Anda di halaman 1dari 28

Makalah Pleno Blok 27

Kematian Akibat Trauma Tajam dan Penjeratan

Kelompok B7:
Bella Kurnia 102010049
Flavianus Reolelang Wayan 102010237
Rucmana Aga 102010350
Petricia 102010256
Dedeh Anggreyani 102010192
Jacob Benedick Sirait 102010287
Hernita 102010123

Mahasiswa Universitas Kristen Krida Wacana


(UKRIDA)

Pendahuluan
Salah satu cabang ilmu kedokteran yang membantu peradilan dalam rangka penegakkan
hukum adalah ilmu kedokteran forensik. Pihak yang menengani suatu kasus peradilan tentunya
boleh meminta keterangan ahli dari para ahli forensik ini. Objeknya sendiri bisa korban yang masih
hidup maupun sudah meninggal. Dengan adanya kedokteran forensik ini, nantinya akan para
penegak hukum mampu mempertimbangkan dan menjunjung tinggi keadilan. Banyak aspek yang
1

berperan dalam kedokteran forensik. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kami sebagai
mahasiswa kedokteran mampu memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan ilmu
kedokteran forensik dan nantinya mampu mempraktekan apa yang dipelajari, dan memiliki
kesadaran akan pentingnya penegakan keadilan mengingat keterangan ahli mampu menjadi alat
yang kuat dalam.

Indentifikasi korban
Pemeriksaan sidik jari
Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem.Sampai
saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatan nya
untuk menentukan identitas seseorang.
Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan
jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan
jenazah dengan kantong plastik.

Metode Visual
Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa
kehilangan anggota keluarga atau temannya.Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum
membusuk, sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu
orang.Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut
berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.

Pemeriksan Dokumen
Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang kebetulan
ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali
jenazah tersebut.Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas atau
dompet yang berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.
Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan
Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek
atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat membantu
proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.Khusus anggota
ABRI, identifikasi dipemudah oleh adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam
yang dipakainya.

Identifikasi Medik
Metode ini menggunakan data umum dan data khusus.Data umum meliputi tinggi badan,
berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data khusus meliputi tatto, tahi lalat,
jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang dan sejenisnya.
Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan
menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga
ketepatan nya cukup tingi.Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode
identifikasi ini.
Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, prkiraan umur dan tingi
badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.

Pemeriksaan Gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (Odontogram) dan rahang yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi dan
rahang.Odontogram memuat data tentang jumlah,bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan
sebagainya.
Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang
khas.Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan
dengan data pembanding antemortem.

Pemeriksaan Serologik
Pemeriksaan serologik betujuan untuk menentukan golongan darah jenazah. Penentuan
golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut,
kuku dan tulang.
Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik DNA yang akurasi nya sangat tinggi.1

Pemeriksaan Luar
Pada pemeriksaan tubuh mayat sebelah luar, untuk kepentingan forensik, pemeriksaan harus
dilakukan dengan cermat, meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium, maupun teraba, baik
terhadap benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan, sepatu dan lain-lain, juga terhadap tubuh
mayat itu sendiri. Agar pemeriksaan dapat terlaksana dengan secermat mungkin, pemeriksaan harus
mengikuti suatu sistimatika yang telah ditentukan. Dibagian ilmu kedokteran forensik, sistematika
pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1. Label mayat.
Mayat yang dikirimkan untuk pemeriksaan kedokteran forensik seharusnya diberi label dari pihak
kepolisian yang biasanya merupakan sehelai karton yang diikatkan pada ibu jari kaki mayat serta
dilakukan penyegelan pada tali pengikat label tersebut, untuk menjamin keaslian dari benda bukti.
3

Label mayat ini harus digunting pada tali pengikatnya, serta disimpan bersama berkas pemeriksaan.
Perlu dicatat warna dan bahan label tersebut. Dicatat pula apakah terdapat materai/segel pada label
ini, yang biasanya terbuat dari lak berwarna merah dengan cap dan kantor kepolisian yang
mengirim mayat. Isi dari label mayat itu juga dicatat selengkapnya. Adalah kebiasaan yang baik,
bila dokter pemeriksa dapat meminta keluarga terdekat dan mayat untuk sekali lagi melakukan
pengenalan/ oemastian identitas. Di samping label mayat dari kepolisian, pada mayat dapat pula
ditemukan label identifikasi dari instalasi kamar jenazah rumah sakit. Label ini adalah untuk
kepentingan identifikasi di kamar jenazah agar mayat tidak tertukar saat diambil oleh keluarga label
dari rumah sakit ini harus tetap ada pada tubuh mayat.
2. Tutup mayat
Mayat seringkai dikirimkan pada pemeruiksa dalam keadaan ditutupi oleh sesatu. Catatlah
jenis/bahan, warna serta corak dari penutup ini. Bila terdapat pengotoran pada penutup, catat pula
letak pengotoran serta jenis/bahan pengotoran tersebut.
3. Bungkus mayat
Mayat kadang-kadang dikirinkan pada pemeriksa dalam keadaan terbngkus Bungkus mayat ini
harus dicatat jenis/bahannya, warna, corak, serta adanya bahan yang mengotori. Dicatat pula tali
pengikatnya bila ada, baik mengenai jenis/bahan tali tersebut, maupun cara pengikatan serta letak
ikatan tersebut.
4. Pakaian
Pakaian mayat dicatat dengan teliti, mulai dan pakaian yang dikenakan pada bagian tubuh sebelah
atas sampai tubuh sebelah bawah, dari lapisan yang terluar sampai lapisan terdalam. Pencatatan
meliputi: bahan, warna dasar, warna dan corak/motif dari tekstil, model/bentuk pakaian, ukuran,
merk, cap binatu, inisial serta tambalan atau tisikan bila ada. Bila terdapat pengotoran atau robekan
pada pakaian maka ini juga harus dicatat dengan teliti dengan mengukur letaknya yang tepat
menggunakan kordinat, serta ukuran dari pengotoran dan robekan yang ditemukan. Pakaian dari
korban yang mati akibat kekerasan atau yang belum dikenal, sebaiknya disimpan untuk barang
bukti. Bila ditemukan saku pada pakaian, maka saku ini harus diperiksa dan dicatat isisnya dengan
teliti pula.
5. Perhiasan
Perhiasan yang dipakai oleh mayat harus dicatat pula dengan teliti. Pencatatan meliputi jenis
perhiasan, bahan, warna, merk, bentuk serta ukiran nama/inisial pada benda perhiasan tersebut.
6. Benda di samping mayat
Bersamaan dengan pengiriman mayat, kadangkala disertakan pulapengiriman benda di samping
mayat, misalnya bungkusan atau tas. Terhadap benda di samping mayat itupun dilakukan pencatatan
dengan teliti dan lengkap.
7. Tanda kematian
Di samping untuk pemastian bahwa korban yang dikirimkan untuk pemeriksaan benar-benar mati,
pencatatan tanda kematian ini berguna pula untuk penentuan saat kematian. Agar pencatatan
4

terhadap tanda kematian ini bermanfaat, jangan lupa mencatat waktu dilakukannya pemeriksaan
terhadap tanda kematian ini.
a. Lebam mayat
Terhadap lebam mayat, dilakukan pencatatan letak/distriusi lebam, adanya bagian tertentu di
daerah lebam mayat yang justru tidak menunjukkan leban (karena tertekan pakaian, terbaring di atas
benda keras dan lain-lain). Warna dari lebam mayat serta intensitas lebam mayat (masih hilang pada
penekanan. Sedikit menghilang atau sudah tidak menghilang sama sekali.)
b. Kaku mayat
Catat dustribusi kaku mayat serta derajat kekakuan pada eberapa sendi (daerah dagu, lengan atas,
siku, pangkal paha, sendi lutut) dengan menentukan apakah mudah atau sukar dilawan. Apabila
ditemukan adanya spasme kadaverik maka ini harus dicatat dengan sebaik- baiknya, karena spasme
kadaverik memberikan petunjuk apa yang sedang dilakukan oleh korban saat terjadi kematian.
c. Suhu tubuh mayat
Sekalipun perkiraan saat kematian mengguanakan kriteria penurunan suhu tidak dapat
memberikan hasil yang memuaskan, namun pencatatan suhu tubuh mayat kadang masih dapat
membantu dalam hal perkiraan saat kematian. Pengukuran suhu mayat dilakukan dengan
menggunakan thermometer rektal. Jangan lupa juga melakukan pencatatan suhu ruangan pada saat
yang sama.
d. Pembusukan
Tanda pembusukan yang pertama tampak berupa kulit parut sebelah kanan bawah yag berwarna
kehijau-hijauan. Kadang-kadang mayat diterima dalam keadaan pembusukan yang lebih lanjut,
merupakan mayat dengan kulit ari yang telah terkelupas, terdapat gambaran pembuluh superficial
yang melebar berwarna biru-hitam, ataupun tubuh yang telah mengalami penggembungan akibat
pembusukan lanjut.
e. Lain-lain
Catat perubahan tanatologik lain yang mungkin ditemukan, misalnya mummifikasi atau
adipocere.
8. Identifikasi umum
Catat tanda umum yang menunjukkan identitas mayat. Seperti jenis kelamin, bangsa atau ras, umur,
warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan berat badan, keadaan zakar yang disirkumsisi, adanya striae
albicans pada dinding perut.
9. Identifikasi khusus
Catat segala sesuatu yang dapat digunakan untuk penentuan identitas secara khusus
a. Tatoo
Tentukan letak, bentuk, warna serta tulisan tatoo yang ditemukan. Bila perlu, buatlah dokumentasi
foto
b. Jaringan parut
Catat seteliti mungkin jaringan parut yang ditemukan baik yang timbul akibat penyembuhan luka
maupun yang terjadi sevahai akibat tindakan bedah
c. Kapalan
Dengan mencatat distiribusi kapalan, kadangkala dapat diperoleh keterangan yang berharga
5

mengenai pekerjaan mayat yang diperiksa semasa hidupnya. Pada pekerja pikul akan ditemukan
kapalan pada daerah ahu yang pekerja kasar lainnya akan ditemukan kapalan pada telapak tangan
atau kaki.
d. Kelainan pada kulit
Adanya kutil, angioma, bercak hiper atau hipopigmentasi, eksema dan kelainan lain sering
kali dapat membantu dalam penentuan identitas
e. Anomali dan cacat pada tubuh
Kelainan anatomis beruoa anomali atau deformitas akibat penyakit atau kekerasan perlu
dicatat dengan seksama. Tidak tercatatnyaciri-ciri yang disebut di atas dapat sangat merugikan
karena daoat menyebabkan diragukannya hasil pemeriksaan terhadap mayat secara keseluruhan.
10. Pemeriksaan rambut
Pemeriksaan terhadap rambut dimaksudkan untuk membantu identifikasi. Pencatatan dilakukan
terhadap distribusi , warna, keadaan tumbuh serta sifat dari rambut tersebut baik dalam hal halus
kasarnya atau lurus ikalnya. Bila pada tubuh mayat ditemukan rambut yang mempunyai sifat yang
berlainan dari rambyt mayat, rambut-rambut ini harus diambul,, disimpan dan diberi label untuk
pemeriksaan laboratorium lanjutan bila ternyata diperlukan di kemudain hari.
11. Pemeriksaan mata
Periksa apakah kelopak mata terbuka atau tertutup. Pada kelopak mata, diperhatikan pula akan
adanya tanda-tanda kekerasan serta kelainan lain yang ditimbulkan oleh penyakit dan sebagainya.
Periksa pula keadaa selaput lendir kelopak mata, bagaimana warnanya, adakah pembuluh darah
yang melebar, adakah bintik perdarahan atau bercak perdarahan. Terhadap bola mata, dilakukan
pula pemeriksaan terhadap kemungkinan terdapatnya tanda kekerasan, kelainan, pemakaian mata
palsu, dan sebagainya. Terhadap kornea ditentukan apakah jernih, adakah kelainan baik yang yang
fisiologik maupun yang patologik. Iris dicatat warnanya untuk membantu identifikasi. Catat pula
kelainan yang mungkin ditemukan. Perhatikan pupil dan catat ukurannya, apakah sama pada mata
yang kanan dan yang kiri. Bila terdapat kelainan pada lensa mata, ini pun harus dicatat.
12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung
Pemeriksaan meuliputi pencatatan terhadap bentuk dari daun telinga dan hidung, terutama
pada mayat dengan bentuk yang luar biasa karena hal ini mungkin dapat membantu dalam
identifikasi. Catat pula kelainan serta tanda kekerasan yang ditemukan. Periksa apakah dari lubang
telinga dan hidung keluar cairan/ darah.
13. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut
Pemeriksaan meliputi bibir, lidah, rongga mulut serta gigi geligi. Catat kelainan atau tanda
keadaan rongga mulut akan kemungkinan terdapatnya benda asing. Terhadap gigi geligi, pencatatan
harus dilakukan selengkap-lengkapnya eliputi jumlah gigi yang terdapat, gigi geligi yang
hilang/patah/mendapat tambalan/bungkus logam, gigi palsu, kelainan letak, pewarnaan dan
sebagainya. Data gigi geligi merupakan alat yang sangat berguna untuk identifikasi bila terdapat
data pembanding. Perlu diingat bahwa gigi geligi adalah bagian tubuh yang paling keras dan tahan
6

terhadap kerusakan.
14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan
Kelainan atau tanda kekerasan yang ditemukan harus mendapat perhatian dan dicatat
selengkapnya. Pada mayat laki-laki, catat apakah alat kelamin mengalami sirkumsisi. Catat kelainan
bawaan yang mungkin ditemukan, adanya manik-manik yang ditanam di bawah kulit, juga
keluarnya cairan dari lumbang kemaluan serta kelainan yang ditimbulkan oleh penyakit atau sebab
lain. Pada dugaan telah terjadinya suatu persetubuhan beberapa saat sebelumnya, dapat diambil
preparat tekan menggunakan kaca objek yang ditekankan pada daerah glans atau corona glandis
yang kemudian dapat dilakukan pemeriksaan terhadap adanya sel epitel vagina menggunakan
teknik laboratorium tertentu. Pada mayat wanita, periksa keadaan selaput dara dan komisura
posterior akan kemungkinan adanya tanda kekerasan. Pada kasus dengan persangkaan telah
melakukan persetubuhan beberapa saat sebelumnya, jangan lupa dilakukan pemeriksaan
laboratorium terhadap cairan/sekret liang sanggama. Lubang pelepasan perlu pula mendapat
perhatian. Pada mayat yang sering mendapat perlakuan sodomi, mungkin ditemukan anus berbentuk
corong yang selaput lendirnya sebagian berubah menjadi lapisan bertanduk dan hilangnya rugae.
15. Lain-lain
Perlu diperhatikan akan kemungkinan terdapatnya:
a.
tanda perbendungan, ikterus, warna kebiru-biruan pada kuku/ujung-ujung jari atau adanya
b.

edema/sembab.
Bekas pengobatan berupa bekas kerokan, tracheotomi, suntikan, pungsi lumbal, dan lain-

c.

lainnya
Terdapat bercak lumpur atau pengotoran lain pada tubuh, kepingan atau serpihan cat, pecahan
kaca, lumpuran aspal dan lain-lain.

16. Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan/luka


Pada pemeriksaan terhadap tanda kekerasan/luka, perlu dilakukan pencatatan yang teliti dan
objektif terhadap:
a. Letak luka
Pertama-tama sebutkan regio anatomis luka yang ditemukan, dengan juga mencatat letaknya
yang tepat menggunakan koordinat terhadap garis/titik anatomis yang terdekat
b. Jenis luka
Tentukan jenis luka, apakah merupakan luka lecet, luka memar, atau luka terbuka
c. Bentuk luka
Sebutkan bentuk luka yang ditemukan. Pada luka yang terbuka sebutkan pula bentuk luka
setelah luka dirapatkan.
d. Arah luka
Dicatat arah dari luka, apakah melintang, membujur, atau miring.
e. Tepi luka
Perhatikan tepi luka apakah rata, teratur, atau berbentuk tidak beraturan
f. Sudut luka
Pada luka terbuka, perhatikan apakah sudut luka merupakan sudut runcing, membulat atau
7

bentuk lain.
g. Dasar luka
Perhatikan dasar luka, jangan bawah kulit atau otot atau bahkan merupakan rongga badan.
h. Sekitar luka
Perhatikan adanya pengotoran, terdapatnya luka/tanda kekerasan lain di sekitar luka
i. Ukuran luka
Luka diukur dengan teliti. Pada luka terbuka, ukuran luka diukur juga setelah luka yang
bersangkutan dirapatkan
j. Saluran luka
Penentuan saluran luka dilakukan in situ. Tentukan perjalanan luka serta panjang luka.
Penentuan ini baru dapat ditentukan pada saat dilakukan pembedahan mayat.
k. Lain-lain
Pada luka lecet jenis serut, pemeriksaan teliti terhadap permukaan luka terhadap pola
penumpukan kulit yang terserut dapat mengungkapkan arah kekerasan yang menyebabkan luka
tersebut
17. Pemeriksaan terhadap patah tulang
Tentukan letak patah tulang yang ditemukan serta catat sifat/jenis masing-masing patah
tulang yang terdapat.2

Pemeriksaan Organ/ Alat Dalam


Pemeriksaan organ/ alat tubuh biasanya dimulai dari lidah, esofagus, trachea, dan seterusnya sampai
meliputi seluruh alat tubuh. Otak biasanya diperiksa terakhir
- Lidah
Pada lidah, perhatikan permukaan lidah, adakah kelainan bekas gigitan, baik
yang baru maupun yang lama.
- Tonsil
Perhatikan permukaan maupun penampang tonsil, adakah selaput, gambaran
infeksi, nanah, dan sebagainya
- Kelenjar gondok
Perhatikan ukuran dan beratnya. Periksa apakah permukaannya rata, catat
warnanya, adakah perdarahan berbintik atau resapan darah
- Kerongkongan
Perhatikan adanya benda-benda asing, keadaan selaput lendir serta kelainan
yang mungkin ditemukan.
- Batang tenggorok
Perhatikan adanya benda asing, busa, darah, serta keadaan selaput lendirnya
- Tulang lidah
Perhatikan adanya patah tulang, resapan darah,
- Arteria carotis interna
Perhatikan adanya tanda kekerasan pada sekitar arteri ini
-Thymus
Pada permukaannya perhatikan akan adanya perdarahan berbintik serta
kemungkinan adanya kelainan lain
- Paru-paru
Kedua paru masing-masing diperiksa tersendiri. Tentukan permukaan paru8

paru. Perhatikan warnanya, serta bintik perdarhan, bercak perdarahan akibat


aspirasi darah ke dalam alveoli.
- Jantung
Perhatikan besarnya jantung, bandingkan dengan kepalan tinju kanan mayat.
Perhatikan akan adanya resapan darah, luka, atau bintik-bintik perdarahan.
- Aorta thoracalis
Perhatikan kemungkinan terdapatnya deposit kapur, ateroma atau
pembentukan aneurisma.
- Aorta abdominalis
Perhatikan dinding aorta terhadap adanya penimbunan perkapuran atau
atheroma. Perhatikan pula muara dari pembuluh nadi yang keluar dari aorta
abdominalis ini, terutama muara aa.renalis kanan dan kiri.
- Anak ginjal
Kedua anak ginjal harus dicari terlebih dahulu sebelum dilakukan
pemeriksaan lanjut pada blok alat rongga perut dan panggul.
- Ginjal, ureter, dan kandung kencing
Pada penampang ginjal, perhatkan gambaran korteks dan medula ginjal. Juga
perhatikan pervis renis akan kemungkinan terdapat batu ginjal, tanda
peradangan, nanah dan sebagainya.
- Hati dan kandung empedu
Pemeriksaan dilakukan terhadap permukaan hati, yang pada keadaan biasa
menunjukkan permukaan yang rata dan licin, berwarna merah-cokelat.
Kandung empedu diperiksa ukuran serta diraba akan kemungkinan
terdapatnya batu empedu.
- Limpa dan kelenjar getah bening
Catat bila ditemukan kelenjar getah bening regional yang membesar.
- Lambung, usus halus, dan usus besar
Perhatikan isi lambung dan simpan dalam botol atau kantong plastik bersih
bila isi lambung ini diperlukan untuk pemeriksaan toksikologi. Usus
diperiksa akan kemungkinan terdapat darah dalam lumen serta kemungkinan
terdapatnya kelainan bersifat ulseratif, polip, dan lain-lain.
- Pankreas
Perhatikan ukuran serta beratnya.
- Otak besar, otak kecil, dan batang otak
Perhatikan permukaan luar dari otak dan catat kelainan yang ditemukan.
- Alat kelamin dalam
- Timbang dan catatlah berat masing-masing alat/ organ
Sebelum mengembalikan organ-organ kembali ke dalam tubuh mayat,
pertimbangkan terlebih dahulu kemungkinan diperlukannya potongan
jaringan guna pemeriksaan histopatologik atau diperlukan organ guna
pemeriksaan toksikologi.2

Pemeriksaan Tanatologi
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu).
Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan perubahan
yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Kematian adalah
suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda kematian, yaitu
perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal
atau beberapa menit kemudian. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas
yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti. Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda
[pasti kematian berupa lebam mayat , kaku mayat, penurunan suhu tubuh, pembusukan, mumifikasi
dan adiposera.
Tanda kematian tidak pasti:
1. pernafasan berhenti, dinilai selama lenih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).
2. terhentinya sirkulasi, dinilai selama15 menit, nadi karotis tidak teraba.
3. kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi
spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
4. tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi daro otot-otot wajah mrnyebabkan kulit
menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang tampak lebih muda. Kelemasan otot
sesaat setelah kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerahdaerah yang tertekan, misalnya daerahbelikat dan bokong pada mayat yang terlentang.
5. pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmensegmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.
6. pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan meneteskan air.

Tanda pasti kematian adalah sebagai berikut:


1. Livor mortis
Livor mortis atau lebam mayat terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah kematian
akibat berentinya sirkulasi dan adanya gravitasi bumi . Eritrosit akan menempati bagian
terbawah badan dan terjadi pada bagian yang bebas dari tekanan. Muncul pada menit ke-30
sampai dengan 2 jam. Intensitas lebam jenazah meningkat dan menetap 8-12 jam.
Lebam jenazah normal berwarna merah keunguan. Tetapi pada keracunan sianaida (CN)
dan karbon monoksida (CO) akan berwarna merah cerah (cherry red).
2. Rigor Mortis
Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk
memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena pada saat
kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin akan menetap
(menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam
postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem.
10

Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada
12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah adalah suhu tubuh, volume otot dan
suhu lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh makin cepat terjadi kaku jenazah. Rigor mortis
diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh.
Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:
1. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap
sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan atau emosi yang hebat
sesaat sebelum mati.
2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas sehingga serabut
otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada mayat yang tersimpan dalam ruangan
dengan pemanas ruangan dalam waktu yang lama.
3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin sehingga terjadi
pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai otot.
3. Body Temperature
Pada saat sesudah mati, terjadi karena adanya proses pemindahan panas dari badan ke
benda-benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.
Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu lingkungan, konstitusi tubuh dan pakaian. Bila
suhu lingkugan rendah, badannya kurus dan pakaiannya tipis maka suhu badan akan menurun
lebih cepat. Lama kelamaan suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan.
Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari pengukuran suhu jenazah perrektal (Rectal
Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus PMI (Post Mortem Interval)
berikut.
4. Decomposition
Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja
bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai dari daerah sekum
menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena terbentuk gas seperti HCN, H2S
dan lainlain. Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut
mudah dicabut, wajah membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah
terjulur. Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang
hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit infeksi maka
pembusukan berlangsung lebih cepat.
Proses-Proses Spesifik pada Jenazah Karena Kondisi Khusus
1. Mummifikasi
Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi
dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah menjadi keras,
kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.
2. Adiposera
Adiposera adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan
11

berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan terhidrolisis
menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim bakteri.
Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu panas.
Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap bulan.
Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan.
3. Pengosongan Lambung
Pengosongan lambung dapat dijadikan salah satu petunjuk mengenai saat kematian.
Karena makanan tertentu akan membutuhkan waktu spesifik untuk dicerna dan dikosongkan
dari lambung. Misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar
membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.
4. Aktivitas Serangga
Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian yaitu dengan
menentukan umur serangga yang biasa ditemukan pada jenazah. Necrophagus species akan
memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga
Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun serangga.
Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari postmortem. Larva
ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa
ditemukan pada 12-18 hari.1
Perkiraan saat kematian
Selain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan lain dapat digunakan
untuk memperkirakan saat kematian, yaitu sebagai berikut:
1. Perubahan pada mata. Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sklera di kiri kanan
kornea akan berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar
di tepi kornea. Kekeruhan kornea terjadi pada lapis terluar dapat dihilangkan dengan
menetes air tetapi kekeruhan yang telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat
dihilangkan dengan tetesan air. Kekeruhan menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam
pasca mati. Baik dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea akan menjadi
keruh jira-jira 10-12 jam pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak
jelas. Perubahan pada retina dapat menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca
mati. Hingga 30 menit pasca mati tampak kekeruhan makula dan mulai memucatnya
diskus optikus. Kemudian hingga 1 jam pasca mati, makula lebih pucat dan tepinya tidak
tajam lagi. Selama dua jam pertama pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar diskus
menjadi kuning. Warna kuning juga tampak disekitar makula yang menjadi lebih gelap.
Pada 15 jam pasca mati tidak ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina dan
diskus, hanya makula saja yang tampak berwarna coklat gelap.
2. Perubahan dalam lambung. Kecepatan pengosongan lamung sangat berariasi, sehingga
tidak dapat digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir
12

dan saat mati. Namun keadaan lambung dan isinya mungkin membantu dalam membuat
keputusan.
3. Perubahan rambut. Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0.4
mm/hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan
saat kematian. Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan
mencukur kumis atau jenggotnya dan diketaui saat terakhir ia mencukur.
4. Pertumbuhan kuku. Pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1 mm per hari dapat
digunakan untuk memperkirakan saat kematian bila dapat diketahui saat terakhir
memotong kuku.
5. Perubahan cairan serebrospinal. Kadar nitrogen asam amino < 14 mg% menunjukkan
kematian belum melewati 10 jam, kadar nitrogen non protein < 80mg% menunjukkan
kematian belum 24 jam, kadar kreatin kurang dari 5mg% dan 10 mg% masing-masing
menunjukkan kematian belum mencaai 10 jam dan 30 jam.
6. Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat untuk
memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100 jam pasca mati.
7. Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga analisis darah pasca
mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya.
8. Reaksi supravital yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama
seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Beberapa uji dapat dilakukan
terhadap mayat yang masih segar, misalnya rangsang listrik masih daoat menimbulkan
kontaksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar
keringat sampai 60-90 menit pasca mati.1
Cara dan Sebab Kematian
a. Menentukan kematian atau memperkirakan cara kematian korban
Cara kematian adalah macam kejadian yang menimbulkan penyebab kematian. Menentukan
atau memperkirakan cara kematian korban pada umumnya baru dapat dilakukan dengan hasil yang
baik bila dokter diikut sertakan pada pemeriksaan di TKP, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan
mayat oleh dokter yang bersangkutan. Jika hal tersebut tidak dimungkinkan maka dokter yang
melakukan pemeriksaan mayat masih dapat memperkirakan atau menentukan cara kematian jika
para penyidik memberikan keterangan yang jelas mengenai berbagai hal yang dilihat dan ditemukan
pada waktu penyidik melakukan pemeriksaan di TKP.3,4
Dalam ilmu kedokteran forensic dikenal 3 cara kematian, yang tidak boleh selalu diartikan
dengan istilah dan pengertian secara hukum yang berlaku.
Cara kematian tersebut adalah :
1. Wajar (natural death), dalam pengertian kematian korban oleh karena penyakit bukan karena
kekerasan atau rudapakasa; misalnya kematian karena penyakit jantung, karena perdarahan
otak dank arena tuberkulosa.
2. Tidak wajar (un-natural death), yang dapat dibagi menjadi :
Kecelakaan
13

Bunuh diri
Pembunuh
Tidak dapat ditentukan (un-determined), hal ini disebabkan keadaan mayat telah sedemikan
rusak atau busuk sekali sehingga baik luka ataupun penyakit tidak dapat dilihat dan ditemukan lagi.5
Menentukan sebab kematian
Untuk dapat menentukan sebab kematian secara pasti mutlak harus dilakukan pembedahan
mayat (autopsy, otopsi), dengan atau tanpa pemeriksaan tambahn seperti pemeriksaan mikroskopis,
pemeriksaan toksikologis, pemeriksaan bakteriologis dan lain sebaginya tergantung kasus yang
dihadapi.
Tanpa pembedahan mayat tidak mungkin dapat ditentukan sebab kematian secara pasti.
Perkiraan sebab kematian dapat dimungkinkan dari pengamatan yang teliti kelainankelainan yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan luar.
Jadi tanpa pembedahan mayat perkiraan sebab kematian dapat diketahui dengan menilai
sifat luka, lokasi serta derajat berat ringannya kerusakan korban. Misalnya ada luka tembak
dikepala korban sedang pada bagian tubuh lainnya hanya ditemukan luka lecet kecil-kecil,
perkiraan sebab kematian dalam hal ini adalah karena tembakan senjata api.
Contoh sebab kematian :
- Karena tusukan benda tajam
- Karena tembakan senjata api
- Karena pencekikan
- Karena keracunan morfin
- Karena tenggelam
- Karena terbakar
- Karena kekerasan benda tumpul
Sebab kematian jangan dikacaukan atau disalahartikan dengan mekanisme kematian.
Sebab kematian ditekankan pada alat atau sarana yang dipakai untuk mematikan korban, sedangkan
mekanisme kematian menunjukkan bagaimana korban itu mati setelah umpamanya tertembak atau
tenggelam. Mekanisme kematian, misalnya : karena perdarahan, hancurnya jaringan otak atau
karena refleks vagal.6
TRAUMA TAJAM Benda tajam seperti pisau, pemecah es, kapak, pemotong, dan bayonet
menyebabkan luka yang dapa dikenali oleh pemeriksa. Tipe lukanya akan dibahas di bawah ini :
Luka insisi
Luka insisi disebabkan gerakan menyayat dengan benda tajam seperti pisau atau silet.
Karena gerakan dari benda tajam tersebut, luka biasanya panjang, bukan dalam. Panjang
dan kedalaman luka dipengaruhi oleh gerakan benda tajam, kekuatannya, ketajaman, dan
keadaan jaringan yang terkena. Karakteristik luka ini yang membedakan dengan laserasi
adalah tepinya yang rata.
Luka tusuk
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban yang
terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka salah satu
14

sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua,
maka kedua sudutnya tajam.
Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk senjata. Jaringan
elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan bentuk
senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk dari garis lengkung pada seluruh
area tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar dan
pendek. Sedangkan bila tusukan terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi
sempit dan panjang.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah
reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya
menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan
1.

mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :


Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan
kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan
gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih

2.

dalam maupun pada organ.


Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut,
sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit

seperti ekor.
3. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga
saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan
4.

dengan lebar senjata yang digunakan.


Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam
sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada
bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang

digunakan.
5. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler
dan besar.
Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat ditemukan kontusio
minimal pada luka tusuk tersebut. Hal ini dapat diindikasikan adanya pukulan. Panjang saluran luka
dapat mengindikasikan panjang minimun dari senjata yang digunakan. Harus diingat bahwa posisi
tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada saat autopsi. Posisi membungkuk, berputar, dan
mengangkat tangan dapat disebabkan oleh senjata yang lebih pendek dibandingkan apa yang
didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau
bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu
dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh pada saat penusukan.
Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-ragu untuk menentukan jenis senjata yang
15

digunakan. Pisau yang ditusukkan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan mengenai
tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik senjata paling baik dilihat melalui
trauma pada tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak atau patah pada ujungnya
yang akan tertancap pada tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau yang tertancap pada
tulang dengan pasangannya.
Luka Bacok
Luka bacok dihasilkan dari gerakkan merobek atau membacok dengan menggunakan
instrument yang sedikit tajam dan relatif berat seperti kapak, kapak kecil, atau parang.
Terkadang bayonet dan pisau besar juga digunakan untuk tujuan ini. Luka alami yang
disebabkan oleh senjata jenis tersebut bervariasi tergantung pada ketajaman dan berat
senjata. Makin tajam instrument makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet yang
dibuat oleh instrument tajam yang lebih kecil, penipisan terjadi pada tempat dimana bacokan
dibuat. Abrasi lanjutan dapat ditemukan pada jenis luka tersebut pada sisi diseberang tempat
penipisan, yang disebabkan oleh hapusan bilah yang pipih. Pada instrumen pembacok yang
diarahkan pada kepala, sudut besatan bilah terkadang dapat dinilai dari bentuk patahan
tulang tengkorak. Sisi pipih bilah bisa meninggalkan cekungan pada salah satu sisi patahan,
sementara sisi yang lain dapat tajam atau menipis. Berat senjata penting untuk menilai
kemampuannya memotong hingga tulang di bawah luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang
tengkorak dapat dikalahkan dengan menggunakan instrumen yang lebih berat. Pernah
dilaporkan bahwa parang dapat membuat seluruh gigi lepas. Kerusakan tulang yang hebat
tidak pernah disebabkan oleh pisau biasa. Juga perlu dicatat kemungkinan diakukannya
pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya melepaskan senjata. Gerakan tersebut,
jika dilakukan dengan tekanan, dapat mengakibatkan pergeseran tulang, umumnya didekat
kaki-kaki luka bacok.
Efek utama dari luka tusuk, luka lecet, dan luka bacok adalah perdarahan. Disfungsi karena
kerusakan saraf di ekstremitas juga dapat dicatat. Luka tusuk yang dalam dapat mengenai
organ-organ dalam. intrumen teramat kecil yang menyebabkan luka tipe tusuk dapat
menyebabkan luka kecil yang dengan keelastisan dari jaringan normal dapat kembali
tertutup setelah intrumen dicabut, dan tidak ada darah yang keluar setelahnya. Pemecah es,
awls, dan hatpins diakui dapat menyebabkan luka jenis tersebut. Sebagimana telah
didiskusikan pada pembahasan luka tembak, bentuk alami terpotongnya arteri besar dan
jantung oleh karena luka tusuk menyebabkan perdarahan lebih lambat dibandingkan
kerusakan yang sama yang disebabkan luka tembak.
Pada keadaan tertentu, senjata yang tidak umum digunakan, menyebabkan luka tusuk, lecet,
atau bacok. Anak panah berburu yang setajam silet yang umumnya dipakai jarak jauh,
pernah juga dipakai untuk menusuk korban dengan tangan. Potongan tajam gelas, botol
16

pecah, dan objek gelas lain yang tajam terkdang dipakai sebagai senjata untuk merobek atau
menusuk. Pisau bedah, jarum jahit, dan tonggak tajam dapat digunakan sebagai senjata yang
mematikan.
Beberapa catatan sebaiknya dibuat mengenai kerusakan yang tertutupi oleh instrumen tajam
yang dipakai sebagai sejata untuk menusuk. Jika pisau bermata dua atau sejata sejenis
digunakan, tepi pemotongan yang tajam menyebabkan sudut tajam atau robekan dengan
kaki-kaki bersudut akut. Senjata bermata satu seringkali menyebabkan salah satu kaki luka
bersudut tajam dan yang satunya tumpul. Pemeriksaan pakaian korban penusukan dapat
memeberi perkiraan ciri-ciri senjata yang digunakan. Pemeriksaan tersebut menjadi sangat
penting nilainya apabila luka tusuk diperlebar oleh dokter bedah untuk tujuan menilai luka
secara lebih akurat untuk kepentingan medikolegal. Pemeriksaan ini juga penting untuk
menilai apakah senjata benar-benar menembus pakaian hingga kelapisan dibawahnya.
Beberapa individu yang menggunakan senjata tajam untuk bunuh diri dapat membuka
sedikit bagian pakaiannya sehingga tidak akan ditemukan robekan tembus pada pakaian.
Tidak adanya kerusakan pada pakaian yang dipakai oleh korban, padahal luka terdapat pada
area yang tertutupi pakaian, dapat menunjukkan bahwa kematian disebabkan masalah
internal.
Terdapat 2 tipe luka oleh karena instrumen yang tajam dikenal dengan baik dan memiliki
ciri yang dapat dikenali dari aksi korban. tanda percobaan adalah insisi dangkal, luka
tusuk atau luka bacok yang dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang berencana
bunuh diri. Luka percobaan tersebut seringkali terletak paralel dan terletak dekat dengan
luka dalam di daerah pergelangan tangan atau leher. Bentuk lainnya antara lain luka tusuk
dangkal didekat luka tusuk dalam dan mematikan. Meskipun jarang sekali dilaporkan, luka
bacok superfisial di kepala dapat terjadi sebelum ayunan yang keras dan menyebabkan
kehilangan kesadaran dan/atau kematian.
Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah luka perlawanan. Luka
jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan bawah (jarang ditempat lain) dari
korban sebagaimana ia berusaha melindungi dirinya dari ayunan senjata, contohnya dengan
menggenggam bilah dari instrumen tajam.
Jelas bahwa tanda percobaan merupakan ciri khas bunuh diri dan tanda perlawanan
menunjukkan pembunuhan. Bagaimanapun juga, boleh saja berpikir bahwa luka lecet dapat
ditemukan, umumnya pada leher atau sekitar leher, disebabkan oleh penyerang pada kasus
pembunuhan. Luka lecet multipel di lengan bawah dapat pula, meskipun jarang, menjadi
tanda perlawanan, namun tampil seperti luka percobaan. Interpretasi dari tanda perlawanan
dan percobaan yang tampak sebaiknya disimpulkan setelah pemeriksaan yang lengkap dan
seksama.1
17

Aspek hukum prosedur medikolegal


Prosedur medikolegal adalah tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek
yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur
medikolegal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan pada
beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.
Ruang lingkup prosedur medikolegal adalah pengadaan visum et repertum, pemberian
keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian keterangan ahli di dalam
persidangan, kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran, penerbitan surat kematian dan
surat keterangan medik, pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka (psikiatri forensik), dan
kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik.7
ASPEK HUKUM
Pasal 338
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan, dengan
pidanan penjara paling lama lima belas tahun
Pasal 339
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan
dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan
diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun unutk
memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hokum, diancam,dengan pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Pasal 340
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain,
diancam,

karena

pembunuhan

dengan

rencana

(moord),

dengan

pidana

mati

atau

pidanapenjaraseumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun
Kualifikasi Luka :
Pengertian kualifikasi luka disini semata-mata pengertian Ilmu Kedokteran Forensik sesuai
dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab XX pasal 351 dan 352 serta Bab IX
pasal 90.
Pasal 351
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 352
18

1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai
penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 90
Luka berat berarti:
1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau
2.
3.
4.
5.
6.
7.

yang menimbulkan bahaya maut;


Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;
Kehilangan salah satu pancaindera;
Mendapat cacat berat;
Menderita sakit lumpuh;
Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.8

Pemeriksaan Mayat untuk Peradilan


Pasal 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan
mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara palling lama Sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus Rupiah.
Permintaan Sebagai Saksi Ahli
Pasal 179 (1) KUHAP
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
Pasal 224 KUHP
Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja
tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam dalam
perkara pidana dengan penjara paling lama Sembilan Bulan.
Pembuatan Visum et Repertum bagi tersangka ( VeR Psikiatris)
Pasal 120 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang
memiliki keahlian khusus.
Pasal 180 KUHAP
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan saksi ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
Pasal 53 UU Kesehatan
(3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan medis terhadap
seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.
Keterangan Ahli
19

Pasal 1 Butir 28 KUHAP


Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan seorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan. (pengertian keterangan ahli saecara umum)
Agar dapat diajukan ke sidang pengadilan sebagai upaya pembuktian, keterangan ahli harus
dikemas dalam betuk alat bukti sah.
Alat Bukti Sah
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya dua alat bukti sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindakan pidana benarbenar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Pasal 184 KUHAP
Alat bukti yang sah adalah:
(a) keterangan saksi, (b) keterangan ahli, (c) Surat, (d) petunjuk,
(e) keterangan terdakwa
Keterangan ahli diberikan secara lisan
Pasal 186
keterangan ahli adalah apa yang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Penjelasan Pasal 186
Keterangan ahli dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut
umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu
menerima jabatan atau pekerjaan (BAP saksi ahli).
Keterangan ahli diberikan secara tertulis
Pasal 187 KUHAP

Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau
dikuatkan dengan sumpah, adalah: (c) surat keterangan dari seorang ahli yang memuat
pendapat bedasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau suatu keadaan yang diminta
secara resmi daripadanya.7
TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TKP)
Tempat Kejadian Perkara
Tempat kejadian perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya benda bukti dan/ atau tempat
terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut suatu kesaksian. Meskipun kelak
terbukti bahwa di temapat tersebut tida pernah terjadi suatu tindak pidana, temapat tersebut tetap
disebut sebagai TKP. Disini hanya akan dibicarakan TKP yang berhubungan dengan manusia
sebagai korban, seperti kasus penganiayaan, pembunuhan dan kasus kematian mendadak (dengan
kecurigaan). Diperlukan atau tidaknya kehadiran dokter di TKP oleh penyidik sangat bergantung
pada kasusnya, yang pertimbangannya dapat dilihat dari sudut korbannya, tempat kejadiannya,
kejadiannya dan tersangkapelakunya. Peranan dokter di TKP adalah membantu penyidik dalam
mengungkap kasus dari sudut kedokteran forensik.pada dasarnya semua dokter dapat bertindak
20

sebagai pemeriksa di TKP, namun dengan perkembangan spesialisasi dalam ilmu kedokteran,
adalah lebih baik bila dokter ahli forensik atau dokter kepolisian yang hadir.
Dasar pemeriksaan adalah hexameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan : apa yang terjadi, siapa
yang tersangkut, di mana dan kapan terjadi, bagaimana terjadinya dan dengan apa melakukannya,
serta kenapa terjadi peristiwa tersebut? Pemeriksaan kedokteran forensik di TKP harus mengikuti
ketentuan yang berlaku umum pada penyidikan di TKP, yaitu menjaga agar tidak mengubah
keadaan TKP. Semua benda buktin yang ditemukan agar dikirim ke labolatorium setelah
sebelumnya diamankan sesuai prosedur. Selanjutnya dokter dapat memberikan pendapatnya dan
mendiskusikannya dengan penyidikan untuk memprkirakan terjadinya peristiwa dan merencanakan
langkah penyidik lebih lanjut. Bila korban masih hidup maka tindakan yang paling utama dan
pertama bagi dokter adalah menyelamatkan koban dengan tetap menjaga keutuhan TKP. Bila
korban telah mati, tugas dokter adalah menegakkan diagnosis kematian, memperkirakan saat
kematian, memperkirakan sebab kematian, memperkirakan cara kematian, menemukan dan
mengamankan benda bukti bioois dan medis. Bila perlu dokter dapat melakukan anamnesa dengan
saksi-saksi untuk mendapatkan gambaran riwayat medis korban.
Beberapa tindakan dapat mempersulit penyelidikan, seperti memegang setiap benda di TKP
tanpa sarung tangan, mengganggu barcak darah, membuat jejak baru, atau memeriksa sambil
merokok.
Saat kematian diperkirakan pada saat itu dengan memperhatikan prinsip-prinsip perubahan
tubuh pasca mati yang dibahas lebih rinci di bab tanatologi. Cara kematian memang tidak terlalu
mudah diperkirakan, sehingga dalam hal ini penyidik menganut azas bahwa segala yang diragukan
harus dianggap mengarah ke aanya tindak pidana lebih dahulu sebelum nanti dapat dibuktikan
ketidakbenarannya. Pemeriksaan dimulai dengan membuat foto dan sketsa TKP, termasuk
penjelasan mengenai letak dan posisi korban, benda bukti dan interaksi lingkungan.
Mayat yang ditemuakan dibungkus dengan plasik atau kantung plastik khusus untuk mayat
setelah sebelumnya kedua tangannya dibungkus plastik sebatas pergelangan tangan. Pemeriksaan
sidik jari oleh penyidik dapat dilakukan sebelumnya.
Bercak darah yang ditemukan di lantai atau di dinding diperiksa dan dinilai apakah berasal
dari nadi atau dari vena, jath dengan kecepatan (dari tubuh yang bergerak) atau jatuh bebas, kapan
saat perlukaannya, dan dihubungkan dengan perkiraan bagaimana terjadinya peristiwa. Benda bukti
yang ditemukan dapat berupa pakaian, bercak mani, bercak darah, rambut, otak, anak peluru,
selongsong peluru, benda yang diduga senjata diamankan dengan memperlakukannya sesuai
prosedur, yaitu dipegang dengan hati-hati serta dimasukkan ke dalam kantong plastik, tanpa
meningalkan jejak sidi jari baru.
Benda bukti yang bersifat cair dimasukkan ke dalam lubang reaksi kering.
Banda bukti yang berupa bercak kering di atas dasar keras harus dikerok dan
dimasukkan ke dalam amplop atau kantung plastik. Benda-benda keras diambil seluruhnya dan
21

dimasukkan ke dalam kentung plastik. Semua benda bukti di atas harus diberi label dengan
keteranan tentang jeis benda, lokasi pertemuan, saat pertemuan, dan keterangan lain yang
diperlukan. Mayat dan benda bukti biologis/ medis, termasuk obat atau racun, dikirimkan ke
instalasi kedokteran forensik atau ke rumah sakit umum setempat untuk pemeriksaan lanjutan.
Apabila tidak tersedia sarana pemeriksaan labolatorium forensik, benda bukti dapat dikirim ke
laboratorium kepolosian atau ke bagian kedokteran forensik. Benda bukti bukan biologis dapat
langsung dikirim ke laboratorium kriminil/ forensik kepolisisan daerah setempat. Perlengkapan
yang sebaiknya dibawa pada saat pemeriksaan di TKP adalah kamera, film berwarna dan hitam
putih (untuk ruangan gelap), lampu kilat, lampu senter, lampu ultraviolet, alat tulis dan temapat
menyimpan barang bukti berupa amplop atau kantong plastik, pinset, skapel, jarum, tang, kaca
pembesar, termometer rectal, termometer rangan, sarung tangan, kapas, kertas saring serta alat tulis
(spidol) untuk memberi label pada benda bukti.1
Tinjauan kasus
Interpretasi peristiwa dan hasil berdasarkan kasus :
1. Identifikasi personal
Pada kasus ini, diperkirakan seorang laki-laki tersebut berusia 56 tahun, dengan
perawakan tinggi 160 cm, dengan berat 60 kg. Berdasarkan fakta yang didapatkan pada
TKP, yaitu korban mengenakan kaos dalam dan celana panjang serta kaos luar berlengan
panjang yang sesuai dengan keterangan orang terakhir yang melihat korban.
2. Mayat laki-laki yang dijumpai telah mulai membusuk dan mati dalam keadaan tertelungkup
di sungai penuh batu-batuan dan bagian bawah celana panjang yang digulung hingga
setengah tungkai bawah.
Pada mayat, pembusukan mulai tampak 24 jam pasca kematian berupa warna kehijauan
pada perut kanan bawah disebabkan terbentuknya sulf-met-Hb. Secara bertahap warna

kehijauan ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan bau busuk akan tercium.
Perlu diperhatikan keadaan sekitar TKP yang mungkin mempengaruhi proses pembusukan

menjadi lebih cepat.


Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata yaitu 36-48 jam

pasca mati.
Teridentifikasi spesies lalat dan panjang larvanya maka dapat diketahui usia larva tersebut

yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian korban.


Korban mati dalam keadaan tertelungkup maka harus dipastikan apakah kepalanya
terbenam di dalam air atau tidak walaupun pada saat dijumpai sungai dalam keadaan

kering.
Bawah celana yang digulung mungkin suatu kebiasaan korban. Namun harus dicurigai
juga hal ini merupakan salah satu trik pelaku untuk mengelirukan penyidik.
22

3. Lehernya terikat dengan lengan baju miliknya sendiri dan ujung lengan baju yang lain
terikat ke pohon perdu setinggi 60cm. Posisi tubuh saat ditemui relative mendatar.
Korban ditemui hanya memakai kaos oblong, dan kaos luar yang dipakai digunakan

untuk mengikat lehernya.


Pada pemeriksaan dalam didapatkan

hasil kematian bukanlah disebabkan asfiksia

mekanik untuk menyangkal dugaan bunuh diri.


4. Ada satu luka terbuka ditemui di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah
ketiak yang putus dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri sesuai
kekerasan akibat benda tajam.
Pada luka terbuka di daerah ketiak kiri menunjukkan kemungkinan pembuluh darah
yang putus karena terkena benda tajam, sehingga pembuluh darah yang putus adalah
pembuluh darah besar yang menyebabkan korban meninggal karena perdarahan yang

massif.
Pada luka terbuka di daerah tungkai bawah kiri dan kanan menunjukkan kemungkinan
korban mencoba untuk melepaskan diri dan menggunakan kaki untuk melakukan

perlawanan terhadap pembunuhnya.


Pada pemeriksaan dapat dilihat bagaimana dengan tepi luka,dinding luka,kedalaman dan
sudut luka. Memastikan

apakah luka pada tungkai adalah luka tangkis akibat

perkelahian atau tidak,dan apakah luka di daerah ketiak bersifat fatal dan tunggal
Contoh Visum et Repertum 3
RS UKRIDA
Jalan Arjuna Utara Jakarta Barat
021-56111111
Jakarta Barat, 01 Desember 2013
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No: 13 / RSU/ IV/ 2013
Yang bertandatangan di bawah ini, dr. Jenita, SpF, dokter pada Rumah Sakit UKRIDA Jakarta
Barat, atas permintaan tertulis dari Kepolisian Metropolitan Grogol dengan nomor 12/VER/ 2013,
tertanggal satu Desember dua ribu tiga belas, maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal
satu Desember dua ribu tiga belas, pukul empat belas lewat dua puluh menit waktu Indonesia
bagian Barat, bertempat di RS UKRIDA Jakarta Barat, telah melakukan pemeriksaan jenazah
dengan nomor registrasi 08120023 yang menurut surat permintaan tersebut adalah:------Nama
: Sumarno-------------------------------------------------------------------------------------Jenis kelamin : laki-laki-------------------------------------------------------------------------------------Umur
: 56 tahun-------------------------------------------------------------------------------------Kebangsaan : Indonesia -----------------------------------------------------------------------------------Agama
: - ---------------------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan
: - ---------------------------------------------------------------------------------------------23

Alamat

: - ----------------------------------------------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN :
Dari pemeriksaan luar dan dalam atas tubuh jenazah tersebut diatas ditemukan fakta-fakta sebagai
berikut:------------------------------------------------------------------------------------------------A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS JENAZAH :------------------------1. Identitas Umum Jenazah :------------------------------------------------------------------------------a. Jenis kelamin : Laki-laki ----------------------------------------------------------------------------b. Umur : Kurang lebih lima puluh enam tahun ----------------------------------------------------c. Berat badan : Kurang lebih enam puluh kilogram -----------------------------------------------d. Panjang badan : Kurang lebih seratus enam puluh sentimeter --------------------------------a.
Warna kulit : Kuning langsat -----------------------------------------------------------------------e. Ciri rambut : Warna hitam, lurus, pendek---------------------------------------------------------f. Keadaan gizi : Gizi cukup, indeks masa tubuh dua puluh tiga koma empat tiga ------------2. Identitas Khusus Jenazah : -----------------------------------------------------------------------------a. Tato
: Tidak ada -----------------------------------------------------------------b. Jaringan parut
: Tidak ada -----------------------------------------------------------------c.
d.
e.
f.
g.

Tahi lalat
Tanda lahir
Cacat fisik
Penutup jenazah
Pakaian

: Tidak ada ----------------------------------------------------------------: Tidak ada -----------------------------------------------------------------: Tidak ada ----------------------------------------------------------------: kain berwarna putih berbahan katun tanpa merk -------------------: kaos oblong berwarna putih. Terdapat bercak darah pada ketiak kiri.

Celana panjang bahan berwarna hitam, dengan corak bergaris-garis, kantong empat buah di
paha atas kanan dan kiri, serta di kanan dan kiri bokong, keempat kantong tidak ada isinya
dan digulung setinggi tungkai bawah. -----------------------------------------------h. Benda disamping jenazah : -------------------------------------------------------------------------- Kemeja lengan panjang berwarna merah bata dengan motif kotak-kotak. ----------------Perhiasan : terdapat sebuah cincin di jari manis tangan kiri. -----------------------------------B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA KEMATIAN : ------1. Lebam mayat : -----------------------------------------------------------------------------------------2. Kaku mayat : -----------------------------------------------------------------------------------------3. Pembusukan : Ada. ---------------------------------------------------------------------------------C . FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR: ----------------------------------1. Permukaan kulit tubuh : --------------------------------------------------------------------------------a. Kepala: ------------------------------------------------------------------------------------------------ Daerah berambut : tidak ada kelainan -------------------------------------------------------- Wajah : tidak ada kelainan ---------------------------------------------------------------------b. Leher : Bekas jeratan yang samar ----------------------------------------------------------------c. Bahu : ------------------------------------------------------------------------------------------------Bahu kanan : Tidak ada kelainan -------------------------------------------------------------Bahu kiri : Tidak ada kelainan ----------------------------------------------------------------d. Dada : Tidak ada kelainan -------------------------------------------------------------------------e. Punggung : Tidak ada kelainan -------------------------------------------------------------------g. Bokong : Tidak ada kelainan -----------------------------------------------------------------------h. Dubur : ------------------------------------------------------------------------------------------------- Lingkar dubur : Tidak ada kelainan -------------------------------------------------------------24

- Liang dubur : Tidak ada kelainan ----------------------------------------------------------------i. Anggota gerak ----------------------------------------------------------------------------------------- Anggota gerak atas : -------------------------------------------------------------------------------o Kanan : Tidak ada kelainan. ---------------------------------------------------------------o Kiri : luka terbuka pada ketiak dengan diameter 2cm,kedalaman 3cm --------------- Anggota gerak bawah :-----------------------------------------------------------------------------o Kanan : luka-luka kecil seluas 1cm x 2cm pada tungkai kanan bawah, 3 cm dari
lutut, tepi dan dinding luka rata , berbentuk garis. --------------------------------------o Kiri

: luka-luka kecil 1cm x 2cm pada tungkai kiri bawah, 5 cm dari lutut, tepi

dan dinding luka rata , berbentuk garis . -------------------------------------------------2. Bagian tubuh tertentu -------------------------------------------------------------------------------a. Mata : ------------------------------------------------------------------------------------------------o Alis mata : Warna hitam, tidak ada kelainan.----------------------------------------------o Bulu mata : Warna hitam, tidak ada kelainan.---------------------------------------------o Kelopak mata : Tidak ada kelainan ---------------------------------------------------------o Selaput kelopak mata : Tidak ada kelainan------------------------------------------------o Selaput biji mata : Tidak ada kelainan -----------------------------------------------------o Selaput bening mata : Tidak ada kelainan -------------------------------------------------o Pupil mata : Bentuk bulat, ukuran garis tengah nol koma enam sentimeter, kanan dan
kiri sama.-----------------------------------------------------------------------------------o Pelangi mata : Warna hitam -----------------------------------------------------------------b. Hidung : -------------------------------------------------------------------------------------------------o Bentuk hidung : Tidak ada kelainan ----------------------------------------------------------o Permukaan kulit hidung : Tidak ada kelainan. ----------------------------------------------o Lubang hidung : Tidak ada kelainan ----------------------------------------------------------c. Telinga : -----------------------------------------------------------------------------------------------o Bentuk telinga : Tidak ada kelainan.-----------------------------------------------------------o Permukaan daun telinga : Tidak ada kelainan.-----------------------------------------------o Lubang telinga : Tidak ada kelainan ----------------------------------------------------------d. Mulut : -------------------------------------------------------------------------------------------------o Bibir atas : Tidak ada kelainan.----------------------------------------------------------------o Bibir bawah : Tidak ada kelainan.-------------------------------------------------------------o Selaput lendir mulut : Tidak ada kelainan. ---------------------------------------------------o Lidah : Tidak ada kelainan ---------------------------------------------------------------------o Gigi geligi : -------------------------------------------------------------------------------------- Gigi rahang atas: Gigi lengkap, gigi seri pertama sebelah kanan patah, geraham

belakang ketiga kanan dan kiri sudah tumbuh. ---------------------------------Gigi rahang bawah: Gigi lengkap, geraham belakang ketiga kanan dan kiri sudah
tumbuh. -------------------------------------------------------------------------------

Langit-langit mulut : tidak ada kelainan. -----------------------------------------------------f. Alat kelamin :Laki-laki--------------------------------------------------------------------------------o Pelir : Belum disunat. Tidak ada kelainan-----------------------------------------------------o Kantung buah pelir : Tidak ada kelainan------------------------------------------------------o Lain-lain : Tidak ada kelainan.-----------------------------------------------------------------o

25

2. Tulang - Tulang :------------------------------------------------------------------------------------------a.


b.
c.
d.
e.
f.
g.

Tulang tengkorak : tidak ada kelainan --------------------------------------------------------------Tulang wajah : tidak ada kelainan -------------------------------------------------------------------Tulang belakang : Tidak ada kelainan---------------------------------------------------------------Tulang-tulang dada : Tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------Tulang-tulang punggung :Tidak ada kelainan------------------------------------------------------Tulang-tulang panggul : Tidak ada kelainan-------------------------------------------------------Tulang anggota gerak : Tidak ada kelainan.---------------------------------------------------------

D . FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN DALAM: -------------------------------1. Kepala bagian dalam :----------------------------------------------------------------------------------a. Kulit kepala bagian dalam : -------------------------------------------------------------------------b. Tulang Tengkorak : ----------------------------------------------------------------------------------c. Selaput keras otak : ----------------------------------------------------------------------------------d. Selaput lunak otak : ----------------------------------------------------------------------------------e. Otak besar : --------------------------------------------------------------------------------------------f. Otak kecil : --------------------------------------------------------------------------------------------g. Dasar tengkorak : ------------------------------------------------------------------------------------2. Leher bagian dalam --------------------------------------------------------------------------------------a. Lidah : ---------------------------------------------------------------------------------------------------b. Pada kulit leher bagian dalam : ----------------------------------------------------------------------c. Kerongkongan : ----------------------------------------------------------------------------------------d. Tulang rawan cincin, tulang pangkal lidah, rawan gondok : ------------------------------------3. Rongga Dada :---------------------------------------------------------------------------------------------a. Kulit bagian dalam : ----------------------------------------------------------------------------------b. Otot dinding dada : ------------------------------------------------------------------------------------c. Tulang dada : -------------------------------------------------------------------------------------------d. Tulang-tulang Iga : ------------------------------------------------------------------------------------e. Paru kanan :---------------------------------------------------------------------------------------------f. Paru kiri : -----------------------------------------------------------------------------------------------g. Jantung : ------------------------------------------------------------------------------------------------4.Rongga Perut :----------------------------------------------------------------------------------------------a. Kulit perut bagian dalam : --------------------------------------------------------------------------b. Tirai usus menutupi sebagian besar usus----------------------------------------------------------c. Rongga perut : ----------------------------------------------------------------------------------------d. Lambung : ---------------------------------------------------------------------------------------------e. Usus : --------------------------------------------------------------------------------------------------f. Hati : ---------------------------------------------------------------------------------------------------g. Limpa : -----------------------------------------------------------------------------------------------h. Ginjal kanan : ---------------------------------------------------------------------------------------i. Ginjal Kiri : ------------------------------------------------------------------------------------------5. Rongga Panggul :----------------------------------------------------------------------------------------a. Kandung kemih :--------------------------------------------------------------------------------------b. Prostat : ------------------------------------------------------------------------------------------------KESIMPULAN :----------------------------------------------------------------------------------------------Pada mayat laki-laki ini ditemukan luka terbuka pada ketiak kiri, tungkai bawah kiri dan kanan
akibat kekerasan benda tajam. -------------------------------------------------------------------------------Luka pada daerah ketiak dan tungkai bawah kanan dan kiri menunjukkan ciri-ciri yang sesuai
dengan tusukan benda tajam bermata satu. ---------------------------------------------------------------26

Adanya bekas penjeratan pada leher korban. -------------------------------------------------------------Sebab mati orang ini adalah kekerasan benda tajam pada ketiak kiri yang menyebabkan terjadinya
perdarahan dalam jumlah cukup besar. ---------------------------------------------------------------------PENUTUP :
Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
sesuai dengan KUHAP. ---------------------------------------------------------------------------------------

Dokter Yang Memeriksa,

dr. Jenita, SpF

Kesimpulan
Pada kasus ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat tanda-tanda penganiayaan, yaitu
adanya luka terbuka pada ketiak dan tungkai kanan dan kiri. Berdasarkan data yang didapatkan
pada TKP, kasus ini mengarah pada pembunuhan, korban meninggal disebabkan karena adanya
perdarahan massif dari pembuluh darah ketiak yang putus. Dan perkiraan kematian korban sekitar
24 jam sebelum ditemukan di TKP.

Daftar Pustaka
1. Budiyanto A, Widiattmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.
2. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Teknik
autopsi forensik. Jakarta: Bagian Kedkteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2000.
3. Amir. Ilmu kedokteran forensik. Medan:Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran USU; 2007.
4. J Aji, Pulung. Peranan dokter forensik dalam praktek peradilan perkara pidana.Purworejo; 2008.
5. Idries, A.M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Ed I. Jakarta : Bina Rupa Aksara; 1997.
6.Idries, A.M., Tjiptomartono, A.L. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan.
Jakarta : Sagung Seto; 2008.
7. Suryadi T. Pengantar ilmu kedokteran forensik dan medikolegal buku penuntun kepaniteraan
klinik kedokteran forensik dan medikolegal. Banda Aceh: FK Unsyiah; 2009.
8. Staf Penyusun Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UI. Peraturan PerundangUndangan Bidang Kedokteran 2nd ed. Jakarta; 1994.

27

28

Anda mungkin juga menyukai