Anda di halaman 1dari 37

EFUSI PLEURA

Oleh:
Nadhiela Adani

Anatomi

Definisi
Efusi pleura adalah cairan patologis dalam rongga
pleura

Pada orang normal rongga pleura terdapat cairan


yang berfungsi untuk mencegah melekatnya palura
viseralis dan pleura parietalis sehingga dengan
demikian pergerakan paru (mengembang dan
mengecil) berjalan dengan mulus.

Cairan fisiologis ini disekresi oleh pleura parietalis


dan diabsorpsi oleh pleura viseralis

Normal jumlah cairan pleura: <1ml-20ml

Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada
keseimbangan antara cairan dan protein dalam
rongga pleura.

Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk


secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh
darah kapiler.

Filtrasi terjadi karena perbedaan tekanan osmotic


plasma dan jaringan interstisial submesotelial,
kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam
rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui
pembuluh limfe sekitar pleura.

Diagnosa
Anamnesis: Keluhan yang dirasakan berupa sesak, nyeri
dada, kesulitan bernapas, peningkatan suhu tubuh bila ada
infeksi, keletihan dan batuk

Pemeriksaan Fisis:
Inspeksi: pencembungan hemithorax yang sakit, ICS
melebar, pergerakan pernafasan menurun pada sisi sakit,
mediastinum terdorong ke arah kontralateral.

Palpasi: sesuai dengan inspeksi, fremitus raba menurun.


Perkusi: perkusi yang pekak, garis Elolis damoisseaux.
Auskultasi: suara nafas yang menurun bahkan menghilang.

Foto X-ray :

Permukaan daerah
lateral lebih tinggi
daripada bayangan
medial. Tampak pada
cairan >300cc, sudut
kostoprenikus tumpul,
pendorongan ke arah
yang sehat, dan sela iga
melebar

Pemeriksaan dengan USG pada pleura dapat


membantu sebagai penuntun waktu melakukan
aspirasi cairan terutama pada efusi terlokalisasi.

Torakosintesis
Aspirasi cairan pleura (torakosistesis) berguna sebagai
sarana untk diagnostic maupun terapeutik.

Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada pasien dengan


posisi duduk.

Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis


aksilaris posterior dengan memakai jarum abbocath nomor
14 atau 16.

Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 10001500 cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi lebih baik
didikerjakan berulang-ulang daripada 1 kali aspirasi
sekaligus yang dapat menimbulkan pleura shock (hipotensi)
atau edema paru akut. Edema paru dapat terjadi karen
aparu-paru mengembang terlalu cepat.

Komplikasi lain torakosintesis adalah pneumotoraks (udara


masuk melalui jarum), hemotoraks (trauma pada pembuluh
darah intercostalis), dan emboli udara.

Menegakkan diagnosis cairan pleura


dilakukan pemeriksaan:
Warna cairan.
Biasanya warna cairan kekuningan (seroussantokrom). Bila ada kemerah-merahan dapat
terjadi trauma, infark paru, keganasan dan adanya
kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan
dan agak purulent, ini menunjukkan adanya
empyema. Bila merah coklat ini menunjukkan
adanya abses karena amuba.

Biokimia, transudate dan eksudat. Kadar pH dan


glukosa biasanya merendah pada penyaitpenyakit infeksi, artritis rematoid, dan
neoplasma. Kadar amylase biasanya meningkat
pada pankreatitis dan metastasis
adenokarsinoma.

Transudat
Bila tekanan hubungan normal antara tekanan kapiler
hidrostatik dan koloid osmotic menjadi terganggu,
sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura
akan melebihi reabsorpsi oleh oleh pleura lainnya.

Biasanya hal ini terjadi pada keadaan meningkatnya


tekanan kapiler sistemik, meningkatnya tekanan
kapiler pulmoner, menurunnya tekanan koloid osmotic
dalam pleura dan menurunnya tekanan intra pleura.

Penyakit yang menyertai: gagal jantung kiri, SN,


obstruksi vena kava superior, asites pada sirosis hati,
sindrom meig, efek dialysis peritoneal.

Eksudat
Berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan
protein transudate.

Terjadinya

perubahan permeabilitas membrane


karena adanya peradangan pada pleura: infeksi,
infark paru, atau neoplasma.

Protein

yang terdapat dalam cairan pleura


kebanyakan berasal dari kelnjar getah bening.
Kegagalan aliran protein getah bening misalnya
pada pleuritis tuberkulosa akan menyebabkan
peningkatan konsentrasi protein cairan pleura,
sehingga menimbulkan eksudat.

Sitologi:

Sel neutorfil: infeksi akut


Sel limfosit: infeksi kronik seperti pleuritis TB dan limfoma
maligna

Sel mesotel: infark paru, biasanya terdapat banyak eritrosit


Sel mesotel maligna:mesothelioma
Sel-sel besar dengan banyak inti: artritis rematoid
Sel LE: lupus eritematosus sistemik
Sel maligna: pada paru/metastase

Bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang mengandung
organisme, apalagi bila cairannya purulent. Efusi
purulent dapat menganding kuman aerob atau anaerob.
Jenis
kuman
Pneumokokus,
enterobacter.

yang
E.coli,

paling
sering
ditemukan:
klebsiela,
pseudomonas,

Pleuritis tuberkulosa biakan cairan terhadap kuman


tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif
samapai 20%-30%.

Biopsi Pleura
Pemeriksaan histopatologi satu atau beberapa
contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50%75% diagnosis kasus pleuritis Tb dan tumor pleura.

Pengobatan Efusi Pleura


Pemberian antibiotic jika terjadi infeksi.
Pada

keadaan keganasan dapat dilakukan


pleurodesis yaitu dengan melengketkan pleura
viseralis dan pleura paretalis. Zat yang
digunakan
adalah
tetrasiklin,
bleomisin,
korinebakterium
parvum,
Tio-tepa,
5
fluorourasil.

Komplikasi
Infeksi sekunder
Schwarte: gumpalan fibrin yang melekatkan
pleura viseralis dan pareitalis setempat.
Schwarte akan mengurangi ekspansi paru
sehingga
akan
menurunkan
kemampuan
bernapas penderita karena ganguan restriksi
berupa penurunan kapasitas vital.

Prognosis
Dengan semakin majunya ilmu kedokteran,
dunia farmasi dan teknologi kedokteran, pada
umumnya prognosis efusi pleura adalah baik,
tentunya kecuali bila penyakit dasarnya adalah
suatu keganasan.

WATER SEAL DRAINAGE


(WSD)
WSD (Water Seal Drainage) atau yang disebut
juga dengan Chest-Tube (pipa dada) adalah
suatu usaha untuk memasukkan kateter ke
dalam rongga pleura dengan maksud untuk
mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam
rongga pleura atau untuk mengeluarkan udara
yang terdapat di dalam rongga pleura.

Bedanya tindakan WSD dengan tindakan punksi


atau thorakosintesis adalah pemasangan kateter
/ selang pada WSD berlangsung lebih lama dan
dihubungkan dengan suatu botol penampung.

Indikasi: Pneumothorak , Hemothoraks , Efusi pleura ,


Empiema.

Dengan tujuan pemasangan yaitu:


Mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura ,
Mengembalikan tekanan negatif pada rongga pleura ,
Mengembangkan kembali paru yang kolaps dan kolaps
sebagian ,
Mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.

Penyulit: Perdarahan dan infeksi

Jenis WSD

Single Bottle Water Seal


System
Keuntungan :

Penyusunan sederhana
Memudahkan untuk mobilisasi pasien
Kerugian :

Saat melakukan drainage, perlu kekuatan yang lebih besar


dari ekspansi dada untuk mengeluarkan cairan / udara

Untuk terjadinya aliran kebotol, tekanan pleura harus lebih


tinggi dari tekanan dalam botol

Kesulitan untuk mendrainage udara dan cairan secara


bersamaan.

Two Bottle System


Keuntungan :

Mampu mempertahankan water seal pada tingkat yang konstan


Memungkinkan observasi dan tingkat pengukuran jumlah
drainage yang keluar dengan baik

Udara maupun cairan dapat terdrainage secara bersama-sama .


Kerugian :

Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari


tekanan botol

Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara sehingga


dapat terjadi kebocoran udara

Three Bottle System


Keuntungan :

Sistem paling aman untuk mengatur


penghisapan
Kerugian :

Perakitan lebih kompleks sehingga lebih mudah


terjadi kesalahan pada pada perakitan dan
pemeliharaan

Sulit untuk digunakan jika pasien ingin


melakukan mobilisasi

Tempat Pemasangan
Apikal: Letak selang pada ICS 2 mid klavikula.
Dimasukkan secara antero lateral. Fungsi untuk
mengeluarkan udara dari rongga pleura.

Basal: Letak selang pada ICS 5-6 atau ICS 8-9


mid axilaris. Fungsi: untuk mengeluarkan cairan
dari rongga pleura

Indikasi pelepasan WSD


Produksi cairan <50 cc/hari
Bubling sudah tidak ditemukan
Pernafasan pasien normal
1-3 haripost cardiac surgery
2-6 haripost thoracic surgery
Pada thorax foto menunjukkan pengembangan
paru yang adekuat atau tidak adanya cairan
atau udara pada rongga intra pleura

Persiapan Alat:
Sarung tangan steril
Doek steril
Kassa
Obat anatesi (lidocaine)
Povidone iodine dan alcohol
Spuit 5 cc/10 cc steril
Pisau bedah steril
Klem arteri lurus 15-17 cm steril
Needle holder = klem pemegang jarum dan jarum jahit kulit
steril

Benang sutera steril untuk jaihitan kulit 4 x 25 cm


"Selang untuk "Drain" yang steril. Untuk orang dewasa minimal
I.D.8 mm dan untuk anak-anak 6 mm.

Teknik Pemasangan
Bila mungkin penderita dalam posisi duduk. Bila
tidak mungkin setengah duduk, bila tidak
mungkin dapat juga penderita tiduran dengan
sedikit miring ke sisi yang sehat.

Ditentukan tempat untuk pemasangan WSD.


Bila kanan sela iga (s.i) VII atau VIII, kalau kiri di
s.i VIII atau IX linea aksilaris posterior atau kirakira sama tinggi dengan sela iga dari angulus
inferius skapulae. Bila di dada bagian depan
dipilih s.i II di garis midklavikuler kanan atau kiri

Ditentukan kira-kira tebal dinding toraks.


Secara steril diberi tanda pada selang WSD dari
lobang terakhir selang WSD tebal dinding toraks
(misalnya dengan ikatan benang).

Cuci tempat yang akan dipasang WSD dan


sekitarnya dengan cairan antiseptik.

Tutup dengan duk steril


Daerah tempat masuk slang WSD dan sekitarnya
dianestesi setempat secara infiltrate dan "block".

Insisi kulit subkutis dan otot dada ditengah sela


iga

Irisan diteruskan secara tajam (tusukan)


menembus pleura.

Dengan klem arteri lurus lobang diperlebar


secara tumpul.

Selang WSD diklem dengan arteri klem dan


didorong masuk ke rongga pleura (sedikit
dengan tekanan).

Fiksasi selang WSD sesuai dengan tanda pada


slang WSD.

Daerah luka dibersihkan dan diberi zalf steril


agar kedap udara.

Selang WSD disambung dengan botol SD steril.


Bila mungkin dengan continous suction dengan
tekanan -24 sampai -32 cmH20

Komplikasi
Perdarahan intercosta
Empisema
Kerusakan pada saraf interkosta, vena, arteri
Pneumothoraks kambuhan
Nyeri akan terasa setelah efek dari obat bius lokal
habis, terutama 12-48 jam setelah insersi. Setelah
24 jam pasien dapat menyesuaikan diri dan dapat
diatasi dengan analgetik.

Robeknya pleura

Daftar Pustaka
Danusantoso, Halim. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru.
Jakarta: Hipokrates.

Halim, Hadi. 2009. Penyakit-Penyakit Pleura: Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam Jilid III edisi V. Jakarta: Interna Publishing.

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005.Patofisiologi


Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Vol 2. Ed. 6. Jakarta
EGC.

Tamsuri, Anas. 2008.Klien dengan Gangguan Pernapasan.


Jakarta: EGC

Ward, Jeremy P.T dkk. 2006.At a Glance Sistem Respirasi.


Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai