Anda di halaman 1dari 3

5

2.1.

Hubungan DM dengan Tuberkulosis

2.1.1. Epidemiologi TB dan DM


Dalam beberapa tahun terakhir prevalensi penderita TB mengalami
peningkatan. Pada tahun 2010 diperkirakan terdapat 8,8 juta kasus TB baru.
Sedangkan di Indonesia penderita TB pada tahun 2010 diperkirakan mencapai
690.000 penderita. Indonesia menjadi negara dengan penderita TB tertinggi ke-3
pada tahun 2007 dan menjadi yang kelima pada tahun 2010.1,2
Hingga saat ini DM telah menjadi pandemic yang terus meningkat.
Diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat 2x lipat dari tahun 2005 ke tahun
2030. Global survey

2008 yang dilakukan oleh World Health Organization

(WHO) menunjukkan bahwa penderita DM telah mencapai 347 juta orang. 70%
penderita DM di dunia tinggal di negara dengan endemik TB. Seperti di Indonesia
yang merupakan negara dengan jumlah kasus TB terbanyak ketiga di dunia dan
terbanyak ke-4 di dunia dalam hal penderita DM. 1,2
2.1.2. Pengaruh DM terhadap Infeksi TB
Pada penderita DM akan terjadi perubahan patologis terhadap organ paru,
seperti penebalan epitel alveolar dan lamina basalis kapiler paru yang merupakan
akibat sekunder dari komplikasi mikroangiopati seperti yang terjadi pada
retinopati dan nefropati. Selain itu juga terdapat penurunan elastisitas recoil paru,
penurunan kapasitas difusi CO, dan peningkatan endogen produksi CO. Kejadian
infeksi paru pada penderita Dm merupakan akibat kegagalan sistem pertahanan
tubuh, dalam hal ini paru mengalami gangguan fungsi pada epitel pernapasan dan
juga motilitas silia.1
. Komponen seperti limfosit T, sitokin (seperti IFN-, interleukin-12, TNF, interleukin-6, interleukin-2), APC (Antigen Presenting Cell) seperti makrofag
dan sel dendritik memainkan peran penting dalam meregulasi dan aktivasi
imunitas seluler dalam melawan infeksi TB. Sedangkan pada pasien diabetes
mellitus terdapat peningkatan kadar sitokin seperti TNF-, IFN-, IL-6, dan IL-8,
seluruh sitokin tersebut penting dalam aktivasi makrofag dan membatasi infeksi.
Hal ini menunjukkan bahwa respon sel imun seluler menurun dan membutuhkan

rangsangan yang lebih tinggi untuk optimalisasi respon imun. Walaupun


penjelasan tentang peningkatan infeksi TB pada pasien DM masih harus
dijelaskan, namun terdapat pemikiran bahwa hiperglikemi kronis dapat
menyebabkan keadaan immunokompromise yang menjadi salah satu faktor
perkembangan TB fase aktif.1,3
Gangguan respon imun seluler pada DM menyebabkan gangguan
gambaran infeksi tuberkulosis paru yang atipikal. Supresi sistem imun
meningkatkan risiko infeksi tuberkulosis ekstra paru. Diabetes mellitus dengan
gangguan imunitas seluler sangat mungkin meningkatkan risiko kejadian TB
ekstra paru. 1
2.1.3. Manifestasi Klinis Infeksi TB pada DM
Infeksi tuberkulosis paru dengan diabetes memiliki gambaran infiltrat di
lobus manapun terutama pada lobus bawah dengan gambaran kavitas
dibandingkan dengan pola klasik TB dibagian segmen apeks. Penderita DM yang
terinfeksi TB juga memiliki risiko penularan TB yang lebih tinggi. Perbedaan
gambaran radiologis tersebut disebabkan karena penderita DM memiliki
gangguan pada imunitas seluler dan disfungsi sel PMN. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa penderita TB dengan Dm memiliki persentase sputum BTA
(+) lebih tinggi, konversi BTA lebih lama dan lebih cenderung mengalami
resistensi terhadap OAT.1,2
Penderita TB dengan DM biasanya 10-20 tahun lebih tua dibandingkan
dengan penderita TB tanpa DM. Hal ini disebabkan oleh DM tipe 2 biasanya
berkembang pada penderita yang lebih tua. Dibandingkan dengan pasien TB tanpa
DM, pasien TB dengan DM juga biasanya memiliki berat badan yang lebih tinggi
baik sebelum maupun sesudah pengobatan.3

1. Wulandari, D.R. & Sugiri, Y.J., 2013. Diabetes Melitus dan permasalahannya
pada Infeksi Tuberkulosis. J Respir Indo 2013, 33(2): 126-134.
2. Baghael, P., Marjani, M., Javanmard, P., Tabarsi, P., & Masjedi, M.R, 2013.
Diabetes Mellitus and Tuberculosis Facts and Controversies, Journal of
Diabetes & Metabolic Disorder, 12:58.
3. Elorriaga, G. & Pineda, D.R., 2014. Type 2 Diabetes Mellitus as a Risk Factor
for Tuberculosis, J Mycobac Dis, 4:2

Anda mungkin juga menyukai