Anda di halaman 1dari 21

Glaukoma Sekunder

GLAUKOMA SEKUNDER

PENDAHULUAN
Meningkatnya tekanan intraokular sebagai perwujudan penyakit intraokular
lain disebut glaukoma sekunder. Penyakit-penyakit ini sulit diklasifikasikan secara
terperinci.
Selain pengobatan terhadap penyakitnya sendiri, beberapa obat lain perlu
ditambahkan untuk mengatasi glaukoma sekundernya. Penanganannya sudah
memadai bila kenaikan tekanan intraokularnya sedang, produksi cairan mata dapat
dikurangi dengan epinefrin atau timolol dengan atau tanpa asetazolamid. Jika
tekanannya

sangat

tinggi

perlu

diberikan

obat-obat

osmolitik.

Obat-obat

antihipertensi mata ini akan mencegah kerusakan yang menetap yang disebabkan oleh
naiknya tekanan intraokular dan diberikan sampai penyebab glaukoma sekundernya
teratasi.(1)

DEFINISI
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan didalam bola mata
meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan
penurunan fungsi penglihatan.(2,3)

Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH


Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

Glaukoma Sekunder

PENYEBAB
Glaukoma sekunder terjadi jika mata mengalami kerusakan akibat :
1. Infeksi.
2. Peradangan.
3. Tumor.
4. Katarak yang meluas.
5. Penyakit mata yang mempengaruhi pengaliran humor aqueus dari bilik
anterior.
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah Uveitis. Penyebab lainnya
adalah penyumbatan vena oftalmikus, cedera mata, pembedahan mata dan perdarahan
kedalam mata. Beberapa obat (misalnya kortikosteroid) juga bisa menyebabkan
peningkatan tekanan intraokuler.(2,3,4)

Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH


Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

Glaukoma Sekunder

KLASIFIKASI
1. Karena kelainan lensa.
A. Dislokasi.
B. Intumesensi.
C. Fakolitik.
D. Sindrom eksfoliasi (pseudoeksfoliasi kapsul lensa, glaukoma
kapsular).
2. Karena kelainan uvea.
A. Sinekia anterior perifer (SAP) (sudut tertutup tanpa hambatan pupil).
B. Iridosiklitis.
C. Tumor.
D. Atrofi iris esensial {sindrom iridokorneoepitel (IKE)}.
Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH
Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

Glaukoma Sekunder

3. Karena cedera.
A. Perdarahan masif kedalam bilik mata depan.
B. Perdarahan masif kedalam bilik mata belakang.
C. Robekan kornea atau limbus dengan penonjolan iris kedalam luka.
D. Pergeseran akar iris kebelakang pasca benturan (cekungan sudut).
4. Pasca bedah.
A.

Pertumbuhan epitel kedalam bilik mata depan.

B. Kegagalan restorasi bilik mata depan pascaekstraksi katarak.


5. Berkaitan dengan kortikosteroid topical.
6. Penyebab-penyebab glaukoma sekunder lain yang langka.(1)

Aliran humor aqueus yang normal


Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH
Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

Glaukoma Sekunder

Glaukoma sekunder karena perubahan didalam lensa.


Dislokasi lensa (akibat cedera).
Dislokasi lensa bisa kedepan, mendorong iris ke kornea belakang sehingga
menghambat aliran keluar cairan mata, atau kebelakang. Penyulit dislokasi
lensa kebelakang yang sering dijumpai adalah glaukoma sekunder, tetapi sulit
menerangkannya. Sering disebabkan oleh cekungan sudut atau kerusakan
trabekula yang terjadi pada saat cedera. Pada kasus lain, terjadi hambatan
pupil karena ada badan kaca yang mengelilingi lensa yang berdislokasi
tersebut dan menyumbat lubang pupil. Mungkin perlu pembedahan bila
tekanan intraokularnya tidak teratasi dengan obat-obatan.(1)
Intumesensi lensa.
Sejumlah cairan bisa meresap kedalam lensa pada proses pembentukan
katarak, sehingga lensa membengkak. Lensa yang membengkak ini bisa
mempersempit bilik mata depan sehingga menimbulkan hambatan pupil
dengan akibat terjadinya glaukoma sudut tertutup. Tindakannya adalah
ekstraksi lensa.(1)
Glaukoma fakolitik.
Sebagian katarak stadium lanjut dapat mengalami kebocoran kapsul lensa
anterior, sehingga protein-protein lensa yang mencair masuk ke kamera
anterior. Jalinan trabekular menjadi edematosa dan tersumbat oleh proteinprotein lensa dan menimbulkan peningkatan mendadak tekanan intraokular.

Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH


Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

Glaukoma Sekunder

Ekstraksi lensa adalah terapi definitive setelah tekanan intraokular terkontrol


secara medis, termasuk steroid topikal intensif.(5)
Sindrom eksfoliasi (sindrom pseudo-eksfoliasi).
Pada sindrom eksfoliasi, dijumpai endapan-endapan bahan berserat mirip
serpihan dipermukaan lensa anterior (berbeda dengan eksfoliasi kapsul lensa
sejati akibat paparan terhadap radiasi inframerah, yakni katarak glass
blower), prosesus siliaris, zonula, permukaan posterior iris, longgar di
kamera anterior, dan dijalinan trabekular (disertai peningkatan pigmentasi).
Secara

histologis,

endapan-endapan

tersebut

juga

dapat

dideteksi

dikonjungtiva, yang mengisyaratkan bahwa kelainan sebenarnya lebih luas.


Penyakit ini biasanya dijumpai pada orang berusia lebih dari 65 tahun.
Penghambat beta, miotik, dan epinefrin efektif sedang. Mungkin diperlukan
tindakan trabekuloplasti laser atau operasi filtrasi.(5)

Glaukoma sekunder karena kelainan uvea.


Uveitis.
Pada uveitis, tekanan intraokular biasanya lebih rendah dari pada normal
karena korpus siliare yang meradang kurang berfungsi dengan baik. Namun,
juga dapat terjadi peningkatan tekanan intraokular melalui beberapa
mekanisme yang berlainan. Jalinan trabekular dapat tersumbat oleh sel-sel
radang dari kamera anterior, disertai edema sekunder, atau kadang-kadang
terlibat dalam proses peradangan yang secara spesifik diarahkan ke sel-sel
Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH
Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

Glaukoma Sekunder

trabekula (trabekulitis). Uveitis kronik atau berulang menyebabkan gangguan


permanen fungsi trabekula, sinekia anterior perifer, dan kadang-kadang
neovaskularisasi

sudut,

yang

semuanya

meningkatkan

kemungkinan

glaukoma sekunder. Seklusi pupilae akibat sinekia posterior 360 derajat


menyebabkan iris bombe dan glaukoma sudut tertutup akut. Sindrom-sindrom
uveitis yang juga terdapat anomaly perkembangan sudut, dan fistula karotiskavernosa, yang juga dapat menyebabkan neovaskularisasi sudut akibat
iskemia mata yang luas. Terapi medis tidak dapat menurunkan tekanan
intraokular dibawah tingkat tekanan vena episklera yang meningkat secara
abnormal, dan tindakan bedah berkaitan dengan risiko penyulit yang tinggi.(5)
Tumor.
Melanoma yang berasal dari uvea tumbuh cepat dan dapat menyebabkan
kenaikan tekanan intraokular karena perubahan volume, gangguan pada sudut
filtrasi, atau penyumbatan vena vorteks. Diperlukan tindakan enukleasi.(1)
Sindrom iridokorneoendotel (IKE) (Atrofi Iris Esensial, Sindrom Chandler,
sindrom Cogan-Reese).
Merupakan atrofi jaringan iris yang berlangsung progresif lamban, tidak
diketahui penyebabnya, dan hampir selalu disertai glaukoma. Terjadi sinekia
anterior dan unsur iris yang mengalami degenerasi memblokade jaringan
trabekula, menimbulkan glaukoma yang sangat sulit diatasi baik dengan obatobatan maupun dengan pembedahan. Terjadi degenerasi endotel disertai

Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH


Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

Glaukoma Sekunder

edema kornea pada tekanan intraokular yang relatif rendah. Kelainan ini
hampir selalu unilateral.(1)

Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH


Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

Glaukoma Sekunder

Glaukoma Sekunder karena cedera.


Perdarahan masif kedalam bilik mata depan.
Benturan atau luka tembus pada bola mata dapat mengakibatkan robekan iris
atau badan siliar yang menyebabkan perdarahan masif kedalam bilik mata
depan. Tekanan intraokular meninggi dan pecahan darah maupun gumpalan
darah menyumbat mekanisme pengaliran cairan mata keluar. Penyulitnya
yang berat adalah imbibisi kornea. Jika sampai terjadi, diperlukan waktu
bertahun-tahun untuk bisa hilang terserap. Bila tekanan intraokular tidak dapat
diatasi dengan obat-obat hipertensi sistemik, perlu dilakukan pembilasan bilik
mata depan insisi limbus. Pada penderita dengan penyakit sel sabit (sickle cell
disease) kemungkinan terjadinya glaukoma lebih besar pada perdarahan
didalam bilik mata depan.
Robekan kornea atau limbus disertai penonjolan iris kedalam luka.
Robekan mata bagian depan atau benturan yang mengakibatkan pecahnya
mata, mengakibatkan bilik mata depan mengecil dan sudut bilik mata depan
cepat tertutup oleh perlekatan iris ke kornea. Kadang-kadang terjadi
penonjolan jaringan uvea melalui luka, yang bisa menyumbat kebocoran
sehingga bilik mata depan tidak kempis lagi. Tujuan utama pengobatan adalah
membentuk kembali bilik mata depan untuk mencegah sinekia anterior perifer
yang menetap. Eksisi uvea yang menonjol, luka dijahit rapat, dan suntikan
larutan garam fisiologis kedalam bilik mata depan sangatlah penting.

Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH


Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

Glaukoma Sekunder

Benturan yang menyebabkan pergeseran akar iris kebelakang dan


mendalamnya sudut bilik depan (glaukoma cekungan sudut). Banyak klinisi
yang memberi perhatian pada jenis glaukoma sekunder yang mengakibatkan
cedera unilateral ini. Pada pasca cedera benturan, bilik mata depan mungkin
lebih dalam ketimbang mata yang tidak mengalami cedera. Dengan
gonioskopi tampak sudut yang cekung dan badan siliar yang robek. Glaukoma
terjadi bila kerusakan jaringan trabekula sedemikian luasnya sehingga
menganggu aliran keluar cairan mata. Umumnya keadaan ini bisa diatasi
dengan pengobatan glaukoma sudut terbuka yang baku, meskipun kadangkadang juga diperlukan tindakan pembedahan.(1)

Glaukoma pasca bedah.


Penjalaran epitel kedalam bilik depan.
Pasca bedah katarak, pinggiran luka mungkin kurang baik penyembuhannya
sehingga epitelnya tumbuh kedalam bilik mata depan yang akhirnya melapisi
dinding-dinding bilik mata depan, menghambat aliran keluar cairan mata. Jika
hal ini terjadi, maka keadaan ini merupakan penyulit yang sangat sukar
diatasi. Dapat dicoba mengupas epitel yang baru saja terbentuk pada dindingdinding sudut. Pencangkokan kornea mungkin bermanfaat. Yang penting
sebetulnya adalah pencegahan.
Bilik depan mengecil pasca bedah katarak.
Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH
Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

10

Glaukoma Sekunder

Pasca bedah katarak, cairan mata bisa lolos melalui luka yang tidak tertutup
sempurna dan menyebabkan bilik depan kempis. Bila bilik mata depan tidak
terbentuk kembali dalam waktu 1-3 hari, jahitan luka harus diperbaiki untuk
mencegah sinekia anterior dan kerusakan endotel.(1)

Glaukoma sekunder karena rubeosis iridis.


Rubeosis iridis sering terjadi jika pembuluh darah sentral tersumbat. Banyak
dijumpai pada diabetes mellitus lanjut. Pembuluh-pembuluh darah kecil tumbuh pada
permukaan depan iris dan kedalam sudut bilik mata depan, mempengaruhi aliran
keluar cairan mata. Miotik tidak banyak manfaatnya. Bedah siklokrio merupakan
teknik pengobatan yang terbaik yang diketahui, namun hasilnya buruk. Fotokoagulasi
panretina dini dapat menghentikan proliferasi pembuluh darah. Bedah filtrasi yang
dilakukan kemudian bisa berhasil pada beberapa kasus.(1)

Glaukoma sekunder karena fistel arterivena.


Eksoftalmos berdenyut karena fistel arterivena biasanya disertai sedikit
kenaikan tekanan intraokular yang disebabkan oleh kenaikan tekanan vena.
Pengobatan ditujukan kepada penyebabnya.(1)

Glaukoma sekunder karena pemakaian kortikosteroid topikal.


Kortikosteroid topikal dan periokular dapat menimbulkan sejenis glaukoma
yang mirip dengan glaukoma sudut terbuka primer, terutama pada individu dengan
riwayat penyakit ini pada keluarga, dan akan memperparah peningkatan tekanan
Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH
Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

11

Glaukoma Sekunder

intraokular pada para pengidap glaukoma sudut terbuka primer. Penghentian


pengobatan biasanya menghilangkan efek-efek tersebut, tetapi dapat terjadi kerusakan
permanen apabila keadaan tersebut tidak disadari untuk jangka lama. Apabila terapi
steroid topikal mutlak diperlukan, terapi glaukoma medis biasanya dapat mengontrol
tekanan intraokular. Terapi steroid sistemik kecil kemungkinannya menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular.
Pada pemeriksaan tonografi akan terlihat penurunan pengeluaran cairan mata
dari sudut bilik mata. Penting sekali bahwa pasien yang mendapat terapi steroid
topikal atau sistemik menjalani tonometri dan oftalmoskopi periodik, terutama
apabila terdapat riwayat glaukoma pada keluarga.(6)

Glaukoma Pigmentasi.
Sindroma ini tampaknya terutama disebabkan oleh degenerasi epitel pigmen
iris dan korpus siliaris. Granula pigmen terkelupas dari iris akibat friksi dengan seratserat zonular dibawahnya sehingga terjadi transiluminasi iris. Pigmen mengendap
dipermukaan kornea posterior (Krunkenbergs Spindle) dan tersangkut dijalinan
trabekular, menganggu aliran keluar humor akueus. Sindrom ini terjadi paling sering
pada pria miopik berusia antara 25 dan 40 tahun yang memiliki kamera anterior yang
dalam dengan sudut kamera anterior yang lebar.
Pernah dilaporkan sejumlah silsilah glaukoma pigmentasi dengan pewarisan
dominan otosom. Kelainan pigmentasi dapat timbul tanpa disertai glaukoma (sindrom
dispersi pigmen), tetapi orang-orang dengan kelainan ini harus dianggap sebagai
tersangka/ suspek glaukoma.
Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH
Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

12

Glaukoma Sekunder

Terapi logis untuk kelainan ini adalah zat-zat miotik karena obat ini mengatasi
pergerakan iris atas zonula. Namun karena pasien biasanya berusia muda dan miotik,
terapi tersebut biasanya kurang dapat ditoleransi kecuali apabila diberikan sebagai
pilokarpin sekali sehari, terutama pada malam hari, penghambat beta dan epinefrin
juga efektif.
Namun masalah utama adalah usia yang muda saat timbulnya penyakit, yang
meningkatkan kemungkinan diperlukannya tindakan bedah drainase dan kombinasi
tindakan bedah dan terapi antimetabolit. Trabekuloplasti laser sering digunakan untuk
kelainan ini tetapi kecil kemungkinannya dapat melenyapkan keharusan tindakan
bedah drainase.(3,6)

Hipertensi ocular.
Hipertensi ocular adalah suatu istilah yang diciptakan untuk menunjukkan
adanya kenaikan tekanan intraokular (diatas batas normal secara statistik, yaitu 10-25
mmHg) tetapi tidak disertai kerusakan anatomi atau kerusakan fungsional mata.
Diagnosis akan berubah menjadi glaukoma bila ada asimetri penggaungan papil optik
(pada satu mata ukurannya lebih lebar dari pada mata lainnya), atau ukurannya
bertambah setelah kurun waktu tertentu. Jelaslah bahwa gangguan fungsi yang berupa
cacat lapang pandang adalah khas untuk glaukoma.
Penderita dengan hipertensi ocular harus dicurigai sebagai glaukoma,
walaupun tidak ditemukan adanya kerusakan karena kenaikan tekanan intraokular.
Belum ada cara yang dipercaya untuk memperkirakan penderita mana yang kemudian
akan mengalami kerusakan. Harus sering dilakukan pemantauan papil optik (1-3 kali
Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH
Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

13

Glaukoma Sekunder

setahun), tonometri, dan uji lapang pandang agar pengobatan yang tepat segera dapat
dimulai jika saraf optik tampak terancam.
TINDAKAN BEDAH GLAUKOMA
Iridektomi perifer.
Pada glaukoma sudut tertutup akut maupun menahun, jika belum terjadi
sinekia anterior perifer yang luas, iridektomi perifer merupakan tindakan
bedah pilihan. Pembedahan ini memberikan harapan penyembuhan yang tetap
karena terbentuknya kembali hubungan yang lancar antara bilik mata
belakang dan bilik mata depan. Dengan ini hambatan pupil akan teratasi dan
akar iris akan terlepas dari sudut filtrasi, sehingga cairan mata bisa keluar
melalui saluran-saluran yang normal.
Akhir-akhir ini iridektomi perifer umumnya dilakukan dengan laser, sehingga
risiko bedah intraokular dan biaya perawatan di rumah sakit dapat
dihindarkan.
Trabekuloplasti laser.
Pada glaukoma sudut terbuka, jika dengan obat-obatan yang maksimal gagal
menurunkan tekanan intraokularnya, maka perlu dilakukan trabekuloplasti
laser sebelum mempertimbangkan bedah filtrasi. Energi laser difokuskan pada
jalinan trabekula melalui goniolensa. Pada kira-kira 80% dari kasus, tekanan
intraokularnya bisa turun karena terjadinya perbaikan aliran keluar cairan
mata. Biasanya pemberian obat-obatan harus dilanjutkan. Efek laser menurun

Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH


Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

14

Glaukoma Sekunder

dengan perjalanan waktu. Tindakan ini dapat diulang, tetapi keefektifannya


makin berkurang.

Bedah filtrasi.
Jika tekanan pada glaukoma sudut terbuka tidak dapat dipertahankan pada
batas yang aman, meskipun telah diberikan obat-obatan dan tindakan laser,
maka harus dilakukan bedah filtrasi. Adanya berbagai macam tindakan
menunjukkan tidak ada satu tindakan pun yang sempurna. Pada bedah filtrasi,
dengan melubangi seluruh tebal dinding (trefan, sklerotomi termal, sklerotomi
bibir posterior) berarti diciptakan sebuah saluran dari bilik mata depan ke
rongga subkonjungtiva. Disini cairan mata diserap oleh pembuluh darah,
getah bening, dan transudasi melalui konjungtiva. Pada kira-kira 25% dari
kasus, terjadi pembentukan jaringan parut pasca bedah yang akan menutup
lubang filtrasi sehingga dengan demikian perlu dilakukan bedah ulang.
Akhir-akhir ini bedah filtrasi yang aman yaitu trabekulektomi, menjadi
popular di seluruh dunia. Separuh tebal flep sclera dijahitkan diatas lubang
pada limbus, kemudian flep konjungtiva ditutupkan diatasnya. Penyulitnya
sedikit, tetapi penurunan tekanannya juga agak kurang dibandingkan dengan
cara melubangi seluruh ketebalan sclera.
Siklokriotermi.

Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH


Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

15

Glaukoma Sekunder

Siklokriotermi secara umum telah menggantikan siklodiatermi dalam


pengobatan glaukoma afakia. Keuntungannya adalah dapat merusak badan
siliar tanpa merusak konjungtiva atau sclera. Tidak diperlukan sayatan. Reaksi
vascular yang tinggi dalam badan siliar mengakibatkan terjadinya fibrosis,
sehingga fungsi badan siliar menurun, oleh karena itu produksi cairan mata
menjadi berkurang.
Trabekuloplasti laser (lihat uraian sebelum ini) dapat dicobakan pada
glaukoma afakia dengan angka keberhasilan kira-kira 40%.
Goniotomi.
Pengobatan terhadap glaukoma bayi yang terbaik adalah goniotomi. Tindakan
ini diperkenalkan sebagai cara pengobatan glaukoma bayi oleh Otto Barkan
pada tahun 1938 dan merubah prognosis penyakit ini dari sangat buruk
menjadi baik (tingkat penyembuhan 70-80%). Tujuan pembedahan adalah
membentuk aliran cairan mata yang normal melalui saluran-saluran yang
fisiologis.
Ultrasonografi untuk pengobatan.
Cara pengobatan yang memberikan harapan dan noninvasive untuk segala
jenis glaukoma diperkenalkan oleh Dr. Jackson Coleman dari Cornel Medical
Center. Kini cara ini hanya dipakai pada kasus-kasus lanjut, dengan angka
keberhasilannya lebih dari 50%. Gelombang suara berfrekuensi tinggi
difokuskan pada badan siliar dan dibidikkan melalui sclera didekat limbus.

Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH


Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

16

Glaukoma Sekunder

Badan siliar yang rusak kurang memproduksi cairan mata, dan sclera yang
melemah menyebabkan terjadinya perembesan cairan mata.(1,4)

Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH


Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

17

Glaukoma Sekunder

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Daniel : oftalmologi Umum ( General Ophtalmologi ) / Daniel


Vaughan, Taylor Asbury, alih bahasa, Waliban dan Bondan Hariono, Jilid I
Edisi XI, Jakarta, Widya Medika, 1995, hal : 218,232,233,234, 234-235.
2. http://www.medicastore.com
3. http://www.google.com
4. Deborah Pavan-Langston, M.D : Manual of Ocular Diagnosis and Therapy,
Fourth Edition, Page 229-231, 235, Litle, Brown and Company Boston New
York Toronto London, 1976.
5. Vaughan, Daniel, dkk : oftalmologi Umum Edisi XIV, Jakarta, Widya Medika,
hal : 235-236, 236, 237, 237-238, 238
6. Ilyas Sidarta : Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Edisi II, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Hal : 127.
7. American Academy of Ophtalmology, Basic and Clinical Science Course :
Glaucoma, Section 10, Page 83 American Academy of Ophthalmology, 20032004.

Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH


Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

18

Glaukoma Sekunder

Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH


Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

19

Glaukoma Sekunder

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
kurnia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan paper kami yang berjudul
Glaukoma Sekunder .
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai persyaratan dalam
menjalani

Kepaniteraan

Klinik

Senior

di

Bagian

Ilmu

Penyakit

Mata

RSU Dr. Pirngadi Medan.


Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dr. Cut Nori Altika Renardi yang membimbing kami di dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa paper ini tentu masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kami dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang kiranya dapat
membangun dan menyempunakan makalah ini.
Besar harapan kami agar kiranya paper ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2004

Penyusun

Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH


Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

20

Glaukoma Sekunder

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

ii

PENDAHULUAN............................................................................................

DEFINISI..........................................................................................................

PENYEBAB.....................................................................................................

KLASIFIKASI..................................................................................................

Glaukoma sekunder karena perubahan didalam lensa..........................

Glaukoma sekunder karena kelainan uvea...........................................

Glaukoma sekunder karena cedera.......................................................

Glaukoma pasca bedah.........................................................................

Glaukoma sekunder karena rubeosis iridis...........................................

10

Glaukoma sekunder karena fistel arterivena........................................

10

Glaukoma sekunder karena pemakaian kortikosteroid topikal............

10

Glaukoma pigmentasi...........................................................................

11

Hipertensi ocular..................................................................................

12

TINDAKAN BEDAH GLAUKOMA..............................................................

13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

16

Eka Purnama Sari, 95310042, FK UNBRAH


Halaman
KKS SMF Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

21

Anda mungkin juga menyukai