Absrak:
Bencana banjir merupakan proses meningkatnya volume air akibat luapan air. Jawa Timur merupakan
provinsi yang setiap tahunnya mengalami bencana banjir di sejumlah daerah terutama di Bojonegoro dan Lamongan.
Banjir mengakibatkan masyarakat setempat mengungsi ke daerah yang aman.Air bersih menjadi salah satu
kebutuhan yang penting pada bencana banjir di tempat pengungsian. Pemenuhan air bersih salah satunya
menggunkakan teknologi tepat guna dengan proses yang sederhana untuk menghasilkan air bersih yang layak pakai
oleh masyarakat di pengungsian. Alat ini mampu melayani 10 Kepala Keluarga dalam sehari. Proses yang dilakukan
meliputi koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi sederhana. Setiap harinya alat ini mampu menghasilkan 1000
L dengan
5 kali pengoperasian. Alat ini dilengkapi dengan Standart Operational Proccedure (SOP) untuk
1. Pendahuluan
Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan akibat volume air yang meningkat dalam
wilayah yang cukup luas dan waktu yang cukup lama. Banjir dapat terjadi akibat hujan yang
lebat, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Menurut Seminar Hasil Kegiatan
Pengurangan Risiko Bencana yang diselenggarakan bekerja sama dengan Departemen Sosial,
Marfai mengatakan banjir di India dan China disebabkan oleh luapan sungai dan laut sedangkan
di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh luapan sungai. Indonesia menempati urutan ketiga di
dunia sebagai negara rawan bencana setelah India dan China. Hal itu diungkapkan peneliti pada
Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gadjah Mada Muhammad Aris Marfai, (Adi,
2009).
Jawa Timur sendiri diprakiraan memiliki potensi banjir bulan Januari, Februaru dan
Maret 2010. Pembuatan prakiraan potensi banjir ini merupakan hasil kerjasama dari 3 (tiga)
instansi: BMKG, DitJen Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum dan Bakosurtanal.
Prakiraan potensi banjir yang disampaikan meliputi potensi banjir tinggi, menengah, rendah dan
aman dari kejadian banjir, (Anonim, 2010). Salah satu sungai besar yang mengakibatkan banjir
di sebagian Jawa Timur adalah Sungai Bengawan Solo terutama yang melintas di Bojonegoro
dan Lamongan.
Banjir mengakibatkan masyarakat harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sebagian
masyarakat menetap di rumah masing masing meski dalam kondisi terkena banjir. Baru baru ini
terjadi banjir di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, lebih dari 15.000 korban banjir mengungsi
ke tempat yang lebih aman, (Anonim, 2010).
Salah satu prioritas yang harus disediakan di lokasi pengungsian adalah air bersih.
Perbaikan kualitas air bersih, juga harus diutamakan agar terhindar dari serangan penyakit.
Penyediaan air untuk kebutuhan warga yang berada di pengungsian, diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan minimal air bersih bagi korban bencana alam, baik untuk keperluan minum, masak
maupun kebersihan pribadi. Pasalnya, masalah utama menurunnya kesehatan banyak disebabkan
lingkungan yang kurang bersih akibat kekurangan air dan mengonsumsi air yang tercemar,
(Anonim, 2008). Faktor yang menjadi sulitnya memperoleh air bersih yaitu sumur penduduk
tercemar akibat tergenang air banjir, rusaknya pipa transmisi penyalur air bersih dan sulitnya
akses menuju lokasi banjir.
iii
Proses penjernihan air bajir ini menggunakan prinsip koagulasi, flokulasi, sedimentasi,
dan filtrasi sederahana sehingga diperoleh kualiatas air yang lebih baik. U.S. Agency for
International Developmnet (USAID) 2007, menyebutkan bahwa kebutuhan air korban pasca
banjir antara 15 20 Liter per orang per hari. Coppola menyebutkan dalam bukunya yang
berjudul International Disaster Management menyebutkan melalui proses coagulasi, flokulasi
dan sand filtration untuk mengolah air akan menghasilkan kualitas air yang baik. Melalui alat
ini, penyediaan air bersih pada kondisi banjir dapat terlayani.
Air bersih menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia. Air
bersih yang memenuhi standar atau persyaratan kesehatan adalah air minum yang tidak berbau,
berwarna dan berasa serta memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan menurut PERMENKES RI
No. 492/MEN.KES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Berikut adalah
pesyarataan kualiatas air minum berdasarkan keputusan tesebut. Sebagian besar air baku untuk
penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai, danau dan sebagainya. Salah
satu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan
dari air baku tersebut. Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang
berukurang 10nm sampai 10m. Partikel-partikel kecil dan koloid tersebuttidak lain adalah
kwarts, tanah liat, sisa tanaman, ganggang dan sebaginya. (Alaerts, 1984).
Selama becana banjir berlangsung, sumber air menjadi terganggu dan terkontaminasi
akibat banjir, kebutuhan air besih menjadi sangat penting dan harus cepat dalam menangani
korban bencana banjir. Tanpa air bersih, korban akan mengalami gangguan kesehatan yaitu
terserang penyakit. (Coppola, 2007).
Buku Intoduction to International Disaster Management meyebutkan bahwa ada
beberapa alternatif penyediaan air bersih pada kondisi banjir:
a. Penyediaan air melalui tangki truk, kapal, atau dari tangki yang didatangkan dari luar daerah
banjir.
b. Air botol kemasan
c. Menemukan sumber penyaluran air terdahulu yang belum rusak akibat banjir
d. Menambah jaringan penyaluran air daerah namun terbatas akibat kondisi banjir
e. Melakukan pemompaan dari sumber air yang belum terkontaminasi ke lokasi pengungsian
f. Melakukan proses pengolaan air banjir itu sendiri untuk menghasilkan air bersih sebagai
contoh menggunakan filter
g. Mobilisasi pengungsi ke lokasi dimana banyak sumber air
Proses pengolahan air banjir merupakan alternatif yang sangat baik untuk memperoleh air
bersih pada kondisi darurat. Sementara itu kebutuhan air bersih yang diperlukan pengungsi
tidaklah banyak. U.S. Agency for International Development (USAID) 2007 menyebutkan bahwa
kebutuhan air yang diperlukan oleh pengungsi meliputi:
a. Untuk minum 3 - 4 liter per orang per hari
b. Masak dan bersih-bersih 2 3 liter per orang per hari
2. Metodologi
Penelitian ini dilakukan menggunakan alat yang telah direncanakan terlebih dahulu yang
terdiri dari satu unit reaktor untuk proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dan satu unit
reaktor untuk proses filtrasi dan dari filtrasi langsung dialirkan menuju konsumen seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar 3 Unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi
direncanakan menggunakan drum yang terbuat dari fiber. Pemilihan drum ini dikarenakan karena
drum ini sangat kuat dan mudah untuk dibawa serta dimodifikasi. Drum ini akan dimodifikasi
sedemikian menggunakan pengaduk (paddle) untuk proses pengadukan dengan dimensi paddle
sesuai perhitungan yang telah direncankan sebelumnya. Pengaduk terbuat dari
pipa PVC
berukuran 19.05 mm dan paddle terbuat dari plat aluminium. Bagian bawah drum ini akan dibuat
outlet lumpur menggunkan pipa dengan keran 19.05 mm. Filtrasi direncanakan menggunakan
pipa PVC berukuran 203.2 mm. Media yang digunkan yaitu pasir.
Pengeisian air baku ke reaktor sampai penuh yang ditandai dengan adanya overflow. Kemudian
dilakukan penambahan koagulan (PAC) ke dalam reaktor. PAC yang dimasukkan sudah dalam
keadaan dalam kemasan siyaset yang telah diperoleh dari hasil percobaan jar test di laboratorium.
vii
Sehingga masyarkat tidak lagi menimbang di lapangan. Setelah penambahan koagulan dilakukan
pengadukan cepat menggunakan pengaduk yang telah terpasang di reaktor tersebut selama 1 menit.
Setelah pengadukan cepat dilakukan proses pembentukan flok dengan pengadukan lambat selama 5
menit. Kemudian diendapkan selama 25 menit, kemudian dilakukan pembuangan sludge melalui
kran yang telah disediakan di bagian bawah reaktor. Setelah lumpur habis dibuang maka kran outlet
reaktor dibuka menuju filter yang telah direncanakan. Air dari filter langsung ke konsumen.
Untuk percobaan alat ini dilakukan beberapa kali proses menggunakan air sungai untuk
memperoleh berapa lama filter akan clogging. Pada saat percobaan alat ini dilakukan juga
pengukuran kualitas air yang dihasilkan dari beberapa kali percobaan. Dari hasil percobaan alat
akan diperoleh suatu efisiensi setiap unit. Media filter yang direncanakan menggunakan pasir. Filter
yang digunakan menggunakan single media. Alat yang telah terbentuk seperti pada Gambar 4.
ix
No.
1
Parameter
Kekeruhan
Hasil Analisa
20
5000
15
6,5-8,5
193
7,91
Hasil Analisa
136
7,03
Tabel 4.5 merupakan kulitas effluent hasil pengolahan menggunakan variabel tinggi media
dan filtration rate. Kualitas outlet filter tersebut sudah memenuhi standart kualitas air minum sesuai
xi
filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi removal kekeruhan sebesar
88.89%, 90.06% dan 88.89%. Pada saat tinggi media 600 mm dengan filtration rate 2, 4 dan 8
m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi removal kekeruhan sebesar 78.95%, 77.78% dan 83.04%.
Pada saat tinggi media 900 mm dengan filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut
efisiensi removal kekeruhan sebesar 81.87%, 87.13% dan 83.63%. Efisiensi removal paling besar
yaitu 90.06% pada saat tinggi media 300 mm dan filtration rate 4 m3/m2/jam.
Proses sedimentasi juga memiliki efisiensi removal kekeruhan yang diambil dari selisih
kekeruhan air baku dengan hasil outlet sedimentasi. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa
efisiensi removal kekeruhan melalui proses sedimentasi sebesar 97,42%. Efisiensi terbesebu
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam meremoval kekeruhan yang mengakibatkan air yang
masuk ke filter lebih bersih.
kekeruhan sebesar 99,74%.
xiii
3.2Analis E.coli
Salah satu parameter
492/MEN.KES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah E.coli dengan kadar
0/100 ml sampel. Kali Lamong merupakan sungai yang dibantaran sungainya terdapat banyak
pemukiman penduduk. Kondisi sekarang ini setelah disurvei ditemukan bahwa banyak sekali
masyarakat yang langsung membuang kotoran ke sungai tersebut. Melihat kondisi tersebut perlu
dianalisa kandungan E.coli karena sangat mempengaruhi kesehatan. Jika efluen dari alat ini masih
terdapat kandungan E.coli maka air ini tidak bisa disebut air minum tetapi air bersih. Analisa E.coli
dilakukan di laboratorium Teknik Lingkungan menggunakan metoda MPN. Hasil analisa E.coli
terdapat pada Tabel 2 dan Gambar 9. Analisa E.coli menggunakan air baku pada saat kondisi air
sebanarnya, sebab jika menggunakan kekeruhan buatan akan mempengaruhi kandungan E.coli air
baku tersebut. Data hasil analisa E.coli selengkapnya terdapat pada Lampiran E.
Tabel 4 Analisa E.coli
No.
Filtration
Rate
3
m /m2.jam
Tinggi
Media
(mm)
1
2
300
2
4
300
3
8
300
4
2
600
5
4
600
6
8
600
7
2
900
8
4
900
9
8
900
Sumber : Hasil Penelitian
E.coli Awal
(MPN/ 100ml
sampel)
E.coli Akhir
(MPN/ 100ml
sampel)
Persentase
Removal
(%)
5000
5000
5000
5000
5000
5000
5000
5000
5000
2
6
4
4
1
2
1
6
4
99.96
99.88
99.92
99.92
99.98
99.96
99.98
99.88
99.92
xv
Dari variasi filtration rate dan tinggi madia, diperoleh bahwa pada saat tinggi media 300
mm dengan filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi removal E.coli
sebesar 99.96%, 99.88% dan 99.92%. Pada saat tinggi media 600 mm dengan filtration rate 2, 4
dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi removal E.coli sebesar 99.92%, 99.98% dan
99.96%. Pada saat tinggi media 900 mm dengan filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara
berturut-turut efisiensi removal E.coli sebesar 99.98%, 99.88% dan 99.92%. Dari data tersebut
diperoleh efisiensi paling tinggi dalam melakukan removal E.coli sebesar 99,98%.
Pengujian E.coli ini hanya menggunkan air dengan kekeruhan sebenarnya yaitu 20 NTU
dengan nilai kandungan E.coli sebesar 5000 MPN per 100 ml sampel. Pada penelitian ini tidak
dibandingakan dengan E.coli ketika menggunakan kekeruhan buatan. Untuk penelitian
selanjutnya disarankan perlu untuk dilakukan pengujian E.coli dengan air baku sebenarnya
dibandingkan dengan E.coli dengan air baku menggunakan kekeruhan buatan sehingga
diperoleh perbandingan antara kualitas efluaen berdasarkan parameter E.coli antara dua air baku
yang berbeda kualitasnya.
Pengolahan air baku Kali Mas, parameter E.coli tidak dianalisa. Hal ini salah satu
kelemahan dari penelitian ini. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh peneliti Lembaga Kajian
Ekologi dan Konservasi Lahan Basah bahwa kandungan E.coli di hulu Kali Mas sebesar 350
miliar 1600 miliar per 100 ml sampel (Fakhrizal, 2004). Hal tersebut akibat banyaknya
pencemaran limbah domestik di sepanjang Kali Mas. Nilai tersebut sangat berbeda jauh dengan
nilai E.coli pada Kali Lamong yang hanya 5000 per 100 ml. Pengolahan Kali Lamong masih
menyisihkan kandungan E.coli yang mengakibatkan air hasil olahan ini belum bisa langsung
diminum melainkan harus dimasak terlebih dahulu agar mikroorganisemnya mati.
Setiap unit pengolahan memiliki kemampuan melakukan removal kekeruhan, dan E.coli.
Analisa efesiensi unit pengolahan diperoleh berdasarkan kualitas air baku dengan air hasil
olahan. Efisiensi yang diperoleh berdasarkan setiap parameter yang diuji yaitu kekeruhan, dan
E.coli. Semakin tinggi efisiensi removal maka kualitas air yang dihasilkan akan semakin bagus.
Perhitungan efisiensi unit pengolahan dalam melakukan removal kekeruhan, dan E.coli terdapat
pada Tabel 5 Perhitungan diperoleh dari hasil selisih antara inlet dan outlet unit pengolahan.
Tabel 5 Efisiensi Unit Pengolahan
No
Unit
Proses
Parameter Efisiensi
(%)
Koagulasi, Kekeruhan
Unit
Flokulasi,
1
Pengolahan Sedimentasi,
E.coli
Filtrasi
Sumber: Hasil Penelitian
99,94
99,98
xvii
dicuci setelah dipakai sebanyak 9 kali. Pencucian filter dilakukan dengan mengeluarkan pasir
dan dibilas dengan air bersih.
Running alat ini berfungsi untuk membandingkan kualitas yang dihasilkan dengan
menggunakan air baku Kali Lamong dengan air baku menggunakan Kali Mas. Pengolahan air
Kali Lamong dilakukan di ruang kaca Teknik Lingkungan. Air baku diambil dari Kali Lamong
menggunakan profil tank yang diangkut menggunakan pick up sebanyak 800 Liter. Sedangkan
pengolahan air Kali Mas langsung dilakukan di tepi Kali Mas yang terletak di Jalan Ketabang
Kali Surabaya.
Pengolahan Kali Lamong dilakukan sebanyak empat kali proses pengolahan akibat air
baku yang terbatas. Dari data karakteristik air baku diperoleh hasil anasila kekeruhan sebesar 20
NTU. Hal tersebut tidak sesuai dengan karakteristik air banjir yang memiliki tingkat kekeruhan
diatas 250 NTU. Oleh karena itu, dilakukan pembuatan kekeruhan buatan dengan penambahan
lumpur (clay) yang diambil dari dasar sungai Kali Lamong sampai nilai kekeruhannya sesuai
dengan karakteristik air banjir.
Selain menggunakan air baku Kali Lamong, dilakukan juga pengolahan air baku Kali
Mas. Pengolahan air Kali Mas ini dilakukan langsung di lapangan. Unit pengolahan dibawa ke
tepi singai Kali Mas di Jalan Ketabang Kali. Pengolahan dilakukan selama 2 hari sebanyak 6
Kali. Pengolahan tidak dilakukan penambahan kekeruhan buatan melainkan langsung
menggunakan airnya secara langsung. Pengolahan air Kali Mas ini juga berfungsi untuk
mengetahi sampai kapan filter clogging.
4. KESIMPULAN
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Dengan tinggi media 300 mm maka removal kekeruhan paling tinggi, sedangkan untuk
filtration rate sebesar 4 m3/m2.jam kemampuan removal kekeruhan paling tinggi.
2. Dengan pemilihihan filtration rate sebesar 8 m3/m2.jam dan tinggi media sebesar 900 mm
pada saat running alat di lapangan, alat ini mampu meremoval kekeruhan 99.94%.
3. Dalam kondisi baik, alat ini memiliki kemampuan meremoval kekeruhan, dan E.coli
secara berturut-turut sebesar 99,94%, dan 99,92%. Hasil
4. Outlet yang dihasilkan tergolong ke dalam air bersih, sehingga sebelum dikonsumsi harus
dimasak terlebih dahulu.
5. Alat ini bisa dipasang dan dibongkar kembali untuk mempermudah mobilisasi dan
penyimpanan.
6. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa filter harus dicuci setelah alat dioperasikan
sebanyak 9 kali.
7. Standard Operational Procedure (SOP) disediakan sehingga masyarakat mampu
mengoperasikannya alat ini.
Daftar Pustaka
Adi,
A.
P.,
2009.
Indonesia
Urutan
Ke-3
untuk
Urusan
Banjir.
<
http://4raptor.wordpress.com/2009/12 /30/indonesia-urutanke-3-banjir/>.
Alaerts, G. A, dan Santika, S. S., 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.
Anonim.
2008.
Solusi
Atasi
Banjir.
Majalah
Berita
Indonesia.
<URL:http:http://www.beritaindonesia.co.id/berita-utama/tsj-megapolitan-solusi-atasibanjir>
Anonim. 2010. PERMENKES No. 492/MEN.KES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualita
Air Minum
Anonim
2010.
Potensi
Banjir
Bulan
Januari,
<URL:http:http://www.ppk-depkes.org/info-bencana>
Februari
dan
Maret
2010.
xix
Anonim, 2010. Lebih 15.000 Korban Banjir Karawang Mengungsi. < http://www.
sinarharapan.co.id /berita/read/lebih-15000-korban-banjir-karawang-mengungsi/>
Coppola, D. P., 2007. Introduction to International Disaster Management. Oxford: Elsevier.
Duran, M. R., Puing J. B., Arbat, G., Barragan, J., Ramirez, F. C., 2009. Effect of filter, emitter
and location on clogging when using effluents. Agricultural Water Management No. 96,
hal 67-79.
Fakhrizal. 2004. Mewaspadai Bahaya Limbah Domestik di Kali Mas. Ecoton <URL:
http://www.ecoton.or.id/ tulisanlengkap .php?id=1566