Anda di halaman 1dari 2

Undang-undang yang berkaitan dengan Pemalsuan Pangan

UU no 18. Tahun 1999 tentang Pangan yang berbunyi negara dengan jumlah penduduk
yang besar dan di sisi lain memiliki sumber daya alam dan sumber Pangan yang beragam,
Indonesia mampu memenuhi kebutuhan Pangannya secara berdaulat dan mandiri
sehingga lebih baik pangan berasal dari dalam negeri apabila sumber pangan di Indonesia
masih tersedia

UU no 18.Tahun 1999 pasal 69 dimana salah satu nya adalah mengatur tentang
pemberian keamanan pangan dan mutu pangan

UU no 18.Tahun 1999 pasal 71 tentang persyaratan proses produksi, penyimpanan,


pengangkutan, dan/atau peredaran Pangan wajib menjamin Keamanan Pangan dan/atau
keselamatan manusia.

Apabila telah dilakukan pemalsuan pangan, apalagi pangan yang dibuat dari bahan yang tidak
sesuai standar yang ditetapkan maka akan melanggar ketentuan undang-undang tersebut hal ini
sesuai dengan UU no.18 tahun 1999 pasal 72 yaitu dikenakan sanksi administratif berupa
denda, penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran, penarikan Pangan
dari peredaran oleh produsen, ganti rugi dan pencabutan izin.
Selain itu pemalsuan pangan juga melanggar beberapa Undang-undang lain diantaranya

Undang-undang hak cipta yaitu UU No 19. Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pada pasal 8

pengusaha pangan dilarang untuk


a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana
dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
c. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengelolahan, gaya, mode, atau
penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang
dan/atau jasa jasa tersebut;
d. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan dan
promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;

e. tidak mencantumkan tanggal kadarluarsa atau jangka waktu penggunaan/pemanfaatan


yang paling baik atas barang tertentu;
f. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan halal yang
dicantumkan dalam label;
g. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang,
ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat
sampingan, nama alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang
menurut ketentuan harus dipasang/dibuat;
h. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa
Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Undang No.5 Tahun 1984 tentang perindustrian
Pasal 19 Pemerintah menetapkan standar untuk bahan baku dan barang
hasil industry dengan tujuan untuk menjamin mutu hasil industri serta untuk
mencapai daya guna produksi.
Ketika proses pemalsuan pangan dilakukan maka bias jadi melanggar
standar bahan baku yang telah ditetapkan dan akan dikenai denda yang dijelaskan
pada pasal 24
Hal-hal yang tercantum diatas berkaitan dengan tindakan pemalsuan pangan yang
dilakukan di luar negeri namun di ekspor ke dalam negeri atau pemalsuan pangan di
dalam negeri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai