Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue
Indonesia merupakan wilayah endemis DBD. Data sejak tahun 1968 2006
menunjukkan adanya kecenderungan insiden DBD yang terus meningkat. Pada tahun
1985 Indonesia melaporkan terdapat sekitar 13.600 kasus infeksi virus dengue, namun
angka ini terus meningkat dan mencapai sekitar 106.000 kasus di tahun 2006. bahkan
sejak tahun 2004 Indonesia merupakan negara yang melaporkan jumlah kasus infeksi
virus Dengue terbanyak di antara seluruh negara-negara Asia Tenggara. Di lain pihak
mortalitas DBD di Indonesia cenderung menurun dari 3,4% di tahun 1985 hingga
mencapai sekitar 1% pada tahun 2006. 2
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes
(terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan
dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina
yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat pennampungan
air lainnya). 1
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue
yaitu: 1) vektor: perkembang baikan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di
lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain, 2) pnejamu: terdapatnya
penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan
jenis kelamin; 3) lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk. 1
ETIOLOGI
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluargaFlaviviridae. Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul
4x106. 1
Virus Dengue yang merupakan anggota dari genus Flavivirus terdiri dari 4
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Di antara keempat serotipe tersebut,
DEN-3 merupakan serotipe yang paling banyak ditemukan. 2 Terdapat reaksi silang
antara serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow Fever, Japanese
encephalitits dan West Nile virus. 1
PATOGENESIS
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai
vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali
dapat memberi gejala sebagai Demam dengue. Apabila oorang itu mendapat infeksi
berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda.
DBD dapat terjadi apabila seorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali mendapat
infeksi berulang virus dengue lainnya. 3
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesus DBD adalah: a) respon
humoral berupa pembentukan antibodi yangh berperan dalam proses netralisasi virus,
sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi
terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau
makrofag. Hipotesis ini disebut antibody dependent enhancement (ADE); b) limfosit T
baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun seluler terhadap
virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2
dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10; c) monosit dan
makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Namun proses
fagositosis ini menyebabkab peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh
makrofag; d) selain itu, aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan
terbentukknya C3a dan C5a. 1 Tubuh akan membentuk kompleks virus-antibodi dalam
sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat
diepaskannya nanafilatoksin C3a dan C5a sehingga permeabilitas dinding pembuluh
darah meningkat. 3 Peningkatan C3a dan C5a yang terjadi melalui aktivasi oleh
kompleks virus-antibodi juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma. 2
Pada tahun 1973 Halstead mengajukan hipotesis secondary heterologous infection
yang menyatakan bahawa DBD terjadi apabila seseorang terinfeksi ulang oleh virus
Dengue yang berbeda serotipe. Re-infeksi ini dikatakan menyebabkan reaksi anamnestik
antibodi sehingga mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang tinggi. Selanjutnya
pada tahun 1994Kurane dan Ennis menyatakan bahawa infeksi virus dengue
menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi nonnetralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag. Infeksi makrofag oleh virus dengue
inin mengaktivasi sel T helper dan T sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan
interferon gamma. Interferon gamma kemudian akan mengaktivasi monosit sehingga
diekskresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-a, IL-1, PAF, IL-6 dan histamin yang
menyebabkan terjadinya disfungsi endotel dan akhirnya terjadi kebocoran plasma. 2
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme: 1) supresi
sumsum tulang dan 2) destruksi dan pemendekkan masa hidup trombosit. Gambaran
sumsum tulang pada fase awal infeksi (< 5 hari) menunjukkan keadaan hiposeluler dan
supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses
hematopoiesistermasuk megakariopoeisis. Kadar trombopoietin dalam darah pada saat
terjadi trombositopenia justru menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya
stimulasi
trombopoiesis
sebagai
mekanisme
kompensasi
terhadap
keadaan
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau dapat
berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau sindrom
syok dengue (SSD). 1 Gambaran klinis amat bervariasi, dari yang ringan, sedang seperti
DD, sampai ke DBD denagn manifestasi demam akut, perdarahan serta kecenderungan
terjadi rejantan uang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3 15 hari, ratarata 5 8 hari. 3
Pada DD terdapat peningkatan suhu secara tiba-tiba, disertai sakit kepala, nyeri
yang hebat pada otot dan tulang, mual, kadang muntaj dan batuk ringan. Sakit kepala
dapat menyekuruh atau berpusat pada supraaorbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot
terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan. Pada mata dapat ditemukan
pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakrimasi dan fotofobia. Otot-otot sekitar mata terasa
pegal. Eksantem dapat muncul pada awal demam yang terlihat jelas di muka dan dada,
berlangsung beberapa jam lalu akan muncul kembali pada hari ke 3 6 berupa bercak
peteki di lengan dan kaki lalu ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal. Ruam
berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Pada sebagian
pasien dapat ditemukan kurva suh u yang bifasik. Dalam pemeriksaan fisik pasien DD
hampir tidak ditemukan kelainan. Nadi pasien mula-nula cepat kemudian menjadi normal
atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap beberapa hari
dalam masa penyembuhan. 3
Demam berdarah dengue berdasakan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD
ditegakkan bila semua kriteria terpenuhi; demam atau riwayat demam akut, antara 2-7
hari, biasanya bifasik, terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut: uji
bendung positif, peteki, ekimosis atau purpura, perdarahan mukosa (tersering epistaksis
atau perdarahan gsi) atau perdarahan tempat lain, trombositopenia (jumlah trombosit <
100.000/ml), terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai tanda berikut:
penigngkatan hematokrit >20% dibandingkan estndar sesuai dengan umur dan jenis
kelamin, penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya, tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura,asites,
hipoproteinemia, atau hiponatremia. 2
Sindrom renjatan dengue ditandai dengan seluruh kriteri DBD diatas disertai
kegagalan sirkulasi yang bermanifestasi sebgaia: nadi yang cepat dan lemah, tekanan
darah turun (>20 mmHg), hipotensi dibandingkan estndar sesuai umur dan kulit yang
dingin dan lembab serta gelisah. 2
DIAGNOSIS
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitae 4 6 hari (rentang 3 14 hari), timbul
gejala prodromal yang tidak khas seperti: nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan
perasaan lelah.
Demam Dengue (DD). Merupakan penyakit demam akut selama 2 7 hari, ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbital
Mialgia/artralgia
Ruam kulit
Leukopenia
Dan pemeriksaan serologi dengue positif; atau ditemukan pasien DD/DBD yang
sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
Demam Berdarah Dengue (DBD). Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD
ditegakkan bila semua hal di bawah ini terpenuhi:
hematokrit
>
20%
setelah
mendapat
terapi
cairan,
Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemi limfositosis
relatif (> 45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >
15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat
Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi): bila akan diberikan transfusi
datrah atau komponen darah
uji HI: dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi
apabila terjadi pembesaran plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus
kanan (pasien tidur sisi badan sebelha kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi
dengan pemeriksaan USG.
DIAGNOSIS BANDING
Adanya demam pada awal penyakit dapat dibandingkan dengan infeksi bakteri
maupun virus, seperti bronkopneumonia, kolesistitis, pielonefritis, demam tifoid, malaria
dan sebagainya. Adanya ruam yang akut seperti pada morbili perlu dibedakan dengan
demam berdarah dengue. Adanya pembesaran hati perlu dibedakan dengan hepatitis akut
dan leptospirosis. Pada meningitis meningokok dan sepsis terdapat perdarahan di kulit.
PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi
suortif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga
kurang 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling
penting dalam penanganan kasus demam berdarah dengue. Asupan cairan pasien harus
tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien harus tetap dijaga,
terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka
dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi secara bermakna. 1
Pada demam dengue derajat III pasien perlu diinfus dengan cairan Ringer Lactate
dengan kecepatan 20 ml/kgBB/jam. Setelah renjatan teratasi, tekanan sistolik > 80
mmHg, nadi jelas teraba, amplitudo nadi cukup besar maka kecepatan dirubah menjadi
7
10 ml/kgBB/jam selama 4 6 jam. Bila keadaan umum tetap baik, jumlah cairan yang
diberikan sesuai dengan keadaan klinis, vital dan hematokrit yaitu 5 7 ml/kgBB/jam
dengan cairan Ringer Lactate: Dextrosa 5% = 1:1. IVFD dipertahankan 48 jam setelah
renjatan teratasi.
Pada demam dengue derajat IV, pasien diinfus cairan Ringer Lactate/Ringer
Asetate diguyur atau dapat dibolus 100 200 ml sampai nadi teraba dan tensi mulai
terukur 15 30 menit.
Pada penderita renjatan berat yang tidak berespon dengan pemberian Ringer
Lactate/Ringer Asetate 20 cc selama 1 jam dapat diberikan cairan plasma (plasma
expander/Dextran L) dengan kecepatan 10 20 ml/kg/jam maksimal 20 30 ml/kg/jam.
Jumlah urin 1 ml/kgBB/jam merupakan indikasi sirkulasi membaik. Oksigen 2 4
ml/menit diberi kepada paien DSS. Selain itu, koreksi asidosis metabolik dan elektrolit
pada DBD renjatan.
Indikasi pemberian darah adalah apabila terdapat perdarahan secara klinis atau
setelah pemberian kristaloid dan koloid, syok menetap dan hematokrit menurun mungkin
karena terjadinya perdarahan. Pemberian plasma segar beku dan suspensi trombosit bila
ada Disseminated Idiopathic Coagulation pada syok berat yang menimbulkan perdarahan
masif. 4
Syok teratasi
IVFD RL/RA 10 cc/kg/jam
IVFD RL/RA 10
cc/kgBB/jam + Dextran
10 20 cc/kgBB/jam
(maksimal 30
cc/kgBB/jam
IVFD RL/RA:Dextrosa
5% = 1:1 5 cc/kgBB/jam
IVFD
RL/RA:dextrose 5%
= 1:1 3 cc/kgBB/jam
Koreksi asidosis
Evaluasi 1 jam
IVFD stop
Hematokrit tetap
atau meningkat
Syok teratasi
Transfuse darah
segar 10 cc/kgBB
Koloid 20 cc/kgBB
Catatan:
1. pemeriksaan darah rutin dilakukan setiap 6 jam, bila ada perdarahan nyata periksa
ulang darah rutin
2. setiap pasien dengan renjatan analisa AGD
3. bila
shock recurrent
dapat
dipertimbangkan
pemberian
obat inotropik
(dopamin/dobutamin 5 ug/kgBB/menit
4. jumlah urin 1 ml/kgBB/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi membaik
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Suhendra, L. Nainggolan, K Chen, H> T. Pohan Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
p 1709 1713
2. IPD Compendium of Indonesian Medicine 1th Edition 2009 p 1 11
3. A. Mansjoer, K Triyanti, R. Savitri, A. I. Wardhani, W Setiowulan Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1 p 428 433
4. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Bagian Ilmu KEsehatan Anak FKUNHAS, SMF Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
5. http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-demam-berdarah-denguedbd.html
6. http://www.doktertomi.com/2008/04/08/demam-berdarah-dengue/
7. http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=53
11