Anda di halaman 1dari 6

Kisah Nenek yang Ikhlas

Posted on 9 Juni 2010 by virouz007

Seorang nenek harus berjalan jauh ke pasar di kota untuk menjual bunga cempaka. Itulah kerja hariannya.
Selepas
berjualan,
beliau
singgah
dahulu
ke
masjid
di
kota
untuk
bersolat
zuhur.
Selepas berdoa dan berwirid sekadarnya, nenek itu akan terlebih dahulu membersihkan dedaun yang berselerakan
di halaman masjid. Ini dilakukannya setiap hari di bawah terik matahari. Setelah semua dedaun itu dibersihkan
barulah beliau pulang ke desanya.Jemaah dan pengelola masjid kasihan melihat rutin nenek yang demikian.
Suatu hari, pengurus masjid memutuskan untuk membersihkan dedaun yang berselerakan di halaman masjid
sebelum nenek itu datang. Fikirnya, usaha itu akan membantu nenek tadi agar tidak perlu bersusah payah
membersihkan halaman masjid itu.
Rupanya, niat baik itu telah membuat nenek tersebut menangis sedih.
Dia bermohon supaya dia terus diberi kesempatan membersihkan halaman masjid seperti biasa.
Akhirnya, pihak masjid terpaksa membiarkan situasi berjalan seperti biasa supaya nenek itu tidak lagi hiba.
Satu ketika apabila ditanyakan seorang kiai mengapa nenek tersebut perlu melakukan hal itu, nenek tersebut
menjawab:
Saya ini perempuan bodoh, kiai. Saya tahu amal-amal saya yang kecil ini mungkin juga tidak benar
dijalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari kiamat tanpa syafaat Rasulullah sollallahu `alaihi
wasallam.
Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu selawat kepada Rasulullah sollallahu `alaihi
wasallam. Kelak jika saya mati, saya ingin Rasulullah menjemput saya.
Biarlah semua dedaun ini bersaksi bahwa saya telah membacakan selawat kepadanya.
Allah SWT berfirman :



Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman
bershalawat salamlah kepadanya. (QS Al-Ahzab 33: 56)
Rasulullah SAW bersabda :
Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku
sehingga aku bisa menjawab salam itu. (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan
sanadnya shahih).
Mudah-mudahan kita dapat sama-sama menghayati keikhlasan sifat nenek yang mulia itu.
Amin!

Ilmu dan Cara Mendapatkannya


Posted on 5 Juni 2010 by virouz007

Ilmu adalah pemberian Allah Subhanahu Wa Taala kepada hamba-hamba yang diinginkan-Nya. Usaha manusia
untuk mendapatkan ilmu diwajibkan oleh Allah dalam beberapa hadis Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Artinya, manusia berdosa jika meninggalkan usaha dalam mendapatkan ilmu itu. Sebaliknya, jika usaha sudah
dilakukan, sementara ilmu itu tidak juga dapat dikuasai, maka orang tersebut sudah terhindar dari kesalahan, sebab
yang wajib adalah menuntut ilmu, bukan mendapatkannya. Adapun mendapatkan ilmu, semata-mata hanyalah
karunia Allah saja.Dengan demikian janganlah merasa kecewa dan putus asa jika seseorang sudah belajar suatu
ilmu tertentu pada waktu yang lama, ternyata orang itu gagal menguasai ilmu tersebut. Ini bukan lagi salahnya, akan
tetapi memang Allah tidak berkenan memberikan ilmu itu padanya.
Dalam kenyataan hidup ini banyak kita jumpai orang yang belajar membaca Al-Quran, misalnya, sudah bertahuntahun melakukannya dengan sungguh-sungguh, namun ternyata hasil yang dia peroleh tidak sesuai harapan. Dia
tetap saja tidak dapat mengucapkan huruf-hurufnya dengan fashih, dan banyak melakukan kesalahan dalam tajwid
dan waqaf-ibtidanya. Kenapa bisa terjadi? Tidak lain karena tidak diberikan oleh Allah. Hal ini sudah Allah jelaskan
dalam
surat
Bani
Israil
ayat
85
:
Artinya: Dan tidaklah kamu diberi ilmu pengetahuan kecuali sedikit saja
Bagaimanakah cara mendapatkan ilmu itu?
Ilmu itu dapat diperoleh oleh seseorang dengan melalui beberapa jalan. Tidak seperti yang sering dianggap oleh
kebanyakan orang bahwa satu-satunya jalan untuk mendapatkannya adalah dengan belajar dan menuntutnya . Di
antara cara mendapatkan ilmu itu antara lain :
1. Belajar, dan menuntut ilmu tersebut dari orang lain.
Hadits
Nabi
Shallallahu
Alaihi
Wasallam
:
Artinya : Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan .
Dalam hadits yang lain :
Artinya : Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah membuatnya berjalan di salah satu jalan menuju
surga. Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha kepada pencari ilmu. Sesungguhnya
orang berilmu dimintakan ampunan oleh makhluk yang berada dia langit dan bumi, serta ikan di tengah hari.
Sesungguhnya keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada saat purnama atas
seluruh bintang. Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, namun mewariskan ilmu.
Barangsiapa mendapatkannya, ia mendapatkan keuntungan yang besar. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At
Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ad Darimi)
2. Diajarkan langsung oleh Allah Subhanahu Wa Taala tanpa diajarkan oleh orang lain.
Firman
Allah
Subhanahu
Wa
Taala
dalam
Surat
Al
Baqarah
ayat
31
:
Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada para Malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orangorang yang benar.
3.
Ilmu
didapat
dengan
beramal.
Rasulullah
Shallallahu
Alaihi
Wasallam
bersabda
:
Artinya: Barangsiapa mengamalkan satu ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah mewariskan kepadanya ilmu-ilmu
lain
yang
sebelumnya
dia
tidak
tahu.
(HR.
Abu
Nuaim).
Tidak heran jika banyak orang-orang sholih yang rajin beramal dianugerahi Allah banyak ilmu sebagai buah amal
yang rajin dilakukannya bertahun-tahun. Ilmu yang tidak diperoleh oleh orang-orang yang banyak bicara dan
berdebat dengan orang lain!

4.
Ilmu
didapat
dengan
bertaqwa.
Firman
Allah
Subhanallahu
Wa
Taala
Surat
Al
Baqarah
ayat
282:
Artinya: Dan bertaqwalah kepada Allah dan Allah akan mengajarimu. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
5.
Ilmu
dapat
diperoleh
dengan
diajarkan
oleh
makhluk
lain
Di zaman dahulu ketika manusia baru pada generasi pertama, telah terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil,
salah satu putera Nabi Adam Alaihissalam, terhadap saudara kandungnya yang sholih, Khabil. Setelah Qabil
membunuh saudaranya itu, dia ketakutan dan kebingungan karena tidak tahu bagaimana caranya mengamankan
tubuh saudaranya yang sudah menjadi mayat itu. Tiba-tiba dengan perintah Allah turunlah sepasang burung gagak
yang saling tempur di depannya, kemudian salah seekor dari gagak itu mati. Kemudian gagak yang menang
menggali lubang serta menguburkan gagak yang mati. Maka, terkesimalah Qabil dan dia pun mendapatkan ilmu dari
burung itu. Kisah ini ada dalam Al-Quran surat al Maidah ayat 30-31.
Beberapa jurus-jurus bela diri terkenal dari mancanegara banyak yang dipelajari dari cara binatang berkelahi, seperti
jurus kucing, jurus harimau, jurus bangau, jurus ular dan lain-lain sebagainya.
Dalam hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam ada dikisahkan beberapa orang sahabat nabi, justru mendapatkan
ilmu sebab diajari oleh syaitan. Kisah tersebut antara lain, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu telah berkata dia :
Aku ditugaskan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk menjaga hasil zakat pada
bulan Ramadhan.Tiba-tiba datanglah seseorang kepadaku, dan mengambil sedikit dari zakat itu, maka aku
menangkapnya seraya berkata, Kamu akan kuadukan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Orang itu berkata, Biarkan aku. Sesungguhnya aku orang miskin, punya banyak anak, dan sangat
membutuhkan. Maka aku pun melepaskannya. Pada keesokan harinya, Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam bertanya kepadaku, Hai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu kemarin ? Aku
menjawab, Ya Rasulullah, dia mengadukan kemiskinannya dan kelurganya yang banyak, maka aku kasihan
dan aku membebaskannya. Nabi bersabda, Sesungguhnya orang itu berdusta kepadamu, dan dia akan
kembali. Saya sadar bahwa orang itu akan kembali karena Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
mengatakannya. Maka aku pun mengintipnya. Ternyata ia datang untuk mengambil makanan. Maka aku
menangkapnya lagi seraya berkata, Sungguh aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam. Dia berkata, Lepaskan aku. Sesungguhnya aku sangat membutuhkan dan punya keluarga
yang banyak, saya tidak akan kembali. Maka aku pun mengasihaninya dan membebaskannya lagi.
Keesokan harinya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bertanya kepadaku, Hai Abu Hurairah, apa yang
telah dilakukan tawananmu kemarin ? Saya menjawab, Wahai Rasulullah, dia mengadukan kemiskinan dan
jumlah kelurganya yang banyak, maka aku pun kasihan dan membebaskannya lagi. Nabi bersabda,
Sesungguhnya dia berdusta kepada mu dan dia akan kembali. Maka pada yang ketiga kalinya aku
mengintipnya kembali. Dia datang mengambil makanan. Segera aku menangkapnya seraya aku berkata,
Sungguh aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah. Ini adalah yang ketiga kalinya kamu mengatakan
bahwa kamu tidak akan kembali, namun nyatanya engkau kembali lagi. Dia berkata, Biarkan aku mengajari
mu beberapa kalimat yang dengannya kamu akan beroleh manfaat dari Allah Subhanahu Wa Taala. Saya
bertanya, Kalimat apakah itu ? Dia berkata, Apabila kamu hendak tidur maka bacalah ayat kursi, Allah,
Tiada Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal dan terus menerus mengurus makhluknya. Dia membaca
hingga akhir ayat. Maka Allah Subhanahu Wa Taala akan senantiasa menurunkan pelindung bagimu dan
setan tidak akan mendekatimu hingga pagi. Maka aku pun membebaskannya. Keesokan hari, Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bertanya kepadaku, Apa yang telah dilakukan oleh tawanan mu kemarin?
Saya menjawab, Wahai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, dia telah mengajariku beberapa kalimat
yang dengannya Allah akan memberiku manfaat, maka aku pun melepaskannya. Beliau bertanya, Kalimat
apakah itu ? Dia berkata kepadaku, Apabila kamu akan tidur, maka bacalah Ayat kursi dari awal hingga dia
menyelesaikan ayat Allah, tiada Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus
makhluknya Dia berkata kepadaku, Allah akan senantiasa menurunkan pelindung bagimu dan syaitan
tidak akan mendekatimu hingga pagi. Para sahabat sangat menyukai kebaikan. Maka Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda, Dia telah berkata benar kepadamu, dan sebenarnya dia adalah pendusta. Hai

Abu Hurairah, tahukah dengan siapa kamu berbicara selama tiga malam itu ? Saya menjawab, tidak. Nabi
bersabda, Dia adalah Syaitan. (HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahwa apabila Allah berkehendak, maka Dia mampu untuk memerintahkan siapa saja,
bahkan termasuk syaitan sekalipun untuk memberikan ilmu dan pelajaran kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Kisah yang senada dengan kisah di atas pernah dialami oleh beberapa shahabat Nabi yang berbeda. Silakan ruju
pada kitab Tafsir Ibnu Katsir keterangan pada ayat kursi, surat Al-Baqarah ayat 255.
Di dalam kitab Tanbihul Ghafilin ada lagi dikisahkan sebuah hadits tentang perjumpaan Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam dengan Iblis lanatullah alaihi, di mana ketika itu Iblis telah diperintahkan oleh Allah untuk mengajari
Rasulullah tentang sepuluh jenis manusia sahabat Iblis dan sepuluh jenis yang menjadi musuhnya. Dialog antara
Rasulullah dan Iblis itu menjadi pelajaran yang berharga bagi ummat Islam sampai sekarang ini.
Wallahu Alam Bishshowab

Saat Sayyidina Ali Telat Subuh Berjamaah


Posted on 27 Juni 2010 by virouz007

Dini hari itu Ali bin ABi Thalib bergegas bangun untuk mengerjakan shalat Subuh

berjamaah di masjid bersama Rasulullah. Rasulullah tentulah sudah berada di sana. Rasanya, hampir tidak pernah
Rasulullah keduluan orang lain dalam berbuat kebaikan. Tidak ada yang istimewa karena memang itulah aktivitas
yang sempurna untuk memulai hari, dan bertahun-tahun lamanya Ali bin Abi Thalib sudah sangat terbiasa.
Langit masih gelap, cuaca masihlah dingin, dan jalanan masih pula diselimuti kabut pagi yang turun bersama embun.
Ali melangkahkan kakinya menuju masjid. Dari kejauhan, lamat-lamat sudah terdengar suara Bilal memanggilmanggil dengan adzannya yang berkumandang merdu ke segenap penjuru Kota Madinah.Namun belumlah begitu
banyak melangkah, di jalan menuju masjid, di hadapannya ada sesosok orang. Ali mengenalinya sebagai seorang
kakek tua yang beragama Yahudi. Kakek tua itu melangkahkan kakinya teramat pelan sekali. Itu mungkin karena
usianya yang telah lanjut. Tampak sekali ia sangat berhati-hati menyusuri jalan.
Ali sebenarnya sangat tergesa-gesa. Ia tidak ingin tertinggal mengerjakan shalat tahyatul masjid dan qabliyah Subuh
sebelum melaksanakan shalat Subuh berjamaah bersama Rasulullah dan para sahabat lainnya.
Ali paham benar bahwa Rasulullah mengajarkan supaya setiap umat muslim menghormati orang tua. Siapapun itu
dan apapun agamanya. Maka, Ali pun terpaksa berjalan di belakang kakek itu. Tapi apa daya, si kakek berjalan amat
lamban, dan karena itu pulalah langkah Ali jadi melambat. Kakek itu lemah sekali, dan Ali tidak sampai hati untuk
mendahuluinya. Ia khawatir kalau-kalau kakek Yahudi itu terjatuh atau kena celaka.
Setelah sekian lamanya berjalan, akhirnya waktu mendekati masjid, langit sudah mulai terang. Kakek itu melanjutkan
perjalanannya, melewati masjid.
Ketika memasuki masjid, Ali menyangka shalat Subuh berjamaah sudah usai. Ia bergegas. Ali terkejut sekaligus
gembira, Rasulullah dan para sahabat masih rukuk pada rakaat yang kedua. Berarti Ali masih punya kesempatan
untuk memperoleh shalat berjamaah. Jika masih bisa menjalankan rukuk bersama, berarti ia masih mendapat satu
rakaat shalat berjamaah.
Sesudah Rasulullah mengakhiri shalatnya dengan salam, Umar bin Khattabmemberanikan diri untuk
bertanya. Wahai Rasulullah, mengapa hari ini shalat Subuhmu tidak seperti biasanya? Ada apakah
gerangan?
Rasulullah balik bertanya, Kenapakah, ya Umar? Apa yang berbeda?
Kurasa sangat lain, ya Rasulullah. Biasanya engaku rukuk dalam rakaat yang kedua tidak sepanjang pagi
ini. Tapi tadi itu engkau rukuk lama sekali. Kenapa?

Rasulullah menjawab, Aku juga tidak tahu. Hanya tadi, pada saat aku sedang rukuk dalam rakaat yang kedua,
Malaikat Jibril tiba-tiba saja turun lalu menekan punggungku sehingga aku tidak dapat bangun iktidal. Dan
itu berlangsung lama, seperti yang kau ketahui juga.
Umar makin heran. Mengapa Jibril berbuat seperti itu, ya Rasulullah?
Nabi berkata, Aku juga belum tahu. Jibril belum menceritakannya kepadaku.
Dengan perkenaan Allah, beberapa waktu kemudian Malaikat Jibril pun turun. Ia berkata kepada Nabi
saw., Muhammad, aku tadi diperintahkan oleh Allah untuk menekan punggungmu dalam rakaat yang kedua.
Sengaja agar Ali mendapatkan kesempatan shalat berjamaah denganmu, karena Allah sangat suka
kepadanya bahwa ia telah menjalani ajaran agamaNya secara bertanggung jawab. Ali menghormati seorang
kakek tua Yahudi. Dari pegnhormatannya itu sampai ia terpaksa berjalan pelan sekali karena kakek itupun
berjalan pelan pula. Jika punggungmu tidak kutekan tadi, pasti Ali akan terlambat dan tidak akan
memperoleh peluang untuk mengerjakan shalat Subuh berjamaah denganmu hari ini.
Mendengar penjelasan Jibril itu, mengertilah kini Rasulullah. Beliau sangat menyukai perbuatan Ali karena apa yang
dilakukannya itu tentunya menunjukkan betapa tinggi penghormatan umat Islam kepada orang lain. Satu hal lagi, Ali
tidak pernah ingin bersengaja terlambat atau meninggalkan amalan shalat berjamaah. Rasulullah menjelaskan kabar
itu kepada para sahabat.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini

Jadilah Seperti Pensil


Posted on 22 Juni 2010 by virouz007

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,
Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil
yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti, ujar si nenek
lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia
melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya, Ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab,
Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa
membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam
hidup ini,
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
pertama:
pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika
menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita
menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya.
kedua:

dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan
kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si
pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani
menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik.
ketiga:
pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang
salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita
untuk tetap berada pada jalan yang benar.
keempat:
bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah
pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu.
kelima:
sebuah
pensil
selalu
meninggalkan
tanda/goresan
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh
karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat
Afwan saya hanya bisa men Tag notes ini buat 30 kali tag karena kapasitas maksimal yang diberikan fihak facebook,
Insyaalloh di lain note silahkan baca info pages ini jika anda pengin di tag..syukron

Anda mungkin juga menyukai