STROKE
Pembimbing:
Dentiama Jayaprawira
FK UPN
NIM: 1220221082
KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN SARAF
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
JAKARTA
2015
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
No.Rekam Medik
: 420710
Nama
: Tn. AW
Umur
: 63 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status pernikahan
: Menikah
Suku bangsa
: Betawi
Pekerjaan
Tanggal masuk
: 08-06-2015
Dirawat yang ke
:1
Tanggal diperiksa
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis terhadap istri pasien
Keluhan Utama
: Kelemahan pada anggota gerak sebelah kanan sejak 8 jam
SMRS
Keluhan Tambahan
: Bicara pasien pelo dan mengeluh tidak dapat menelan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 08 Juni 2015 dengan keluhan
kelemahan pada anggota gerak sebelah kanan sejak 8 jam SMRS. Keluhan tersebut
muncul secara tiba-tiba saat pasien sedang beristirahat duduk sambil minum teh. Selain itu
pada saat yang bersamaan pasien juga tiba-tiba bicaranya pelo dan bibir mencong ke
sebelah kanan, namun sejak saat masuk IGD bibir sudah tidak mencong kembali. Menurut
keterangan istri pasien setelah kejadian kelemahan tersebut diberikan makan dan minum
pasien tidak dapat menelan. Pasien tidak memiliki keluhan berupa mual, muntah, kejang
dan nyeri kepala. Pasien juga tidak ada keluhan BAB dan BAK. Pasien memiliki riwayat
hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, namun tidak pernah kontrol dan mengkonsumsi obat
secara rutin. Dahulu pasien memiliki kebiasaan merokok ketika berusia muda, namun
2
berhenti merokok 5 tahun terakhir. Keluhan seperti ini baru pertama kali dikeluhkan oleh
pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi
Status Psikiatris
Tingkah laku
Perasaan hati
Orientasi
Jalan fikiran
Daya ingat
: Baik, wajar.
: Tidak dapat dinilai.
: Tidak dapat dinilai.
: Tidak dapat dinilai.
: Tidak dapat dinilai.
3
Status Neurologis
Tingkah Kesadaran
Sikap tubuh
Cara berjalan
Gerakan abnormal
: Kompos mentis
E4M6VA
: Berbaring terlentang.
: Tidak dapat dinilai.
: tidak ada.
GCS10A
Kepala
Bentuk
Simetris
Pulsasi
Nyeri tekan
: Normocepal.
: Simetris.
: Teraba pulsasi arteri temporalis (+/+).
: Tidak ditemukan.
Leher
Sikap
Gerakan
Vertebra
Nyeri tekan
: Normal.
: Bebas ke segala arah..
: Dalam batas normal.
: Tidak ditemukan.
kanan
kiri
(-)
Nervi Cranialis
> 70
> 1350
(-)
(-)
> 700
> 1350
(-)
(-)
kanan
kiri
N. I (Olfaktorius)
Daya penghidu
Normosmia
Normosmia
N. II (Optikus)
Ketajaman penglihatan
Pengenalan warna
Lapang pandangan
Fundus
:
> 6/60
: Tidak dapat dinilai
: Tidak dapat dinilai
: Tidak dapat dinilai
> 6/60
Ptosis
Strabismus
Nistagmus
Eksoftalmus
Enoftalmus
Gerakan Bola Mata
:
:
:
:
:
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
4
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
o Lateral
:
(+)
(+)
o Medial
:
(+)
(+)
o Atas Lateral
:
(+)
(+)
o Atas Medial
:
(+)
(+)
o Bawah Lateral
:
(+)
(+)
o Bawah Medial
:
(+)
(+)
o Atas
:
(+)
(+)
o Bawah
:
(+)
(+)
o Gaze
:
Baik ke segala sisi
Pupil
o Ukuran Pupil
:
3 mm
3 mm
o Bentuk Pupil
:
Bulat
Bulat
o Isokor / Anisokor :
Isokor
o Posisi
:
Di tengah
o Refleks Cahaya Langsung
:
(+)
(+)
o Refleks Cahaya Tidak Langsung :
(+)
(+)
o Refleks Akomodasi / Konvergensi :
(+)
(+)
N. V (Trigeminus)
kanan
kiri
Menggigit
:
(+)
(+)
Membuka mulut
:
(+)
(+)
Sensibilitas
o Atas
:
(+)
(+)
o Tengah
:
(+)
(+)
o Bawah
:
(+)
(+)
Refleks masseter
:
(+) normal
(+) normal
Refleks zigomatikus
:
(-)
(-)
Refleks kornea
:
(+)
(+)
Refleks bersin
:
Tidak dilakukan
N.V II (Fasialis)
Pasif:
Kerutan kulit dahi
:
Kedipan mata
:
Lipatan nasolabial
:
Sudut mulut
:
Aktif:
Mengerutkan dahi
:
Mengerutkan alis
:
Menutup mata
:
Meringis
:
Menggembungkan pipi :
Gerakan bersiul
:
Daya pengecapan lidah 2/3 depan :
Hiperlakrimasi
:
Lidah kering
:
(+)
simetris
(+)
(+)
simetris
(+)
Lipatan sebelah kanan tertinggal
Sudut sebelah kanan tertinggal
(+)
simetris
(+)
(+)
simetris
(+)
(+)
simetris
(+)
Sudut sebelah kanan tertinggal
sudut sebelah kanan tertinggal
simetris
Tidak dilakukan
(-)
(-)
(-)
5
N. VIII (Akustikus)
(+)
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
N. IX (Glossofaringeus)
(+)
(+)
kanan
Arkus faring
:
Posisi uvula
:
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang :
Refleks muntah
:
kiri
Simetris.
Di tengah (sentral), tidak deviasi.
Tidak dilakukan.
Tidak dilakukan.
N. X (Vagus)
Denyut nadi
Arkus faring
Bersuara
Menelan
:
:
:
:
N. XI (Aksesorius)
Memalingkan kepala
Sikap bahu
Mengangkat bahu
:
:
:
Baik
Baik
Simetris, sama tinggi.
(+)
(+)
N. XII (Hipoglossus)
Menjulurkan lidah
Kekuatan lidah
Atrofi lidah
Artikulasi
Tremor lidah
:
:
:
:
:
Motorik
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Terbatas
Terbatas
1
1
Trofi
1
1
1
1
Bebas
Bebas
1
1
5
5
5
5
5
5
Normotonus
Normotonus
Normotonus
Normotonus
5
5
:
:
Refleks Fisiologis
kanan
6
kiri
Refleks Tendon
Refleks Biceps
Refleks Triceps
Refleks Patella
Refleks Achilles
:
:
:
:
Refleks Periosteum
(++)
(++)
(++)
(++)
(++)
(++)
(++)
(++)
Tidak dilakukan
Refleks Permukaan
Dinding perut
Kremaster
Sfingter Ani
:
:
:
(+)
(+)
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
:
:
:
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
:
:
:
Baik
Baik
Baik
Baik
kanan
kiri
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Refleks Patologis
Hoffman Trommer
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Rosollimo
Mendel Bechterew
Klonus paha
Klonus kaki
Sensibilitas
Eksteroseptif
Nyeri
Suhu
Taktil
Proprioseptif
Vibrasi
Posisi
Tekan dalam
Tidak dilakukan
Tes Romberg
Tes Tandem
Tes Fukuda
Disdiadokokinesis
:
:
:
:
Rebound phenomenon
Dismetri
Tes telunjuk hidung
Tes telunjuktelunjuk
Tes tumit lutut
Fungsi Otonom
Miksi
Inkontinensia
: tidak ada
Retensi
: tidak ada
Anuria
: tidak ada
*Pasien ini dipasang kateter
Defekasi
Inkontinensia
Retensi
: tidak ada
: tidak ada
Fungsi Luhur
Fungsi bahasa
Fungsi orientasi
Fungsi memori
Fungsi emosi
Fungsi kognitif
: Afasia Motorik
: tidak dapat dinilai
: tidak dapat dinilai
: tidak dapat dinilai
: tidak dapat dinilai
Hasil
Nilai Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin
15 g/dL
13 18 g/dL
Hematokrit
45 %
40 - 52%
Eritrosit
5,6 juta/L
Leukosit
6900 /L
4000 10000 /L
Trombosit
207000 /L
150000 400000 /L
MCV
80 fL
80 96 fL
MCH
27 pg
27 32 pg
MCHC
33 g/dL
32 36 g/dL
Ureum
3,0 mg/dL
Kreatinin
1,5 mg/dL
138 mg/dL
Natrium (Na)
143 mmol/L
Kalium (K)
3,1 mmol/L
Klorida (Cl)
105 mmol/L
95 105 mmol/L
Aseton
- / Negatif
- / Negatif
Kimia Klinik
V. RESUME
9
Pasien laki-laki datang dengan keluhan pada anggota gerak sebelah kanan sejak 8 jam
SMRS, keluhan muncul secara tiba-tiba saat pasien sedang istirahat duduk. Pada saat yang
bersamaan pasien tiba-tiba bicaranya pelo dan saat diberikan makan dan minum terlihat
tersedak.
Pasien memiliki riwayat hipertensi kurang lebih sudah 10 tahun, tetapi tidak terkontrol.
Riwayat merokok dan berhenti kurang lebih 5 tahun yang lalu. Keluhan yang dialami
pasien tersebut baru pertama kali dirasakannya.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, tekanan darah 170/100 mmHg.Suhu
afebris.Status internus lainnya ditemukan dalam batas normal.Status psikiatris dalam batas
normal.
Status neurologis:
1 1 5 5
1 1 5 5
: (++) / (++)
: (++) / (++)
: (++) / (++)
: (++) / (++)
5
5
5
5
Refleks fisiologis
CT Scan kepala :
Infark akut di korteks temporoparietal kiri, infark di basal ganglia kanan kiri,
thalamus kanan kiri dan pons, dan atrofi cerebri senilis.
Rontgen thoraks AP: LVH; AV resiko emboli. Tak tampak kelainan pada paru.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosa Klinis:
o Hemiparese dekstra
o Parese N VII dekstra tipe central
10
VII. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan umum :
Breathing Diberikan Oksigen 2-4 L/menit
Blood pantau tekanan darah setiap jam 12 siang, jam 5 sore, jam 10 malam, dan jam 5
pagi.
Brain pemberian citicoline sebagai neuroprotektor.
Bladder pasien dipasang folley kateter untuk memudahkan urinasi.
Bowel Infus Ringer Laktat 1000 ml / 24 jam. kebutuhan cairan dan kalori terus
dipantau, dan pasien masih dapat makan dan minum per oral.
Bone cegah terjadinya dekubitus, posisi pasien miring kanan dan kiri bergantian.
Pasien koperatif, dapat melakukannya sendiri walau kadang-kadang butuh bantuan
karena adanya kelemahan pada sisi kiri pasien.
Medika mentosa:
Terapi dari departemen neurologi:
Terapi Hipertensi :
Terapi Lainnya :
Ranitidin 1 amp
Non Medikamentosa:
Pengendalian faktor resiko, pada pasien ini adalah hipertensi dan kadar gula darah.
Dengan makan makanan rendah garam, rendah kolesterol dan diet diabetes sesuai
11
fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat
meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya.
Pemeriksaan Anjuran:
MRI kepala non kontras untuk melihat dengan lebih jelas dan lebih teliti lagi adanya
lesi atau sesuatu yang abnormal pada jaringan dan vaskularisasi otak.
Profil lipid (kolesterol total, LDL, HDL, Trigliserida)
Follow Up :
Hari ke-3 rawatan (10Juni 2015) :
S : Kelemahan pada anggota gerak kiri, bicara masih pelo
O : TD 170/100 mmHg, Nadi 71 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,3C
Kesadaran : CM, GCS : 10A
N. Cranialis :
tertinggal.
N. XII : Lidah deviasi ke sebelah kanan, kekuatan otot lidah membaik, dan
artikulasi terganggu.
Motorik :
Kekuatan
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
Diagnosa Klinis:
o Hemiparese dekstra
o Parese N VII dekstra tipe central
o Parese N XII dekstra tipe central
o Parese N X
o Susp. Parese N IX
Diagnosa Topik: Hemisfer cerebri sinistra
Diagnosa Etiologi: Stroke Non Hemoragik
Rantin 1 amp
Captopril 12,5 / 8 jam PO
Clopidogrel 75 mg / 24 jam PO
Hari ke-4 rawatan (11 Juni 2015) :
S : Kelemahan pada anggota gerak kiri, bicara masih pelo
O : TD 170/90 mmHg, Nadi 76 x/menit, RR 17 x/menit, Suhu 36 C
Kesadaran : CM, GCS : 10A
N. Cranialis :
tertinggal.
N. XII : Lidah deviasi ke sebelah kanan, kekuatan otot lidah normal, dan
artikulasi masih terganggu.
Motorik :
Kekuatan
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
Diagnosa Klinis:
o Hemiparese dekstra
o Parese N VII dekstra tipe central
o Parese N XII dekstra tipe central
o Parese N X
o Susp. Parese N IX
Diagnosa Topik: Hemisfer cerebri sinistra
Diagnosa Etiologi: Stroke Non Hemoragik
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: Bonam
Ad fungsionam
: Dubia ad bonam
Ad sanam
: Dubia ad bonam
Ad cosmeticum
: Bonam
14
BAB II
ANALISA KASUS
Pada kasus ini diagnose klinis hemiparese dextra spastik, parese N.VII tipe sentral,
dan parese N. VIII tipe sentral ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan terhadap pasien. Dari anamnesa pasien mengeluhkan kelemahan pada anggota
gerak sebelah kanan yang terjadi secara mendadak saat pasien bangun tidur. Lalu pasien juga
mengalami gangguan berbicara yaitu bicara pelo. Pada pemeriksaan fisik tampak kelemahan
pada sisi kanan tubuh pasien, kekuatan motorik dari pasien yang kurang dan gerakan dari
anggota gerak sebelah kanan pasien yang sulit digerakan. Pemeriksaan reflex fisiologis
menunjukan hiperefleks pada anggota gerak sebelah kanan.
Untuk pemeriksaan fisik nervus kranialis, didapatkan parese N. VII sinistra tipe
sentral, terlihat dari nasolabial dan sudut bibir kanan yang tertinggal. Saat pasien diperintah
untuk meringis, terlihat bahwa sudut bibir kanannya tertinggal. Lalu didapatkan juga parese
N. XII sinistra tipe sentral yang terlihat pada saat pasien berbicara terdapat gangguan
artikulasi. Lalu saat pasien menjulurkan lidahnya, lidah pasien deviasi ke sebelah kanan.
Kekuatan dari lidah pasien juga sedikit melemah.
Diagnosa etiologik Stroke Non Hemoragik (SNH) ditegakkan berdarsarkan anamnesa
dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa didapatkan onset terjadi mendadak pada saat
pasien sehabis beristirahat, pada pasien ini kelemahan terjadi secara tiba-tiba saat pasien
bangun tidur. Hal ini merupakan ciri khas dari SNH yang terjadi saat pasien dalam keadaan
tidak beraktivitas. Lalu pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dari 10 tahun
yang lalu. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak berpuluh tahun yang lalu. tetapi pasien
telah berhenti merokok 5 tahun yang lalu. Semua hal ini merupakan suatu factor resiko yang
mencetuskan terjadinya serangan stroke. Gangguan vaskular pada pasien ini hipertensi grade
II yang tak terkontrol merupakan faktor resiko yang besar pencetus stroke. Kebiasaan pasien
merokok memperburuk dan memperbesar kemungkinan terjadinya stroke.
Dari anamnesa tidak didapatkan tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial seperti
mual muntah, sakit kepala, dan penurunan kesadaran. Bradikardi realtif pun tidak ditemukan
pada pemeriksaan tanda vital. Hasil dari CT- Scan kepala memperlihatkan adanya infark pada
cerebral hemisfer kiri sampai ke pons. Hasil CT-scan sangat cocok dengan defisit neurologis
15
yang dialami pasien. CT-scan kepala memperlihatkan bahwa stroke yang diderita pasien
merupakan jenis stroke infark (non hemoragik).
Tanpa pemeriksaan CT-Scan kepala, diagnosa klinis SNH dapat ditegakkan melalui
pemakaian scoring stroke. Pada pasien ini saya menggunakan algoritma stroke gajah mada.
Pada algoritma stroke gajah mada ada 3 poin yang dinilai yaitu, penurunan kesadaran, nyeri
kepala, dan reflex Babinski. Pada pasien ini tidak terdapat penurunan kesadaran, nyeri kepala,
dan reflex patologis Babinski negative. Sesuai dengan algoritma stroke gajah mada, apabila
ketiganya negatif, maka pasien ini di diagnosis sebagai stroke iskemik akut atau stroke infark.
Untuk diagnosis banding untuk kasus ini adalah stroke hemoragik. Stroke hemoragik
dapat disingkirkan dari anamnesis pasien. Pada stroke hemoragik, serangan biasanya terjadi
saat pasien melakukan aktivitas, seperti bekerja atau berolah raga. Tetapi pada pasien ini,
serangan terajdi saat pasien bangun tidur. Pada pasien ini tidak terjadi penurunan kesadaran
yang biasanya terjadi pada stroke hemoragik. Pada pasien ini ujga tidak ditemui adanya
peningkatan TIK yang biasanya terjadi pada stroke hemoragik. Pada algoritma stroke gajah
mada kasus pasien ini sudah jelas mengarah ke arah stroke non hemoragik, karena dari ketiga
komponen penilaian skor, hanya reflex patologis Babinski saja yang postif. Lalu diperkuat
juga dengan pemeriksaan penunjang yaitu CT-Scan kepala pasien yang mengindikasikan
bahwa memang ada infark yang letak di hemisfer cerebri kanan.
Terdapat riwayat demam sebelumnya disangkal oleh pasien, hal ini mengurangi
pertimbangan infeksi sebagai etiologinya. Riwayat benturan pada kepala disangkal pun tidak
mengarahkan diagnosis pada etiologi trauma.
Patofisiologis pada kasus ini adalah infark iskemik cerebri yang erat hubungannya
dengan plak aterosklerosis dan arteriosclerosis. Plak ini dapat menimbulkan berbagai macam
manifestasi klinis dengan cara menyempitkan lumen pembuluh darah, oklusi mendadak
pembuluh darah, dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli, dan dapat
juga menyebabkan anurisma. Hal ini semua menyebabkan suplai darah ke otak berkurang,
akibatnya oksigen yang dibutuhkan oleh otak juga berkurang sehingga otak kekurangan
oksigen (hipoksia).
Keadaan normal aliran darah otak adalah 50 ml/100 gr. Keadaan ini akan
dipertahankan oleh autoregulasi pembuluh darah otak. Bila tekanan aliran darah otak
menurun antara 20-50 ml/100 gr/menit, maka terjadi penambahan pemakaian oksigen oleh
jaringan otak tanpa disertai gangguan dari fungsinya. Bila penurunan aliran draah otak
mencapai 10-20 ml/100 gr/menit, terjadi kegagalan aktivitas listrik neuronal dan sebagian
struktur
intra sel berada dalam proses disintegrasi dan terajdi edema intraseluler. Pada
16
keadaan ini timbul deficit neurologis. Kematian sel terjadi aliran darah otak kurang dari 10
ml/100 gr/menit diakibatkan oleh kegagalan energi sehingga K+ keluar dan Ca++ masuk
kedalam sel. Berkurangnya aliran darah otak akibat thrombosis, emboli atau hemodinamik
akan menyebabkan keadaan iskemia di suatu bagian otak.
Penatalaksanaan dalam penanganan kasus ini adalah dengan memberikan anti platelet
seperti clopidogrel atau aspirin. Pemberian obat ini dimaksudkan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma. Untuk menjaga
kestabilan tekanan darah, pasien diberi medika mentosa kaptopril (antihipertensi golongan
ACE Inhibitor) untuk menurunkan dan menstabilkan tekanan darah.
Pemberian citicoline pada pasien ini diberikan sebagai neuroprotektif, menjaga dan
memperbaiki
membran
neuron,
meningkatkan
ketersediaan
neurotransmiter,
perkembangan yang ditunjukkan pasien cukup pesat. Perawatan hari ke-3 memperliatkan
kekuatan motoric sebelah kiri pasien sudah membaik. Gerak dari anggota gerak kirinya sudah
mulai leluasa dan bebas ke segala arah. Lalu saraf karanialis VII yang parese juga mengalami
perbaikan pada harii ke-3 perawatan. Saat pasif sudaht terlihat normal, tidak ada deviasi dari
nasolabial dan sudut mulut. Hanya saja saat digerakkan aktif masih terlihat deviasi. Untuk
saraf XII pasien juga mengalami perbaikan, terlihat dari kekuatan otot pasien juga mulai
membaik, terlihat dari kekuatan otot lidah pasien walau bicara pasien masih pelo. Untuk ad
vitamnya pasien ini bonam asal mau mengurangi atau menghilangkan faktor resiko yang ada.
Untuk ad cosmeticum pada pasien ini bagus, tidak terjadi kecatatan pada tubuh pasien.
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses
patologik (kausal):
Berdasarkan manifestasi klinis :
a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang
dalam waktu 24 jam.
b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi
tidak lebih dari seminggu.
c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
19
Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak.
Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang
kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti
oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan
oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan
pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah
arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit
aterosklerosis.
Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh
emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat
diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang
mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang
berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.
1. Emboli
a.
Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat berasal dari plaque
athersclerotique yang berulserasi atau dari trombus yang melekat pada intima arteri
akibat trauma tumpul pada daerah leher.
Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dan bagian kiri
atrium atau ventrikel.
2)
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan pada
katup mitralis.
3)
Fibrilasi atrium
20
4)
5)
6)
c.
1)
2)
3)
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15% dari darah
total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak mendapat darah
dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan
dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri
serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian
belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri
serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu
sirkulus willisi.
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi
dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas,
sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara
sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi
serta batang otak yang merupakan tempat jalan serabutserabut saraf ke target organ. Jika
terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada anggota gerak,
gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas dan tekanan darah. Gejala di atas
biasanya terjadi karena adanya serangan stroke.
Patofisiologi
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan arteriosklerosis.
Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara:
1.
2.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan aterm.
3.
4.
Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih
tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
2.
Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke otak
menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
3.
Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu
kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah otak
tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
22
4.
Kelainan
jantung
menyebabkan
menurunnya
curah
jantung
dan
karena
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):
1.
Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia
2.
Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara)
atau afasia (kehilangan berbicara).
3.
Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan
perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan kehilangan sensori.
4.
5.
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena:
1. Penngaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah
23
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan
penglihatan
3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
2.
3.
CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4.
5.
EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan
yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6.
Pemeriksaan laboratorium
a.
b.
c.
d.
gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsurrangsur turun kembali.
e.
Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
Penatalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan
tindakan sebagai berikut:
24
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
Pengobatan Konservatif
a.
b.
c.
d.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr, M. dan Frotscher, M. Serebrum. Dalam: Diagnosis Topik Neurologis DUUS:
Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Hlm. 292-309.
2. Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. L. Hauser, Stephen. Disease of Nervous System : Harrisons Neurology in clinical
medicine. 3rd Edition. 2013 : Mc Graw Hill.
4. World Health Organization, 2006. STEP Stroke Surveillance. Available from:
http://www.who.int/entity/chp/steps/Section1_Introduction.pdf
5. Anonym. Pengenalan & Penatalaksanaan Kasus-kasus Neurologi. 2007. Edisi ke-2.
Jakarta: Departemen Saraf RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.