan

Alat kerja yang berhunbungan dengan Listrik

Alat kerja yang berhunbungan dengan cara


kerja

ALAT PELINDUNG DIRI


Jenis: 1. Sarung Tangan (gloves)

45

1. Masker

2. Helm
3. Sepatu boot
4. Kaca mata
5. Ear Plugged

IV.

V.

VI.

VII.

Pemeliharaan APD

Pemakaian selama bekerja

Dibersihkan

PEMERIKSAAN KESEHATAN
Bukti pemeriksaan

Pemeriksaan kesehatan: Awal.Berkala

Berkala khusus

Hasil

Peraturan Perusahaan

RAMBU-RAMBU TENTANG K3 DI
TEMPAT KERJA
Peraturan

Berhubungan dengan pekerjaan

Terdapat petugas K3

Rambu-rambu tentang pengunaan APD

KELUHAN KESEHATAN ATAU SAKIT


Izin kunjungan klinik / rs / balai pengobatan

Surat cuti sakit

Jenis keluhan / penyakit yang paling seing

UPAYA K3 LAINNYA
Penyuluhan:

Pelatihan:

Pemantauan hazard / pengukuran

46

VIII
.

Rambu-rambu bahaya

Rambu-rambu evakuasi

LAIN-LAIN

LAMPIRAN CHECKLIST
NO

ASPEK YANG DINILAI

PEMFINISHING KET. TAMBAHAN


YA

I.

TIDAK

HAZARD LINKUNGAN KERJA


A. Faktor Kebisingan
Sumbernya (Jenis)

Mesin pemotong

Jumlah pekerja

4 Orang

Berlangsung pada saat

bekerja

Sumbernya (Jenis)

lampu

Jumlah pekerja

4orang

Berlangsung pada saat

bekerja

B. Faktor pencahayaan

C. Faktor Temperatur
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat

D. Faktor Tekanan
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

47

Berlangsung pada saat


E. Faktor Getaran
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat

F. Faktor Kimia
Jenis bahan kimia

Padat

Nama bahan

Debu dari kayu

Jumlah pekerja

4 orang

G. Faktor Biologi
Sumber

Hygine perorangan

H. Faktor Ergonomi
Posisi tubuh saat bekerja

Berdiri, Membungkuk
dan duduk

Cara bekerja

Finishing

Ketata Rumahtanggan (house Keeping)

Teratur

Jadwal kerja

Pagi, malam

Hubungan Interpersonal

Baik

Beban kerja

Berat

Kemampuan

Cukup

Gaji

Sesuai

Jenis alat kerja: tangan

Sarung tangan

Kegunaan : Terus-menerus

I. Faktor Psikososial

II.

ALAT YANG DIGUNAKAN

48

III.

Alat kerja yang berhunbungan dengan badan

Alat kerja yang berhunbungan dengan Listrik

Alat kerja yang berhunbungan dengan cara


kerja

ALAT PELINDUNG DIRI


Jenis: 1. Sarung Tangan (gloves)

1. Masker
2. Helm
3. Sepatu boot
4. Kaca mata
5. Ear Plugged

IV.

V.

VI.

Pemeliharaan APD

Pemakaian selama bekerja

Dibersihkan

PEMERIKSAAN KESEHATAN
Bukti pemeriksaan

Pemeriksaan kesehatan: Awal.Berkala

Berkala khusus

Hasil

Peraturan Perusahaan

RAMBU-RAMBU TENTANG K3 DI
TEMPAT KERJA
Peraturan

Berhubungan dengan pekerjaan

Terdapat petugas K3

Rambu-rambu tentang pengunaan APD

KELUHAN KESEHATAN ATAU SAKIT

49

VII.

VIII
.

Izin kunjungan klinik / rs / balai pengobatan

Surat cuti sakit

Jenis keluhan / penyakit yang paling seing

UPAYA K3 LAINNYA
Penyuluhan:

Pelatihan:

Pemantauan hazard / pengukuran

Rambu-rambu bahaya

Rambu-rambu evakuasi

LAIN-LAIN

LAMPIRAN CHECKLIST

NO

ASPEK YANG DINILAI

BAGIAN
DISTRIBUTO
R BARANG
YA

I.

KET.
TAMBAHAN

TIDAK

HAZARD LINKUNGAN KERJA


A. Faktor Kebisingan
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat

B. Faktor pencahayaan
Sumbernya (Jenis)

matahari

50

Jumlah pekerja

2 orang

Berlangsung pada saat

Bekerja

C. Faktor Temperatur
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat

D. Faktor Tekanan
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat


E. Faktor Getaran
Sumbernya (Jenis)

Jumlah pekerja

Berlangsung pada saat

F. Faktor Kimia
Jenis bahan kimia

cair

Nama bahan

Phathalates
dan formalin

Jumlah pekerja

2 orang

Sumber

Kotak
makanan

Hygine perorangan

Bakteri

Posisi tubuh saat bekerja

bungkuk

Cara bekerja

mengangkat

Ketata Runahtanggan (house Keeping)

Teratur

G. Faktor Biologi

H. Faktor Ergonomi

51

I. Faktor Psikososial

II.

III.

Jadwal kerja

Pagi, siang,
malam

Hubungan Interpersonal

Baik

Beban kerja

Banyak

Kemampuan

Cukup

Gaji

Kurang

Jenis alat kerja: Alat tangan

Sarung
tangan,alas
kaki

Kegunaan : Terus-menerus

ALAT YANG DIGUNAKAN

Alat kerja yang berhunbungan dengan badan

Alat kerja yang berhunbungan dengan Listrik

Alat kerja yang berhunbungan dengan cara


kerja

ALAT PELINDUNG DIRI


Jenis: 1. Celemek
2. Sarung Tangan (gloves)

IV.

Pemeliharaan APD

Pemakaiyan selama bekerja

Dibersihkan

PEMERIKSAAN KESEHATAN
Bukti pemeriksaan

Pemeriksaan kesehatan: Awal.Berkala

Berkala khusus

Hasil

Peraturan Perusahaan

52

V.

VI.

VII.

VIII
.

RAMBU-RAMBU TENTANG K3 DI
TEMPAT KERJA
Peraturan

Berhubungan dengan pekerjaan

Terdapat petugas K3

Rambu-rambu tentang pengunaan APD

KELUHAN KESEHATAN ATAU SAKIT


Izin kunjungan klinik / rs / balai pengobatan

Surat cuti sakit

Jenis keluhan / penyakit yang paling seing

UPAYA K3 LAINNYA
Penyuluhan:

Pelatihan:

Pemantauan hazard / pengukuran

Rambu-rambu bahaya

Rambu-rambu evakuasi

LAIN-LAIN

53

Bagian depan

Produk Mebel

54

Anda mungkin juga menyukai