Anda di halaman 1dari 4

INTERPRETASI SEISMIK

Interpretasi seismik itu terdiri dari 2 bagian, yaitu interpretasi kualitatif dan interpretasi
kuantitatif. Interpretasi kualitatif itu contohnya seperti menentukan batas - batas antar formasi
menggunakan penunjuk refleksi refleksi kuat pada data penampang seismik, jadi masih belum
menggunakan dasar perhitungan apa - apa. penarikan horison sebagai representasi dari batas
antar formasi juga tanpa guidance dari data sumur. biasanya tahapan ini dilakukan di lapangan
yang masih "virgin" a.k.a belum pernah dibor sama sekali. sedangkan interpretasi kuantitatif itu
terdiri dari macam - macam metode geofisika seperti inversi seismik, analisis atribut seismik,
dsb.
Dalam picking horizon, kita harus menentukan marker dari lapisan yang ada. Kita
mendapatkan data seismik dalam bentuk post stack time migrated sebagai deretan gelombang
yang bervariasi terhadap waktu (ms) dan juga offset (m), sedangkan pada penampang seismik
perlapisan batuan itu sendiri memiliki pola/ pattern yang mengikuti pola strata atau
pengendapan. Picking horizon dilakukan dengan memperhatikan keteraturan kenampakan refleksi
dan biasanya puncak formasi yang potensial. Referensi dan titik ikat penarikan horizon adalah
melalui data sumur yang ada (berdekatan atau memotong line seismik). Lalu horizon yang telah
mewakili dikorelasikan terhadap penampang-penampang seismik lainnya melalui perpotongan antar
line. Terkadang jejak refleksi. yang terletak diatas dan dibawah garis horizon yang ditarik (sandwitch
picking). Sistem ikatan perpotongan line seismik ini dikenal dengan Looping. Penarikan horizon
diutamakan pada refleksi yang memiliki ciri dan penyebaran meluas dan regional, yang biasanya
mencirikan suatu stratigraphic marker. Penarikan secara lokal, harus dikaitkan pada horizon yang
memiliki penyebaran regional tersebut. Dari data picking horizon, didapatkan nilai TWT dengan

letak inline dan crossline yang nantinya diplot pada base map guna membentuk kontur pada time
structure map.
Picking sesar dilakukan dengan cara mengamati indikasi-indikasi sesar pada penampang
seismik. Indikasi adanya sesar pada penampang seismik ditandai oleh adanya satu atau lebih
kenampakan sebagai berikut :

Diskontinuitas horizon atau meloncat dislokasi kelangsungan korelasi horizon secara


tiba-tiba.

Difraksi, memencarnya energi seismik yang berasal dari diskontinuitas reflector, biasanya
berbentuk kurva hiperpoblik.

Perubahan mendadak kemiringan horizon.

Perubahan penebalan atau penipisan lapisan di antara dua horizon.

Fault shadow rusaknya data di daerah fault shadow biasanya lebih mudah dilihat pada
patahan reverse daripada patahan normal.

Gejala refleksi dari bidang patahan.

Dari picking sesar, nantinya titik posisi sesar yang sesuai letak inline dan crossline, diplot ke base

map sebagai data guna membuat peta struktur waktu/depth.


Pembuatan peta struktur waktu (Time Structure Map) dilakukan setelah proses picking
horizon selesai. Dalam pembuatan peta struktur waktu, data yang digunakan adalah data seismik
berupa harga TWT (Two Way Time) yang didapatkan dari hasil picking horizon. Dari data TWT
tersebut nantinya diplot ke base map dengan letak inline dan crossline yang sesuai. Selanjutnya
plot struktur sesar berdasarnya letak inline dan crossline yang sesuai pada basemap dan
hubungkan dengan garis sehingga dapat diketahui posisi struktur sesarnya. Setelah itu,
menghubungkan nilai TWT dengan garis dengan kelipatan 100 untuk membuat kontur pada peta
struktur waktu.
Pada peta struktur kedalaman (depth structure map) dibutuhkan satuan waktu OWT (One
Way Time). Oleh karena itu dilakukan konversi TWT menjadi OWT dengan membagi TWT
menjadi 2 sesuai dengan konsep seismik refleksi. Satuan waktu OWT tersebut digunakan untuk
mendapatkan kecepatan (velocity) dengan cara membagi nilai TVDSS dengan OWT. Setelah
diperoleh nilai velocity maka didapatkan peta struktur kedalaman dengan mengalikan nilai
velocity dengan OWT.
Pada peta struktur kedalaman (depth structure map) pada intinya mengubah dari peta
waktu (second) menjadi peta kedalaman sebenarnya (meter), dengan langkah-langkah sebagai
berikut:

Buatlah kolom pada Excel pada data sumur meliputi TVD, KB, TWT, TVDSS (TVDKB), Control Depth.

Buatlah nilai trendline, pada kolom TWT dan TVDSS

Nilai TWT sebagai nilai X, untuk dimasukkan dalam formula trendline y = ax + b

Dari hasil persamaan tersebut akan mendapatkan nilai control depth yang siap untuk di
plotkan base map menjadi kontur depth.

Pada peta struktur kedalaman (depth structure map), data sesar dari picking sesar diplot
pada base map dan juga buat kontur depthnya.
Dari data-data yang telah dibuat dari picking horizon, picking structure, time structure map,

depth structure map, nantinya akan diinterpretasi proses sedimentasi beserta strukturnya. Berikut
interpretasinya dari penampang seismik tersebut.
Pada interpretasi struktur, dapat dilihat pada penampang seismik terdapat diskontinuitas
horizon atau meloncat dislokasi kelangsungan korelasi horizon secara tiba-tiba. Hal ini
mengindikasikan adanya sesar. Dapat dilihat pada penampang seismik terdapat 2 struktur sesar yang
mengontrol pembentukannya. Yang mana dari kenampakan sesarnya, hanging wall dari sesar ini
naik/berada di atas foot wall, maka dapat dikatakan jenis sesar pada penampang seismik ini adalah
sesar naik. Pada dasarnya sesar naik ini terbentuk akibat adanya gaya kompresi yang terjadi pada
daerah ini.
Pada interpretasi sedimentologi, dapat dilihat dari penampang seismik terdapat bentukan pola
horizon yang berbeda, yang mana pada bagian bawah penampang, horizon terlihat lebih membentuk
punggungan, dan di bagian atas atas lebih terlihat hampir horizontal. Dari bentuk pola geometri
lapisan atas dan bawah yang berbeda hal ini mengindikasikan bahwa bentuk dari kenampakan
punggungan pada penampang tersebut merupakan bentukan carbonate build up. Hal ini dikarenakan
apabila itu lipatan, maka seharusnya pola geometri bagian atasnya maka akan membentuk pola
lipatan juga. Hal ini ditambah keyakinannya bahwa bentukan itu merupakan build up dari data
sekunder yang ada. Yang mana berdasarkan data sekunder, bentukan tersebut merupakan carbonate
build up dari formasi peutu cekungan sumatra utara yang diendapkan secara lateral bersama formasi
belumai. Dapat diinterpretasikan bahwa pada bagian bawah penampang seismik, terendapkan
organisme carbonate yang membentuk kenampankan punggungan berupa build up. Pertumbuhan
carbonate build up atau terumbu pada bagian bawah yang mengindikasikan bahwa saat itu terdapat
dominansi dari pengaruh pengendapan dari lingkungan laut dangkal. Dimana pertumbuhan carbonate
atau terumbu pada lingkungan tersebut intensif berlangsung. Hal ini dikarenakan pada lingkungan
laut dangkal memiliki karakteristik kedalaman yang dangkal, kondisinya hangat, terdapat cukup
asupan cahaya, sehingga organisme karbonat dapat tumbuh pada lingkungan tersebut. Setelah build
up itu terbentuk, selanjutnya terjadi proses pengendapan berikutnya atau horizontallity of strata

pengendapan awalnya berlangsung secara horizontal, maka oleh sebab itu lapisan diatas dari build up
itu cenderung membentuk lapisan yang relatif mendatar.

Anda mungkin juga menyukai