Anda di halaman 1dari 31

SINDROMA NEFROTIK

Firdha Triasurya Ramdhani, S.Ked (2010730039)


Dokter Pembimbing:
Dr. H.A Sanoesi T, Sp.PD
KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT DALAM
RS ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI

Identitas Pasien

Nama
: Tn. S
Usia
: 18 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Alamat
: KP. Jembatan. Penggilingan.
Cakung.
Jakarta Timur.
Dokter yang merawat : dr. Dewi Sp.PD

Anamnesis

Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan BAK berbuih, 4
hari SMRS

Keluhan Tambahan :
Mata Bengkak setisp bangun tidur, Lemas,
Mual Muntah

Lanjutan..

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli dengan untuk kontrol rutin. Pasien mengeluh
BAK berbuih sejak 1 minggu SMRS. Nyeri saat buang air kecil (-).
Sebelumnya pada bulan agustus 2014 pasien datang dengan
keluhan bengkak tubuh yang dialami 1 minggu sebelum datang ke
poli. Bengkak dirsakan timbul secara perlahan, bengkak pertama
kali muncul pada daerah wajah dan tampak pada saat bangun
tidur. Pasien juga mengaku bengkak menjalar ke tangan, perut
dan terakhir menjalar sampai ke kaki. Bengkak dirasakan semakin
lama bertambah. Bengkak pada kaki jika ditekan bengkak
membentuk cekungan. Tidak ada demam. Badan terasa lemas
dan nafsu makan menurun. Saat ini pasien tidak mengeluhkan
adanya demam. Mual-muntah (+). Nyeri pada dada (-). Nyeri Perut
(+). Riwayat kencing berpasir (-), BAK berbuih (+), BAK selalu
tuntas (+), nyeri pada saat BAK (-), BAK berdarah (-). BAB Tidak
ada keluhan. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan yang rutin di
konsumsi (-).

Lanjutan..
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama
bengkak seluruh tubuh pada bulan agustus
tahun 2014.
Hipertensi (-)
Diabetes Melitus (-)
Penyakit Jantung (-)
Asma (-)
Alergi (-)
Riwayat sindroma Nefrotik (-)

Lanjutan..
Riwayat penyakit Keluarga
Ayah Hipertensi
Ibu tidak ada keluhan
Hiperglikemia, Asma, Jantung disangkal oleh
keluarga pasien
Riwayat penyakit ginjal d keluarga di sangkal

Lanjutan..
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi apapun
Riwayat Psikososial
Pasien tidak bekerja.
Makan dan minum kadang teratur

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang


Kesadaran : composmentis
Tanda vital :
Suhu : 37,2oC
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit

BB : 55 kg
BB Ketika sakit : 49 kg
TB: 170 cm
Kesimpulan : Underweight

TD : 110/80 mmHg

Status Generalisata

Kepala : Norrmochepal
Rambut : Hitam, tersebar merata, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-),
Refleks Cahaya (+/+), Pupil Isokor, Edema Palpebra
(-/-)
Hidung : Septum Deviasi (-/-), Sekret (-/-), Epistaksis
(-/-), konka normal
Telinga : Normotia, Serumen (-/-), hiperemis (-/-).
Mulut : Bibir Pucat (-), Bibir Kering (+), Sianosis (-),
Stomatitis (-), Lidah Kotor (-), Tonsil ( T1 / T1 ), Faring
Hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Kelenjar
Tiroid (-)

Thoraks

Paru :

Inspeksi : Dada tidak simetris (-), Retraksi Dinding Dada (-),


Palpasi : Vocal fremitus tidak sama kanan dan kiri
Bagian dada kiri tertinggal saat inspirasi (-)
Perkusi : Sonor disluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+) Rhonki (+/-), Wheezing (-/-)

Jantung :

Inspeksi : Ictus Cordis Terlihat (-)


Palpasi : Ictus Cordis Teraba (+) di ICS V linea Midclavicula
sinistra
Perkusi : batas kanan jantung relatif di ICS V linea parasternal
dextra
Batas kiri jantung relatif di ICS V linea midclavicula
sinistra

Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, Mur-mur (-),


Gallop (-)

Abdomen

Inspeksi :
Perut
datar
(+),lesi (-), skar(-), Spider
navi(-)
Auskultasi : Bising Usus
(+), Normal
Palpasi :
Abdomen
Supel,
nyeri
tekan
epigastrium
(-),
nyeri
tekan
pada
abdomen
regio kiri atas Hepar
Teraba (-), Lien Teraba (-)
Perkusi : Timpani pada
keempat
kuadran
Abdomen

Ekstremitas Atas :

Akral
CRT
edema

: Hangat
: <2 detik
: -/-

Ekstremitas Bawah :

Akral
: hangat
CRT
: <2 detik
edema (bawah) : +/+
ulcus
: -/-

RESUME

Pasien laki-laki 18 tahun dengan ke poli untuk kontrol


rutin. Pasien mengeluh BAK berbuih sejak 1 minggu
SMRS. Nyeri saat BAK (-),Riwayat kencing berpasir (-),
BAK berbuih (+), BAK selalu tuntas (+). Nausea vomitus
(+). Nyeri Perut (+). Riwayat sindroma nefrotik
sebelumnya (+). Edema palpebra (+). Malaise (+).
Tekanan Darah: 110/ 80 mmHg
Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit
Suhu
: 37.2C
Cholestrol LDLH 265 mg/dL
CholinesteraseH 14.187kU/L
Urinalisis Albumin Urine 4+

ASSESMENT
Sindroma Nefrotik
S: BAK berbuih, Bengkak pada kelopah maa seiap bangun tidur.
Riwayat sindroma nefrotik sebelumnya.
O: Tekanan Darah : 110/ 80 mmHg ; Nadi: 84x/menit; RR: 20x/menit;
Suhu: 37.2C. Edema +/+
A: Sindroma nefrotik
P: Non-medikamentosa
Diet untuk pasien sindrom nefrotik adalah 35 kal/kgBB/hari, sebagian
besar terdiri dari karbohidrat. Kontrol proteinuria dapat memperbaiki
hipoalbuminemia
dan
mengurangi
risiko
komplikasi
yang
ditimbulkan. Dianjurkan diet protein normal 0,8-1,0 g/kgBB/hari.
Medikamentosa
Kortikosteroid, ACE inhibitors dan angiotensin receptor blocker
OAINS, Siklofosfamid dan Klorambusil
Siklosporin A, Diuretik
Antikoagulan, Penurun Lemak, Antibiotik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal

Test

Hasil

03/10/2014

Albumin

L 2.8

SGPT

20.30

Test Urin
Color

Yellow

Clarity

Slightly cloudy

pH

7.0

Spesific Gravity

L 1.010

Urobilinogen

<1

Bilirubin

Negative

Albumin Urine

2+

Glucose urine

Negative

Keton

Negative

Leukosyt esterase

1+

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nitrit

Negative

Blood urine

1+

Leukosit

Banyak

Eritrosit

3-6

Epitel

Positif

Krital urine

Negative

Bacterial

Cast

Positif
Granula 2-4

19/12/14

Cholestrol LDL

H 265 mg/dL

Cholinesterase

H 14.187kU/L

Urinalisis
Albumin Urine

4+

SINDROMA NEFROTIK

Sindrom nefrotik merupakan salah satu


manifestasi klinis glomerulonefritis yang
ditandai dengan edema anasarka, proteinuria
masif 3,5 g/dl, hiperkolesterolemia, dan
lipiduria
(Prodjosudjadi,
2007).
Sindrom
nefrotik selalu disebabkan oleh kelainan di
glomerolus. Pada sindrom nefrotik, albumin
menembus
kapiler
glomerolus,
sebuah
fenomena abnormal yang bisa disebabkan
oleh kelainan pada muatan listrik di membran
basal glomerolus, perubahan biokimia di
membran basal, atau deposit imun

SINDROMA NEFROTIK

Sindroma Nefrotik adalah gambaran klinik penyakit


glomerulus yang ditadai dengan proteinuia masif >
3,5 gram/24 jam / 1,73 m2 disertai hipoalbuminemia
<2,5 g/dl, edema anasarka, hiperlipidemia, lipiduria,
dan hiperkoaulabilitas

Ada kecenderungan kambuh

EPIDEMIOLOGI

Laki-laki dan perempuan ( 2 : 1 )


Ras hitam < ras putih
Di Hingkong dilaporkan 2-4 kasus per 100.000
anak per th (Chiu and Yap, 2005)

Etiologi
Etiologi

Sindrom
Nefrotik
PRIMER

Idiopatik, tjd akibat


kelainan pd glomerulus
tanpa ada penyebab
lain

Sindrom
Nefrotik
SEKUNDER

Sebagai akibat dr suatu


penyakit sistemik atau
sebagai akibat dr berbagai
sebab yang nyata spt misal:
efek samping obat (OAINS),
SLE

Patofisiologi..

Tanda dan Gejala


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Edema : palpebra, pitting edema di kaki,


edema pada genital, sering anasarka
Oliguria
Hematuria
Anorexia, fatigue, irritable, pucat
Diare
Respiratory Distres Syndrome
Hipertensi
Infeksi
Tromboemboli

INVESTIGASI

o
o

URINALISA
Proteinuria
Dipstick test ( protein +1 sd +4)
24 jam kuantitatif test
Analisa darah
Albumin < 2,5 gr/dl
Lipid : LDL/VLDL , HDL
BUN/ creatinin
Biopsi ginjal
USG

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan urin, meliputi protein urin,


urinalisis, hamaturia, dipstick urin, berat jenis
urin, dan pemeriksaan sedimen.
Pemeriksaan darah, meliputi kadar albumin
dalam serum, kolesterol serum, trigliserid,
hemoglobin, hematokrit, laju endap darah (LED),
dan elektrolit serum
Pemeriksaan serologik dan biopsi ginjal sering
diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan kemungkinan penyebab sindrom
nefrotik sekunder.

KOMPLIKASI

Infeksi ( akibat defisiensi respon imun)


Tromboembolisme (terutama vena renal)
Emboli pulmo
Peningkatan terjadinya aterosklerosis
Hipovolemia
Hilangya protein dalam urine
Gangguan pertumbuhan

PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
Diet
untuk pasien sindrom nefrotik adalah 35
kal/kgBB/hari, sebagian besar terdiri dari karbohidrat.
Kontrol proteinuria dapat memperbaiki hipoalbuminemia
dan mengurangi risiko komplikasi yang ditimbulkan.
Dianjurkan diet protein normal 0,8-1,0 g/kgBB/hari. Pada
pasien dengan diet protein 0,6 g/kgBB/hari ditambah
dengan jumlah gram protein sesuai jumlah proteinuri
hasilnya proteinuri berkurang, kadar albumin darah
meningkat, dan kadar fibrinogen menurun.
Untuk mengurangi edema diberikan diet rendah garam (12 gram natrium/hari) disertai diuretik dan tirah baring.

Lanjutan
Medikamentosa
Kortikosteroid :
Regimen penggunaan kortikosteroid pada
sindrom
nefrotik
bermacam-macam,
di
antaranya prednison 125 mg setiap 2 hari
sekali selama 2 bulan kemudian dosis
dikurangi bertahap dan dihentikan setelah 1-2
bulan jika relaps, terapi dapat diulangi.
Regimen lain pada orang dewasa adalah
prednison/prednisolon 1-1,5 mg/kg berat
badan/hari selama 4 minggu diikuti 1 mg/kg
berat badan selang 1 hari selama 4 minggu.

Lanjutan

ACE inhibitors dan angiotensin receptor


blocker
Pada pasien yang tidak responsif terhadap
kortikosteroid, untuk mengurangi proteinuri
digunakan
terapi
simptomatik
dengan
angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACEI), misalnya kaptopril atau enalapril dosis
rendah, dan dosis ditingkatkan setelah 2
minggu, atau obat antiinflamasi non-steroid
(OAINS), misal indometasin 3x50 mg.

Lanjutan

OAINS
Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) dapat
digunakan pada pasien nefropati membranosa
dan glomerulosklerosis fokal segmental untuk
menurunkan sintesis prostaglandin. Hal ini
menyebabkan
vasokonstriksi
ginjal,
penurunan tekanan kapiler glomerulus, area
permukaan
filtrasi
dan
mengurangi
proteinuria sampai 75%. Selain itu OAINS
dapat mengurangi kadar fibrinogen, fibrinrelated antigenic dan mencegah agregasi
trombosit.

Lanjutan

Prognosis
Mortalitas dan prognosis pasien dengan
sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan
etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia
anak, kondisi yang mendasari, dan responnya
terhadap pengobatan

TERIMAKASIH.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Anda mungkin juga menyukai