Anda di halaman 1dari 21

BATUAN BEKU

I. Terminologi
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan cairan silikat
pijar (magma), baik disertai proses kristalisasi atau tidak, yang terjadi dibawah
atau diatas permukaan bumi.
Magma adalah larutan silikat kompleks yang bersuhu tinggi (650-1200 0C)
yang bersumber dari mantel bumi atau pelelehan batuan yang sudah terbentuk
terlebih dahulu. Komposisi utama magma terdiri dari unsur-unsur O, Si, Al, Fe,
Mg, Ca, Na, K.

II. Pembekuan Magma


Bumi terdiri dari beberapa bagian :
1. Kerakbumi (lithosphere), kedalaman 0-60 km, terdiri dari:
a. kerak benua (continental crust), ketebalan 20-90 km (rata-rata
35 km)
b. kerak samudera (oceanic crust), ketebalan 10 km
2. Mantel (mantle), kedalam 60-2898 km, terdiri dari:
a. Mantel atas (upper mantle), kedalaman 60-410 km ( low
velocity layer pada kedalaman 60-220 km)
b. Zona transisi (transition zone), kedalaman 410-660 km
c. Mantel bawah (lower mantle), kedalaman 660-2898 km
3. Inti bumi (core), kedalaman 2898-6370 km, terdiri dari:
a. Inti luar (outer core), kedalaman 2898-5145 km
b. Inti dalam (inner core), kedalaman 5145-637 km

Gambar xxx Interior bumi (An Introduction to Igneous and Metamorphic


Petrology, Prentice Hall, 2001)
Pembekuan magma adalah proses kristalisasi yang akan membentuk mineral
kristal yang bermacam-macam.
Differensiasi Magma
Merupakan pemisahan magma homogen dalam fraksi-fraksi dengan komposisi
yang berbeda-beda.
a. Hasil migrasi ion atau molekul dalam cairan magma akibat perbedaan
temperatur.
b. Perpindahan gas yang membawa volatile ke tempat lain dari magma.
Kristalisasi beberpa mineral tertentu saling berhubungan, sehingga ada
kecendrungan untuk mempertahankan keseimbangan antara fase cair dan
padat.
Reaksi Bowen

Kristalisasi menurut Bowen dibagi menjadi dua seri yaitu seri continous (bagian
kanan) dan seri discontinous (bagian kiri). Mineral pada bagian atas merupakan
mineral yang terbentuk pertama kali, seiring penurunan suhu magma akan
terbentuk mineral-mineral lain. Pada akhir kristalisasi terbentuk mineral kuarsa.
Resisteni mineral semakin tinggi dari atas ke bawah. Suhu permukaan bumi
yang rendah dan pengaruh eksogen yang tinggi mengakibatkan mineral yang
terbentuk diawal kristalisasi mengalami pelapukan.

Asimilasi
Magma yang bertemperatur tinggi dapat melarutkan batuan yang berada di
sekitarnya sehingga mempengaruhi komposisi magma.
Pencampuran Magma
Pencampuran dua magma atau lebih dapat terjadi misalnya magma yang
berasal dari mantel dapat bergabung dengan magma dari proses partial melting
batuan kerak benua.
Mineral pembentuk batuan dapat dibagi atas 3 kelompok, yaitu :

1. Mineral Utama (essential minerals) : mineral yang terbentuk dari


kristalisasi magma, yang biasanya hadir dalam jumlah yang cukup banyak
dan menentukan nama/sifat batuan. Contoh : olivin, piroksen, amfibol,
biotit, plagioklas, k-feldspar, muskovit, kuarsa, feldspartoid.
2. Mineral tambahan (accessory minerals) : mineral yang terbentuk dari
kristalisasi magma, tetapi kehadirannya relatif sedikit (<5%) dan tidak
menentukan nama/sifat batuan. Contoh : apatit, zirkon, magnetit, hematit,
rutil dll
3. Mineral sekunder (secondary minerals) : mineral hasil ubahan dari
mineral-mineral primer karena pelapukan, alterasi hidrothermal atau
metamorfosa. Contoh : klorit, epidot, serisit, kaolin, aktinolit dll.
Morfologi dan Setting
1. Intrusi batuan beku
Intrusi batuan beku terbentuk di dalam bumi (dibawah permukaan). Dikelilingi
oleh batuan yang sudah ada (country rock), pembekuannya berlangsung
perlahan-lahan sehingga menghasilkan kristal yang berbutir kasar, bisanya
mineralnya dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan intrusi dapat
dibedakan berdasarkan bantuk dan ukurang intrusi.
Dykes, intrusi yang berbentuk seperti lembaran vertical dan tidak sejajar
dengan batuan di sekitarnya. Ukuran yang kecil disebut sebagai vein.
Sills, intrusi yang berbentuk lembaran, horizontal, membentuk sudut kecil
terhadap batuan disekitarnya.
Laccolith, intrusi yang berbentuk seperti lensa, dengan bagian atas berbentuk
cembung dan bagian bawah horizontal, relatif sejajar dengan batuan
sekitarnya.
Lopolith, intrusi yang berbentuk seperti lensa, dengan bagian atas horizontal
dan bagian bawah berbentuk cekung, relative sejajar dengan batuan
sekitarnya.
Ring dykes, intrusi yang berbentuk kerucut, sehingga jika dipotong horizontal
akan membentuk seperti lingkaran, jarang dijumpai.

Batholith, intrusi yang sangat besar dan tidak mempunyai bentuk khusus,
letaknya lebih dalam dibandingkan dari intrusi lainnya.

TEKSTUR BATUAN BEKU


Tekstur dalam batuan beku marupakan hubungan antar mineral atau
mineral dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata dalam
batuan. Selama pembentukkan tekstur dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia
kristalisasi. Yang keduanya tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas,
kekentalan magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur tersebut merupakan
fungsi dari sejarah suatu pembentukkan batuan beku. Dalam hal ini tekstur
tersebut menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystalinity), ukuran
butir (grain size) atau granularitas dan kemas ( fabric ) / hubungan antar
unsur-unsur tersebut ( William, 1982 )
Berkaitan dengan tesktur batuan beku, rosenbusch mengemukakan
hukumnya :
1. Jika suatu mineral dilingkupi oleh mineral lain, maka mineral yang
melingkupi lebih muda pembentukkannya.
2. Mineral yang terbentuk lebih awal umumnya euhedral atau mendekati
euhedral dibanding yang terbentuk kemudian.
3. Jika kristal besar dan kristal kecil bersama-sama dalam satu batuan,
kristal besar adalah kristal yang terbentuk duluan.
Tentunya hhukum ini senantiasa pengecualinya. Proses Korosi pada
beberapa mineral akan menjadikan mineral tersebut tidak lagi euhedral
sekalipun terbentuk lebih dahulu. Dengan demikian pada batuan aplit
seringkali memperlihatkan mineral yang lebih besar sibandingkan batuan
Cogenetik yang terbentuk lebih dulu.
Derajat Kristalisasi
Derajad kristalisasi merupakan kedaan proporsi antara massa kristal dan
messa gelas dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu :

a. Holokristali : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh massa kristal


b. Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh massa kristal dan gelas
c. Holohyalin : apabila batuan seluruhnya tersusun oleh massa gelas.
d. Hipohialin : masa gelas > masa hablur
Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat
halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat
pula sangat kasar. Umumnya dikenal dua kelompok testur ukuran butir, yaitu
afanitik dan fanerik.
-

Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus,
sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan dengan
tekstur afanitik dapat tersusun oleh massa kristal, massa gelas atau
keduanya. Selaiin ityu dikenal pula istilah mikrokristalin dan kriptokristalin.
Disebut mikrokristalin apabila kristal individu dapat dikenal dengan
mikroskop, sedangkan apabila tidak dapat dikenal menggunakan
mikroskop disebut kriptokristalin.

Faneritik
Kristal individu yang termasuk kristal faneritik dapat dibedakan menjadi
ukuran-ukuran :

Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm

Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm 5 mm

Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm 30 mm

Sangat kasar, ukuran diameter keristal > 30 mm

Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan.
-

Bentuk Butir

Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :


Euhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral

mempunyai bidang kristal yang sempurna.


Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral

dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna.


Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi

oleh bidang kristal yang tidak sempurna.


Secara tiga dimensi dikenal :
Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi
lain.
Iregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
-

Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu
batuan dari segi ukuran dikenal :
1. Granularitas atau Equigranularitas, apabila mineral mempunyai
ukuran butir yang relatif seragam, terdiri dari :
Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral berukuran
seragam dan euhedral. Bentuk butir euhedral merupakan penciri
mineral-mineral yang terbentuk paling awal, hal ini dimungkinkan
mengingat ruangan yang tersedia masih sangat luas sehingga mineralmineral tersebut sempat membentuk kristal secara sempurna.
Hipidiomorfik granular, yaitu sebagian besar berukuran relatif
seragam dan subhedral. Bentuk butiran penyusun subhedral atau
kurang sempurna yang merupakan penciri bahwa pada saat mineral
terbentuk, maka rongga atau ruang yang tersedia sudah tak memadahi
untuk dapat membentuk kristal secara sempurna.
Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran
relative seragam dan anhedral. Bentuk butiran anhedral atau tidak

beraturan sama sekali merupakan pertanda bahwa mineral-mineral


anhedral tersebut terbentuk paling akhir dari rangkaian proses
pembentukan batuan beku.
2. Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak
sama, antara lain terdiri dari :
Porfiritik, adalah tekstur batuan beku dimana kristal besar (fenokris)
tertanam dalam mesadasar yang lebih halus, dapat berupa butiran
kristal halus.
Vitroverik, apabila fenokris tertanam dalam masadasar berupa gelas.

3. Testur Khusus, adalah tekstur disamping menunjukkan hubungan


antara bentuk dan ukuran butiran antara mineral-mineral yang
berbeda. Tetapi testur ini amat sulit untuk diamati secara megaskopis.
Terdiri dari :
Diabas, tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama dengan piroksen,
disini piroksen tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap
piroksen.
Trakhitik, fenokris sanidin dan piroksen tertanam dalam masadasar
kristal sendiri yang relatif tampak penjajaran dan isian butir-butir
piroksen, oksida besi dan asesori mineral.
Inmtergranular, ruang antar kristal-kristal plagiaklas ditempati oleh
kristal-kristal piroksen, olivin atau bijih besi.
KLASIFIKASI DAN PENAMAAN BATUAN BEKU
Berbagai klasifikasi telah dikemukakan oleh beberapa ahli, kadang-kadang satu
batuan pada klasifikasi yang lain penamaannya berlainan pula. Dengan demikian
seorang petrolog harus benar-benar mengerti akan dasar penamaan yang
diberikan pada suatu batuan beku.

Klasifikasi Berdasarkan Kimiawi


Klasifikasi ini telah lama menjadi standart dalam geologi (C.J. Huges, 1962), dan
dibagi dalam empat golongan yaitu :
1. Batu beku asam, bila batuan beku tersebut mengandung lebih 66% SiO 2.
Contoh batuan ini Granit dan Rhyolit.
2. Batuan beku menengah atau intermediet, bila batuan tersebut
mengandung 52% - 66% SiO2. Contoh batuan ini Diorit dan Andesit.
3. Batuan beku basa, bila batuan beku tersebut mengandung 45% - 52%
SiO2. Contoh batuan ini Gabro dan Basalt.
4. Batuan beku ultra basa, bila batuan beku tersebut mengandung kurang
dari 45% SiO2. Contoh batuan tersebut Peridotit dan Dunit.
Klasifikasi berdasarkan Mineralogi
Dalam klasifikasi ini indeks warna akan menunjukkan perbandingan mineral
mafic dengan mineral felsic. S.J Shand, 1943, membagi empat macam batuan,
yaitu :
1.

Leucrocatic rock, bila batuan beku tersebut mengandung 30% mineral


mafic.

2.

Mesocratic rock, bila batuan beku tersebut mengandung 30% - 60%


mineral mafic.

3.

Melanocratic rock, bila batuan beku tersebut mengandung 60% - 90%


mineral mafic.

4.

Hipermelanuc rock, bila batuan beku tersebut mengandung lebih 90%


mineral mafic.

Sedangkan S.J. Elis, 1948, membagi menjadi empat golongan tekstur pula, yaitu
:
1. Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%
2. Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% - 40%.
3. Mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40%-70%

4. Ultramafic, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%

Klasifikasi berdasarkan tekstur dan komposisi mineral


Berdasarkan ukuran besar butir dan tempat terbentuknya, batuan beku dapat
dibagi menjadi dua: Batuan beku Vulcanik dan Batuan beku Plutonik. Batuan
beku Volkanik adalah Batuan beku yang terbentuk diatas atau didekat
permukaan bumi. Menurut Williams, 1983, Batuan beku yang berukuran kristal
kurang dari 1 mm adalah kelompok batuan volkanik, terutama pada matriknya.
Batuan beku yang mempunyai ukuran kristal lebih dari 1 mm dikelompokkan
dalam batuan plutonik, lebih lebih bila berukuran > 5 mm.
Pembagian berdasarkan ukuran kristal saja tidak cukup karena seringkali
inti suatu aliran lava yang tebal mempunyai tekstur fanerik sedang (1-5 mm).
Atau sebaliknya bagian tepi suatu pluton boleh jadi akan mempunyai tekstur
fanerik halus atau bahkan afanitik dikarenakan pendinginan yang cepat selama
kontak dengan batuan sampingnya. Oleh karena itu penamaan sekepal batuan
dilaboratorium akan sangat teruntungkan jika didukung dengan data lapangan
atas batuan tersebut.

Batuan Volkanik
Tata nama untuk kedua kelompok tersebut disarikan dalam tabel 2.2.
Batuan volkanik dinamai dengan mempertimbangkan komposisi fenokris dan
warna. Fenokris kwarsa dan feldspar alkali bersama dengan plagioklas asam
dan sedikit biotit umum hadir dalam komposisi asam, seperti dalam riolit dan
dasit. Jika fenokris kwarsa dan feldspar alkali hadir bersama plagioklas asam
yang melimpah melebihi jumlah feldspar alkali, batuan tersebut adalah dasit.
Sebaliknya bila yang melimpah adalah felspar alkali dibandingkan plagioklas
asam maka batuan tersebut cenderung riolit. Warna dalam berbagai hal tidak
begitu berarti. Banyak dasit dan riolit yang berwarna abu-abu kehijauan atau
agak gelap. Oleh karena itu warna baru bermanfaat jika tidak didapati satupun
fenokris dalam batuan volkanik tersebut.
Fenokris hornblende yang melimpah dengan disertai oleh biotit atau
piroksen adalah khas pada andesit. Sungguhpun demikian sering pula didapati
andesit berwarna abu-abu yang mengandung fenokris piroksen dalam jumlah
terbatas. Hal tersebut berkaitan erat dengan kondisi kandungan fluida H 2O pada
magma saat pembentukkannya. Trakit merupakan batuan berkomposisi
menengah yang melihatkan tekstur aliran dengan melibatkan banyak sanidin
didalamnya. Kenampakan penjajaran mineral pada trkit merupakan gambaran
akan aliran tersebut. Tekstur aliran/trkitik semacam ini dikenal pula dengan istilah
pilotaksitik.

Klasifikasi Batuan Vulkanik

Basalt merupakan batuan volkanik berkomposisi basa yang umumnya


berwarna gelap dengan fenokris olivin dan piroksen yang melimpah. Ada kalanya
basalt tidak berfenokris namun akan terlihat berwarna gelap dan umumnya
vesikuler atau bahkan skoria. Skoria adalah tekstur batuan volkanik yang sangat
vesikuler, namun karena kehadiran skoria khas pada basalt maka seringkali
basalt yang bertekstur skoria disebut dengan skoria saja. Variasi nama dalam
komposisi basa menjadi beragam, oleh kehadiran kandungan mineralnya.
Seperti spilit misalnya. Spilit adalah batuan berkomposisi

mineralogi mafik

sebagaimana basalt namun sesungguhnya kandungan An plagioklasnya rendah


(oligoklas). Lava basalt berstruktur bantal yang terbentuk diair laut umumnya
adalah spilit. Pengamatan plagioklas dalam hal ini memerlukan antuan
mikroskop. Basanit dan teprit adalah karabat berkomposisi basa yang
mengandung felspartoid dan olivin.
Batuan Plutonik
Setidaknya ada dua peneliti batuan beku yang telah menyusun klasifikasi dan
tatanama batuan plutonik : Streckeisen, 1974 dan William, 1954 dan

1983.Williams mambagi batuan plutonik

berdasarkan pada indeks warna

(jumlah mineralmafik dalam batuan). Indek warna 10% atau bauan felsik
diwakili oleh batuan granodiorit, andesit dan granit. Granit mempunyai
kandungan feldspar alkali yang jauh melimpah dibandingkan plagioklasnya,
sebaliknya granodiorit mempunyai plagioklas yang lebih dominan. Adamelit
merupakan nama batuan felsik yang mempunyai felspar alkali sebanyak
plagioklasnya.
Pada indeks warna 10 40% batuan plutonik diwakili oleh diorit,
monozonit dan syenit. Kwarsa umumnya hadir dengan jumlah kurang dari 10%
pada kelompok ini. Syenit adalah salah satu dari kelompok ini yang memiliki
felspar alkali melebihi plagioklasnya.
Beberapa batuan plutonik maffik dengan indeks warna antara 40 70%
adalah gabro, diabas/dolerit. Gabro mempunyai tekstur ofitik sedangkan diabas
bertekstur diabasik atau sub ofitik. Ofitik adalah kenampakan dimana plagioklas
dilingkupi oleh peroksin sedangkan diabasik adalah tumbuh bersama antara
plagioklas dan peroksen dimana plagioklas memperlihatkan pertumbuhan yang
menyebar.
Batuan Ultra mafik diperlihatkan dengan indeks warna lebih dari 70%.
Dapat saja disusun oleh > 90% olivin yang disebut dunit atau oleh gabungan
olivin dan piroksen yang dikenal dengan peridotit. Jika batuan ultra
mafiktersebut disusun oleh >90% piroksen dikenal dengan piroksenit dan jika >
90% berupa hornblende disebut dengan hornblendit. Serpentinit adalah
ubahan secara menyeluruh/ >90% batuan yang kaya akan mineral mafik.
Anortosik adalah batuan ultra basa yang tidak termasuk dalam ultra mafik
karena hampir keseluruhan disusun oleh plagioklas basa, sehingga indeks warna
<10%.
Klasifikasi batuan plutonik didasarkan pada kandungan mineral modal
dikemukkakan oleh the Internasional Union of Geological Sciences (IUGS)
pada

1973 (Streckeisen, 1973; 1978). Berbeda dari Williams klasifikasi ini

menggunakan mineral modal yang tampak hadir dalam batuan plutonik terutama
mineral felsiknya (mineral yang berwarna terang). Mereka memperkenalkan dua

segitiga klasifikasi dengan ujung Q (kuarsa), A (Feldspar alkali); P (Plagioklas)


dan F(felspartoid) seperti gambar 2.1. Jika jumlah mineral mafik dalam batuan
>90% dipergunakan klasifikasi berdasarkan mineral mafiknya sedangkan jika
kandungan mineralmafik < 90%. Dipergunakan segitiga QAPF tersebut.
Pengeplotan kandungan mineral mineral felsik harus dikalkulasi menjadi 100%
(Q+A+P=100% atau A+P+F=100%).
BATUAN PIROKLASTIK
Terminologi
Batuan yang tersusun oleh fragmen hasil erupsi volkanik secara eksplosif
(Williams, Turner, Gilbert, 1954)
Batuan yang terdiri dari bahan rombakan yang diletuskan dari lubang volkanik,
diangkut melalui udara sebagai bahan maupun awan pijar, kemudian diendapkan
di atas tanah dalam kondisi kering atau dalam tubuh air (Henrich, 1959)
Bagian dari batuan volkaniklastik (Fisher, 1961 & Vide Carozi, 1975)
Batuan yang terdiri dari material detrital/rombakan dari hasil kegiatan volkanik,
ditransport dan diendapkan di danau, darat ataupun laut. (Johannsen, 1977)
Pyroclastic Fall
Sebaran mengikuti topografi
Ukuran butiran menghalus, lapisan menipis menjauhi pusat erupsi
Struktur :graded bedding normal dan reverse
Komposisi : pumice, scoria, abu/debu, sedikit lapili
Macam-macam : scoria-fall deposit, pumice-fall deposit, ash-fall deposit

Pyroclastic Flow
Endapan aliran debu dan balok/blok
Terdiri dari lapili vesikuler dan debu
Sorting buruk; butiran menyudut
Sebaran tidak merata; menebal di bagian lembah
Seringkali berasosiasi dengan lava riolitik, dasitik, andesitik

Endapan aliran scoria


Didominasi oleh lapili scoria
Komposisi andesitik, basaltik
Endapan aliran pumice
Komposisi dasitik, riolitik
Lapili, blok, pecahan gelas bertekstur pumice
Pyroclastic Surge
Endapan base surge, berasosiasi dengan endapan jatuhan
Endapan ground surge, berasosiasi dengan endapan aliran piroklastik
Endapan ash-clouds surge, biasanya di bagian atas endapan aliran
piroklastik

Batuan piroklastik :
Batuan yang disusun oleh material-material yang dihasilkan oleh letusan
gunung api.
Dicirikan oleh kehadiran material piroklas yang dominan (gelas, kristal,
batuan volkanik), butiran yang menyudut, porositas yang relatif tinggi.

Batuan Epiklastik :
Batuan hasil rombakan batuan volkanik maupun batuan lainnya.
Terdiri dari material hasil rombakan batuan (kristal, fragmen batuan) dan
material non volkanik.
FRAGMEN PIROKLASTIK DAN ENDAPAN

Fragmen piroklastik (piroklas) : fragmen berasal dari erupsi gunungapi (hasil


langsung proses gunungapi)
Macam piroklas berdasarkan terjadinya
juvenile pyroclasts : hasil langsung akibat letusan, membeku dipermukaan
(fragmen gelas, kristal pirojenik)
cognate pyroclasts : fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari gunungapi
yang sama)
accidental pyroclasts : fragmen batuan berasal dari basement (komposisi
berbeda)
Klasifikasi batuan piroklastik
Dasar : ukuran butiran
Penamaan : tuf, tuf lapili, aglomerat, breksi piroklastik atau breksi volkanik
Untuk batuan berbutir halus (<4mm) : tuf gelas, tuf kristal, tuf litik
ukuran

piroklas

endapan piroklastik
Tefra (tak terkonsolidasi)

Batuan

piroklastik

(terkonsolidasi)
Aglomerat,

> 64 mm

Bom, blok Lapisan bom / blok

2 64 mm

lapili

Tefra bom atau blok


piroklastik
Lapisan lapili atau Tefra lapili Batulapili (lapillistone)

1/16 2 mm

Abu/debu

Abu kasar

Tuf kasar

< 1/16 mm

kasar
Abu/debu

Abu/debu halus

tuf halus

halus

breksi

Hal hal yang perlu dideskripsi dalam batuan piroklastik


Warna, deskripsikan warna batuan yang representatif
Besar butir, deskripsikan menggunakan besar butir/ukuran klast batuan
piroklastik
Komponen, deskripsikan komponen batuan piroklastik :
- Kristal, fragmen kristal
- Fragmen litik : volkanik atau non volkanik, polimik atau monomik
- Pumice atau scoria
- Shards, lapili akresionari, vitriklas
- Semen : siliseous, karbonat atau zeolit.
Litofasies :
- Masif (tidak berlapis) atau berlapis
- Berlapis : Laminasi : < 1cm
Berlapis sangat tipis : 1 3cm
Berlapis tipis : 3 10cm
Berlapis sedang : 10 30cm
Berlapis tebal : 30 -100cm
Berlapis sangat tebal : > 100cm
- Masif (tidak bergradasi) atau bergradasi :
normal ; reverse ; normal-reverse ; reverse-normal
- Kemas : clast-supported atau matrix-supported,
terpilah baik, terpilah sedang, terpilah buruk
- Kekar : blocky, prismatik, columnar, platy
- Ketebalan lateral rata atau tidak rata
- Secara lateral menerus atau tidak menerus
- Cross-bedded, cross-laminated
Alterasi :
- Mineralogi : klorit, serisit, silika, pirit, karbonat, feldspar, hematit
- Distribusi
Lahar :

Endapan aliran piroklastik dengan media air (di sungai, akibat air
hujan dll)
Sortasi buruk
Berhubungan langsung dengan erupsi langsung maupun tidak
langsung
Sama sekali tidak ada kaitannya dengan erupsi gunungapi;
mobilitas dari endapan tefra pada lereng tak stabil), contoh : akibat
gempa bumi
Epiklastik/epiclast : material hasil rombakan batuan terdahulu
Batuan epiklastik : batuan yang terdiri dari material hasil rombakan batuan
terdahulu (termasuk batuan volkanik), contoh : batupasir volkanik
Batuan piroklastik :
Piroklas : pecahan hasil letusan gunungapi
Definisi : batuan terdiri dari piroklas
Contoh : tuf, breksi piroklastik
Batuan sedimen tufan
Batuan sedimen yang mengandung campuran piroklas
Contoh : batupasir tufan (butiran pasir mencapai 90%, pecahan
gelas 10%)
Tuf pasiran :
Batuan piroklastik yang mengandung campuran epiklas
Contoh : material piroklas mencapai 90%, material pasir hasil
rombakan batuan terdahulu mencapai 10%
Batuan volkaniklastik : batuan terdiri dari material volkanik; kemungkinan
material volkanik hasil rombakan (epiklas), hasil letusan langsung
(piroklas)

Anda mungkin juga menyukai