Anda di halaman 1dari 50

BAB I

KONSEP DASAR
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai
kelenjar sekresi internal) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan
melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon
berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkordinasikan kegiatan sebagai
organ tubuh.

Gambar Sistem
Endokrin
1.

Kelenjar Endokrin
a. Kelenjar Hipofisis (Kelenjar Pituitari)
1) Morfologi
a) Ukuran dan lokasi
(1) Kelenjar hipfisis adalah organ berbentuk oval, sebesar
kacang dengan berat sekitar 0,5 g
(2) Organ ini melekat di bagian dasar hipotalamus otak pada
batang yang disebut infudibulum (batang hipotalamus)
(3) Hipofisis terletak pada lekukan berbentuk pelana di tulang
sfenoid (sela tursika) dan terbungkus dalam perpanjangan
dura meter
b) Divisi kelenjar
(1) Lobus anterior (adenohipofisis) kelenjar terdiri dari pars
distalis, pars tuberlais dan pars intermedia
-

Pars ditalis merupakan tonjolan lobus anterior

Pars tuberalis pada manusia pada manusia tereduksi


menjadi lempeng tipis sel-sel epitel pada bagian
superior pars distalis

Pars intermedia, bersebelahan dengan pars ditalis,


sangat jelas pada janin tetapi terduksi setelah dewasa

(2) Lobus posterior pituitari (Neurohipofisis) tersusun dari para


nervosa dan infundibulum,
-

Pars nervosa terhubung dengan hipotalamus otak

Infundibulum

(batang

saraf)

menghubungkan

neurohipofisis dengan otak


c) Asal embriologik lobus
(1) Adenohipofisis berasal dari tumbuhan, envaginasi (kantong
rathke), epitelium pada bagian dasar rongga mulut primitf
(2) Neurohipofisis dibetuk dari tonjolan tabung saraf ke arah
bawah

dibagian

dasar

hipotolamus.

Bagian

ini

mempertahankan hubungan langsung saraf dengan otak


melalui infundibulum
d) Hubungan hipofisis-hipotalamus.
Hubungan vaskular dan saraf antara hipotalamus dan
hipofisis sangat penting untuk fungsi kelenjar hipofisis
Sistem portal hipotalamus-hipofisis
(1) Suplai darah ke lobus posterior (neuronhipofisis) terjadi
melalui dua arteri hipofisis interior, yang merupakan
cabang arteri karotis internal, memasuki lobus posterior dan
membentuk jaring-jaring kapilar. Aliran vena mengalir
melalui vena hopofisis ke dalam sinus dural
(2) Suplai darah ke lobus anterior (hipofisis) adalah tidak
langsung. Arteri hipofisis superior (cabang arteri karotis
internal) memasuki bagian tengah tonjolan hipotalamus dan
batang infundibilum sehingga membentuk jaring-jaring
kapilar pertama
(3) Jaring kapilar pertama dialiri vena portal hipofisis, yang
menjadi awal jaring kapilar kedua di bagian bawah lobus
anterior
(4) Sistem portal hipotalamus-hipofisis mengacu pada kedua
jaring kapilar di atas (satu di hipotalamus dan satu lagi
dalam adenohipofisis) dan vena yang terletak keduanya.

Kelenjar

Hormon

Sel Sasaran

Fungsi Utama

Hipofisis
Hipofisis
Anterior

Thyriod stimulating
hormon (TSH)

Sel folikel tiroid

Merangsang sekresi T3 dan T4


Merangsang sekresi kortisol

Adrenocortikotropik
Hormon (ACTH)

Kotek adrenal

Growth Hormon
(GH)

Tulang jaringan
lunak

Merangsang pertumbuhan
tulang, membantu
metabolisme protein, lemak
Merangsang sekresi
somastotastatin

Hati
Folicle stimulating
hormone (FSH)

Wanita : follicle
ovarium

Mendorong pertumbuhan dan


perkembangan folikel,
merangsang sekresi estrogen
Merangsang produksi sperma

Pria : tubulus
seminiferus

Hipofisis
posterior

Merangsang ovulasi,
perkembangan korpus
leteum, sekresi esterogen dan
progesteron

Luteinizing hormone Wanita : folicle


(LH) intertitial cell
ovarium dan korpus Merangsang sekresi testeron
stimulating hormone leteum
(ICSH)
Mendorong perkembangan
Pria : sel
payudara
interstisium leyding
di testis
Meningkatkan H2O
menimbulkan vasokontriksi
Prolaktin
Wanita : kelenjar
mamaria
Meningkatkan kontraktilitis
Vaso presin (ADH : Tubulus ginjal
anti diaretic hormone) ateriol
Meningkatkan pengeluaran
ASI
Uterus
Oksitosin
Kelenjar mamaria

b. Kelenjar Paratioid

1) Morfologi
a) Kelenjar paratioid adalah empat organ kecil, masing-masing
berukuran sebesar biji apel, terletak pada permukaan posterior
kelenjar tiroid dan dipisahkan dari kelenjar tiroid oleh kapsulkapsul jaringan kuat
b) Dari sisi histologis, ada dua jenis sel dalam kelenjar paratiroid :
sel utama, yang mensekresi hormon paratiroid (PTH), dan sel
oksifilik, yang merupakan tahap perkembangan sel chief.
2) Efek Fisiologis hormon paratiroid
a) PTH mengendalikan keseimbangan kalsium dan fosfat dalam
tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penurunan
kadar fosfat darah
(1) Ion kalsium sangat penting untuk pembentukan tulang dan
gigi, koagulasi darah, kontraksi otot, permeabilitas membran
sel dan kemampuan eksitabilitas neuromuskular yang normal
(2) Ion fosfat sangat penting untuk metabolisme selular, sistem
buffer asam-basa tubuh, juga sebagai komponen nukleotida
dan membran sel
b) PTH meningkatkan kadar kalsium darah melalui tiga mekanisme
(1) PTH menstimulasi aktivitas osteoklas (sel penghancur
tulang)
(2) PTH meningkatkan absorbsi kalsium intestinal mengaktivasi
(3) PTH menstimulasi rabsorpsi kalsium dari tobulus ginjal
3) Pengendalian sekresi terjadi melalui sistem pengendalian umpan
balik dengan konsetrasi ion kalsium dalam darah
a) Penurunan kadar kalsium darah menyebabkan peningkatan
sekresi PTH. Saat kadar kalsium darah meningkat, sekresi PTH
menurun
b) Kalsitonin (tirokalsitonin), diproduksi oleh sel parafolikular
kelenjar tiroid, berantagonis langsung dengan PTH dan
menurunkan kalsium darah

c. Kelenjar Adrenal
1) Mofologi
a) Kelenjar adrenal (kelenjar suprarenal) adalah dua massa
triangular pipih berwarna kuning yang tertanam pada jaringan
adiposa. Organ ini berada di kutub atas ginjal
b) Masing-masing kelenjar adrenal terdiri dari korteks di bagian
luar dan medula di bagian dalam
(1) Korteks mensekresi hormon steroid, korteks terbagi menjadi
tiga lapisan, daru luar ke dalam, yaitu zona glomerurulosa,
zona fasikulata, dan zona retikularis
(2) Medula, yang secara embriologik berasal dari jenis
neurocektodermis sama (sisa-sisa sel krista saraf) yang
menjadi asal neuron simpatis.
2) Hormon kelenjar adrenal
a) Hormon medular disekresi oleh sel-sel kromafin medula adrenal
untuk merespon stimulus prganlionik simpatis. Hormon ini
meliputi katakolamin, epineprin (80%) dan urineprin (20%).
(1) Epineprin dan norepineprin memiliki perbedaan efek
fisiologis yang berkaitan dengan kedua jenis reseptornya,
alfa () dan beta () yang terletak pada membran sel target.
(2) Fungsi hormon ini adalah untuk mempersiapkan tubuh
terhadap aktivitas fisik yang merespon stres, kegembiraan,
latihan, dan penurunan kadar gula darah.

b) Hormon kortikal adrenal, berlawanan dengan hormon medular


sangat penting untuk kehidupan.
(1) Mineralokortikoid disintesis dalam zona glumerulosa.

Aldosteron

mineralaolikoid

terpenting,

mengatur

keseimbangan air dan elektrolit melalui pengendalian


kadar natrium dan kalium dalam darah
-

Kendali sekresi. Sekresi adesteron di atur oleh kadar


natrium darah, tetapi terutama oleh mekanisme reninagiotensin

(2) Glukokortikoid disintesis dalam zona vasikulata. Hormon ini


meliputi kortikosteron, kortisol, dan kortison. Hormon yang
terpenting adalah kortisol
Efek fisiologis : Glukortiroid mempengaruhi metabolisme
gluksosa, protein dan lemak, sintesis glukosa dari sumber
karbohidrat (glukogeneresis) dan peningkatan kadar glukosa
doral pengurain lemak serta menghambat ambilan asam
amino dan suntesis protein menstabilisi membran lifosom
(3) Gonadokortiroid (steroid kelain)
Disintesis pada zona retikularis steroid ini berfungsi terutama
sebagai prekursor untuk pengubah tertosteron dan estrogen
oleh jaringan.
d. Kelenjar Pineal
1) Morfologi
a) Kelenjar pineal (epifisis serebri) terbentuk serebri, terbentuk dari
jaringan saraf dan terletak dilangit-langit ventrikel ke tiga otak
b) Kelenjar ini terdiri dari pinealosid dan sel neuroglia penopang
c) Seiring pertambahan usia, kelenjar mengakumulasi cadangan
kalsium yang disebut sebagai brain sand (acervulus)
2) Hormon yang disekresi kelenjar pineal adalah milatonin yang
memiliki beberapa efek dan telah dibuktikan
a) Pada binatang percobaan, melatonin mempengaruhi fungsi
endokrin kelenjar tiroid, kortek adrenal, dan gonad serta
mempengaruhi prilaku perkawinan mereka

b) Pada manusia melatonin, sepertinya memiliki efek inhibisi


terhadap pelepasan gonatropin dan menghambat produksi
melanin oleh melanosit di kulit.
c) Pengendalian produksi melatonin
-

Intensitas dan durasi cahaya lingkungan, yang mencapai


kelenjar melaui kolateral jalur penglihatan mempengaruhi
pelepasan melatonin. Produksi melatonin terendah terjadi di
siang hari dan terbesar pada malam hari

Siklus alami produksi melatonin mungkin berkaitan dengan


irama beberapa proses fisiologis harian

e. Kelenjar Timus
1) Morfologi. Timus terletak di bagian toraks terhadap sternum dan
melapisi bagian atas jantung. Kelenjar ini ukurannya besar dimasa
anak-anak dan mengecil seiring pertambahan usia
2) Hormon, faktor-faktor yang diproduksi kelenjar ini meliputi enam
peptida yang secara kolektif disebut timosin.
3) Fungsi timosin
a) Timosin mengendalikan perkembangan sistem imun dependen
timus dengan menstimulasi diferensiasi dan proliferasi sel
limposit
b) Timosin mungkin dalam penyakit imunodefisiensi kongenital
seperti agammaglobulinemia, yaitu ketidakmampuan total
untuk memproduksi antibodi.

f. Kelenjar Tiroid

Kelenjar
mengendalikan

tiroid
kecepatan

menghasilkan
metabolisme

hormon
tubuh.

tiroid,

yang

Hormon

tiroid

mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara :


1) Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan
protein.
2) Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.
Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja
lebih cepat. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid
memerlukan iodium yaitu elemen yang terdapat di dalam makanan dan
air. Iodium diserap oleh usus halus bagian atas dan lambung, dan kirakira sepertiga hingga setengahnya ditangkap oleh kelenjar tiroid,
sedangkan sisanya dikeluarkan lewat air kemih. Hormon tiroid dibentuk
melalui penyatuan satu atau dua molekul iodium ke sebuah glikoprotein
besar yang disebut tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid dan
mengandung asam amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodium
ini disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk
membentuk dua jenis hormon tiroid dalam darah yaitu :
1) Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar
tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan
metabolisme tubuh.
2) Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk
aktif, yaitu triiodotironin (T3).
T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodium yang
terkandung (tiga untuk T3 dan empat untuk T4 ). Sebagian besar (90%)
hormon tiroid yang dilepaskan ke dalam darah adalah T4, tetapi T3
secara fisiologis lebih bermakna. Baik T3 maupun T4 dibawa ke sel-sel
sasaran mereka oleh suatu protein plasma.

1) Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid


Ada 7 tahap, yaitu:
a) Trapping
b) Oksidasi
c) Coupling
d) Penimbunan (storage)
e) Deiodinasi
f) Proteolisis
g) Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)
2) Efek Primer Hormon Tiroid
Sel-sel sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di
dalam tubuh. Efek primer hormon tiroid adalah:
a) Merangsang laju metabolik sel-sel sasaran dengan meningkatkan
metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat.
b) Merangsang kecepatan pompa natrium-kalium di sel sasaran.
Kedua fungsi bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi oleh
sel, terjadi peningkatan laju metabolisme basal, pembakaran kalori,
dan peningkatan produksi panas oleh setiap sel.
a) Meningkatkan

responsivitas

sel-sel

sasaran

terhadap

katekolamin sehingga meningkatkan frekuensi jantung.


b) meningkatkan responsivitas emosi.
c) Meningkatkan

kecepatan

depolarisasi

otot

rangka,

yang

meningkatkan kecepatan kontraksi otot rangka.


d) Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
normal semua sel tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon

pertumbuhan.
3) Pengaturan Faal Tiroid
a) TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone)
Hormon ini merupakan tripeptida, yang telah dapat disintesis,
dan dibuat di hipotalamus. TRH menstimulasi keluarnya
prolaktin, kadang-kadang juga Follicle Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
b) TSH ( Thyroid Stimulating Hormone)
TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di
permukaan sel tiroid (TSH-Reseptor-TSH-R) dan terjadilah efek
hormonal sebagai kenaikan trapping, peningkatan iodinasi,
coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi hormon
meningkat.
c) Umpan balik sekresi hormon
Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat
hipofisis. T3 selain berefek pada hipofisis juga pada tingkat
hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipofisis
terhadap rangsangan TRH.
Tubuh

memiliki

mekanisme

yang

rumit

untuk

menyesuaikan kadar hormon tiroid. Hipotalamus menghasilkan


Thyrotropin-Releasing Hormone, yang menyebabkan kelenjar
hipofisa mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar tiroid
untuk menghasilkan hormon tiroid dalam darah mencapai kadar
tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah
yang lebih sedikit, jika kadar hormon tiroid dalam darah
berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak
TSH.

g. Prankeas
Gelembung pankreas terdiri atas glandular asini yang mensekresi
getah pencernaan kedalam usus. Tersebar diantara asini adalah
sekolompok kecil sel yang dikenal dengan pulau langerhans. Pankreans
yang terletak dalam rongga abdomen bagian atas, memiliki fungsi
kelenjar eksokrim (enzim-enzim digestif) dan kelenjar endokrin.
1) Bagian eksokrin pankreas
Hasil sekresi bagian eksokrin pankreas dikumpulkan dalan
duktus pankreatikus yang akan bersatu dengan duktus koleduktus
yang memasuki duodenum pada ampula veter.
Hasil sekresi pankreas berupa enzim-enzim digesif yang
kaya protein dan elektrolit. Hasil sekresi tersebut mencakup amilase
yang membantu pencernaan dan tripsin yang membantu pencernaan
protein, serta lipase membantu pencernaan lemak.
2) Bagian Endokrin Pankreas
Kelenjar endokrin tersusun dari sel-sel sekrotis dalam
kelompok kecil. Meskipun tidak terdapat duktus, kelenjar endokrin
memiliki suplay darah yang kaya sehingga zat-zat yang
diproduksinya dapat langsung memasuki aliran darah dengan cepat.
Hormon yang diproduksi sel beta disebut insulin, sel alfa mensekresi
glukagon dan sel delta mensekresi somatostatin.
B. Pengendalian Endokrin
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon
di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah sehingga mengganggu fungsi
tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap harus di
atur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke
waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon.

Faktor-faktor lainnya juga merangsang pembentukan hormon.


Prolaktin (hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisia) menyebabkan
kelenjar susu di payudara menghasilkan susu.
Kelenjar semacam pulau Langerhan dan kelenjar paratirad, tidak
berada dibawah kendali hipofisis. Mereka memiliki sistem sendiri untuk
merasakan apakah tubuh memerlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon.
Misalnya kadar insulin meningkat segera setelah makan karena tubuh harus
mengolah gula dari makanan. Jika kadar insulin terlalu tinggi, kadar gula
darah akan turun sampai sangat rendah.
C. Struktur Normal Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah jaringan yang saling berhubungan dengan
secara komplit terdiri atas banyak kelenjar dan hormon. Kelenjar yang
terpisah meliputi hipotalamus, hipofisis interior dan prosterior, pineal, tiroid,
timus, paratipoid, pankreas, adrenal, ovarium dan testis. Dimana masingmasing kelenjar tersebut menyekresikan produknya langsung ke dalam darah.
Sistem endokrin didasarkan pada suatu jalan komunikasi diantara kelenjar
hipotalamus, kelenjar, hipofisis, kelenjar pheriperal, dimana jaringan dan
selnya peka terhadap rangsangan melalui hormon.
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar yang mensintesis dan
mensekresi substansi yang disebut hormon. Hormon-hormon menyebabkan
perubahan fisiologik dan biokimia yang menjadi perantara berbagai
pengaturan. Ketika hormon dilepaskan ke dalam aliran darah, hormon akan
diangkut ke jaringan sasaran yang dapat bekerja dan menimbulkan efek.
1. Merangsang hati untuk menggunakan glukosa atau glukogen
2. Merangsang produksi glukosa dan non glukosa seperti halnya protein dan
lemak (glukoneogenesis). Insulin dan glukogen merupakan hubungan
tumbal balik yang saling berhubungan satu sama lain, yang mana
persamaannya tampak kondisi berpuasa.
Kerja utama insulin adalah untuk menurunkan glukosa darah, dengan
memfasilitasi glukosa ke dalam sel jaringan hati otot dan jaringan lain tempat
glukosa disimpan sebagai glikogen atau dibakar untuk menghasilkan energi.
Insulin juga meningkatkan penyimpanan lemak dalam jaringan adiposa dan
sensitesis protein dalam berbagai jaringan tubuh. Tanpa adanya insulin,
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan akan disekresikan ke dalam urine.
Keadaan ini yang disebut diabetesmilitus. Dimana dapat didiagnosis
berdasarkan tingginya kadar glukosa dalam darah dan urine.
D. Fungsi Sistem Endokrin
Sistem endokrin yang terdiri dari kelenjar-kelenjar yang mensekresi
hormon membantu memelihara dan mengatur fungsi-fungsi vital seperti:
1. Respon terhadap stress dan cedera
Jika terjadi stress/cedera, sistem endokrin memacu serangkaian
reaksi yang ditujukan untuk mempertahankan tekanan darah dan

2.

3.
4.

5.

mempertahankan hidup yang terlibat dalam reaksi ini adalah aksis


hipotalamus.
Pertumbuhan dan perkembangan
Tanpa sistem endokrin akan terjadi gangguan pertumbuhan dalam
mencapai kedewasaan , mungkin infertilitas. Dimana banyak berpengaruh
pada aksis hipotalamus, hipofisis gonad.
Reproduksi
Sistem endokrin ikut berperan dalam pengaturan asam basa dimana
fungsi ini diatur oleh hormon aldosteron dan antidiuretik.
Homeostasis
Sistem endokrin penting untuk mempertahankan homeostasis ion
dimana organisme mamalia hidup dalam lingkungan eksternal yang
senantiasa mengalami perubahan. Tetapi sel-sel dan jaringan hidup dalam
lingkungan internal konstan.
Metabolisme energi
Sistem endokrin juga sebagai regulator metabolisme energi,
dimana metabolisme basal dapat meningkat karena hormon tiroid yang
bekerja sama antara hormon-hormon gastrointestinal dan pankreas.

E. Metabolisme glukosa normal


Pankreas adalah bentuk bagian tubuh yang menghasilkan cairan yang
berada pada usus 12 jari. Pankreas memproduksi enzim pada sistem
pencernaan yang biasanya disebut dengan hormon, dimana yang termasuk
dua hormon tersebut adalah kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. Kelenjar
endokrin pada pankreas disekresi oleh glukosa dan insulin., dimana tingkat
glukagonnya dapat dikontrol secara normal. Ketika menkonsumsi makanan,
produksi insulin dirangsang untuk membantu penggunaan glukosa oleh sel
pada tubuh.Pada kondisi yang buruktingkat insulin meningkat sedangkan
pada tingkat glukagon menurun. Oleh sebab itu pada kondisi orang yang
berpuasa tingkat glukagon meningkat dan tingkat insulin menurun. Sedangkan
otak dan jaringan dibutuhkan pemeliharaan tingkat glukagon yang normal
pada glukosa pada saat berpuasa.
1. Merangsang hati untuk menggunakan glukosa atau glukagon
2. Merangsang produksi glukosa dan non glukosa seperti halnya protein dan
lemak (glukoneogensis). Insulin dan glukoagon merupakan hubungan
timbal balik yang saling berhubungan satu sama lain yang mana
persamaannya tampak kondisi berpuasa
Kerja utama insulin adalah untuk menurunkan glukosa darah dengan
memfasilitasi glukosa ke dalam sel jaringan hati otot dan jaringan lain tempat
glukosa disimpan sebagai glukogen atau dibakar untuk menghasilkan energi.
Insulin juga meningkatkan penyimpanan lemak dalam jaringan adikosa dan
sintesis protein dalam berbagai jaringan tubuh. Tanpa adanya insulin glukosa
tidak dapat masuk ke dalam sel akan disekresi ke dalam urin. Keadaan ini

yang disebut diabetes melitus. Dimana berdasarkan tingginya kadar glukso


dalam darah dan urin.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS DIABETES MELITUS

A. Konsep Dasar
1.

Pengertian
Diabetes Melitus adalah keadaan dimana tubuh tidak menghasilkan
atau memakai insulin sebagaimana mestinya. (Tambayong, Jan, 2000, hal.
157)
Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). (Brunner & Suddarth,
2000, hal. 109)
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
atau glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
(Soegondo, 2002, hal. 8)
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis
dan klinis termasuk Heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat. (Sylvia A.Price dan Lorraine M. Willson,2002)
Klasifikasi DM

a. Tipe 1 adalah IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)

Diabetes yang jumlah insulinnya tidak adequat, disebabkan


oleh karena pada jenis ini timbul reaksi automun yang disebabkan
oleh karena adanya peradangan pada sel beta dan alergi terhadap
kelenjar

pancreasnya

sendiri.

Kadang-kadang

penyakit

ini

dihubungkan dengan virus, misalnya virus hepatitis B yang


menyerang hati dan merusak kelenjar pancreas, sehingga sel beta
yang memproduksi insulin menjadi rusak. Akibatnya orang harus
selalu mendapat suntikan insulin terus menerus untuk menetralisir
kadar gulanya. Gambaran klinik biasanya timbul pada masa kanakkanak dan puncaknya pada masa akil balig.

b. Tipe 2 adalah NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)


Kadar insulin dalam tubuh normal atau tinggi, tetapi tidak
berpengaruh pada jenis kelamin, sampai sekarang penyebabnya
masih jamak, namun faktor keturunan sangat memegang peranan
penting, DM yang tidak selalu tergantung pada insulin. Gejala klinik
biasanya timbul setelah umur 40 tahun.

c. MRDM (Malnutrisi relasi Diabetes Melitus)


Bentuk ini biasanya disebabkan oleh adanya malnutrisi disertai
kekurangan protein yang nyata. Diduga zat sianida yang terdapat
pada singkong yang menjadi sumber karbohidrat berperan dalam
proses terjadinya penyakit ini.

d. GDM (Gestational Diabetes Melitus)

Diabetes yang muncul selama kehamilan. Diabetes Melitus


jenis ini meliputi 2-5 % daripada seluruh DM. Jenis ini sangat
penting untuk diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik
bila tidak ditangani dengan benar. Akibatnya janin yang dilahirkan
berat badannya diatas 4 kg atau bisa jadi keguguran (Soegondo,
2002, hal. 17).

2.

Etiologi

a. Genetik
Faktor keturunan memang memegang peranan penting pada
kejadian penyakit ini. Apabila orang tua (salah satu atau keduanya)
menderita DM, maka kemungkinan anak-anaknya menderita penyakit
ini lebih besar.

b. Virus
Virus hepatitis B menyerang hati dan merusak kelenjar pankreas,
sehingga sel beta yang memproduksi insulin menjadi rusak.

c. Penyakit Pankreas
Peradangan pada sel beta mengakibatkan sel tersebut tidak dapat
memproduksi insulin.

d. Gaya Hidup
Orang yang kurang gerak badan diet tinggi lemak dan rendah
karbohidrat, kegemukan dan kesalahan pola makan.

e. Kelainan Hormonal

Hormon insulin yang kurang jumlahnya atau tidak berfungsi (Arif


Mansjoer, 2000, hal. 580).

3.

Manifestasi Klinik

a. Polidipsi: Rasa haus yang berlebihan, walaupun cuaca tidak panas.


b. Poliuria: sering kencing terutama malam hari.
c. Poliphagia: cepat lapar.
d. Berat badan menurun secara drastis.
e. Badan lemah, cepat lelah.
f. Kesemutan pada jari-jari tangan dan kaki serta gatal-gatal.
g. Penglihatan kabur.
h. Gairah seks menurun (impotensi pada pria, keputihan dan pruritus
vulva pada wanita), disebabkan oleh meningkatnya kadar gula darah
yang dapat mempengaruhi syaraf tepi dan otonom.

i. Luka sukar sembuh.


j. Ibu-ibu sering keguguran dan melahirkan bayi diatas 4 kg. (Soegondo,
2002, hal. 9)

4.

Patofisiologi

Penyakit diabetes melitus terjadi akibat berbagai faktor diantaranya


virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak kelenjar pancreas
terutama sel Beta, kemudian terjadi gangguan produksi insulin. Insulin
bekerja merubah glukosa dalam darah menjadi energi atau tenaga yang
digunakan oleh sel, juga ikut mengatur metabolisme lemak dan protein
dalam tubuh manusia. Akibat kekurangan hormon insulin, glukosa dalam
darah meningkat dan tidak digunakan dengan baik oleh sel, bahkan
glukosa hanya berkumpul di dalam darah dan beredar keseluruh tubuh.
Akibat naiknya kadar gula darah, penderita mengalami kelebihan gula
dalam darah yang harus dikeluarkan melalui urine. Glukosa merupakan zat
yang bersifat hipertonik sehingga menyerap cairan tubuh, terutama cairan
ekstra seluler yang kemudian dikeluarkan melalui ginjal. Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar. akibatnya, glukosa tersebut muncul
dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke
dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit
yang berlebihan. Keadaaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat
dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria), dan rasa haus (polidipsia).
Difisiensi insulin akan juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Kondisi fisik yang
terganggu, lesu dan sering mengantuk, meskipun penderita banyak makan
(polifagia) tetapi penderita tidak gemuk dan semakin kurus, sehingga
penderita menjadi tidak produktif. DM mengakibatkan perubahanperubahan seperti arterosklerosis, diabetik neuropati, diabetik retinopati,
diabetik nefropati dan gangguan fungsi imunitas tubuh.

Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenesis


(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan
glukosa yang baru dari asam-asam amino serta substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan
dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan
terjadi pemecahan lemak yang akan mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
Keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh
apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetic yang diakibatkannya
dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual,
muntah, hiperventilasi, nafas bau keton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. (William F.
Ganong, 1998, hal. 339)

5.

Komplikasi

a. Akut, terdiri dari:


1) Hipoglikemia
Adalah keadaan klinik gangguan syaraf yang disebabkan
penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah
sampai berat berupa koma dan kejang. Penyebab tersering
hipoglikemia adalah obat-obatan hipoglikemia oral golongan
sulfonilurea, khususnya glibenklamid. Meskipun hipoglikemia
sering pula terjadi pada pengobatan dengan insulin, tetapi kejadian
ini sering timbul karena pasien tidak mempertahankan atau belum
mengetahui pengaruh beberapa perubahan pada tubuhnya.

Penyebab hipoglikemia yaitu makan kurang dari aturan yang


ditentukan, berat badan turun, sesudah olahraga, sesudah
melahirkan, sembuh dari sakit dan makan obat yang mempunyai
sifat serupa. Tanda dari hipoglikemia mulai timbul bila glukosa
darah kurang dari 50 mg/dl, meskipun reaksi hipoglikemia bisa
didapat pada kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Tanda klinik
dari hipoglikemia bervariasi dan berbeda pada setiap orang.
Tanda-tanda hipoglikemia yaitu: stadium parasimpatik: lapar,
mual, tekanan darah menurun, stadium gangguan otak ringan
lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan menghitung sederhana, stadium
simpatik: keringat dingin pada muka, terutama pada hidung, bibir
atau tangan, jantung berdebar-debar, stadium otak berat: koma
(tidak sadar), dengan atau tanpa kejang.

2) Hiperglikemia
Adalah adanya masukan kalori yang berlebihan, penghentian
obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut. Tanda
khas kesadaran menurun disertai dehidrasi berat.

3) Ketoasidosis Diabetik (KAD)

Adanya gangguan metabolik yang mengancam hidup yang


secara potensial akut yang terjadi sebagai akibat defisiensi insulin
lama, dikarakteristikkan dengan hiperglikemia yang ekstrim (lebih
dari 300 mg/dl). KAD dimanifestasikan sebagai status berlanjutnya
patofisiologi dari DM, pasien tampak sakit berat dan memerlukan
intervensi darurat untuk mengurangi kadar glukosa darah dan
memperbaiki asidosis berat elektrolit dan ketidak seimbangan
cairan. Faktor-faktor pencetus KAD adalah obat-obatan (steroid,
diuretik, alkohol), penurunan masukan cairan, kegagalan masukan
insulin sesuai program, stress emosi berat, kegagalan untuk
mentaati modifikasi diet.

b. Kronik, terdiri dari:


1) Penyakit Makrovaskuler
Penyakit

makrovaskuler

adalah

karena

aterosklerosis,

terutama mempengaruhi pembuluh darah besar dan sedang, karena


adanya kekurangan insulin, lemak diubah menjadi glukosa untuk
energi.

Perubahan

pada

sintesis

dan

katabolisme

lemak

mengakibatkan peningkatan LDL (Low Density Lipoprotein).


Oklusi vaskular dari aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit
arteri koroner, penyakit vaskular perifer dan penyakit vaskular
serebral.

Penderita

DM

dengan

kelainan

makrovaskular

dapat

memberikan gambaran kelainan pada tungkai bawah, baik berupa


ulkus maupun gangren diabetik. Pada penderita tersebut bila
dilakukan perabaan arteri mungkin akan teraba denyut yang
berkurang sampai menghilang. Penderita dengan gangguan
serebrovaskular dapat memberikan gambaran berupa kelumpuhan
infark jantung juga dapat terjadi akibat kelainan makrovaskular,
rasa nyeri dada sering tidak dijumpai akibat adanya neuropati.

2) Penyakit Mikrovaskular
Terutama
disebabkan

mempengaruhi

oleh

penebalan

pembuluh
membran

darah
dasar

kecil

dan

kapiler

dari

peningkatan kadar glukosa darah secara kronis, ini menyebabkan


diabetik retinopati, neuropati dan nefropati.

a) Neuropati Diabetik
Disebabkan oleh kerusakan kecepatan konduksi syaraf
karena

konsentrasi

glukosa

tinggi

dan

penyakit

mikrovaskular. Neuropati motor sensori berperan dalam ulkus


dan infeksi kaki dan telapak kaki. Neuropati autonomik
berperan dalam kandung kemih neurogenik, impotensi,
konstipasi yang berubah-ubah dengan diare, hipotensi
ortostatik dan adanya keluhan gangguan pengeluaran
keringat. Keluhan tersering adalah berupa kesemutan, rasa
lemah dan baal.

b) Retinopati Diabetik

Penderita dengan retinopati diabetik akan dapat


mengalami

gejala

penglihatan

kabur

yang

dapat

menyebabkan katarak, ataupun gangguan refraksi akibat


perubahan-perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.

c) Nefropati Diabetik
Penderita dengan nefropati diabetik dapat menunjukkan
gambaran gagal ginjal menahun seperti lemas, mual, pucat
sampai keluhan sesak nafas akibat penimbunan cairan.
Adanya gagal ginjal yang dibuktikan dengan kenaikan kadar
kreatinin atau ureum serum ditemukan berkisar antara 2-7 %
(Barbara C. Long, 1998, hal. 28).

6.

Pemeriksaan penunjang

a. Glukosa darah: meningkat < 200 mg/dl atau lebih.


b. Aseton Plasma atau keton: positif.
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Elektrolit:

Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun,

kalium: normal, fosfor: lebih sering menurun.

e. Gas darah arteri: PH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis


metabolic).

f. Trombosit:

Ht

mungkin

meningkat

(dehidrasi)

leukositosis,

hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap infeksi.

g. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi atau


penurunan fungsi ginjal).

h. Insulin darah: mungkin menurun atau bahkan tidak ada (pada tipe I)
atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengidentifikasikan insufiensi
insulin atau ganguan dalam penggunaannya.

i. Urine: Gula dan aseton positif, berat jenis urine mungkin meningkat.
j. Kultur: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi pada
luka.

7.

Penatalaksanaan Medis
Dalam mengelola DM untuk jangka pendek tujuannnya adalah
menghilangkan keluhan dan gejala dan mempertahankan rasa nyaman dan
sehat. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah untuk mencegah
komplikasi, baik makroangiopati, mikroangiopati maupun neuropati
dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas DM.
Prinsip pengelolaan diabetes mellitus didasarkan pada 4 tonggak
penting, yaitu:

a. Perencanaan makan (diit).


b. Latihan jasmani/olah raga.
c. Pemberian obat-obat penurun gula darah dan insulin.
d. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
Adapun keterangan dari masing-masing prinsip tersebut adalah:

a. Perencanaan makan (diit)

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang


seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan
kecukupan gizi baik, sebagai berikut: karbohidrat 60-70 %, protein
10-15 %, lemak 20-25 %.
Ada beberapa cara untuk menentukan kalori yang dibutuhkan
orang dengan DM, diantaranya adalah dengan memperhitungkan
berdasarkan kebutuhan kalori basal yang bersarnya 25-30 kalori/kg BB
ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu
jenis kelamin, umur, aktivitas, kehamilan atau laktasi, adanya
komplikasi dan berat badan.
Cara yang lebih mudah lagi adalah dengan perhitungan kasar, yaitu
untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100 kalori dan
gemuk 1300-1500 kalori. Perhitungan berat badan ideal dengan rumus
Brocca yang dimodifikasi sebagai berikut:
BB I: 90 % X (TB dalam cm 100) X 1 kg
Bagi pria dengan TB dibawah 160 cm dan wanita dibawah 150 cm,
rumus dimodifikasi sebagai berikut:
BB I: (TB dalam cm 100) X 1 kg
Sedangkan menurut Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa
Tubuh:
(IMT) yaitu BB (kg)
(TB (cm)) 2

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori:

1)

Jenis Kelamin
Wanita: 25 kalori/kg BB
Pria: 30 kalori/kg BB

2)

3)

4)

Usia

a)

Usia bayi: 112 kalori / kg BB

b)

Usia 1 tahun: 1000 kalori / kg BB

c)

Usia > 1 tahun: tambah 100 kalori untuk tiap tahunnya.

d)

Usia 40-59 tahun: kalori 5 %

e)

Usia 60-69 tahun: kalori 10 tahun

f)

Usia > 70 tahun: kalori 20 %

Aktifitas fisik atau pekerjaan

a)

Istirahat: kebutuhan kalori basal + 10 %

b)

Ringan: Kebutuhan kalori basal + 20 %

c)

Sedang: kebutuhan kalori basal + 30 %

d)

Berat: kebutuhan kalori basal + 40 %

e)

Sangat berat: kebutuhan kalori basal + 50 %

Kehamilan atau laktasi

Trimester I: + 150 kalori/hari.


Trimester II dan III: + 350 % kalori/hari.
Laktasi: + 550 kalori/hari.

5)

Adanya komplikasi
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu
memerlukan tambahan kalori sebesar 13 % untuk tiap kenaikan
1o C.

6)

Berat badan

a)

Kurus, kalori sehari: BB x 40- 60.

b)

Normal, kalori sehari: BB x 30.

c)

Gemuk, kalori sehari: BB x 20.

d)

Obesitas, kalori sehari: BB x 10/15.

Rumus:
Jumlah kalori yang dibutuhkan orang kurus:
BB I x kalori basal = kalori aktivitas + status gizi.
Jumlah kalori yang dibutuhkan orang gemuk:
BB I x kalori basal + kalori aktivitas status gizi
Makanan sejumlah kalori terhitung, dengan komposisi tersebut
diatas dibagi dalam tiga porsi besar untuk makan pagi 20 %,
makan siang 30 %, dan sore 25 % serta 2-3 porsi makanan
ringan 10-15 % diantaranya.

b. Latihan jasmani/olah raga


Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)
selama kurang lebih 30 menit, sebagai contoh olah raga ringan adalah
berjalan kaki biasa selama 30 menit, olah raga sedang adalah berjalan
cepat selama 20 menit dan olah raga berat misalnya jogging.

c. Obat-obatan dan Insulin


1) Obat-obat golongan sulfonilurea (glibenklamid)
Bekerja dengan menstimulasi sel beta pancreas untuk
melepaskan insulin yang tersimpan. Golongan obat ini tidak dapat
dipakai pada IDDM.

2) Obat-obatan golongan biguanid (metformin)


Bekerja dengan menurunkan glukosa darah tetapi tidak
menyebabkan penurunan sampai dibawah normal.

3) Insulin
Untuk pasien yang sudah tidak dapat dikendalikan kadar
glukosa darahnya dengan kombinasi sulfonilurea dan metformin,
langkah berikut yang mungkin diberikan adalah insulin.

a) Semua orang dengan diabetes tipe 1 memerlukan insulin


eksogen karena produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau
hampir tidak ada.

b) Orang dengan diabetes tipe 2 tertentu mungkin membutuhkan


insulin bila terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar
glukosa darah atau apabila stress fisiologis seperti pada
tingkatan pembedahan.

c) Orang dengan diabetes kehamilan bila diet saja tidak dapat


mengendalikan kadar glukosa darah.

d) Diabetes dengan ketoasidosis.


e) Orang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang
memerlukan suplemen tinggi kalori.

f) Pengobatan sindrom hipoglikemi


d. Penyuluhan/pendidikan kesehatan
Penyuluhan diperlukan karena penyakit DM adalah yang
berhubungan dengan gaya hidup. Pengobatan dengan obatobatan
penting,

tetapi

tidak

cukup.

Pengobatan

DM

memerlukan

keseimbangan antara beberapa kegiatan yang memerlukan bagian


integral dari kegiatan rutin seharihari seperti makan, tidur, bekerja
dan lain-lain. Berhasilnya pengobatan DM tergantung pada kerja sama
antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Pasien yang
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang DM kemudian
selanjutnya mengubah perilaku, akan dapat mengendalikan kondisi
penyakitnya sehingga ia dapat hidup lebih lama. (Soegondo, 2000, hal.
19)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada


praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun tahap-tahap proses
keperawatan itu akan lebih jelas di bawah ini.

A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi
aspek bio, psiko, sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari
pengkajian adalah mendapatkan informasi data tentang klien data tersebut
dapat berasal dari klien (data primer), dari keluarga (data sekunder), dan data
dari catatan yang ada (data tersier), pengkajian dilakukan dengan pendekatan
proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung dan melihat
catatan medis, adapun yang perlu dilakukan pada klien dengan DM.
Tipe-tipe sebagai berikut:

1. Data dasar, adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi:


a. Identitas klien digunakan untuk memudahkan mengenal dan
membandingkan antara klien satu dengan klien yang lain. Identitas
klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

b. Riwayat penyakit sekarang meliputi perjalanan penyakitnya, awal


gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul secara mendadak atau
bertahap, faktor pencetus, upaya yang dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut.

c. Riwayat penyakit terdahulu meliputi penyakit yang berhubungan


dengan penyakit sekarang, riwayat kecelakaan, riwayat dirawat
dirumah sakit dan riwayat penggunaan obat.

d. Riwayat kesehatan keluarga meliputi adakah keluarga yang mempunyai


penyakit keturunan DM dan lain-lain.

e. Riwayat psiko sosial meliputi mekanisme koping yang digunakan klien


untuk mengatasi masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan
cara klien menerima keadaannya.

f. Kebiasaan sehari-hari meliputi cairan, nutrisi, eliminasi, personal


hygine, istirahat tidur, aktivitas dan latihan serta kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan.

2. Pemeriksan yang dapat dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki dengan menggunakan teknik yaitu: inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi, adapun hasil pengkajian dari ujung rambut sampai ujung kaki
dengan teknik tersebut pada klien DM adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas atau istirahat: gejalanya adalah lemah, letih, sulit bergerak,


kram otot, tonus otot menurun. Tandanya adalah takikardi dan takipnea
pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi atau disorentasi.

b. Sirkulasi: gejalanya adalah adanya riwayat hipertensi, infark miokard


akut, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama. Tandanya adalah takikardi, perubahan
tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tidak ada
disritmia, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.

c. Intergritas Ego: gejalanya adalah stress, tergantung pada orang lain,


masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi. Tandanya adalah
ansietas, peka rangsangan.

d. Eliminasi: gejalanya adalah perubahan pola berkemih (poliuria),


nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih, infeksi, ISK
baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare. Tandanya adalah urine
encer,

pucat,

kuning,

poliuri

(dapat

berkembang

menjadi

oliguria/anuria) jika terjadi hipovolemia berat.

e. Makanan atau cairan gejalanya adalah: hilang nafsu makan, mual atau
muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau
karbohidrat, penurunan berat badan, haus. Tandanya kulit kering turgor
jelek bau nafas keton.

f. Neurosensori: gejalanya sakit kepala, pusing, kesemutan, parestesia,


ganguan penglihatan. Tandanya disorientasi (mengantuk, koma).

g. Nyeri atau kenyamanan: gejalanya abdomen yang tegang. Tandanya


wajah meringis dengan palpitasi.

h. Pernapasan: gejalanya merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa


sputum. Tandanya lapar udara, batuk, dan frekuensi pernapasan.

i. Keamanan: gejalanya kulit kering, gatal, ulkus kulit. Tandanya demam,


diaforesis, kulit rusak, lesi, menurunnya rentang gerak.

j. Seksualitas: gejalanya rabas vagina, masalah impoten pada pria,


kesulitan orgasme pada wanita.

B. Diagnosa Keperawatan
Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang dikumpulkan
diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data, pengelompokan
data dan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah
keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari hasil pengkajian
keperawatan.
Menurut Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse da Alince C.
Geissler dalam bukunya Nursing Care Plans, Gudelines for Planning and
Documenting Patent Care edisi III, diagnosa keperawatan pada klien dengan
DM adalah

1. Gangguan keseimbangan cairan: kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan diuresis osmotik

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, intake yang kurang

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa yang


tinggi

4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan


ketidak seimbangan glukosa atau insulin

5. Kelelahan berhubungan dengan insufiensi insulin.

6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang, kurang


pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.

7. Diagnosa kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan


kurangnya informasi

C. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan strategi keperawatan atau
intervensi yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi
masalah- masalah klien yang teridentifikasi sebagai hasil analis atau sintesa.

1. Adapun

perencanaan

untuk

diagnosa

keperawatan

gangguan

keseimbangan cairan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


diuresis osmotik. Tujuan yang hendak dicapai adalah setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,

diharapkan cairan tubuh

seimbang dengan kriteria hasil mendemonstrasikan hidrasi adekuat


dibuktikan dengan tanda- tanda vital stabil, nadi ferifer dapat teraba, turgor
kulit elastis, membran mukosa lembab dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
Rencana tindakan mandiri :

a. Dapatkan riwayat pasien sehubungan dengan lamanya/intensitas dari


gejala seperti muntah, pengeluaran urin yang sangat berlebih.
Rasional : membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total.

b. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah.

Rasional: hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan


takikardia.

c. Kaji suhu, warna kulit dan kelembabannya.


Rasional: demam dengan kulit yang memerah, kering mungkin sebagai
cerminan dari dehidrasi.

d. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa,
Rasional: merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume
sirkulasi yang adekuat.

e. Pantau intake dan output, catat berat jenis urine


Rasional: memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti dan
keefektifan dari terapi yang diberikan.

f. Timbang badan setiap hari.


Rasional: memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan
yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan
pengganti.

g. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari


dalam batas yang dapat ditoleransi jantung.
Rasmional: mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi.

h. Kaji adanya perubahan mental/sensori.


Rasional: perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang
tinggi atau rendah

i. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah,


Rasional: kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas
lambung, yang menimbulkan muntah.
Kolaborasi

j. Kolaborasi dalam pemberian tetapi cairan sesuai indikasi.


Rasional: tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respon pasien secara individual.

k. Kolaborasi dalam pemantauan hasil laboratorium, seperti: Hemotokrit,


kreatinin, natrium dan kalium.
Rasional: mengkaji tingkat hidrasi dan seringkali meningkat akibat
homokonsentrasi yang terjadi setelah diuresis osmotik.

2. Diagnosa perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake yang kurang.
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil yaitu
mencerna jumlah kalori/nutrisi yang tepat, menunjukkan tingkat energi
biasanya, mendemonstrasikan tingkat berat badan stabil, nilai laboratorium
normal.
Rencana Tindakan Mandiri:

a. Timbang badan setiap hari.


Rasional: mengetahuii pemasukan makanan yang adekuat.

b. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh klien.

Rasional: mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari


kebutuhan teraupetik.

c. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung,


mual, muntahan makanan yang belum dapat dicerna.
Rasional: hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat menurunkan motilitas atau fungsi lambung.

d. Anjurkan klien untuk membawa permen jika bepergian.


Rasional: untuk mencegah hipoglikemia.

e. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki.


Rasional: makanan yang disukai klien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan.

f. Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai indikasi.


Rasional: meningkatkan rasa keterlibatan, memberikan informasi pada
keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.

g. Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat


kesadaran, kulit lembab, atau dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka
rangsang, cemas, sakit kepala, pusing,
Rasional: karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi atau gula
darah akan berkurang, dan sementara tetap diberikan insulin maka
hipoglikemia dapat terjadi.

Kolaborasi

h. Kolaborasi dalam melakukan pemeriksaan gula darah


Rasional: gula darah lebih akurat daripada pemeriksaan gula dalam
urine.

i. Kolaborasi dalam pemberian pengobatan insulin secara kontinu.


Rasional: insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan
cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa kedalam sel.

j. Kolaborasi dalam pemberian diet.


Rasional: sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

3. Diagnosa resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar


glukosa yang tinggi.
Tujuan yang hendak dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, diharapkan infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil
yaitu: tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vital stabil.
Rencana tindakan Mandiri:

a. Observasi tanda-tanda infeksi.


Rasional: pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial.

b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang


bersih.

Rasional: mencegah timbulnya infeksi silang.

c. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif


Rasional: kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.

d. Ajarkan pasien wanita untuk membersihkan daerah perinealnya dari


depan kearah belakang setelah eliminasi
Rasional: mengurangi terjadinya infeksi nosokomial.

e. Berikan perawatan kulit yang dengan teratur.


Rasional: sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan klien
pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit.
Kolaborasi

f. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik yang sesuai.


Rasional: penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya
sepsis

4. Diagnosa

resiko

tinggi

terhadap

perubahan

sensori-perseptual

berhubungan dengan ketidak seimbangan glukosa.


Tujuan yang hendak dicapai yaitu: setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi perubahan sensori-perseptual,
dengan kriteria hasil yaitu: mempertahankan tingkat mental biasanya,
mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Rencana tindakan mandiri :

a. Pantau tanda-tanda vital dan status mental.

Rasional: sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal,


seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.

b. Panggil pasien dengan nama, orientasi kembali sesuai dengan


kebutuhan.
Rasional: menurunkan kebingungan dan membantu klien untuk
mempertahankan kontak dengan realitas.

c. Jadwal intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu istirahat


pasien.
Rasional: meningkatkan tidur, dan memperbaiki daya pikir.

d. Pelihara aktivitas rutin pasien, dorong untuk melakukan kegiatan


sehari- hari sesuai kemampuannya.
Rasional: membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan
realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.

e. Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai dengan indikasi.


Rasional: edema atau lepasnya retina, katarak sementara mengganggu
penglihtan yang memerlukan terapi.

5. Diagnosa kelelahan berhubungan dengan insufiensi insulin.


Tujuan yang hendak dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawtan
selama 3 x 24 jam, diharapkan rasa lelah berkurang, dengan kriteria hasil
yaitu mengungkapkan peningkatan energi, menunjukan peningkatan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam beraktivitas yang diinginkan.
Rencana tindakan mandiri:

a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.


Rasional: pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

b. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup atau


tanpa diganggu
Rasional: mencegah kelelahan yang berlebihan.

c. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum dan


sesudah melakukan aktivitas.
Rasional: mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi
secara fisiologis.

d. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat


dan sebagainya.
Rasional: pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan
penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.

e. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari


sesuai dengan yang dapat ditoleransi jantung.
Rasional : meningkatkan kepercayaan klien atau harga diri yang positif
sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.

6. Diagnosa ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang.


Tujuan yang hendak dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, diharapkan klien mampu mengeskpresikan
perasaannya, dengan kriteria hasil yaitu mengidentifikasi caracara sehat
untuk

menghadapi

perasaan

dan

bantuan

dalam

merencanakan

perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab


untuk aktivitas perawatan diri.
Rencana tindakan mandiri :

a. Anjurkan pasien atau keluarga untuk mengekspresikan perasannya


Rasional: mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara
pemecahan masalah.

b. Kaji bagaimana pasien telah menangani masalahnya dimasa lalu.


Rasional: pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan
kebutuhan terhadap tujuan penanganan.

c. Berikan

kesempatan

pada

keluarga

untuk

mengekspresikan

perhatiannya dan diskusikan cara mereka dapat membantu sepenuhnya


terhadap pasien
Rasional: meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan
keluarga untuk memecahkan masalah untuk membantu mencegah
terulangnya penyakit pasien.

d. Tentukan tujuan atau harapan dari pasien atau keluarga.


Rasional: harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang
lain atau dari diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi dan
mungkin mengganggu kemampuan koping.

e. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam


perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan
usaha yang dilakukannya.
Rasional: meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

7. Diagnosa kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan


kurangnya informasi.
Tujuan setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
pengetahuan klien meningkat, dengan kriteria hasil yaitu melakukan
perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Rencana tindakan mandiri:

a. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh


perhatian, dan selalu ada untuk pasien
Rasional: menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum
pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.

b. Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan.


Rasional: partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan
kerja sama pasien dengan prinsip-prinsip yang dipelajari.

c. Pilih berbagai strategi belajar.


Rasional: penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi
meningkatkan perserapan pada individu yang belajar.

d. Diskusikan topik-topik utama.


Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.

e. Diskusikan tentang rencana diet.


Rasional: kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu
pasien dalam merencanakan makan.

f. Tinjau ulang program pengobatan meliputi awitan, puncak dan


lamanya dosis insulin yang diresepkan.
Rasional: pemahaman tentang semua aspek yang digunakan obat
meningkatkan penggunaan yang tepat.

g. Instrusikan pentingnya pemeriksaan rutin pada kaki dan perawatan


kaki tersebut.
Rasional: mencegah atau mengurangi komplikasi yang berhubungan
dengan gangguan sirkulasi.

h. Tekankan pentingnya pemeriksaan mata secara teratur.


Rasional: perubahan dalam penglihatan dapat terjadi secara perlahan
dan lebih sering pada pasien yang jarang mengontrol DM.

i. Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan


jawab pertanyaan pasien atau yang terdekat.
Rasional: membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih
ketat dan mencegah komplikasi DM.

D. Implementasi

Implementasi

adalah

pelaksanaan

tindakan

keperawatan

dan

perencanaan yang dibuat dan disesuaikan dengan keadaan klien. Tindakan


keperawatan ini dilakukan dengan pendekatan independen, dependen dan
interpenden. Independent adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sendiri
tanpa ada ketergantungan dengan tim kesehatan lainnya seperti alat ukur
tanda-tanda vital, mengkaji pola makan dan lain-lain. Dependen adalah
tindakan keperawatan yang dilakukan dengan kolaborasi dengan tim
kesehatan seperti dokter, analisis dan ahli gizi. Sedangkan interpenden adalah
tindakan keperawatan yang dilakukan dengsn kolaborasi dengan tim kesehatan
yang terlibat dalam perawatan klien seperti konsultasi tentang kesehatan klien
dengan dependen lain selain penyakit dalam seperti bedah, jiwa dan lain-lain.

E. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dapat digunakan
sebagai alat ukur penilaian suatu rencana keperawatan yang telah dibuat.
Meskipun evaluasi dianggap sebagai tahap akhir dari proses keperawatan,
evaluasi berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur
kemajuan klien dalam mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi reaksi
klien dalam menentukan apakah rencana tersebut dapat diteruskan atau
dirubah atau dihentikan. Kemungkinan yang dapat terjadi dalam tahap
evaluasi adalah masalah teratasi, masalah teratasi sebagian dan masalah belum
teratasi. Atau muncul masalah baru evaluasi yang dilakukan adalah evalusi
proses dan evalusi akhir. Evaluasi proses dalah hasil dari setiap tindakan yang
dilakukan sedangkan evaluasi akhir adalah evaluasi yang dilakukan dengan
cara membandingkan antara diagnosa keperawatan dan tujuan hasil nyata yang
dicapai.

Adapun evaluasi yang dapat diterapkan pada klien DM adalah apakah


keseimbangan cairan dapat dipertahnkan, apakah kebutuhan nutrisi terpenuhi,
apakah infeksi dapat dicegah, apakah klien dapat mempertahankan tingkat
mental biasanya, apakah klien dapat mengidentifikasi cara-cara sehat untuk
menghadapi perasaan tidak berdaya, apakah klien mampu mengungkapkan
pemahaman tentang penyakit.

Anda mungkin juga menyukai