Anda di halaman 1dari 7

Histoanatomi dan Fungsi Ginjal

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ginjal merupakan organ penting selain hati, jantung, dan paru paru. Ginjal adalah organ
berwana coklat-kemerahanyang terletak di retroperitonium dan berbentuk seperti kacang merah.
Ginjal ini mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai tempat filtrasi, reabsorpsi dan sekresi urin.
Apabila dari fungsi ginjal tersebut tidak berfungsi dengan baik, timbulah suatu kelainan
fungsional. Oleh karena itu lebih diperdalam lagi pembahsan mengenai ginjal ditinjau dari segi
anatomi, histologi, dan fungsi ginjal tersebut.
I.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pembuatan referat ini sebagai berikut :
1. Menjelaskan struktur anatomi dari ginjal.
2. Menjelaskan struktur histologi dari ginjal.
3. Menjelaskan fungsi dari ginjal.
Manfaat dari pembuatan referat ini adalah agar saya beserta teman teman mahasiswa
mengetahui dan mengerti lebih dalam lagi tentang histoanatomi dan fungsi dari ginjal.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Anatomi Ginjal
1. Lokasi dan deskripsi
Ginjal berwarna coklat-kemerehan dan terletak di belakang peritoneum, tinggi pada dinding
posterior abdomen di samping kanan dan kiri kolumna vertebralis, dan sebagian besar tertutup
arkus kostalis. ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena pada
ginjal kanan ada lubus hepar kanan yang besar. Bila diafragma berkontraksi pada waktu
respirasi, kedua ginjal turun ke arah vertikal sampai sejauh 1 inchi ( 2,5 cm ).
Pada kedua margo medialis ginjal yang cekung, terdapat celah vertikal yang dibatasi oleh pinggir
pinggir substansi ginjal yang tebal dan disebut hilum renale. Hilum renale meluas ke suatu

ruangan yang besar disebut sinus renalis. Hilum renale dilalui dari depan kebelakang oleh vena
renalis, dua cabang arteria renalis, ureter, dan cabang ketiga arteria renalis ( V.A.U.A ).
Pembuluh limfatik dan serabut serabut simpatis juga melalui hilum ini.
Ginjal mempunyai selubung diantaranya
1. Capsula fibrosa meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan ginjal.
2. 2.

Capsula adiposa meliputi kapsula fibrosa

3. 3.
Fascia renalis marupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak diluar kapsula
adiposa serta meliputi ginjal dan kelenjar suprarenalis. Dilateral fascia ini melanjutkan
diri sebagai fascia tranversalis.
4. 4.
Corpus adiposum pararenale terletak diluar fascia renalis dan sering didapatkan
dalam jumlah besar. Korpus ini membentuk sebagian lemak retroperitoneal.

Gambar 2.1 Lokasi dan deskripsi ginjal


1. Struktur ginjal
Masing masing ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat gelap dan
medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan korteks. Medula
ginjal terdiri atas selusin pyramides renales yang masing masing mempunyai basis yang
menghadap ke korteks ginjal, dan apeksnya yaitu papilla renalisyang menonjol ke medial.
Bagian korteks yang menonjol kemedula diantara pyramides renalisyang berdekatan disebut
columnae renales. Bagian bargaris-garis yang membentang dari basis pyramides renalis sampai
korteks disebut radii medulares.
Sinus ginjal merupakan ruangan di dalam hilum, berisi pelebaran diatas ureter yang disebut
pelvis renalis. Pelvis renalis terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majoryang masing
masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minor. Setiap kaliks minor
diinvaginasi oleh apeks piramid renalis yang disebut papilla renalis.
Hubungan dengan organ lain ginjal kanan ke anterior berhubungan dengan glandula
suprarenalis, hepar, pars desenden doudenum, dan flexura coli dextra. Sedangkan ke
posteriornya berhubungan dengan diafragma, recessus costodiafragma, costa XII, m. Psoas
major, m. Qudratus lumborum, dan m. Transversus abdominis. N. Subcostalis (T12), n.
Iliohypogastricus, dan n. Ilioinguinal (L1) berjalan ke bawah dan ke lateral.
Pada ginjal sinistranya ke anterior berhubungan dengan glandula suprarenal, lien, gaster,
pancreas, fluxura coli sinistra, dan lengkungan lengkungan jejenum. Sedangkan ke
posteriornya berhubungan dengan diafragma, recessus costodiafragma, costa XI dan XII, m.

Psoas, m. Quadratus lumborum, dan m. Transversus abdominis. N. Sobcostalis (T12), n.


Iliohipogastricus dan n. Ilioinguinal (L1) berjalan kebawah dan ke lateral.
Gambar 2.2 Struktur ginjal
1. Vaskularisasi
Arteria renalis berasal dari aorta abdominal setinggi vertebra lumbalis II. Masing masing
arteria renalis biasanya bercabang menjadi 5 arteria segmentalis yang masuk ke dalam hilum
renalis, empat di depan dan 1 di belakang pelvis renalis. Arteria ini mendarahi segmen atau area
renalis yang berbeda. Arteria lobaris berasal dari arteria segmentalis, masing masing 1 buah
untuk satu piramid renalis. Sebelum masuk substansia renalis, setiap arteria lobaris
mempercabangkan dua atau tiga arteria interlobularis. Arteria interlobaris berjalan menuju
korteks dan medula renalis, arteria interlobaris bercabang menjadi arteria arcuata yang
melengkung diatas basis piramid. Arteria arcuata mempercabangkan sejumlah arteria
interlobularis yang berjalan ke atas di dalam korteks. Arteriol afferanglomerulus merupakan
cabang arteria interlobularis.
Vena renalis keluar dari hilum di depanarteria renalis dan mengalirkan darah ke vena cava
inferior.
1. Pembuluh limfe
Nodi aortici lateralis di sekitar pangkal arteria renalis.
1. Inervasi
Serabut plexus renalis. Serabut serabut aferen yang berjalan melalui plexus renalis masuk ke
medula spinalis melalui nervi thoracici X, XI, dan XII. (Snell, 2006)
II.3 Fisiologi Ginjal
a. Ginjal mempunyai fungsi banyak diantaranya sebagai berikut :
1)

memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,

2)

mempertahankan keseimbangan cairan tubuh,

3)

mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.

4)

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

5)

Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.

6)

Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.

7)

Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah.

Ginjal melakukan fungsinya yang penting dengan menyaring plasma dan memindahkan zat dari
filtrat pada kecepatan yang bervariasi, bergantung pada kebutuhan tubuh. Akhirnya ginjal
membuang zat yang tidak diinginkan dari filtrat dan oleh karena itu dari darah dengan
menyekresikannya dalam urin. Sementara zat yang dibutuhkan dikembalikan ke dalam darah.
b. Mekanismenya sebagai berikut :
1. 1.

Filtrasi Glomerular

Pembentukan kemihdimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler tubuh
lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang
besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam
amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar
25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar
125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi
glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowmans disebut
filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus
dan kapsula bowmans, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah
filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowmans serta
tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan
koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.
Gambar 2.13 Gambar filtrasi pada korpuskel ginjal
2. Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit, elektrolit dan air.
Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang
sudah difiltrasi.
3. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui tubulus
kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh
(misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan
kalium serta ion-ion hidrogen.
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi
hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium
keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular
perjalanannya kembali jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium
harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi
cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium).

Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami
beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti
mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat
terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.
(Guyton,1997)
Gambar 2.13 Mekanisme fungsi ginjal
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh kita, karena ginjal mempunyai fungsi yang cukup
berat. Ditinjau secara anatomi ginjal merupakan organ berwarna merah-kecoklatan yang terletak
di retroperitonium, ginjal kanan letaknya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena pada
ginjal kanan terdapat lobus hati kanan. Ginjal diperdarahi oleh arteri renalis, dan di persarafi oleh
serabut plexus renalis.
Berdasarkan histologinya ginjal mempunyai banyak nefron 1-4 juta. Nefron ini mempunyai
bagian-bagiannya, yaitu korpuskel ginjal yang merupakan tempat filtrasi, tubulus kontortus
proksimal, ansa henle segmen tebal dan tipis, dan tubulus kontortus distal. Dari tubulus kontortus
distal maka akan di lanjutkan ke duktus koligens. Aparatus juxtaglomerular terdiri 3 komponen
yaitu makula densa, sel juxtaglomerular, sel mesangial ekstraglomerular.
Berdasarkan fungsinya ginjal mempunyai fungsi sebagai berikut :
a)

memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,

b)

mempertahankan keseimbangan cairan tubuh,

c)

mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.

d)

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

e)

Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.

f)

Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.

g)

Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah.

III. 2 Saran

Pelajarilah lebih dalam lagi tentang struktur anatomi, histologi dan fungsi dari ginjal, karena
ginjal merupakan organ penting bagi tubuh kita. Dan jagalah ginjal kita agar tetap sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Snell, Richard. S. 2006. Anatomi Klinis untuk Mahasiswa Edisi 6. EGC. Jakarta. hal. 250 254
H. G. Burkitt, B. Young, J. W. Heath. 1995. Buku Ajar & Atlas Wheater Histoligi Fungsiona ed
3rd. Diterjemahkan oleh dr. Jan Tambajong dan dr. Melfiawati S. EGC. Jakarta. Hal 229
Junquira, L. Carlos, dkk. 1998.Histologi Dasar ed 8th. Diterjemahkan oleh dr. Jan Tambajong.
EGC. Jakarta. Hal 378 380, 384.
Dr. Elitha Martarina Utari, MARS. 2008. Catatan Kuliah Histologi II (untuk kalangan sendiri).
Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung. Hal 1 2
Parparo, Anthony A, C. Roland leeson, Thomas S. Leeson. 1989. Buku Ajar Histologi. EGC.
Jakarta. Hal 427 446
Guyton, Arthur C dan John E, Hall. 1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Diterjemahkan oleh
dr. Irawati setiawan, dkk. EGC. Jakarta hal 397 -415.
http://nursingbegin.com/anatomi-fisiologi-ginjal/. Diakses minggu 25 juni 2011.
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en|
id&rurl=translate.google.co.id&u=http://www.siumed.edu/~dking2/crr/rnguide.htm&usg=ALkJr
hifYgrQzkGb2vLg3brmsxHo18NMaw#nephron. Diakses minggu 25 juni 2011

Anda mungkin juga menyukai