Anda di halaman 1dari 6

Apa makna kejang tidak ada dan batuk pilek tidak ada?

Jawab :
Makna tidak ada kejang adalah demam tidak melebihi 38 OC karena umumnya
pada orang apalagi bayi yang menderita demam melebihi 40 oC akan mengalami
kejang kejang. Tidak ada batuk dan pilek bermakna tidak ada gangguan saluran
pernapasan atas, dan yang dialami Raisya bukanlah campak karena salah satu ciri
ciri penyaki campak adalah cough atau batuk melainkan hanya gejala
menyerupai campak.

Bagaimana pandangan Islam pada skenario ini?


Jagalah lima perkara sebelum datang lima perkara; muda sebelum tua, sehat
sebelum sakit, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit, dan hidup sebelum
mati (HR. Muslim)

Kapan waktu pemberian imunisasi (jadwal)?


Jawab :
Berdasarkan rekomendasi oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada
tahun 2014, Imunisasi campak pertama kali

diberikan pada usia 9 bulan,

pemberian kedua pada usia 2 tahun dan yang ketiga diberikan pada usia 6 tahun.

Keterangan:
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai 1 Januari 2014.
1. Vaksin Hepatitis B. Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir
dan didahului pemberian injeksi vitamin K1. Bayi lahir dari ibu HBsAg
positif, diberikan vaksin hepatitis B dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg)

pada ekstremitas yang berbeda. Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat


menggunakan vaksin hepatitis B monovalen atau vaksin kombinasi.
2. Vaksin Polio. Pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral
(OPV-0).

Selanjutnya,

untuk

polio-1,

polio-2,

polio-3

dan

polio booster dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, namun sebaiknya paling
sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal
umur 2 bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji
tuberkulin.
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertamadiberikan paling cepat pada umur 6
minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan
vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7 tahun DTP yang diberikan harus
vaksin Td, di-booster setiap 10 tahun.
5. Vaksin Campak. Campak diberikan pada umur 9 bulan, 2 tahun dan pada
SD kelas 1 (program BIAS).
6. Vaksin Pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan,
PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun
diberikan 1 kali. Keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada umur lebih dari
12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas
2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
7. Vaksin Rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin
rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I
diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal
4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum
umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus
pentavalen: dosis ke-1 diberikan umur 6-14 minggu, interval dosis ke-2, dan
ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu
(interval minimal 4 minggu).
8. Vaksin Varisela. Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan,
namun terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada
umur lebih dari 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
9. Vaksin Influenza. Vaksin influenza diberikan pada umur minimal 6 bulan,
diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization)
pada anak umur kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal
4 minggu. Untuk anak 6 <36 bulan, dosis 0,25 mL.

10. Vaksin Human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV dapat diberikan mulai
umur 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1,
6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan interval 0, 2, 6 bulan.
(IDAI, 2014)

Bagaiman respon tubuh setelah dilakukan imunisasi?


Jawab :
Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas,
memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respons memori terhadap
patogen tertentu / toksin dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/ non
toksin.Pembagian Sistem Imun spesifik dan non spesifik hanyak dimaksudkan
untuk memudahkan pengertian saja. Sebenarnya antara kedua sistem tersebut
terjadi kerjasama yang erat, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain.
(Baratawidjaja, 2009)

Gambar 1 Respon Imun terhadap Infeksi Virus (Sumber: Histologi Dasar


Junqueira Edisi 12)
Respon imun setelah dilakukan imunisasi

Pemberian vaksin sama dengan pemberian antigen pada tubuh. Jika terpajan oleh
antigen, baik secara alamiah maupun melalui pemberian vaksin, tubuh akan
bereaksi untuk menghilangkan antigen tersebut melalui sistem imun.
Secara umum, sistem imun dibagi menjadi dua, yaitu sistem imun spesifik dan
sistem imun non spesifik. Sistem imun non spesifik merupakan mekanisme
pertahanan alamiah yang dibawa sejak lahir (innate) dan dapat ditujukan untuk
berbagai macam agen infeksi atau antigen. Sistem imun non spesifik meliputi
kulit, membrane mukosa, sel-sel fagosit, komplemen, lisozim, interferon, dll.
Sistem imun ini merupakan garis pertahanan pertama yang harus dihadapi oleh
agen infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Jika sistem imun non spesifik tidak
berhasil menghilangkan antigen, barulah sistem imun spesifik berperan.
Sistem imun spesisik merupakan mekanisme pertahanan adaptif yang didapatkan
selama kehidupan dan ditujukan khusus untuk satu jenis antigen. Sistem imun
spesifik diperankan oleh sel T dan sel B. Pertahanan oleh sel T dikenal sebagai
imunitas seluler sedangkan pertahanan oleh sel B dikenal sebagai imunitas
humoral. Imunitas seluler berperan melawan antigen di dalam sel (intra sel),
sedangkan imunitas humoral berperan melawan antigen di luar sel (ekstra sel).
Sistem imun spesifik inilah yang berperan dalam pemberian vaksin untuk
memberikan kekebalan terhadap satu jenis agen infeksi. Hal ini dikarenakan
adanya mekanisme memori dalam sistem imun spesifik.
Di dalam kelenjar getah bening, terdapat sel T naf yaitu sel T yang belum pernah
terpajan oleh antigen. Jika terpajan antigen, sel T naf akan berdiferensiasi
menjadi sel efektor dan sel memori. Sel efektor akan bermigrasi ke tempat-tempat
infeksi dan mengeliminasi antigen, sedangkan sel memori akan berada di organ
limfoid untuk kemudian berperan jika terjadi pajanan antigen yang sama.
Sel B, jika terpajan oleh antigen, akan mengalami transformasi, proliferasi dan
diferensiasi menjadi sel plasma yang akan memproduksi antibodi. Antibodi akan
menetralkan antigen sehingga kemampuan menginfeksinya hilang. Proliferasi dan
diferensiasi sel B tidak hanya menjadi sel plasma tetapi juga sebagian akan
menjadi sel B memori. Sel B memori akan berada dalam sirkulasi . Bila sel B
memori terpajan pada antigen serupa, akan terjadi proses proliferasi dan
diferensiasi seperti semula dan akan menghasilkan antibodi yang lebih banyak.
Adanya sel memori akan memudahkan pengenalan antigen pada pajanan yang
kedua. Artinya, jika seseorang yang sudah divaksin (artinya sudah pernah terpajan
oleh antigen) terinfeksi atau terpajan oleh antigen yang sama, akan lebih mudah

bagi sistem imun untuk mengenali antigen tersebut. Selain itu, respon imun pada
pajanan yang kedua (respon imun sekunder) lebih baik daripada respon imun
pada pajanan antigen yang pertama (respon imun primer). Sel T dan sel B yang
terlibat lebih banyak, pembentukan natibodi lebih cepat dan bertahan lebih lama,
titer antibodi lebih banyak (terutama IgG) dan afinitasnya lebih tinggi. Dengan
demikian, diharapkan seseorang yang sudah pernah divaksin tidak akan
mengalami penyakit akibat pajanan antigen yang sama karena sistem imunnya
memiliki kemampuan yang lebih dibanding merekan yang tidak divaksin.
(Febriana, S, 2009)

Bagaimana patofisiologi dari demam?


Jawab :
Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit, walaupun
terpapar suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh secara normal berfluktuasi
sepanjang hari, 0,5C dibawah normal pada pagi hari dan 0,5C diatas normal pada
malam hari.
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang mengatur keseimbangan antara
produksi panas dan kehilangan panas. Produksi panas tergantung pada aktivitas
metabolik dan aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi melalui radiasi, evaporasi,
konduksi dan konveksi. Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus selalu
diatur pada set point sekitar 37C, setelah informasi tentang suhu diolah di
hipotalamus selanjutnya ditentukan pembentukan dan pengeluaran panas sesuai
dengan perubahan
set point.
Hipotalamus posterior bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi
pengeluaran panas. Bila hipotalamus posterior menerima informasi suhu luar
lebih rendah dari suhu tubuh maka pembentukan panas ditambah dengan
meningkatkan metabolisme dan aktivitas otot rangka dalam bentuk menggigil dan
pengeluaran panas dikurangi dengan vasokontriksi kulit dan pengurangan
produksi keringat sehingga suhu tubuh tetap dipertahankan tetap. Hipotalamus
anterior mengatur suhu tubuh dengan cara mengeluarkan panas. Bila hipotalamus
anterior menerima informasi suhu luar lebih tinggi dari suhu tubuh maka
pengeluaran panas ditingkatkan dengan vasodilatasi kulit dan menambah
produksi keringat.
Umumnya peninggian suhu tubuh terjadi akibat peningkatan set point. Infeksi
bakteri menimbulkan demam karena endotoksin bakteri merangsang sel PMN

untuk membuat pirogen endogen yaitu interleukin 1, interleukin 6 atau tumor


nekrosis faktor. Pirogen endogen bekerja di hipotalamus dengan bantuan enzim
siklooksigenase

membentuk

protaglandin

selanjutnya

prostaglandin

meningkatkan set point hipotalamus. Selain itu pelepasan pirogen endogen diikuti
oleh pelepasan cryogens (antipiretik endogen) yang ikut memodulasi peningkatan
suhu tubuh dan mencegah peningkatan suhu tubuh pada tingkat yang mengancam
jiwa. (Victor Nizet, Vinci RJ, Lovejoy FH, 1994)

DAFTAR PUSTAKA
Victor Nizet, Vinci RJ, Lovejoy FH. Fever in children. Pediatr Rev. 1994 (15); 127-34.
IDAI.

2014.

Jadwal

Imunisasi

Anak

Umur

0-18

tahun.

Dapat

diakses

http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-idai-2014.html.
[Diakses pada 24 juni 2015].
Febriana, S., 2009. Kelengkapan Imunisasi. Universitas Indonesia : FK UI
Mescher, Anthony. 2010. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Jakarta: EGC

di

Anda mungkin juga menyukai