Anda di halaman 1dari 1

Djogdja Tempo Doeloe - ALUN-ALUN KIDUL TAHUN 1920

Alun-alun dan Ringin kurung adalah satu tanda kultural yang dikenal oleh
publik. Keduanya ada di dalam beteng Kraton, dalam bahasa jawa dikenal
dengan sebutan "neng njeron beteng Kraton". Alun-alun dan Ringin Kurun
ada di dua tempat dan disebut alun-alun utara dan alun-alun selatan (Kidul).
Alun-alun utara terletak di depan sebelum masuk pintu gerbang (pagelaran
Kraton) alun-alun selatan ada di belakang pintu gerbang (Kemagangan
Kraton). Dua pohon beringin terletak di masing-masing alun-alun dan tepat
berada di tengah persis. Karena pohon ringin dipagari, kemudian disebut
sebagai ringin kurung.
Alun-alun Kidul (selatan) tahun 1920 situasinya sudah berbeda dengan alunalun sekarang, meskipun ringin kurungnya masih tetap sama. Tentu sudah
mengalami berbagai macam perubahan disekitarnya, misalnya jalan yang
melingkari alun-alun selatan sudah beraspal, pada jaman dulu, setidaknya
sampai tahun 1960-an, belun diaspal seperti sekarang, bahkan alun-alunnya
tidak ditanami rumput hijau. Pada tahun-tahun itu, di tengah alun-alun
selatan ada taman sebagai tempat bermain anak-anak, tetapi taman itu
sekarang sudah tidak ada.
Yang khas dari alun-alun selatan sekarang ialah, setidaknya mulai awal
tahun 1990an, banyak orang percaya, siapa bisa berjalan dengan mata
tertutup sampai melewati tengah diantara dua Ringin kurung akan
mendapat berkah. Kegiatan itu setiap hari ramai dilakukan oleh orang, baik
tua maupun muda. Kalau Sabtu malam, akan penuh orang menjalani ritus
seperti itu.
Meskipun ada yang sudah berkembang dari segi fisik, namun Ringin Kurungnya tetap berada di tempatnya, dan fungsi ruang publik alun-alun selatan
semakin menemukan maknanya.
Datanglah ke alun-alun selatan untuk berjalan sambil ditutup matanya,
siapa tahu mendapat berkah.

Anda mungkin juga menyukai