Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memiliki anak yang sehat, kuat, cerdas, dan lincah adalah dambaan setiap
orangtua. Impian memiliki anak yang demikian sebenarnya tidaklah sulit dan
mahal. Tanpa suplemen vitamin yang harganya mahal sekalipun, hal tersebut
dapat kita peroleh. Kunci untuk mendapatkan anak sehat, kuat, cerdas, dan lincah
adalah pemberian ASI selama minimal 2 tahun, termasuk pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan (Nurheti, 2010).
Pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6 bulan)
selain frekuensi pemberian ASI berkurang karena kesibukan ibu bekerja juga
menyebabkan gangguan pencernaan/diare. Penyakit diare sering menyerang bayi
dan, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang
mengakibatkan kematian. Diare merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Diare
adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan
biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih (Amperiana, 2008).
Laporan Word Health Organization (WHO) tahun 2000. Diare adalah
penyebab utama kematian bayi diseluruh dunia, lebih kurang 1,5 juta anak
meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar. Kurang dari 15% bayi di
seluruh dunia di beri ASI ekslusif. Sering kali pemberian makanan pendamping
Asi tidak sesuai dan tidak aman (Humairon,

2010) dan pada tahun 2009

pemberian MP-ASI dini meningkat seiring dengan semakin menurunnya


pemberian ASI eksklusif sekitar 2% yaitu 150 ribu bayi, angka pemberian MPASI dini menyebabkan kematian 1,3 juta jiwa diseluruh dunia termasuk 22% jiwa
meninggal setelah kelahiran karena pemberian MP-ASI dini (Prasetyono,
2009).dan berdasarkan laporan UNICEF (United Nations Emergency Childrens
Fund) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia
1

karena Diare. Di Indonesia, setiap tahun 100.000 bayi meninggal karena Diare
(Amperiana, 2008).
Berdasarkan Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 rata-rata
per tahun terdapat 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum
umurnya genap 1 tahun. Berdasarkan survei lainnya, yaitu Riset Kesehatan Dasar
Departemen Kesehatan tahun 2007, kematian bayi baru lahir (neonatus)
merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya angka kematian bayi
(AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup meninggal dalam
rentang waktu 0-12 hari setelah kelahirannya. Dalam rentang 2002-2007 (data
terakhir), angka kematian neonatus tidak pernah mengalami penurunan
(Bataviase, 2009).
Sesuai dengan target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs),
Depkes telah menentukan target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36
meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. AKB di Indonesia termasuk salah satu yang paling tinggi di dunia.
Hal itu tecermin dari perbandingan dengan jumlah AKB di negara tetangga seperti

Malaysia yang telah mencapai 10 per 1.000 kelahiran hidup dan Singapura dengan
5 per 1.000 kelahiran hidup (Bataviase, 2009).
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Badriul Hegar
mengatakan banyak faktor yang menyebabkan angka kematian bayi tinggi, antara
lain faktor kesehatan, faktor lingkungan seperti keadaan geografis, dan faktor
nutrisi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan hampir
separuh kematian bayi umur 29 hari sampai 11 bulan yaitu sekitar 65% juga
disebabkan oleh penyakit yang bisa dicegah dengan intervensi lingkungan dan
perilaku. Penyakit tersebut adalah diare dan pneumonia (Bataviase, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Nursanti 2008 di Bojonegoro tentang
gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan diperoleh hasil bahwa
67% ibu yang memberikan MP-ASI secara dini karena kurangnya pengetahuan
ibu tentang manfaat ASI eksklusif dan bahayanya memberikan MP-ASI sebelum
bayi berusia 6 bulan (Endang, 2009). Berdasarkan hasil Riskesdas Provinsi
Sumatera Utara (2007), prevalensi diare pada bayi sebesar 60,8% dan prevalensi
ISPA pada bayi sebesar 39,5%. Di Provinsi Sumatera Utara yang prevalensi ISPA
diatas 30% (Dinkes Sumut, 2009).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan
Januari 2014 di Klinik Bungana Surbakti Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk
Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai terdapat bayi sebanyak 60 bayi yang
berusia 0-6 bulan. Dari 60 bayi yang berusia 0-6 bulan sekitar 70% sebanyak 42
bayi yang sudah di berikan MP-ASI terlalu dini. Bentuk perincian dari 42 bayi
yang sudah di berikan MP-ASI terlalu dini adalah 25% yaitu 10 bayi yang

diberikan makanan lunak, 40% yaitu 17 bayi yang diberikan nasi lembek, dan
35% yaitu 15 bayi yang diberikan makanan pisang. Ibu-ibu ini memberikan
makanan pendamping ASI pada bayinya dikarenakan pengetahuan yang terbatas
dan kurang sumber informasi (Klinik Surbakti, 2014).
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merasa tertarik untuk meneliti
pengetahuan ibu tentang dampak pemberian MP-ASI terlalu dini pada bayi usia 06 bulan di Klinik Bungana Surbakti Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu
Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara tahun 2014.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah-masalah yang dapat di
identifikasikan adalah:
1. Fenomena masyarakat di Klinik Bungana Surbakti Desa Sei Buluh
Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai pada Bulan Januari
2014 masih banyak bayi usia kurang dari 6 bulan sekitar 70% yaitu 42 bayi
yang sudah diberikan makanan pendamping ASI.
2. Bayi yang mendapatkan ASI paling sedikit 6 bulan, lebih sedikit mengalami
sakit seperti infeksi, diare, serta alergi pernafasan, karena ASI mengandung
immunoglobulin yang resisten terhadap kuman patogen.
3. Penghentian menyusui di Indonesia didasarkan pada alasan-alasan antara lain:
hamil lagi, anak cukup umur mendapat makanan biasa, payudara sakit, ASI
tidak keluar, lingkungan sosial budaya, ibu bekerja, pengaruh iklan makana
pengganti ASI dan sebagainya.

4. 67% ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi sebelum usia 6 bulan karena
kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dan
bahayanya pemberian MP-ASI terlalu dini.
5. Pemberian MP-ASI dini menyebabkan kematian 1,3 juta jiwa diseluruh dunia
termasuk 22% jiwa meninggal setelah kelahiran karena pemberian MP-ASI
dini.
6. 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar.
7. Diare adalah penyebab utama kematian bayi diseluruh dunia yaitu sekitar
60,8%.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah tersebut peneliti membatasi masalah
yang akan diteliti yaitu Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pemberian MP-ASI
Terlalu Dini pada Bayi Usia 0-6 bulan di Klinik Bungana Surbakti Desa Sei Buluh
Kecamatan teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2014.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian adalah Bagaimana Gambaran
Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pemberian MP-ASI Terlalu Dini Pada Bayi
Usia 0-6 bulan di Klinik Bungana Surbakti Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk
Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2014?

E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pemberian


MP-ASI Terlalu Dini Pada Bayi Usia 0-6 bulan di Klinik Bungana Surbakti
Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai
tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pemberian
MP-ASI Terlalu Dini Pada Bayi Usia 0-6 bulan di Klinik Bungana Surbakti
Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai
tahun 2014 berdasarkan umur.
b. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pemberian
MP-ASI Terlalu Dini Pada Bayi Usia 0-6 bulan di Klinik Bungana Surbakti
Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai
tahun 2014 berdasarkan pendidikan.
c. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pemberian
MP-ASI Terlalu Dini Pada Bayi Usia 0-6 bulan di Klinik Bungana Surbakti
Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai
tahun 2014 berdasarkan pekerjaan.
d. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pemberian
MP-ASI Terlalu Dini Pada Bayi Usia 0-6 bulan di Klinik Bungana Surbakti
Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai
tahun 2014 berdasarkan sumber informasi.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi pengelola Klinik Bungana Surbakti di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk
Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

Sebagai masukan pada pengelola di klinik Bungana Surbakti di Desa Sei Buluh
Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai untuk memberikan
informasi tentang pentingnya makanan pendamping ASI pada bayi umur yang
tepat dan dampak MP-ASI terlalu dini pada bayi usia 0-6 bulan, dan sebagai
acuan atau arahan untuk mensosialisasikan pemberian ASI eksklusif dan
pemberian MP-ASI mulai usia 6 bulan.
2. Bagi Ibu di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang
Bedagai.
Untuk memberikan

masukan

yang

bermanfaat

sehingga

menambah

pengetahuan ibu-ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dan dampak


dari pemberian makanan tambahan terlalu dini pada bayi usia 0-6 bulan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah referensi dan sebagai sumber kepustakaan untuk
perpustakaan Akademi Kebidanan MEDISTRA Lubuk Pakam.
4. Bagi Peneliti
Untuk menambah khasanah pengetahuan tentang pentingnya pemberian
makanan tambahan pada usia bayi yang tepat serta dampak pemberian MP-ASI
terlalu dini pada bayi usia 0-6 bulan dan sebagai bahan masukan untuk
penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai