Anda di halaman 1dari 8

-Bahan PresentasiIMPLEMENTASI AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN DI

INDONESIA AGUNG SUARYANA


o Akuntansi ini menjadi penting karena perusahaan perlu menyampaikan
informasi mengenai aktivitas sosial dan perlindungan terhadap
lingkungan kepada stakeholderperusahahaan.
o Makalah
ini
membahas
mengenai
perlunya
laporan
pertanggungjawaban sosial dan lingkungan, bentuk laporan
pertanggungjawaban sosial dan lingkungan, dan penerapannya di
Indonesia.
o Akan tetapi, sebelum membahas tanggung jawab perusahaan perlu
kiranya membahas perusahaan bisnis. Ada beberapa teori yang dapat
menjelaskan keberadaan perusahaan, antara lain concession
theorydan agency theory.
o Dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi,
perusahaan mengambil berbagai tindakan, antara lain menggunakan
teknologi modern dalam berproduksi, melakukan akuisisi, penggunaan
sumber daya yang lebih murah, pengurangan biaya, dan usaha lainnya
untuk meningkatkan produktivitas.
o Tindakan perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi,
di satu sisi akan meningkatkan produktivitas perusahaan, tetapi di sisi
lain mungkin akan merugikan pihak-pihak yang berkepentingan, antara
lain karyawan, konsumen, dan masyarakat.
o Terkait dengan laporan pertanggungjawaban sosial dan lingkungan,
selama ini memang belum ada pengaturan yang mewajibkan
pelaporannya di Indonesia dan beberapa negara Asia, kecuali di Eropa
(Basyit, 2005).
o Beberapa
teori
yang
mendukung
penyampaian
laporan
pertanggungjawaban sosial dan lingkungan adalah legitimacy theory
dan stake holdertheory(Deegan, 2004: 292).
o Legitimacy theory menjelaskan bahwa organisasi secara kontinu akan
beroperasi sesuai dengan batas-batas dan nilai yang diterima oleh
masyarakat di sekitar perusahaan dalam usaha untuk mendapatkan
legitimasi.
o Proses untuk mendapatkan legitimasi berkaitan dengan kontrak sosial
antara yang dibuat oleh perusahaan dengan berbagai pihak dalam
masyarakat.
o Stakeholder
theory mempertimbangkan berbagai kelompok
(stakeholders) yang terdapat dalam masyarakat dan bagimana

o
o
o

harapan kelompok stakeholdermemiliki dampak yang lebih besar (lebih


kecil) terhadap strategi perusahaan.
Akuntansi sosial dan lingkungan yang dikenal selama ini berbentuk
corporate social responsibility(CSR) dan sustainability reporting(SR).
Laporan akuntansi pertanggungjawaban sosial dapat dilaporkan pada
annual reportatau sebagai laporan terpisah dari annual report.
Akuntansi CSR didefinisikan sebagai proses seleksi variable-variabel
kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran, dan prosedur pengukuran,
yang secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat
untuk
mengevaluasi
kinerja
sosial
perusahaan
dan
mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang
tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan (Angraini, 2006: 5).
SR merupakan isu baru yang kemudian berkembang terkait dengan 12
pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkesinambungan
adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan dunia sekarang
tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang dalam
memenuhi kebutuhannya. Hal ini terkait dengan kebutuhan untuk
memproteksi lingkungan (Gaffikin, 2008 : 206).
Mahoney et al. (2008) menemukan laporan CSR secara positif
mempengaruhi Return on Asset Perusahaan.

ANALISIS PENERAPAN ENVIRONMENTAL MANAGEMENT ACCOUNTING


(EMA) SEBAGAI BENTUK ECO-EFFICIENCY

DALAM
MENINGKATKAN
KEUNGGULAN
KOMPETITIF
PERUSAHAAN (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara X
Unit Usaha Pabrik Gula Ngadiredjo Kabupaten Kediri
Periode Tahun 2009-2011) Nurul Azizah Moch. Dzulkirom
A.R.Maria Goretti Wi Endang
o Tidak kurang terdapat 30.000 industri yang beroperasi di Indonesia
dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan (Safitri:2009).
o Definisi
EMA berdasarkan
IFAC
(International
Federation
of
Accountants) dan UNDSD (United Nations Division for Sustainable
Development) adalah manajemen kinerja lingkungan dan keuangan
melalui implementasi sistem dan praktek akuntansi yang tepat
dengan mengidentifikasi, mengumpulkan, mengukur, menghitung,
mengelompokkan dan menganalisis informasi lingkungan (fisik dan
moneter) untuk mendukung pengambilan keputusan internal dan
eksternal (Cahyandito:2006).
o Definisi Environmental Management Accounting (EMA) menurut The
International Federation of Accountants (Schaltegger, et al :2000)

dalam jurnal (Singgih : 2006) adalah manajemen lingkungan dan


performansi ekonomi melalui pengembangan dan implementasi
sistem akuntansi yang berhubungan dengan lingkungan dan
prakteknya secara tepat.

PENGARUH PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT


TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN STUDI KASUS
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DALAM BURSA EFEK INDONESIA by:Mochammad Fauzan
Adhima
Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam laporan
tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat
akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi perusahaan kepada nvestor
dan stakeholders lainnya (Novita dan Djakman, 2008)
Sustainability terletak pada pertemuan antara tiga aspek,
planet-environment; dan profit-economic.
Berbagai studi menunjukkan adanya
menghasilkan pengaruh positif, hingga
adanya hubungan sama sekali.

pengaruh
hasil yag

people-sosial;

negatif, beberapa
menyatakan tidak

Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana


saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 2001). Inti dari pemikiran
itu kurang lebih mengarah pada keberadaan suatu organisasi (dalam
hal ini perusahaan) yang sangat dipengaruhi oleh dukungan kelompokkelompok yang memiliki
Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder dan
shareholders perusahaan adalah dengan mengungkapkan Sustaiability
Report
yang menginformasikan perihal kinerja ekonomi, sosial dan
lingkungannya
sekaligus
kepada
seluruh
pemangku
kepentingan
perusahaan.
Teori legitimacy menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk
memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada
dalam masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan berada, dimana
mereka berusaha untuk memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan)
diterima oleh pihak luar sebagai suatu yang sah (Deegan, 2004).
Apabila perusahaan melakukan pengungkapan sosial, maka perusahaan
merasa keberadaan dan aktivitasnya akan mendapat
status
dari
masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi atau
dapat dikatakan terlegitimasi.

Sustainability Report memiliki definisi yang beragam, menurut Elkington


(1997) SR berarti laporan yang memuat tidak saja informasi kinerja
keuangan tetapi juga informasi non keuangan yang terdiri dari informasi
aktivitas sosial dan lingkungan yang memungkinkan perusahaan bisa
bertumbuh
secara berkesinambungan
(sustainable
performance).
Pelaporan sustainability akan menjadi perhatian utama dalam pelaporan
nonkeuangan, Pelaporan ini memuat empat kategori utama yaitu :
business landscape, strategi, kompetensi, serta sumber daya dan kinerja
(Falk, 2007).
Dalam kaitanya dengan profitabilitas----Dalam penelitian ini yang dipakai
hanya yang terkait dengan investasi yaitu Return On Asset (ROA). Return
On Asset merupakan rasio antara saldo laba bersih setelah pajak dengan
jumlah asset perusahaan secara keseluruhan.
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio untuk mengukur
profitabilitas perusahaan, yaitu merupakan perbandingan antara laba
bersih dengan rata-rata total aktiva. Dimana rata -rata total aktiva
dapat diperoleh dari total aktiva awal tahun ditambah total aktiva akhir
tahun dibagi dua. Menurut Syahyunan (2004:85), Return on Assets
menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
dipergunakan.
Fombrun et al (2000) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan dapat meningkatkan reputasi perusahaan terhadap konsumen
sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Variabel penelitian dikelompokkan menjadi 2 variabel utama, yaitu
variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel
bebas adalah
suatu
variabel
yang
fungsinya
menerangkan
(mempengaruhi) terhadap variabel lainnya. Sedangkan variabel terikat
adalah variabel yang dikenai pengaruh atau diterangkan oleh variabel lain
(Ghozali,2006).

PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCETERHADAP


ECONOMIC PERFORMANCE Kartika Hendra Titisari
Eksistensi perusahaan ditengah lingkungan dan masyarakat berdampak
dalam dua kondisi, yaitu positif dan negatif. Dampak positif, antara lain
menciptakan lapangan kerja, menyediakan barang yang dibutuhkan
masyarakat untuk dikonsumsi, meningkatkan pendapatan, menyumbang
pendapatan daerah dan negara, serta mendukung peningkatan ekonomi,
dan lain-lain. Sementara, dampak negatif (negative externalities)antara lain

menimbulkan pencemaran baik tanah, air, maupun udara, sehingga telah


mengancam munculnya polusi udara dan air, kebisingan suara, kemacetan
lalu lintas, limbah kimia, hujan asam, radiasi, sampah nuklir, dan masih
banyak lagi petaka lain sehingga menyebabkan stres mental dan kerugian
fisik dalam kehidupan masyarakat sehari-hari
Pengungkapan
Environmental Performance / Environmental Disclosure
sebagai salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan diharapkan dapat
menambah nilai perusahaan dan meningkatkan sustainabilitas perusahaan.
Penting bagi pihak manajemen untuk melakukan Environmental Performance
sebagai salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungannya.
Ingram dan Frazier (1980) mengemukakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara environmental disclosure dengan environmental performance. Patten
(2002) menemukan antara environmental disclosure dalam annual report
dengan environmental performance berhubungan negatif. Al-Tuwaijri et al.
(2004) menemukan adanya hubungan positif antara economic performance
dan environmental performance demikian juga antara environmental
disclosure dan environmental performance. Al-Tuwaijri et al.
(2004)
merupakan peneliti yang memasukkan konsep economic performance
sebagai variabel
endogenous dalam model penelitian yang digunakan
bersama dengan dua variabel endogenous lainnya. Sarumpaet (2005)
memberikan bukti empiris bahwa tidak ada hubungan antara environmental
performance dan economic performanceperusahaan, akan tetapi ukuran
perusahaan berhubungan secara signifikan terhadap environmental
performance. Suratno et al. (2006) menunjukkan bahwa environmental
performance berpengaruh secara positif terhadap
environmental
disclosureserta environmental performance juga berpengaruh secara positif
terhadap economic performance. Lindrianasari (2007) menemukan
hubungan positif antara
environmental performancedan kualitas
environmental
disclosureserta
hubungan
positif
antara
economic
performancedan environmental performance. Titisari et al. (2010) tidak
menemukan
pengaruh
environmental
performanceterhadap
kinerja
keuangan pada perusahaan PROPER.
Menurut Robert dalam Hackston dan Milne (1996), perusahaan yang
mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan (rawan
lingkungan) termasuk dalam tipe industri
high profile. Perusahaanperusahaan high
profile, pada umumnya merupakan perusahaan yang
memperoleh sorotan masyarakat karena aktivitas operasinya memiliki
potensi untuk bersinggungan dengan kepentingan luas.
Penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Sarumpaet (2005) menggunakan
konsep economic perfomanceyang dinyatakan dengan ROA dan

menggunakan ukuran environmental performance dari Kementerian


Lingkungan Hidup, yaitu
ratingkinerja lingkungan perusahaan melalui
program PROPER.

ROAt = a+ b1PROPERt+ b2TAt + b3Industri Sektort+ b4ISO14001t +


ROAt+1 = a+ b1PROPERt+ b2TAt + b3Industri Sektor t + b4ISO14001t+
Perbedaan kedua model ini adalah terle
Menurut Suryawijaya dan Setiawan (1998), sebagai suatu instrumen
ekonomi, perusahaan tidak lepas dari berbagai pengaruh lingkungan,
terutama lingkungan ekonomi dan lingkungan politik.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Annisa dan Wiwin (2009)
berkaitan dengan
sustainability
report
dan
kinerja perusahaan
menunjukkan hasil bahwa perusahaan-perusahaan yang mengungkapkan
laporan berkelanjutan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan
dilihat dari sisi profitabilitas.
Environmental disclosure adalah pengungkapan informasi yang berkaitan
dengan lingkungan hidup. Zhegal dan Ahmed (1990) mengidentifikasi
Environmental
disclosure
meliputi
pengendalian
terhadap
polusi,
pencegahanatau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam
dan pengungkapan lain yang berhubungan dengan lingkungan hidup.
Melaluienvironmental disclosure masyarakat dapat memantau aktivitas yang
dilakukanoleh perusahaan. Dengan demikian, perusahaan memperoleh
perhatian,kepercayaan dan dukungan dari masyarakat sehingga perusahaan
dapat
tetapeksis
(Parsons,
1996).-------CORPORATE
GOVERNANCE,
KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN ENVIRONMENTAL DISCLOSURE

Chong dan Freedman (2011) meneliti mengenai Good Corporate


Governance, Pengungkapan lingkungan, dan Kinerja lingkungan (2011) di
Amerika Serikat. Good Corporate Governance dinilai berdasarkan skor yang
telah dihitung dalam penelitian Brown dan Caylor (2006). Chong dan
Freedman
(2011)menyatakan bahwa penggunaan skor dapat menilai
keseluruhan Good Corporate Governance. Hasil dari penelitian ini adalah
adanya
pengaruh
antara
Good
Corporate
Governance
dengan
pengungkapan lingkungan. Namun tidak terdapat pengaruh antara GCG
terhadap kinerja lingkungan dan kinerja lingkungan terhadap pengungkapan
lingkungan.
Setiawan (2012). Variabel yang digunakan tidak hanya GCG saja, tetapi
Setiawan (2012) menambahkan Manajemen Laba untuk melihat
pengaruhnya pada pengungkapan lingkungan. Berbeda dengan penelitian

Chong dan Freedman (2011), Setiawan (2012) menggunakan proksi untuk


GCG. Proporsi Komisaris Independen, Rapat Dewan Komisaris, dan Ukuran
Komite
Audit
digunakan
sebagai
variabel
proksi
praktik
GCG.
Pengungkapan lingkungan dinilai dengan skor GRI (Global Reporting
Initiative) dalam bidang lingkungan. Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa hanya terdapat satu variabel yang memberikan pengaruh
signifikan, yaitu rapat Dewan Komisaris.
Diperlukan GCG agar perusahaan dapat meningkatkan nilai stakeholdernya.
KNKG (2006) menyatakan bahwa, tugas dan tanggung jawab Dewan
Komisaris adalahuntuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada
direksi
untuk
memastikan
bahwa perusahaan
telah
melaksanakan praktik Good Corporate Governance (GCG).
Dewan Komisaris dapat terdiri dari pihak terafiliasi dan tidak terafiliasi atau
yang sering disebut Komisaris Independen. Maksud dari pihak yang tidak
terafiliasi adalah pihak yang tidak mempunyai hubungan bisnis dan
kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan
Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Sesuai dengan
penerapan prinsip GCG dalam perusahaan, maka perusahaan memerlukan
Komisaris
Independen
dalam
susunan
Dewan Komisaris.
Istilah
independen
pada
Komisaris
Independen
maupun
direksi
bukan
menunjukan bahwa komisaris atau direksi lain tidak independen. Istilah
ini hanya menunjukan keberadaan sebagai wakil dari pemegang saham
independen (saham minoritas) (Surya dan Yustiavandana, 2006).
Dewan Komisaris merupakan suatu mekanisme untuk mengawasi dan
untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan atau
pihak manajemen. Dalam hal ini manajemen bertanggung jawab untuk
meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan, sedangkan Dewan
Komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi manajemen (FCGI, 2002
dalam Setiawan, 2012).
Menurut Berry dan Rondinelle (1998), perusahaan yang maju sekarang
melihat kinerja lingkungan sebagai alat untuk menambah nilai etika di
masyarakat, memenuhi perlindungan terhadap pekerja, respon atas
kebijakan pemerintah dan stakeholder, dan membangun kebijakan bisnis
baru dalam rangka untuk tetap kompetitif di dalam persaingan pasar
dunia. Hal ini menyebabkan perusahaan harus meningkatkan kualitas
kinerja lingkungannya, agar perusahaan dapat terus hidup berkelanjutan.
Perusahaan yang menerapkan kinerja lingkungan dapat dipastikan akan
melakukan pengungkapan lingkungan. Pengungkapan lingkunganpun akan
semakin luas akibat dari peran kinerja perusahaan yang besar.

Pengungkapan lingkungan diukur dengan skor sesuai dengan kriteria


pengungkapanya.
Kriteria
pengungkapan lingkungan didasarkan pada
pedoman indeks CSR (bagian lingkungan) yang dikeluarkan oleh GRI (Global
Reporting Initiative).
Variabel dependen dalam penelitian ini ialah pengungkapan lingkungan.
Pengungkapan lingkungan diukur dengan skor sesuai dengan kriteria
pengungkapanya.
Kriteria
pengungkapan lingkungan didasarkan pada
pedoman indeks CSR (bagian lingkungan) yang dikeluarkan oleh GRI (Global
Reporting Initiative).Variabel independen dalam penelitian ini ialah proporsi
Komisaris Independen, ukuran Dewan Komisaris, rapat Dewan Komisaris,
Komite Audit dan kinerja lingkungan. Proporsi Komisaris Independen
diukur dengan membagi antara jumlah anggota Komisaris Independen
dengan total anggota Dewan Komisaris di perusahaan. Ukuran Dewan
Komisaris diukur dengan membagi antara total anggota Dewan
Komisaris dibandingkan dengan total anggota Dewan Direksi di
perusahaan. Jumlah rapat Dewan Komisaris diukur menggunakan skala
nominal yaitu dengan menghitung jumlah rapat Dewan Komisaris dalam
1 tahun pada laporan tahunan perusahaan. Ukuran Komite Audit diukur
menggunakan skala interval yaitu dengan menghitung jumlah anggota
Komite Audit dalam laporan tahunan perusahaan dibagi dengan minimal
jumlah komite audit menurut ketentuan BAPEPAM. Kinerja lingkungan
perusahaan diukur dari PROPER yang diterbitkan oleh Kementrian
Lingkungan Hidup (KLH). PROPER merupakan program KLH untuk menilai
prestasi
perusahaan
dalam
pengelolaan
lingkungannya.
PROPER
menggunakan peringkat untuk mengukur kinerja lingkungan perusahaan.
Terdapat lima (5) kategori yang ditandai dengan warna-warna sebagai
pemeringkatnya. Urutan peringkat dari yang terkecil ke yang terbesar dalam
PROPER adalah hitam, merah, biru, hijau, dan emas. Dalam penelitian ini
digunakan data ordinal yaitu pengukuran kinerja lingkungan menggunakan
skor 1 hingga 5 PROPER.
Metode analisis
regresi.

yang

digunakan

dalam penelitian ini

adalah

model

Anda mungkin juga menyukai