Lapkas II
Lapkas II
9971
Nama
Nn. KL
Jenis Kelamin
Laki - laki
Umur
28 Tahun
Pendidikan
SMP
Status Pernikahan
Belum Menikah
Suku / Bangsa
Wamena / Indonesia
Agama
K. Protestan
Pekerjaan
Alamat
Ruang Perawatan
Akut Pria
Tanggal MRSJ
20 Maret 2013
Tanggal Pemeriksaan
22 Maret 2013
Yang Mengantar
Alamat
Pemberi Informasi
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama
Pasien marah marah sambil memukul keponakan pasien.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Beberapa jam yang lalu, 3 jam sebelum masuk rumah sakit jiwa Abepura
(20 maret 2013), pasien sempat marah marah karena mendengar keributan di
rumah yang ditimbulkan oleh keponakan keponakan yang sedang bermain
Pasien lalu mengamuk, dan memukul televisi yang berada disamping pasien
kemudian pasien juga memukuli keponakannya. Gangguan yang dialami pasien,
berawal pada tahun 2002 dimana bila pasien berpergian ke suatu tempat, pasien
lupa jalan pulang / kembali ke rumahnya. Pasien sempat pergi ke kali untuk mandi
namun pasien tidak tahu jalan pulang, sehingga pasien tertidur disana, lalu
keluarga yang berinisiatif mencari dan menemukannya lalau membawa pulang
pasien ke rumah. Pasien juga pernah berjalan kaki ke abe dan tak bias kembali
karena tak tahu jalan pulang sehingga pasien hilang 1 minggu kemudian baru
ditemukan oleh keluarga dalam kondisi tubuhnya ada bekas pukulan di wajah,
dan bekas goresan benda tajam dan cucuan rokok di tubuh pasien. Kemudian
terjadi perubahan perilaku dari pasien. Pasien jadi cepat marah dan menjadi kasar,
Bila pasien melihat orang lain pasien sering mengejar lalu memukuli mereka tanpa
alasan yang jelas ataupun bila mendengar suara suara yang ribut seperti anak
anak yang sedang bermain, pasien akan marah dan memukuli mereka.
Di tahun yang sama, tahun 2002 saat pasien di Lereh, pasien pernah dipukuli
oleh aparat karena membuat keributan, mengejar ngejar kendaraan yang sedang
melintas, serta memukuli orang yang lewat disekitar pasien. Hal ini karena pasien
diduga saat itu sedang mabuk. Saat pulang dari Lereh, pasien mengalami sakit lalu
ayahnya membawa pasien berobat ke RSUD Abepura. Kemudian dari hasil
pemeriksaan laboratorium didapati pasien sakit malaria, setelah itu pasien
menjalani perawatan selama 2 hari. Pada hari yang ketiga dilakukan pemeriksaan
ulang dan hasilnya malaria negative, namun saat dirawat di RSUD Abepura pasien
3
Pohon keluarga :
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
F. Situasi Psikoseksual Sekarang
Sejauh ini pasien hanya tinggal di rumah dan tidak pernah menjalin hubungan
dengan lawan jenis.
II.
STATUS PSIKIATRI
A. Deskripsi Umum
1) Penampilan
Seorang laki - laki dengan perawakan yang sesuai dengan umurnya. Bertubuh
pendek, agak gemuk,
Dalam kasus ini pasien janrang berkomunikasi sehingga pemeriksa sulit untuk
menemukan isi pikiran dari pasien.
3) Arus Pikiran
Dalam kasus ini ditemukan arus pikir berupa flight of ideas.
E. Fungsi Intelektual
1) Taraf Pendidikan, Pengetahuan Umum dan Kecerdasan
Dalam kasus ini, pemeriksa menilai taraf pendidikan, pengetahuan dan
kecerdasan kurang
2) Daya Konsentrasi
Dalam kasus ini, daya konsentrasi pasien kurang.
3) Daya Ingat
Dalam kasus ini, daya ingat pasien kurang.
4) Pikiran Abstrak
Dalam kasus ini, pasien tidak dapat menggambarkan secara abstrak apa yang
ditanyai oleh pemeriksa.
5) Bakat Kreatif
Bakat kreatif kurang
6) Kemampuan Menolong Diri
Kemampuan meonolong diri Kurang
F. Tilikan
Tilikan I
III.
Ekstrimitas
2) Status Neurologis
Refleks fisiologis
Refleks Patologis
B. Status Laboratorium
Jumlah luekosit : 5600 sel/mm3
Malaria
: negatif
C. Wawancara dengan Anggota Keluarga
- Nama
: Ny. Merry Lambe
- Umur
: 30 tahun
- Pekerjaan
: IRT
- Alamat
: Pos tujuh Sentani
- Hubungan dengan Pasien
: Kakak Pasien
IV.
Nama
: Ny. Heremina
Umur
:Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Pos tujuh Sentani
Hubungan dengan pasien
: Ibu Pasien
bentuk pikiran yang autistic, isi pikiran kesan waham (+), arus pikir berupa flight of
ideas (+).
V.
FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak keluarga
(ibu dan kakak pasien), riwayat dan pemeriksaan status psikiatri pasien yang
terangkum dalam iktisar penemuan bermakna di atas, sebagian besar dari gejala
yang ditunjukkan pasien, hampir memenuhi kriteria F 20 Skizofrenia. Pada
skizofrenia umumnya ditandai oleh penimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness)
dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Pada kasus ini, didapati adanya
penurunan fungsi kognitif, gangguan pikiran, gangguan persepsi berupa halusinasi,
dan afek yang tumpul, gangguan orientasi sehingga dari gejala gejala yang
ditunjukkan pasien mengarah kepada kriteria diagnosis dari skizofrenia.
Berdasarkan gejala yang ditunjukkan oleh pasien, memenuhi kriteria F 20.3
Skizofrenia tak terinci, yaitu memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia tetapi
tidak termasuk dalam skizofrenia paranoid, skizofrenia herbefrenik, dan
skizofrenia katatonik berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III).
VI.
EVALUASI MULTIAKSIAL
1) Aksis I :
F 20 . 3 Skizofrenia Tak Terinci
2) Aksis II :
Tidak ada diagnosis
3) Aksis III :
Tidak ada diagnosis
4) Aksis IV :
Tidak ada diagnosis
5) Aksis V :
GAF 30 21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai,
tidak mampu berfungsi hamper semua bidang.
VII.
DAFTAR PROBLEM
Psikologi
1) Afek tumpul
2) Penurunan funsi kognitif
3) Halusinasi (+)
4) Bentuk pikiran autistik, arus pikir flight of ideas (+), isi pikiran, kesan
waham (+)
5) Gangguan orientasi
VIII. PROGNOSIS
Qua ad vitam
Qua ad functionam
Qua ad sanationam
IX.
: Dubia
: Bonam
: Dubia
RENCANA TERAPI
a. Somatoterapi
Farmakoterapi :
- Lodomer (Haloperidol) 5 mg 2 x 1 mg tablet
- Trihexyphenidyl (THP) 2 mg 2 x mg tab
- Clorpromazine 100 mg 1 x 1 (bila susah tidur malam)
b. Psikoterapi
Suportif
Pro ECT
X.
thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama. Namun
kualitasnya berbeda; atau thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang
asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan thought
broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya.
delution of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau delution of influence = waham tentang
dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau delution of
vassivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, penginderaan khusus);
10
berbulan-bulan terus-menerus.
Arus pikiran yang terputus
(break)
atau
yang
mengalami
sisipan
prodormal).
Harus ada suatu perubahan yang kosisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
11
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya:1
a) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan
dalam gerakan serta aktivitas spontan) attau mutisme (tidak berbicara),
b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan , yang
tidak di pengaruhi oleh stimuli eksternal),
c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
memperthankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh),
d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua
perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang
berlawanan),
e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan uupaya
menggerakkan dirinya),
f) Fleksibilitas cerea/ waxy flexybility (mempertahankan anggota gerak dan
tubuh dalam posisi yang dapat di bentuk dari luar), dan
13
kalimat.
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan
katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti
yang memadai tentang adanya gejala gejala lain.1
Penting untuk diperhatikan bahwa gejala gejala katatonik bukan petunjuk
diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit
otak, gangguan metabolik, atau alkohol atau obat obatan, serta dapat juga
atau katatonik ;
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skizofrenia.
14
Terapi(2-4)
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah; Lodomer (Haloperidol) 5 mg 2 x
1 tablet, Trihexyphenidyl (THP) 2 mg 2 x mg, dan Clorpromazine 100 mg 1 x 1
Tablet malam hari (bila susah tidur)
Haloperidol adalah obat antipsikosis generasi I. Mekanisme kerjanya yaitu
dengan memblok reseptor D2, khususnya di mesolimbing dopamin pathway,
menurunkan hiperaktivitas dopamin di jalur mesolimbing. Dosis anjuran adalah 1
2 mg 2 3x/hari.
15
Psikoterapi(3)
Psikoterapi yang dapat diberikan yaitu terdiri dari terapi :
Terapi suportif diberikan dengan tujuan untuk memulihkan dan menguatkan
pertahanan pasien serta kapasitas integrasi pasien yang telah terganggu.
Psikoterapi suportif memberikan periode penerimaan dan ketergantungan untuk
pasien yang membutuhkan bantuan didalam menghadapi rasa bersalah, malu, dan
anxietas, serta didalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin
terlalu berat untuk dihadapi.2
Pada pasien juga direncanakan untuk terapi elektrokonvulsi (ECT). Walaupun
cara kerja dari ECT belum jelas diketahui namun dapat dikatakan bahwa terapi
ECT dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan
penderita. Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang.
Prognosis
Qua ad vitam
Dubia, karenadari evaluasi pemeriksa sejauh ini pasien sendiri mungkin belum
menunjukkan gejalan yang mengancam nyawa namun bila keadaannya kedepan
bertambah parah bias saja pasien melikai dirinay sendiri. Dan juga dengan melihat
riwayat sebelumnya akan ancaman yang berasal dari luar diri pasien.
Qua ad functionam
Bonam, karena yang mengalami gangguan adalah jiwa pasien dan bukan fisiknya.
Qua ad sanationam
Malam, sebab pasien dengan skizofrenia biasanya bertahan seumur hidup.
Keadaannya akan terkontrol bila dia mengikuti terapi dengan baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi Dr.Sp.KJ. 2003. Buku Saku. DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA.
Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Editors. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya : Jakarta. Hal 46 49.
2. Maslim, Rusdi Dr. Sp.Kj. 2007. Panduan Praktis. PENGGUNAAN KLINIS OBAT
PSIKOTROPIK. Edisi ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya :
Jakarta. Hal 16 ; 25 ; 39.
3. Maramis. F. Willy and Maramis A. Albert. 2009. Catatan ilmu kedokteran jiwa edisi 2.
Airlangga Univercity Press : Surabaya.
17