PAPER
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Landasan Pendidikan
Yang dibina oleh 1. Prof. DR. Edy Purwanto.M.Pd
2. Drs. Budihandoyo, M.Si
Oleh
Eko Anang Hadi Santoso
140721808529
tercantum
dalam
pasal
3 UU
RI
tentang
SistemPendidikan
Nasional
dijelaskan
bahwa,Pendidikan
nasional
berfungsi
rangka
didikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab(Pasal 3 dan Penjelasan atas UU RI No. 20 tahun 2003). Namun
demikian banyaknya masalah pendidikan di Indonesia dewasa ini baik dari segi
Infrastruktur, peserta didik, pendidik serta kebijakan pemerintah yang sering berganti
ganti masih menunjukkan belum tercapainya cita cita pendidikan Indonesia. Hal ini
berarti UUD 1945 beserta penjabarannya yang termuat dalam semua Undang Undang
tentang Pendidikan di Indonesia masih dijalankan setengah hati oleh bangsa ini.
Pendidikan menurut Undang Undang Dasar 1945
UUD Tahun 1945 merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Semua peraturan
perundang undangan yang ada harus tunduk dan tidak bertentangan dengan Undang
Undang Dasar
perundang undangan yang muncul kemudian, kedudukan seperti ini membuat UUD
1945 mengandung isi yang bersifat umum, demikian juga bab tentang Pendidikan yang
diatur dalam UUD ini juga masih bersifat umum. Amanat yang terkandung dalam
penjabaran UUD 1945 adalah sebagai berikut;
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan
(2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan Pemerintah wajib
membiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang Undang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran dan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan Pendidikan Nasional.
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia(Pasal 31 Undang Undang Dasar 1945)
Hal yang lebih rinci diatur dalam Undang Undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional(UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003).Undang undang ini sebagai induk
peraturan yang mengatur tentang pendidikan memuat fungsi dan tujuan tentang
pendidikan yang tertuang di pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Titik point yang mendasar dalam
pasal ini adalah menyangkut tujuan yaitu berkembangnya potensi peserta didik.
Sedangkan prinsip Penyelenggaraan Pendidikan terdapat pada pasal 4 ayat, yaitu;
(1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis, berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia, nilai keragaman,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa
(2) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu kesatuan yang sistematis dengan
sistem terbuka dan multi makna
(3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
(4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
(5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
(6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
untuk layanan pendidikan.
Landasan Yuridis Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang
berlangsung di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta
didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di
masa yang akan datang (Mudyaharjo, 2008).
Menurut Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan
Nasional pasal 1 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
sempurna
kenyataannya juga demikian, masih banyak warga yang tidak menggunakan haknya
dan melaksanakan kewajibannya memperoleh pendidikan. Pemerintahpun belum
sepenuhnya menyediakan fasilitas fasilitas pendidikan yang memadai.
Data dari Mendikbud menyebutkan bahwa pada tahun 2007, dari 100 persen
anak-anak yang masuk SD, yang melanjutkan sekolah hingga lulus hanya 80
persennya, sedangkan 20 persen lainnya harus putus sekolah. Dari 80 persen siswa SD
yang lulus sekolah, hanya 61 persennya yang melanjutkan sekolah ke jenjang SMP
sekolah yang setingkat lainnya. Kemudian setelah itu hanya 48 persen yang akhirnya
lulus sekolah. Sementara itu, 48 persen yang lulus dari jenjang SMP hanya 21
persennya saja yang melanjutkan ke jenjang SMA. Sedangkan yang bisa lulus jenjang
SMA hanya sekitar 10 persen. Persentase ini menurun drastis dimana jumlah anakanak yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tinggal 1,4 persen
saja(Kompas, 2013). Hal ini sungguh memprihatinkan. Disamping itu masih banyak
fasilitas pendidikan yang minim dan rusak. Banyaknya infrastruktur pendidikan yang
roboh itu karena puluhan tahun ada pembiaran. Harusnya jangan direhab terus, tapi
dibangun ulang. Daripada direhab abis Rp2 miliar sampai Rp3 miliar, tapi besok rubuh
lagi, kata Ahok di Balai Kota(Jakpro.id, 2014). Itu di Jakarta yang merupakan Ibukota
Negara kita, bagaimana dengan daerah lain dan daerah terpencil? Tentunya lebih
banyak lagi. Hal ini menunjukkan bahwa selama ini banyak pemerintah daerah yang
kurang peduli terhadap fasilitas pendidikan, dan ini bertentangan dengan amanat UUD
1945 di atas.
UUD 1945 dalam pasalnya juga menyebutkan bahwa Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan Undang Undang. Namun pada realitanya sekarang Pemerintah
melakukan pemisahan urusan pendidikan tinggi dengan pendidikan dasar dan
menengah, berarti system pendidikan nasional tidak lagi satu, hal ini juga berpotensi
melanggar UU Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 14 UU No 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas yang menyatakan, jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Itu menegaskan bahwa pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi merupakan satu kesatuan sistem
yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Karena itu, kementerian yang menanganinya pun
harus satu kementerian yang terintegrasi untuk menghindari miskoordinasi yang bisa
merusak satu sistem pendidikan nasional tersebut.
Dari segi pendidik dan tenaga kependidikan tampaknya adanya tunjangan
profesi guru belum menunjukkan peningkatan kinerja yang signifikan. Peningkatan
kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi masih belum memuaskan. Motivasi kerja
yang tinggi justru ditunjukkan oleh guru-guru yang belum mengikuti sertifikasi
dengan harapan segera dapat disertifikasi. Demikian temuan sementara dari hasil
survei yang dilakukan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengenai dampak
sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru(Kompas.com, 2009). Gerakan Indonesia
Berkibar (GIB) menyatakan lebih dari 54% guru di Indonesia tidak memiliki kualitas
yang cukup baik untuk mengajar. Rendahnya mutu pendidik ditengarai menjadi faktor
utama rendahnya kualitas pendidikan di Tanah Air, khususnya pada bagian timur
wilayah Indonesia. Hingga kini Kemendikbud mencatat dari 2,92 juta guru, baru 51%
yang berpendidikan strata satu. (Lampost, 2014)
Beberapa bukti diatas sudah cukup membuktikan bahwa bangsa kita ini belum
optimal dalam menggarap pendidikan nasional seperti yang diamanatkan UUD 1945.
Maka dibutuhkan kesungguhan dari setiap pihak baik pemerintah, kementrian
pendidikan, pemerintah daerah dan semua insan yang berkecimpung langsung
maupun tidak langsung dalam dunia pendidikan agar melaksanakan peran sertanya
dengan baik dan sepenuh hati. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata sepenuh
hati adalah gabungan dua frase yang berarti bersungguh sungguh. Bekerja dengan
sepenuh hati berarti bersungguh sungguh, tulus, penuh tanggung jawab terhadap tugas
yang diembannya.
Berkecimpung dalam dunia pendidikan adalah panggilan jiwa demi majunya
bangsa dan Negara Indonesia ini, maka kita harus tulus dan ikhlas dalam mengabdi di
dunia pendidikan. Termasuk dalam hal ini guru sebagai tulang punggung pendidikan
di Indonesia. Selain perlu ditingkatkan profesionalismenya, guru perlu meningkatkan
kesungguhan hatinya dalam mendidik, bukan hanya mengajar. Meskipun kini tenaga
pendidik sudah dianggap sebagai profesi dan dihargai pengabdiannya melalui gaji dan
tunjangan tenaga pendidik dan kependidikan tapi fitrahnya sebagai Pahlawan Tanpa
Tanda Jasa(tulus, ikhlas mengabdi sepenuh hati) hendaknya tetap dipertahankan dan
ditingkatkan.
Kesimpulan
Amanat yang terkandung dalam Undang Undang Dasar Tahun 1945 yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa dan dijabarkan dalam pasal 31 UUD 1945 harus
diwujudkan oleh setiap insan yang berperan dalam dunia pendidikan Indonesia.
Dibutuhkan kerja keras dan panggilan jiwa yang tulus sepenuh hati agar tercapai
generasi yang cerdas, bertagwa dan sebagainya