CASE REPORT
1. KETERANGAN UMUM
Nama
: Nn. S
Umur
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Karyawan swasta
Alamat
: Bandung
2. ANAMNESA
Keluhan Utama
Anamnesa Khusus
Pasien datang ke klinik mata RSAU dr Salamun dengan keluhan penglihatan kedua
matanya buram secara berangsur-angsur. Keluhan dirasakan semakin memburuk sejak 2
minggu sebelum datang ke klinik. Penglihatan buram terutama dirasakan pada mata kanan.
Keluhan didahului dengan adanya penglihatan seperti berasap/berkabut. Penderita merasa
melihat lebih jelas di tempat yang teduh dan pasien merasa silau jika melihat cahaya secara
langsung.
Keluhan tidak disertai dengan mata merah, belekan, nyeri, gatal, sakit kepala, mual
dan muntah. Riwayat bercak putih pada mata, dan penyakit mata sebelumnya disangkal.
Pasien pernah mengalami benturan pada mata kanan saat bekerja kurang lebih satu tahun yang
lalu yang tidak diobati ke dokter dan sembuh dengan sendirinya. Pasien mengaku tidak
mengkonsumsi obat-obatan atau jamu-jamuan dalam waktu yang lama. Pasien memiliki
riwayat silindris +1/4 pada mata kiri dan myopia (-1/2) pada mata kanan, namun kaca mata
yang dimiliki tidak pernah dipakai karena alasan kaca mata yang dimilikinya tidak nyaman
saat dipakai. Pasien mengaku pernah dirawat di RS akibat tekanan darah rendah (90/60
mmHg) tetapi untuk saat ini tekanan darah pasien telah stabil pada tekanan 110/70 mmHg.
Pasien memiliki riwayat sakit maag, sedangkan untuk kencing manis disangkal. Riwayat
penyakit serupa pada keluarga disangkal. Untuk keluhan sakit matanya ini pasien belum
berobat ke dokter.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
Tanda Vital
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
3
Suhu
: afebris
Pemeriksaan Optahlmologis
I.
Pemeriksaan Subjektif
Visus
VOD : 6/20
II.
VOS
: 6/9
Pemeriksaan Objektif
Inspeksi
OD
Muscle balance
Pergerakan Bola Mata
Duksi
Versi
Sillia
Apparatus Lakrimalis
Palpebra Superior
Palpebra Inferior
Konjungtiva
tarsalis
superior
Konjungtiva
Orthotropia
Orthotropia
tarsalis Tenang
inferior
Konjungtiva bulbi
Kornea
COA
Pupil
OS
Tenang
Tenang
Jernih
Sedang
Isokor, bulat, diameter
Tenang
Jernih
Sedang
Isokor, bulat, diameter 3
3 mm
mm
Iris
Reflex (+)
Sinekia (-),
Reflex (+)
Sinekia (-),
Lensa
: Normal
o OS
: Normal
4. RINGKASAN/RESUME
Seorang pasien bernama Nn.I, usia 20 tahun, datang dengan keluhan utama
penglihatan kedua mata buram secara berangsur-angsur, terutama dirasakan pada mata kanan
yang semakin memburuk kurang lebih dua minggu sebelum datang ke klinik. Keluhan
didahului dengan adanya penglihatan seperti berasap/berkabut.
Keluhan mata merah (-), nyeri (-), gatal (-), sakit kepala (-), mual dan muntah (-).
Riwayat mata merah(-), benturan atau luka (+ pada mata kanan), bercak putih dimata(-),
penyakit mata sebelumnya (-), minum obat-obatan dan jamu-jamuan dalam jangka waktu
lama (-), memakai kacamata (-), operasi mata (-). Riwayat Hipotensi (+). Riwayat kencing
manis (-), penyakit serupa pada keluarga (-). Untuk keluhan sakit matanya ini pasien belum
berobat ke dokter.
Pada pemeriksaan opthalmologi yang dilakukan kepada Ny. I didapat visus pada mata
kanan 6/20 dan mata kiri 6/9. Muscle balance orthotropia dan pergerakan bola mata baik
duksi pada kedua mata maupun versi baik. silia dan apparatus lakrimalis pada kedua mata
tidak ada kelainan. Palpebra superior dan inferior, konjungtiva tarsalis superior dan inferior,
dan konjungtiva bulbi pada kedua mata tenang, kornea jernih, kedalaman bilik mata depan
sedang, bentuk pupil bulat reguler dengan diameter 3 mm dan refleks cahaya positif, iris
warna coklat dan sinekhia negatif pada kedua mata. Lensa mata kanan dan kiri mengalami
kekeruhan yang ringan pada bagian anterior dari subkapsular posterior yang berwarna putih
keabu-abuan. Shadow test negatif pada mata kanan dan kiri. Tekanan intra okular saat
dilakunan palpasi pada kedua mata normal. Pemeriksaan Funduskopi tidak dilakukan.
Diagnosis Kerja:
5. PENATALAKSANAAN
Pada pasien belum diindikasikan tindakan pembedahan karena berdasarkan maturitas
katarak pasien masih dalam derajat insipien dan belum mengganggu penglihatan pasien secara
nyata.
6. PROGNOSA
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
PEMBAHASAN
Pasien didiagnosis katarak juvenil insipien subkapsular ODS yang menyebabkan
penglihatan pasien menjadi sedikit buram. Hal yang mendukung ke arah diagnosis katarak
adalah karena adanya keluhan penglihatan buram pada kedua mata yang dirasakan semakin
lama semakin memburuk yang diawali dengan keluhan penglihatan seperti terhalang
kabut/asap ketika melihat benda.
Lensa mata yang transparan akan mampu memfokuskan cahaya tepat jatuh pada bintik
kuning sehingga objek dapat terlihat dengan jelas. Bila lensa mata kehilangan kejernihannya
maka penglihatan akan menjadi berkabut atau tidak dapat melihat sama sekali.3
Mengingat pasien ini berusia 20 tahun, maka diagnosis yang tepat berdasarkan
klasifikasi usia terjadinya katarak adalah katarak juvenil. Secara umum, berdasarkan usia
terjadinya, katarak dapat diklasifikasikan dalam:2
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit dari penyakit sistemik seperti katarak
metabolik (katarak diabetik, katarak hipokalsemik, katarak defisiensi gizi), katarak traumatik,
katarak komplikata (kelaian kongenital atau herediter, katarak degeneratif, katarak anoksis,
katarak radiasi).2
Berikut ini tercantum perbedaan yang ditemukan pada tiap stadium katarak:2
Insipien
Visus
Kekeruhan
Cairan lensa
Ringan
Normal
Immatur
6/9-FC
Sebagian
Bertambah
Matur
HM-PL
Seluruh
Normal
Hipermatur
HM-FC
Masif
Berkurang(air+mass
Normal
Normal
a lensa keluar)
Tremulans
Dalam
Iris
Bilik
mata
Normal
Normal
(air masuk)
Terdorong
Dangkal
depan
Sudut
bilik
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Pseudopositif
Uveitis+glaukoma
Fundus refleks (-)
mata
Shadow test
Penyulit
Funduskopi
Normal
Fundus
Positif
Glaukoma
Fundus
Negatif
Fundus
direct
refleks (+)
refleks (+)
refleks (-)
Bila dibandingkan dengan tabel di atas, maka hasil pemeriksaan oftalmologi pasien
lebih mengarah pada diagnosis katarak juvenil insipien dimana letak kekeruhan lensa saat
diperiksa dengan menggunakan slit lamp terletak pada subkapsular posterior.
Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosis
katarak juvenil insipien subkapsular ODS pada pasien ini ditegakkan karena diperoleh data :
Prosedur pembedahan pada pasien ini belum dianjurkan mengingat indikasi bedah
salah satunya adalah alasan optik (dilakukan pembedahan apabila sudah terjadi gangguan
penglihatan yang mengganggu aktifitas sehari-hari) dan waktu pembedahan sangat
bergantung pada keputusan pasien apakah akan memperbaiki penglihatan dengan segera atau
akan ditunda. namun secara umum terdapat 4 teknik pembedahan katarak, yaitu Extra
Capsular Cataract Extraction (ECCE) dengan Posterior Chamber Lens Implantation, Intra
Capsular Cataract Extraction (ICCE), Pars Plana Lensectomy (pada anak yang masih sangat
muda) dan Phacoemulsification with Foldable Intra Ocular Lens. Teknik bedah katarak yang
umumnya dilakukan adalah Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE) dengan Posterior
9
Chamber Lens Implantation. Phacoemulsification merupakan teknik ECCE baru dimana lensa
yang keruh dikeluarkan melalui sayatan minimal sekitar 2-3 mm sehingga tidak diperlukan
jahitan. Namun, teknik bedah terbaru ini masih cukup mahal sehingga penggunaannya pun
sangat terbatas.3
Berikut ini adalah perbedaan antara teknik ECCE dan ICCE :2,4
ECCE
ICCE
Nukleus dikeluarkan dari Lensa dikeluarkan
kapsul dan korteks disedot beserta kapsulnya
Pengeluaran lensa
Kapsul
posterior
zonula zinii
Insisi
Iridektomi perifer
dan Intak
utuh
Dikeluarkan
Kontraindikasi
Benda
intraokuler
Dislokasi dan subluksasi Usia < 35 tahun
lensa
asing
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiohadji, B., Community Opthalmology. Cicendo Eye Hospital/Dept. of
Opthalmology Medical Faculty of Padjadjaran University. 2006
2. Ilyas, Prof. Sidarta,dr., SpM. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI
3. Ilyas, Prof. Sidarta,dr.,DSM. 2003. Katarak (Lensa Keruh). Jakarta : FKUI
4. Vaughan DG, Asbury T, rriordan-Eva P. Oftalmologi Umum edisi 14. 2000. Jakarta:
Widya Medika
5. The Eye M.D. Association. 2005. Lens and Cataract Section 11. San Fransisco :
American Academy of Opthalmology
6. Ilyas, Sidarta dkk, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedikteran Edisi ke-2. 2002. Jakarta : Sagung Seto.
11