By :
Balqis Alsangadah
Asriningsih Suryandari
Enry Widiyarti
Estherlita Dian Pratama
Afrilia Yunita
(08312241003)
(08312241027)
(08312241031)
(08312241035)
(08312241043 )
SCIENCE EDUCATION
FACULTY OF MATHEMATIC AND SCIENCE
YOGYAKARTA STATE UNIVERSITY
2011
STRUKTUR DAN FUNGSI PROTEIN
A. Pendahuluan
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah
senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari
monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan
peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan beberapa
sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel
makhluk hidup dan virus.
Protein memiliki berbagai fungsi seperti:
1. Protein merupakan enzim atau subunit enzim, misal ribonuklease, tripsin
2. Protein berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, misal protein yang
membentuk batang dan sendi sitoskeleton
3. Protein juga terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, misal
Trombin
4. Protein sebagai sistem pengendali dalam bentuk hormon, misal insulin, hormon
tumbuh (auksin),
5. Protein sebagai
komponen
penyimpanan/
nutrient,
misal
kasein
B. Komposisi Protein
Protein terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan, dalam beberapa kasus,
belerang. Protein adalah satu-satunya senyawa organic yang mengandung nitrogen,
sebuah fakta yang menjadikannya kedua penting dan berpotensi beracun.
Asam amino merupakan unit dasar struktur protein. Beberapa dari asam amino ini dapat
synthesized lain dari asam amino (disebut sebagai nonessential asam amino), sementara
beberapa harus diperoleh dari makanan (disebut sebagai asam amino essensial).
1. Asam Amino
a. Struktur asam amino dan nama asam amino penyusun protein
Asam amino yang terjadi secara alami sebagai penyusun protein mempunyai
gugus amino (NH2) dan gugus karboksilat (COOH) yang terikat pada atom yang
sama yaitu pada atom karbon alfa. Oleh karena itu asam amino ini disebut asam
-amino dan secara umum rumus strukturnya dapat digambarkan seperti dibawah
ini.
Nama
Singkatan
Alanin
Ala
Valin*
Val
Sturktur
Sifat gugus
rantai samping
hidropibik
Leusin*
Leu
Triptofan*
Trp
Metionin*
Met
Isoleusin*
Ile
Prolin
Pro
Fenilalanin*
Phe
Serin
Ser
Polar
bermuatan
tak
10 Glisin
Gly
11 Threonin*
Thr
12 Sistein
Cys
13 Asparagin
Asn
14 Glutamin
Gln
15 Tirosin
Tyr
16 Asam
Asp
aspartat
Bermuatan
negative pada
PH 7 (asam)
17 Asam
Glu
glutamate
18 Arginin
Arg
Bermuatan
positif
pada
PH 7 (basa)
19 Lisin*
Lys
20 Histidin
His
polar
bermuatan positif
bermuatan negatif
hidrofobik
Alanin
Asparagin
Arginin
Asam Aspartat
Isoleusin
Sistein
Histidin
Asam glutamat
Leusin
Glutamin
Lisin
Metionin
Glisin
Fenilalanin
Serin
Prolin
Treonin
Triptofan
Tirosin
Valin
b. Asam amino esensial
Dari 20 asam amino pembangun molekul protein, ada delapan diantaranya yang
tidak dapat disintesis oleh manusia dewasa sehingga diperoleh melalui makanan.
Asam amino semacam ini dikenal dengan asam amino esensial.
Ciri cirri Asam amino essensial :
1. rantai samping bersifat hidrofobik atau sukar larut dalam air.
2. mempunyai nama umum (trivial).
3. Biasanya diambil (dipakai) dari sumber (dimana) pertama kali protein
tersebut ditemukan. Sebagai contoh, asparagin diisolasi pertama kali dari
asparagus, asam glumatat diisolasi dari gandum, glisin berasal dari bahasa
yunani yang artinya manis.
Asam Amino esensial yang tidak di produksi oleh tubuh, antara lain sebagai
berikut:
a. Triptofan: beberapa sumber di dapatkan dari karbohidrat. Triptofan terdapat
pada telur, daging, susu skim, pisang, susu, dan keju.
b. Treonin: terdapat pada bahan pangan berupa susu, daging, ikan ,dan biji wijen.
c. Metionin: Sumber utama metionin adalah buah-buahan, daging (ayam, sapi,
ikan,susu (susu murni, beberapa jenis keju), sayuran (bayam, bawang putih,
jagung), serta kacang-kacangan (kapri, pistacio, kacang mete, kacang merah,
tahu tempe).
d. Lisin: terdapat dalam protein kedelai, biji polong-polongan, dan ikan. Ratarata kebutuhan lisin per hari adalah 1-1,5 g.
e. Leusin; banyak tersedia pada makanan yang tinggi protein, seperti daging,
susu, beras merah dan kacang kedelai. Pada produk-produk susu kedelai juga
banyak di temui kandungan leusin.
f. Isoleusin;
g. Fenilalanin: merupakan bahan baku bagi pembentukan katekolamin.
Katekolamin ini di kenal sebagai peningkat kewaspadaan penting bagi
tranmisi impuls saraf. Fenilalamin terdapat pada daging ayam, sapai, ikan,
telur, dan kedelai.
h. Valin; terdapat pada produk-produk peternakan seperti daging, telar, susu dan
keju. Selain itu, asam amino esensial ini terdapat pada biji-bijian yang
mengandung minyak seperti kacang tanah, wijen, dan gentil.
H2NCH2CH2
Asam 4-aminoCH2
butanoatOH
Asam
3-amino propionate
H2NCH2CH
C
OH
(-alanin)
HOCH2
(-amino butirat)
CH2 OH
CH3 H
O
NHCH2CH2
OH
Asam pentotenat
Homo sisteina dan homo sirena adalah diantara asam-asam -amino yang bukan
penyusun protein. Senyawa ini merupakan senyawa di dalam biosintesis metionina.
O
H3CCH2CH2
CH C
O
OH
CH
C
Homosirena
HOCH2CH2
OH
Homosisteina
e. Pengaruh gugus samping
NH2
NH2
Berdasarkan atas struktur rantai samping, asam amino dibedakan menjadi asam
amino asam, asam amino basa dan asam amino netral.
Lisina
Suatu asam amino
basa
Valin
Suatu asam amino
netral
Serina
Suatu asam
amino netral
Jadi kelebihan gugus COOH pada suatu asam amino menjadikan asam
amino tersebut termasuk asam amino asam, sedangkan kelebihan gugus NH 2
menjadikan asam amino tersebut masuk kelompok asam amino basa. Asam amino
yang tidak mengandung kelebihan keduanya menjadi asam amino netral. Reaksireaksi terhadap protein juga dapat terjadi pada rantai samping. Misalnya
hemoglobin adalah suatu protein yang mempunyai unit ulang (repeating unit)
terdiri atas 146 unit asam amino. Salah satu dari unit asam amino itu adalah asam
glutamate.
BASA
ASAM
RNH3+ + H2O
RNH3 + CI+
+
RNH
2 + H3O
ASAM BASA
RNH3OH + H+
atas dapat dilihat pada persamaan umum perubahan struktur asam amino akibat
perubahan pH.
Dalam pelarut air, asam amino berupa Zwiter ion sehingga dapat bersifat
sebagai asam (proton donor) dan sebagai basa (proton aseptor)
Sebagai asam : H3N+CH(CH3)COO- H2NCH(CH3)COO- + H+
Sebagai basa : H+ H3N+CH(CH3)COOH
Senyawa yang terdapat asam dan basa seperti asam amino disebut senyawa
amfplit ( amfoter ekektrolid )
Zwitter-ion
Asam amino dalam bentuk tidak terion (kiri) dan dalam bentuk zwitter-ion.
Karena asam amino memiliki gugus aktif amina dan karboksil sekaligus, zat ini
dapat dianggap sebagai sekaligus asam dan basa (walaupun pH alaminya biasanya
dipengaruhi oleh gugus-R yang dimiliki). Pada pH tertentu yang disebut titik
isolistrik, gugus amina pada asam amino menjadi bermuatan positif (terprotonasi,
NH3+),
sedangkan
gugus
karboksilnya
menjadi
bermuatan
negatif
(terdeprotonasi, COO-). Titik isolistrik ini spesifik bergantung pada jenis asam
aminonya. Dalam keadaan demikian, asam amino tersebut dikatakan berbentuk
zwitter-ion. Zwitter-ion dapat diekstrak dari larutan asam amino sebagai struktur
kristal putih yang bertitik lebur tinggi karena sifat dipolarnya. Kebanyakan asam
amino bebas berada dalam bentuk zwitter-ion pada pH netral maupun pH
fisiologis yang dekat netral.
g. Sifat-sifat asam dan basa amino
Karena asam amino mengikat gugus amino (NH 2) dan gugus karboksil (COOH)
di dalam satu molekul, maka asam amino mempunyai sifat ion ammonium ( +NH3)
dan sifat ion karboksilat (COO-), dengan perkataan lain dapat bersifat amfoter
yaitu dapat bersifat asam atau memberikan proton pada basa kuat dan bersifat
basa atau menerima proton pada asam kuat.
Persamaan keseimbangan secara umum dari asam amino dapat dilukiskan sebagai
berikut;
R
CH
CO2H
+ OH
CHCOO-
OH
CH COO-
H+
H+
+NH
NH3
NH2
Asam amino pada
3
Asam amino
Bentuk
ion
pH
tinggi 9bersifat
pada pH
dipole (netral)
basa)
rendah
(1)
Dari
persamaan
diatas
terlihat
jelas
keamfoteran
asam
amino.
Dalam
suasanatinggi
(bersifat
pH makin
(3)
asam)
asam
(pH rendah) struktur (1) mengikat H+ menghasilkan suatu kation (2)
+
sehingga (1) bersifat basa dan dalam suasana basa (pH tinggi) struktur (1)
mengikat OH- menghasilkan anion (3), sehingga (1) bersifat asam. Keasaman
gugus +NH3 lebih kuat dari pada kebasaan gugus COO-, maka jumlah anion lebih
banyak dari pada kation, sehingga larutan akan bersifat agak asam dan muatan
netto adalah negative.
h. Stereokimia asam amino
Asam amino protein merupakan senyawa optic aktif dengan pusat kiral pada atom
karbon alfa dan mempunyai konfigurasi L. secara stereo struktur asam amino
tesebut dapat dilukiskan sebagai berikut:
COOH
atau N2
C
COOH
COOH
C
atau
N2H
Proyeksi
HO
COOH
H
N2H
H
R
CH2OH
L (-) gliseraldehid
L-asam amino
Setiap asam - amino mempunyai satu atau lebih atom karbon tak simetris,
kecuali glisin, tetapi semuanya mempunyai konfigurasi L, karena itu disebut asam
amino L-alfa. Jumlah stereo isomer dari asam amino ditentukan oleh jumlah atom
karbon tak simetris yang dimilikinya. Misalnya treonina atau isoleusina, masingmasing mempunyai dua atom karbon tak simetris.
i. Reaksi asam amino
Karena asam amino mengandung gugus amino dan gugus karbosilat, semua asam
amino akan memberikan reaksi positif dari gugus-gugus fungsi ini. Sebagai
contoh, gugus amino dapat diasetilisasi dan gugus karbosilat dapat diesterkan.
Dalam diktat ini tidak akan dibahas semua reaksi-reaksi kimia dari asam amino,
hanya akan dijelaskan dua reaksi yang cukup penting saja, yang bisa dipakai
secara luas untuk identifikasi dan kuantitasi asam amino.
Reaksi ninhidrin
Reaksi nihidrin dapat dipakai untuk penentuan kuantitatif asam amino.
Dengan memanaskan campuran asam amino dan nihidrin, terjadilah larutan
berwarna
biru
yang
intensitasnya
dapat
ditentukan
dengan
cara
spektrofotometri. Semua asam amino dan peptide yang mengandung, gugus amino bebas memberikan reaksi nihidrin yang positif. Prolina dan hidroksi
prolina yang gugus asam aminonya tersubsitusi, memberikan hasil reaksi lain
yang berwarna kuning.
Reaksi sanger
Reaksi sanger merupakan reaksi antara gugus - amino dengan l-fluoro-2, 4dinitrobenzena (FDNB). Dalam suasan basa lemah, FDNB bereaksi dengan asam amino membentuk derivate 2, 4-dinitrofetil, disebut DNP- asam amino.
Reaksi ini dipakai untuk penentuan asam amino N-ujung suatu rantai
polipedtida.
FDNB juga bereaksi dengan gugus - amino dan derivate gugus - amino
yang terjadi, diidentifikasi dengan cara kromatografi.
kromatografi dan elektroforesa asam amino didasarkan pada daya larut dan
sifat-sifatnya.
j. Isomerisme pada asam amino Dua model molekul isomer optis asam amino alanin
Karena atom C pusat mengikat empat gugus yang berbeda, maka asam amino
kecuali glisinmemiliki isomer optik:
dan
D.
D.
Dalam disiplin kimia polimer dikenal istilah monomer, oligomer, polimer, segmer
atau satuan antar unit ulang (inter unit linkage). Adapun penetrapan konsep polimer pada
disiplin peptida didapatkan korelasi sebagai berikut:
Asam Amino --- Monomer
Peptida
--- Oligomer
Polipeptida
--- Polimer
O
Berdasarkan dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam hal disiplin ilmu
peptida atau protein lebih ditekankan pada satuan antar unit ulang yang disebut gugus
peptida.
Pengertian segmer dalam kimia polimer agak sukar diterapkan dalam polipeptida, karena
segmer yang dimilikinya kurang teratur (memiliki rantai samping yang beragam).
Cukup banyak senyawa peptida yang menarik serta memegang peranan penting dalam
kehidupan. Salah satu diantaranya adalah piroglutamilhistiridilprolinamida. Senyawa
tersebut terdapat dalam kelenjar hipotalamus sapi dan babi. Jika peptida ini dimasukan
dalam tubuh manusia maka akan merangsang pengeluaran tirotropin yang selanjutnya
merangsang pengeluaran hormon tiroid sebagai pengatur metabolisme dalam tubuh.
1. Ikatan Peptida
Setiap mahluk hidup memiliki beragam protein yang terbentuk dari 20 asam amino sama
jenis yang yang membentuk dunia protein yang beragam. Asam Amino adalah zat
pembangun tubuh, membentuk antibodi,memperbaiki jaringan, membangun RNA &
DNA; menyebarkan oksigen ke seluruh tubuh dan ikut dalam aktifitas otot. Terdapat
sejenis zat medium yang terbentuk dari asam amino yang mempunyai ciri khas protein,
tapi tidak sama dengan protein, yang disebut peptida. Peptida: asam amino dapat
terangkai satu sama lain dalam suatu rantai yang disebut Ikatan Peptida. Ikatan peptida
ini dapat disebut juga sebagai ikatan amida. Kedua puluh macam asam amino saling
berikatan, dengan urutan yang beraneka ragam untuk membentuk protein. Proses
pembentukan protein dari asam-asam amino ini dinamakan sintesis protein. Ikatan antara
asam amino yang satu dengan lainnya disebut ikatan peptida.
Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus
karboksil suatu molekul berbagi elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina
molekul lainnya. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai
dengan lepasnya molekul air ketika reaksi berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan
ikatan CO-NH, dan menghasilkan molekul yang disebut amida. Ikatan peptida ini dapat
menyerap panjang gelombang 190-230 nm.
NH2) selalu terletak di sebelah kiri yang disebut dengan ujung N dan gugus COOH bebas
(sisa COOH) selalu terletak di sebelah kanan yang disebut ujung C.
Asam amino yang mengendung ujung N disebut asam amino terminal N dan asam
amino yang mengandung ujung C disebut asam amino terminal C.
O
Ujung C
H2N CH C NH CH COOH
Ujung N
R1
R2
Struktur peptida semuanya sering disingkat dengan menggabung simbol tiga huruf
dari singkatan nama asam amino tertentu yang urutannya sesuai dengan urutan asam
amino penyusun peptida tersebut. misalnya, dipeptida yang terbentuk dari glisin dan
alanin strukturnya mempunyai dua kemungkinan dari glisin dan alanin strukturnya
mempunyai dua kemungkinan yaitu:
O
CH3
H2NCH2 C NH CH COOH
Glisil Alanin (Gly-Ala)
CH3 O
H2NCH C NHCH2 COOH
Alanil Glisin (Ala-Gly)
Bentuk yang pertama dinamakan Glisil Alanin disingkat (Gly-Ala), sedangkan bentuk
yang kedua dinamakan Alanil Glisin atau disingkat Ala-Gly. Garis yang menghubungkan
singkatan asam amino yang lain adalah menunjukkan ikatan peptida.
3. Sintesis Peptida Fase Padat
Perbedaan antara sintesis peptida fase padat dengan sintesis peptida klasik adalah
sintesis ini dilakukan dari belakang, di mulai dari atom C terminal ke atom N terminal ,
dari kanan ke kiri seperti kita menulis peptida. Sintesis peptida fase padat digunakan
untuk menggabungkan banyak asam amino. Prinsip utama: membentuk ikatan peptida,
sementara salah satu ujungnya terikat secara kimia pada padatan yang tak larut.
Proses sintesis peptida fase padat:
1. Pengikatan gugus karboksil pada asam amino pertama dengan padatan khusus.
2. Penggabungan asam amino pertama dengan asam amino kedua dan seterusnya dengan
terlebih dahulu melepaskan gugus pelindung amino.
3. Penghilangan padatan khusus pada peptida yang terbentuk dengan HBr dalam
CF3COOH.
4. Pelindung gugus amino adalah Boc.
5. Penghilangan pelindung dengan direaksikan dengan HCl di asam asetat.
6. Pengikatan asam amino setelah asam amino pertama dibantu dengan DCC.
D. Struktur protein
Ada 4 tingkat struktur protein yaitu struktur primer, struktur sekunder, struktur tersier dan
struktur kuartener.
1. Struktur primer
Struktur primer adalah urutan asam-asam amino yang membentuk rantai polipeptida.
Gambar 2.6
Alpha helix dan beta sheet sebagai struktur sekunder protein
Sumber: www.biology.arizona.edu\biochemistry\biochemistry.html, 2003, The Biology
Project-Biochemistry
3. Struktur tersier
Struktur tersier protein adalah lipatan secara keseluruhan dari rantai polipeptida
sehingga membentuk struktur 3 dimensi tertentu. Sebagai contoh, struktur tersier
enzim sering padat, berbentuk globuler. Lihat contoh Gambar 2.7.
protein
serabut
adalah
rendahnya
daya
larut,
dari molekul tersebut. contohnya ada 9, salah satumya Niasin. Niasin adalah nama
vitamin yang beberapa molekul nikotinamida/asam nikotinat. Niasin terdapat
dalam jaringan hewan maupun tumbuhan. Daging adalah bahan makanan yang
mengandung banyak niasin. Molekul nikotinamida terdapat sebagai bagian dari
molekul NAD+ atau NADP+ yang merupakan koenzim
Unsur-unsur kimia pada sel hidup mengalami berbagai proses dan reaksi. Pada setiap
reaksi kimia organik, dibutuhkan katalisator. Katalisator diperlukan untuk mempercepat
proses reaksi. Namun, katalisator tidak akan berubah dan tidak akan habis oleh reaksi
tersebut. Enzim merupakan suatu biokatalis. Artinya, suatu katalisator yang disintesis
oleh organisme hidup.
Katalisator ada dua macam, yaitu katalisator protein dan katalisator nonprotein. Contoh
katalisator protein adalah enzim, sedangkan yang merupakan katalisator nonprotein,
misalnya H, OH, dan ion logam. Dilihat dari sturkturnya, enzim adalah protein. Oleh
karena itu, enzim memiliki sifat-sifat protein, seperti termolabil, bisa rusak oleh logam
berat (Ag,Pb,Hg), dan dapat terganggu oleh perubahan pH.
1. Perbedaan Enzim dan Koenzim
Ketika mempelajari enzim, Anda pasti akan mengenal koenzim, holoenzim, dan
apoenzim. Koenzim diperlukan agar enzim dapat bekerja. Koenzim adalah molekul
organik nonprotein. Jika enzim dan koenzim disatukan, disebut holoenzim. Sementara
itu, bagian protein holoenzim disebut apoenzim.
Berikut ini adalah perbedaan enzim dan koenzim.
contoh, peran penting kmampuan otot yang bekerja secara anaerob untuk mengubah
piruvat menjadi laktat tidak terletak pada piruvat ataupun laktat. Reaksi tersebut
semata-mata bertujuan mengoksidasi koenzin NADH yang tereduksi menjadi NAD +.
Tanpa NAD+ glikolisis tidak dapat berlanjut dan sintesis ATP Anaerob (dan dengan
demikian, aktivitas kerjannya) akan terhenti. Di bawah keadaan anaerob, reduksi
piruvat menjadi laktat menghasilkan oksidasi ulang NADH dan memunkinkan
sintesis ATP. Reaksi lain dapat melakukan funsi ini sama baiknya. Sebagai contoh
pada bakteri atau ragi yang tumbuh secara anaerob, metabolit yang berasal dari
piruvat bertindak secara oksidan bagi NADH dan mereka sendiri berada dalam
keadaan tereduksi.
Tabel . Mekanisme bagi regenerasi Anaerob NAD+
Oksidan
Piruvat
Laktat
Asetaldehid
Dihidroksiasoton fosfat
Fruktosa
Produk Tereduksi
Bentuk Kehidupan
Otot, bakteri laktat, ragi
(yeast) Eschrichia coli
Etanol
bakteri heterolaktat
-Gliserofosfat
Matinol
DG+A
AG+D
Yang memindahkan gugus molekul fungsional (G) dari molekul donor (DG) kepada sebuah molekul aseptor akhir (misal, reaksi dahidrogenasi) atau
sebagai pembawa gugus intermediet (misal, reksi transaminasi). Diagram berikut
melukiskan konsep yang disebut terakhir ini.
D H
KoE
A H
KoE - H
D H
KoE
KoE - H
Bahwa hal ini sebenarnya merepresentasikan hanya suatu kasus khusus dari
pemindahan gugus yang biasa dapat paling mudah dipahami dalam pengertian
reksi yang berlangsung di dalam sel utuh.
Untuk pemindahan gugus bukan hydrogen:
Vitamin B membentuk bagian dalam struktur banyak koenzim. Vitamin B
nikotinamida, tiamin, riboflafin dan asam pantotenat merupakan unsur esensial
yang membentuk koenzim bagi oksidasi serta reduksi biologik, dan koenzim
kobamida serta asam folat berfungsi dalam metabolisme satu karbon. Banyak
koenzim mengandung adenin, ribose, serta fosfat, dan merupakan darivat
adenosin monofosfat (AMP). Contoh-contohnya mencakup NAD+ dan NADP+.
Karakteristik koenzim:
1. Merupakan senyawa organik dengan berat molekul kecil; non protein
2. Stabil terhadap panas
3. Banyak diperlukan untuk aktivitas Enzim kecuali Enzim pencernaan (reaksi
hidrolitik)
4. Terikat pada Enzim ada yang secara kovalen (prostetik) kebanyakan non
kovalen
5. Dianggap sebagai substrat ke-2
Klasifikasi koenzim
1. Pemindah gugus H
NAD+ , NADP+, FMN, FAD As. Lipoat, co-Enzim Q
kebanyakan derivat vit. B dan adenosin monopospat.
2. Pemindah gugus selain H
Gula phosphat
CoA.SH
KoEnzim folat
KoEnzim kobomida (vit. B12)
As. Lipoat
Thiamin piropospat
Piridoksal pospat
Biotin
Gula fosfat
Dalam peranannya ,enzim sering memerlukan senyawa organik tertentu selain
protein. Ditinjau dari fungsinya, dikenal adanya koenzim yang berperan sebagai
pemindah hidrogen, pemindah elektron, pemindah gugusan kimia tertentu (group
transferring) dan koenzim dari isomerasa dan liasa.
Tabel 2. Contoh-contoh koenzim dan peranannya
No
Kode
Singkatan dari
Yang
1.
2.
NAD
NADP
Nikotinamida-adenina dinukleotida
Nikotinamida-adenina dinukleotida
dipindahkan
Hidrogen
Hidrogen
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
FMN
FAD
Ko-Q
Sit
Fd
ATP
PAPS
UDP
fosfat
Flavin mononukleotida
Flavin-adenina dinukleotida
Koenzim Q atau Quinon
Sitokrom
Ferredoksin
Adenosina trifosfat
Fosfoadenil sulfat
Uridina difosfat
Hidrogen
Hidrogen
Hidrogen
Elektron
Elektron
Gugus fosfat
Gugus sulfat
Gula
.
11. Biotin
12 Ko-A
Biotin
Koenzim A
Karboksil (CO2)
Asetil
.
13
Tiamin pirofosfat
C2-aldehida
TPP
DAFTAR PUSTAKA
Lehningger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia (jilid 1). Jakarta: Erlangga
Muhamad Wirahadi Kusumah. 1977. Biokimia (protein, enzim, dan asam nukleat).
Bandung: ITB
Purwo Arbianto. 1994. Biokimia (konsep-konsep dasar). Jakarta : Departemen
pendidikan dan kebudayaan
Sabirin Matsjeh, dkk. 1994. Kimia Organik II. Yogyakarta :Departemen pendidikan dan
kebudayaan
Stryer L, 1996, Biokimia, Edisi IV, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim
Penerjemah Bagian Biokimia FKUI), Jakarta: EGC
www.biology.arizona.edu\biochemistry\biochemistry.html, 2003, The
Biology Project-Biochemistry, Edisi: 28 Januari 2003