HIV/AIDS
DEFINISI
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV.
Tuberkulosis
(TB)
merupakan
penyakit
infeksi
oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien
HIV/AIDS.
Infeksi
HIV
merupakan
faktor
resiko
untuk
berkembangnya
TB
melalui
mekanisme
berupa
reaktivasi infeksi laten, progresiviti yang cepat pada
infeksi primer atau reinfeksi dengan Mycobacterium
tuberculosis
ETIOLOGI
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
http://static.ddmcdn.com/gif/aids-hiv-anatomy.gif
TRANSMISI
Transmisi Seksual
Homoseksual
Heteroseksual
Faktor Resiko
AIDS
Heteroseksual/Heterosexual
12717
Homo-Biseksual/Homo-Bisexual
724
48
628
Tak Diketahui/Unknown
772
Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia dikaitkan dengan faktor resiko dilapor s/d Desember 2010
PATOGENESI
S
http://www.niaid.nih.gov/SiteCollectionImages/topics/hivaids/hivReplicationCycle.gif
MANIFESTASI KLINIS
Yang muncul pertama pada anak: penyakit
Gejala
(47%)
gangguan
saluran
napas
Pnemonia , tuberkulosis.
STADIUM
KLINIS
(WHO)
DIAGNOSIS HIV
Gejala tidak spesifik seperti, gagal tumbuh, diare kronis, demam,
batuk, dan infeksi bakteri yang berulang WHO mengeluarkan
petunjuk agar dapat mengenal infeksi HIV pada anak:
Beberapa temuan kardinal: Pneumocystis carinii pneumonia (PCP), Lymphoid
PEMERIKSAAN HIV
Usia < 18 bulan
Uji virologik PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi DNA
atau RNA HIV (viral load)
2 sampel dari dua kali pemeriksaaan kultur yang berbeda (+) HIV (+)
2 sampel yang berbeda (-) HIV (-)
Dapat dilakukan sejak lahir dan usia 1 atau 2 bulan
ASI dihentikan > 6 minggu
Tes lain mendeteksi antigen p24 kurang sensitif , tidak rutin
dilakukan
PENATALAKSANAAN HIV
1. Manajemen Umum
Bayi yang dilahirkan ibu dengan HIV positif maka:
Hormati kerahasiaan ibu dan keluarganya, dan lakukan konseling
pada keluarga;
Rawat bayi seperti bayi yang lain, dan perhatian khususnya pada
pencegahan infeksi;
Bayi tetap diberi imunisasi rutin, kecuali terdapat tanda klinis
defisiensi imun yang berat, jangan diberi vaksin hidup (BCG, OPV,
Campak, MMR);
Pada waktu pulang, periksa DL, hitung Lymphosit T, serologi anti HIV,
PCR DNA/RNA HIV.
Tanpa pemberian Antiretrovirus, 25% bayi dengan ibu HIV positif akan
tertular sebelum dilahirkan atau pada waktu lahir, dan 15% tertular
melalui ASI
melahirkan, maka setelah lahir bayi diberi AZT 2 mg/kg berat badan
per oral tiap 6 jam selama 6 minggu, dimulai sejak bayi umur 12 jam.
oral
IV
2mg/kgBB tiap 6
1,5 mg/kgBB tiap 6
NEVIRAPIN
Neonatus sampai umur 2 bulan
14 hari pertama 5 mg/kg
atau 120 mg/m2 2 kali sehari
14 hari kedua 120 mg/m2, 2
kali sehari
berikutnya 200 mg/m2 2 kali
sehari sampai usia 2 bulan
Pemberian Minum
A. Bayi
B. Anak
OBAT ARV
1. NRTI (Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor)
- penghambat Reverse Transcriptase menghambat infeksi akut pada sel yang
rentan, tetapi hanya sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV
- Contoh : zidovudin, didanosin, zalsitabin, stavudin, lamivudin, emtrisitabin,
abakavir.
2. NtRTI (Nucleotide reverse Transcriptase Inhibitor)
- menghentikan pembentukan rantai DNA virus
- Tidak seperti NRTI yang harus melalui 3 tahap fosforilasi intraselular untuk
menjadi bentuk aktif, NtRTI hanya membutuhkan 2 tahap fosforilasi saja
reaksi obat menjadi lebih cepat
- Contoh obat golongan ini adalah Tenofovir disoproksil.
4. PI (Protease Inhibitor)
- Bekerja dengan berikatan dengan situs aktif HIV-protease
terhambatnya pelepasan polipeptida menghambat
maturasi virus menghasilkan partikel virus yang imatur
dan tidak virulen.
- Contoh: sakuinavir, ritonavir, indinavir, nelfinavir,
amprenavir, lopinavir, atazanavir
5. Viral Entry Inhibitor
- Menghambat masuknya HIV ke sel melalui reseptor CXCR4
- Contoh: Enfuvitid
Kolom B
Nevirapine
Zidovudin + Didanosin
Nelfinavir
Zidovudin + Lamivudin
Didanosin + Stavudin
Didanosin + Lamivudin
GAGAL TERAPI
Kegagalan
Kegagalan
klinis
Kegagalan
imunologis
Kegagalan
virologis
Kriteria
a. Terapi ARV telah berjalan selama minimal 6
bulan.
b. Kepatuhan pasien: 80%<N<95%
c. Ada interaksi obat kadar ARV darah turun
d. PPE atau Prurigo timbul kembali
e. Penurunan Hb >1g/dL
a. Penurunan CD4 kembali seperti sebelum
pengobatan
ATAU
b. Penurunan sebesar 50% dari nilai CD4
tertinggi yang pernah dicapai
ATAU
c. Jumlah CD4 tetap < 100 sel/mm3 setelah satu
tahun pengobatan dengan ARV
Keterangan
TB-HIV
(Koinfeksi)
Manifestasi Klinis
Gejala klinis TB ditambah kelainan dibawah ini :
Penurunan berat badan >10kg (atau >20% dari berat badan)
dalam 4 bulan
PEMERIKSAAN
1. Uji Tuberkulin
Menggunakan tuberkulin atau derivat protein murni (purified protein derivative, PPD) sebesar 5 TU
(tuberculin unit), ataupun tuberkulin PPD RT23.
vaksinasi
2. Pemeriksaan Radiologis
Diagnosa dapat diperoleh pada tb pada anak anak dan tb
millier, karena terkadang test sputum negatif
Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah
Bilasan lambung
Sekret bronkus
Sputum
Cairan pleura
Liquor cerebrospinalis
Kriteria sputum BTA positif : minimal ditemukan tiga batang kuman BTA pada suatu sediaan.
Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.
PENATALAKSANAAN
Selama 6 bulan seperti pada anak yang tidak terinfeksi
HIV.
Immune Reconstitution
Inflammatory Syndrome (IRIS)
Anak yang hidup dengan HIV (> 12 bulan dan termasuk mereka
dalam koinfeksi HIV adalah 10mg/kg setiap hari selama enam bulan
(maksimum 300mg per hari)
Daftar Pustaka
1. Permitasari DU. Faktor Risiko Terjadinya Koinfeksi Tuberkulosis pada Pasien HIV/AIDS di
RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang: 2012.
3. Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS and related disorders.
In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hause SL, Jameson JL. editors.
Harrisons Principles of Internal Medicine. 17th ed. The United States of America:
McGraw-Hill.
6. Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar (PPK-LK
Dikdas). Infeksi HIV Sering Disertai Tuberkulosis. Jakarta 2009 [updated 18 Juli 2009];
Available
from:
http://www.pkplkplb.org/index2.php?
option=com_content&do_pdf=1&id=7512.
Daftar Pustaka
9. U.S.
Preventive
Services
Task
Force.
Screening
for
http://www.uspreventiveservicestaskforce.org/uspstf/uspshivi.htm.
HIV.
Available
from
10. Djauzi S, Djoerban Z. Penatalaksanaan HIV/AIDS di pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI 2002.
11. Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS and related disorders. In: Kasper
DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hause SL, Jameson JL. editors. Harrisons Principles of Internal
Medicine. 17th ed. The United States of America: McGraw-Hill.
13. 13 Setiawan IM. Tatalaksana Infeksi HIV/AIDS pada Bayi dan Anak. Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.
Dr. Sulianti Saroso, Jakarta. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 12, Desember 2009.
14. Chearskul S, Chotpitayasumondh, RJ, Simonds RJ, Wanprapar N, Waranawat N, Punpanich W, et al.
Survival, Disease Manifestations, and Early Predictor of Desease Pregression Among Children With
Perinatal Human Immunodeficiency Virus Infection in Thailand. Pediatrics. 2002;110:1-6.
15. Indarso F, dkk. Pengelolaan Bayi Baru Lahir dari Ibu dengan HIV. Naskah Lengkap Continuing
Education Ilmu Kesehatan Anak XXXV Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak IV Hot Topics in
Pediatrics. Surabya: 2005.
16. WHO. Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Menuju akses universal. 10 Juni
2010
Thankyo
u