Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

I.

Kasus (masalah utama)


Halusinasi
Halusinasi merupakan penginderaan tanpa sumber rangsang eksternal.(Harol I. Kaplan,
Benjamin J. sadock. 1998).

II. Proses Terjadinya Masalah


A.

Factor Predisposisi dan Presipitasi


Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiologi
seperti halusinasi antara lain:Faktor Genetik, Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia
belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.Psikologis, Beberapa kondisi pikologis yang menjadi
factor predisposisi schizofrenia antara lain anak yang di pelihara oleh ibu yang suka cemas,
terlalu melindungi, dingin dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan
anaknya.Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang
bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi
dan

berakhir

dengan

gangguan

orientasi

realitas.Faktor

Perkembangan,

Jika

tugas

perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan
mengalami stres dan kecemasan.Faktor Sosiokultural, Berbagai faktor dimasyarakat dapat
menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien di
besarkan.Faktor Biokimia, Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan
adanya stres yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).
Factor presipitasi.Stresor sosial dimana stres dan kecemasan akan meningkat bila
terjadinya penurunan stabilitas, keluarga, perpisahan dari orang yang sangat penting atau
diasingkan oleh kelompok/ masyarakat : faktor biokimia dapat meyebabkan partisipasi klien
berinteraksi dengan kelompok kurang, suasana yang terisolasi (sepi) sehingga dapat
meningkatkan stres dan kecemasan yang mengeluarkan halusinogenik : faktor psikologis yang
juga akan meningkatkan intensitas kecemasan yang berkepanjangan disertai terbatasnya
kemampuan dalam memecahkan masalah mungkin akan mulai berkembangnya perubahan

sensori persepsi klien, biasanya hal ini untuk pengembangan koping menghindari kenyataan
yang tidak menyenangkan diganti dengan hayalan yang menyenangkan.
B.

Jenis

1. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.Suara berbentuk kebisingan
yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi.Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
Mendengar

suara-suara,

sering

mendengar

suara-suara

orang

berbicara

atau

membicarakannya, suara-suara tersebut biasanya familiar. Halusinasi ini paling sering dialami
klien dibandingkan dengan halusinasi yang lain.
2. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar kartun,bayangan
yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat
monster.Melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada, seperti cahaya atau seseorang yang telah
mati.
3. Penghidu/ penciuman
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang
tidak menyenangkan.Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.Termasuk rasa yang tidak hilang
pada mulut, perasaan adanya rasa makanan dan berbagai zat lainnya yang dirasakan oleh indera
pengecapan klien.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik
yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.Perasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman
padahal stimulus itu tidak ada.
C.

Fase-fase

Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan keparahannya. Fase
halusinasi terbagi empat:
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.Klien
mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stress.Cara ini menolong untuk sementara.Klien masih mampu
mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien
berada pada tingkat Listening pada halusinasi.
Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa
bisikan yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu
mengontrolnya.
Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasi datang dari orang lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak
berdaya pada halusinasinya.Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman sementara.
4. Fase Keempat.
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan
memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam
atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.

D.

Rentang Respon

Respon adaptif

E.

respon maladaptif

-Pikiran logis
-Persespsi akurat
-Emosi konsisten dengan

-distorsi pikiran
-ilusi
-Reaksi emosi

pengalaman
-perilaku sesuai
-berhubungan sosial

berlebihan/kurang
-perilaku aneh/tidak biasa
-menarik diri

-gangguan pikiran/delusi
-halusinasi
-sulit berespon emosi
-perilaku disorganisasi
-isolasi sosial

Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah
langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.Mekanisme koping

yang sering digunakan klien dengan halusinasi adalah:


1. Regresi, menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada
orang lain atau sesuatu benda.
3. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal. Keluarga
mengingkari masalah yang dialami klien.

III. A. Pohon Masalah


Resiko Perilaku Kekeraan
Gangguan sensori persepsi halusinasi

Isolasi Sosial

B. Masalah Keperawatan
GSP Halusinasi
IV. Diagnosa Keperawatan
gangguan persepsi sensorik : halusinasi
V. Rencana Tindakan Keperawatan
(terlampir)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


SETIAP HARI

PROSES KEPERAWATAN
Kondisi Klien :klien mengatakan merasa seperti melihat ayahnya ingin memukuli dirinya, klien
mengatakan seperti mendengar suara ayahnya yang memarahi dirinya, klien tampak murung dan
menyendiri, klien tampak berbicara sendiri
DiagnosaKeperawatan: Gangguan sensori persepsi halusinasi
Tujuan Khusus :
TUK I Klien dapat membina hubungan saling percaya.
TUK II Klien dapat mengenali penyebab halusinasi
TUK III Klien dapat mengontrol/menghardik halusinasi.
Tindakan Keperawatan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Bina hubungan saling percaya


Identifikasi jenis halusinasi pasien
Identifikasi isi halusinasi pasien
Identifikasi waktu halusinasi
Identifikasi frekuensi halusinasi
Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
Identifikasi respon pasien terhadap halusinasi
Ajarkan pasien menghardik halusinasi
Anjurkan pasien memasukan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN


Orientasi
1. Salam Terapeutik

Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya mantra Endang Kurniawan, saya senang dipanggil
Mantri wawan, nama mbak siapa? senangnya dipanggil siapa?. Saya adalah mahasiswi dari
STIKes Dr. SISMADI yang sedang praktek dirumah sakit ini, saya dinas pagi dari jam 08.0014.00 siang nanti. Jadi kalau nanti mbak butuh bantuan saya,mbak bisa panggil saya saja.
2. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan mbak hari ini?
Pagi ini mbak sudah sarapan belum?
3. Kontrak
Pagi ini saya ingin berbincang-bincang dengan mbak, saya mau mengetahui apa yang
menyebabkan mbak sampai dirawat disini? Kira-kira mbak mau kita berbincang-bincangnya
berapa lama?Bagaimana kalau 10 menit saja, tempatnya mbak mau dimana?Bagaimana kalau
ditaman saja ya.Mbak tujuan saya mengajak mbak untuk berbincang-bincang hari ini saya ingin
agar kita saling mengenal.
Kerja (Langkah-langkah tindakan keperawatan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Baiklah mbak, sesuai janji kita tadi bagaimana kalau sekarang kita mulai saja perbincangan kita?
Sebelumnya mbak tinggal dimana?
Mbak ingat tidak sebelumnya ada masalah apa dirumah sehingga mbak dibawa kesini?
Apa yang mbak rasakan akhir-akhir ini?
Mbak kira-kira sudah berapa hari mbak melihat ayah mbak ingin memukul mbak?
Dari tadi pagi berapa kali mbak melihat hal tersebut?
Saat sedang apambak melihat ayah mbak?
Apa yang mbak lakukan saat mbak melihat hal tersebut?
Baiklah mbak saya akan mengajarkan cara untuk menghardik halusinasi
Mengajarkan untuk memasukan setiap tindakan yang dilakukan kedalam jadwal saat halisinasi
muncul

TERMINASI
1. Evaluasi Respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subjektif):
Mbak, bagaimana perasaan mbak setelah kita berkenalan/dan latihan menghardik?
Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement):
Coba ulangi kembali cara menghardik, seperti yang sudah suster ajarkan

2. Tindak Lanjut Klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah
dilakukan)
Mbak, kalau mbak nanti melihat hal tersebut lagi, mbak bisa menutup mata dan telinganya serta
berkata seperti mengatakan kalau hal tersebut tidak ada dan memasukan dalam jadwal.
3. Kontrak topik yang akan datang
Mbak, besok kita bertemu lagi untuk bercakap-cakap bagaimana cara mengontrol halusinasi,
berkata kalau hal tersebut tidak ada, mbak mau kita membicarakannya jam berapa, berapa lama,
mbak mau kita membicarakanya dimana.

Anda mungkin juga menyukai