Anda di halaman 1dari 113

LAPORAN AKHIR

KAJIAN POTENSI KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA

PEMBANGUNAN PASAR
TRADISIONAL MODERN
REMBANG

Ka

ji

PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG


TAHUN
2014
an
Po ens KPS-Pembangunan
Pasa T ad s ona Mode n Rembang
t

r r

i i

BAB
I
PENDAHUL
UAN

A. Latar Belakang
Dalam

proses

mendukung

terbentuknya

percepatan

perkembangan perekonomian di era otonomi daerah dan era persaingan


bebas, kelengkapan

sarana dan prasarana pada berbagai

bidang

merupakan

suatu syarat penting yang harus ada. Hal ini sebagai

konsekuensi

logis

bagi

Pemerintah

Daerah

dan

seluruh

lapisan

masyarakat Kabupaten Rembang umumnya

Provinsi Jawa Tengah yang

menginginkan

kesiapannya

perkembangan

dan

mengelola

pemerintahannya sendiri dengan mengoptimalkan seluruh potensi sumber


daya yang ada, baik Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia.
Penyediaan
kelengkapan

sarana

kota

dimaksud

sarana perdagangan

Tradisional Modern Rembang.

disini

berupa

adalah

penyediaan

Pembangunan

Pasar

Pembangunan Pasar Tradisional Modern

Rembang

merupakan salah satu sarana ekonomi untuk memberikan

kemudahan

kepada masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli

barang baik barang-barang yang bersifat konsumtif maupun produktif.


Selain itu Pembangunan Pasar Tradisional
peluang

kesempatan

kerja

dan

Modern

peningkatan

juga memberikan
pendapatan

bagi

masyarakat sehingga pembangunannya akan memberikan kontribusi bagi


dinamika ekonomi masyarakat dan peningkatan pendapatan pemerintah
daerah.
Akhir-akhir ini pasar tradisional baik di Pusat maupun di daerah
terus melakukan pembenahan, disamping pembenahan manajemen juga
melakukan renovasi ataupun peremajaan

pasar.

Salah

satu

yang

dibutuhkan
oleh pengelola
adalah penyempurnaan manajemen,
Kajian Potensi KPS-Pembangunan
Pasarpasar
Tradisional
2
Modern Rembang

kredit kontruksi atau kredit kepemilikan kios. Dengan keberpihakan


Pemerintah, Dunia Perbankan, Swasta dan upaya pengelola pasar akan
memberikan iklim yang kondusif terhadap perkembangan dan eksistensi
pasar tradisional.

Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional


Modern Rembang

Kehadiran Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang


Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pasar Tradisional Modern dan
Toko Modern serta Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 Tahun 2008
tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional
Tradisional
perubahan

Modern

dan Toko Modern

atau tidak sama

akan

memberikan

, Pasar
angin

sekali apabila tidak ada upaya-upaya

serius baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.


Begitu pentingnya fungsi pasar terhadap perkembangan suatu
daerah terutama di bidang perekonomian, maka Pemerintah Daerah
sebagai pengambil kebijakan harus melakukan

kajian

mendalam

bagaimana potensi pasar yang ada dengan memanfaatkan Anggaran


Pendapatan Daerah (APBD) atau dengan membuka peluang investasi
seluas- luasnya kepada investor agar dapat berinvestasi

khususnya

dalam bidang pengembangan infrastruktur terutama Pasar Tradisional


Modern sebagai salah satu tulang punggung perekonomian masyarakat.
Wilayah

Kabupaten

besar untuk dikembangkan


infrastruktur

pasar

Rembang
salah

memiliki
satunya

potensi
adalah

yang

sangat

pengembangan

tradisional. Kabupaten Rembang memiliki 11 Pasar

Tradisional dikelola oleh Pemerintah Daerah yang berada di Tingkat


Kecamatan. Salah satunya pasar yang terbesar adalah Pasar Rembang,
sejak dibangun sampai saat ini Pasar Rembang sudah tidak representatif
lagi untuk menampung
pasar saat

ini terkesan

masyarakatpun
pasar

modern

pedagang

yang

terus

bertambah.

kumuh, apabila saat musim hujan sehingga

enggan untuk berbelanja, masyarakat lebih


seperti

Kondisi

mini

market

sebagai

pilihan

memilih
dalam

berbelanja kebutuhan sehari-hari. Sudah saatnya Pemerintah Kabupaten


Rembang memiliki Pasar Tradisional Modern. Adapun lokasi untuk Pasar
Tradisional Modern direncanakan di lokasi eks. Relokasi Pasar Rembang.
B.

Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Membantu Pemerintah Kabupaten
mewujudkan membangun

Rembang untuk

Pasar Tradisional Modern melalui kerjasama dengan pihak ketiga.

2. Tujuan
Menata
untuk

dan mengembangkan

eks. Relokasi

Pasar Rembang

membangun Pasar Tradisional Modern, berdaya saing

merespon pemenuhan kebutuhan pelanggan terhadap suasana


bersih, aman dan nyaman.
Tersusunnya rencana
Tradisional Modern
berdasarkan
yang

pedoman

penataan
rencana

diantaranya memuat

Pembangunan

Pasar

dan

panduan

rancangan

skenario

penataan,

masterplan

kawasan, program pembangunan prasarana, program investasi


dan arahan pengendalian pelaksanaan.
Dapat

menampung

para

pedagang

yang saat

ini

tidak

memiliki tempat usaha, memberikan layanan kepada masyarakat


sekaligus menciptakan suasana yang kondusif

dan refresentatif

serta memberikan jaminan keamanan, kenyamanan, kebersihan


bagi para pedagang dan pembeli.
Membuka lapangan kerja bagi masyarakat baik untuk yang
menjadi pedagang
maupun
supplier.

menjadi

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

C. Dasar
Hukum
1. Undang-Undang No 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria;
2.

Undang-Undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

3.

Undang undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

4.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,


dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4866);

5. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang : Hak Guna


Usaha, Hak Guna
Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah


Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata
Cara Pelaksanaan
Kerjasama Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik
Negara / Daerah;
9.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007


tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pasar
Tradisional Modern dan Toko Modern;

10. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan


Nasional Nomor 9
Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak
Atas Tanah Negara
Dan Hak Pengelolaan
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Petunjuk Teknis
Tata Cara Kerjasama Daerah;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012
tentang Pedoman
Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima;
14. Peraturan
Menteri
Perdagangan
RI
Nomor
70/MDAG/PER/12/2013
tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pasar Tradisional Modern dan Toko Modern;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 11 Tahun 2007
tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 13 Tahun 2007
tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Daerah Kabupaten
Rembang Nomor 24 Tahun 2001 tentang Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Retribusi
Jasa Umum;
18. Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 13 Tahun 2011
Tentang Retribusi
Jasa Usaha.
19. Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 7 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Pasar
Tradisional,
Pasar
Tradisional
Modern dan Toko Modern di Kabupaten Rembang.

BAB
II
GAMBARAN UMUM OBYEK
KERJASAMA

Kecamatan Rembang dengan luas wilayah 5.881 ha, terletak di


ujung timur Propinsi Jawa Tengah dan sebagai Pusat Pemerintahan serta
dilalui jalan Pantura Utara Jawa (Jalur Pantura)
Wilayah

Kecamatan

Rembang

ini

sepanjang

merupakan

4,5

km.

wilayah pinggiran

(pheripheral), terbagi dalam wilayah administrasi meliputi

27 desa, 7

kelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :


Sebelah Timur

: Kecamatan Lasem

Sebelah Utara

: Laut Jawa

Sebelah Barat

: Kecamatan Kaliori

Sebelah Selatan

: Kecamatan Sulang

Penduduk
86.506

di

Kecamatan

jiwa,

Rembang

pada

Tahun

2013

sebanyak

jumlah penduduk tersebut meningkat dari tahun-tahun

sebelumnya, jumlah penduduk tahun 2102 sebanyak 86.327 jiwa, jumlah


penduduk tahun 2011 sebanyak 85.138 jiwa.
Kecamatan

Rembang

sebagai

merupakan daerah yang memiliki

salah

potensi

satu

wilayah

yang cukup

pinggiran,
setrategis,

mengingat berada pada jalur ekonomi nasional yaitu jalan pantura yang
cukup padat sebagai jalur transportasi nasional untuk angkutan barang
dan

jasa,

dari Jakarta,

Semarang

sekitarnya. Kecenderungan
strategis

ini

perdagangan

telah
dan

pemanfaatan

nampak

jasa

menuju

pada

Surabaya

daerah

lokasi

yang

kontribusi

sektor

peluang

dari menonjolnya
dasa

serta

warsa

terakhir

dalam PDRB

Kabupaten Rembang. Sebagai penyumbang terbesar kedua, sektor ini


juga didukung dengan
dijalur

pantura.

keunggulan

Dengan

sektor

demikian potensi

pengangkutan
sinergi

terutama

pengembangan

sektor

ini

menunjukkan

kecenderungan

yang

sangat potensial.

Melalui analisis bahwa untuk sektor perdagangan di Kabupaten Rembang


menunjukkan

indikator

berkinerja maju.

yang

dapat

diartikan

sebagai

sektor

yang

Peluang

sektor

dikembangkan

perdagangan

yang

sangat

potensial

ini sudah selayaknya menjadi kegiatan riil, terutama

dalam hubungan dengan upaya mengatasi permasalahan


pada

suatu

untuk

daerah.

Meski

kontribusinya

dalam

yang

muncul

PDRB Kabupaten

Rembang menempati urutan ke 2, namun dalam realita fisiknya, sarana


bidang perdagangan di Kabupaten Rembang relatif belumlah banyak
berkembang.
pasar

Umumnya sarana

tradisional

realisasi

yang

melayani

pengembangan

mengoptimalkan

bidang ini masih berupa

fisik

potensi

toko dan

kebutuhan sehari-hari. Peluang

sektor

perdagangan

perdagangan

yang

relevan

dalam

upaya

dan

urgent

adalah pengembangan pasar.


Aktivitas perekonomian di Kabupaten Rembang ditunjang oleh
sarana perdagangan berupa pasar sebanyak 12 pasar daerah, 24 pasar
desa,

selaian

itu terdapat

juga lembaga perbankan

dan lembaga

keuangan non perbankan. Pasar Kota Rembang adalah salah satu pasar
tradisional yang terbesar di Kabupaten Rembang, terletak di wilayah
Desa Sumberjo
2

Kecamatan Rembang dengan luas pasar 15.046 m , pasar ini dibangun


pada tahun 1993
dan

belum

pernah

mengalami

renovasi,

hanya

ada

beberapa

penambahan tempat usaha yang berupa los ikan dan los pedagang
pelataran. Kondisi eksisting Pasar Tradisional Rembang yang memiliki
2

luas 15.046 m , luas bangunan 6.887,40 m

jumlah kios 226,

dengan jumlah pedagang 226 orang dan jumlah los 12 dengan jumlah
pedagang 472 orang, jumlah total pedagang 698 orang.
Pada tahun
jumlah

1997

sampai dengan

pedagang sehingga

2011

menimbulkan

terjadi pertambahan

pembangunan

23

los

tambahan dan tempat jualan baru yang berupa lesehan yang berada
diemperan

kios dan sisi akses jalan pasar. Sehingga

jumlah seluruh

pedagang sebanyak 1.556 orang dengan rincian sebagai berikut :

Jumlah Pedagang Kios

226 orang

Jumlah Pedagang Los

Jumlah Pedagang Lesehan

: 1.247 orang
:

83 orang

Kondisi sekarang jumlah tempat usaha pasar Rembang sebanyak : 226


kios dan 35 los. Adapun pendapatan pasar Rembang untuk Tahun 2014
sebesar Rp. 767.515.400,- dengan rincian penerimaan dari :

Pendapatan Pasar Retribusi Pelayanan Sampah


Pendapatan Pasar Grosir dan Pasar Hewan
Pendapatan Pasar Retubusi Pelayanan Pasar

Rp
.
Rp
.
Rp
.

163.100.00
0,5.990.40
0,598.425.00
0,-

Permasalahan utama yang ada dipasar Rembang, antara lain :


1. Kapasitas pasar Rembnag sudah tidak mampu menampung
jumlah pedagang.
Idealnya pasar Rembang hanya dapat menampung pedagang
dengan kapasitas pedagang jumlah 698 orang, namun kondisi
yang ada pedagang pasar Rembang berjumlah 1556 orang.
2. Fasilitas bongkar muat barang yang belum tersedia dan masih
memanfaatkan jalan seputar pasar sebagai area bongkar muat
sehingga mengganggu arus lalu lintas.
3. Tempat parkir kendaraan roda 2 (dua) dan roda 4 (empat) yang
belum tersedia dan memanfaatkan pelataran pasar dan bahu
jalan sebagai area parkir.
4. Area pedagang pelataran/lesehan belum tersedia, sehingga
memanfaatkan jalan akses pengungjung sebagai tempat untuk
berjualan.
5. Hilangnya fungsi pengelompokan
jenis usaha pedagang,
sehingga membingungkan pengunjung pasar.
6.

Kondisi jalan raya diseputar pasar secara umum semrawut


dikarenakan padat dengan becak, dokar dan angkutan umum
serta sebagian ruas jalan digunakan
pedagang
untuk
berjualan.
7. Kondisi area parkir tidak dapat menampung dengan jumlah
dokar 38 unit perhari, mobil 35 unit perhari dan kendaraan roda
dua 260 unit perhari.
8. Berdasarkan sumber data dari perhitungan RPJMD (Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah Daerah), Kabupaten Rembang Tahun 2010

2015 kenaikan rata-rata pedagang pasar Rembang


pertahun.
Dengan memperhatikan
dipasar Rembang, sudah

permasalahan-permasalahan

saatnya

Pemerintah

10,8 %

yang ada

Kabupaten

Rembang

sudah harus berfikir untuk memiliki sebuah Pasar Tradisional Yang


Modern, sehingga diharapkan dapat menutupi segala kekurangan atas
kondisi pasar yang sekarang.
Sebagai
Pasar

lokasi

pilihan

Tradisional Modern

alternatif

berada

di

untuk

membangun

Tanah

Eks.

Relokasi

sebuah
Pasar

Rembang, yang saat ini sebagian tanah tersebut difungsikan sebagai


Pasar Hewan.

BAB
III
RENCANA PENGEMBANGAN OBYEK KERJASAMA

Tanah eks. relokasi


berjarak

pasar Rembang terletak di Desa Sumberjo,

500 m ke arah Barat dari Pasar Kota Rembang, bahwa

Pemerintah Kabupaten Rembang telah memiliki Tanah Hak Pakai Tahun


1993 seluas 22.196 m

dengan rincian :
2

Buku sertifikat tanah nomor 901

2.815 m

Buku sertifikat tanah nomor 903

1.200 m

Buku serifikat tanah nomor 880

: 18.181 m

Batas-batas tanah eks. relokasi pasar


Rembang adalah :

Sebelah Utara

: Jalan Umum

Sebelah Timur

: Pemukiman Warga

Sebelah Barat

: Pemukiman Warga

Sebelah Selatan

: Pemukiman Warga

Rencana Pembangunan Pasar Tradisional Modern Rembang didasarkan


pada pertimbangan sebagai berikut :

Mampu

menampung

jumlah

pedagang

pedagang dan diprediksi pertambahan

sekarang
pedagang

sebanyak
untuk

1.556
2 tahun

kedepan dengan rata-rata pertumbuhan 10,8 % pertahun, dan jumlah


pedagang diprediksi sebanyak 1.900 pedagang.

Dapat mengelompokkan pedagang sesuai jenis dagangan (zioning)

Dapat mengurangi kemacetan lalu lintas di lingkungan pasar dengan


menyediakan

jalan utama/jalan lingkar, parkir kendaraan dan area

bongkar muat barang.

Mewujudkan
dapat

menjadi

pasar

tradisional

dengan

fasilitas

modern

yang

muara perekonomian rakyat Kabupaten Rembang dalam

sekala lokal maupun regional.

Mewujudkan

pasar

tradisional

dengan

fasilitas

modern

yang

bersih,

sehat,

Terintegrasinya

nyaman sehingga dapat eksis dalam jangka panjang.


berbagai

penguatan

dan

kegiatan

aspek-aspek

pengelolaan pasar, sehingga para pedagang dari berbagai strata dapat


berjualan dengan nyaman dan biaya murah.

Dengan
pasar

akan

bangunan

modern

bertambah banyak,

obyek wisata,

bersih
karena

tertata

rapi,

pasarpun

maka

dapat

pengunjung

dipakai

sebagai

dengan demikian pembangunan pasar tradisional modern ini

akan meningkatkan pemberdayaan infrastruktur perkotaan.


Dengan semakin ramainya
pedagang
rational

semakin kuat,

dapat

dilakukan,

dan

pengunjung

disisi

sehingga

lain

diharapkan

peningkatan

potensi ekonomi
retribusi

secara

dengan demikian semakin meningkat

kemampuan keuangan daerah. Sebagai multiple effect ekonomi, maka yang


akan meningkat juga tidak hanya para pedagang, tetapi kuli panggul, jasa
gendong pasar, juru parkir, tukang becak, PKL dan semua pihak yang terkait
dengan kehidupan pasar.

Secara

keseluruhan,

rencana

pembangunan

pasar

tradisional

modern ini memerlukan ruang seluas 19.890 m , dengan rincian :


No.
1

Komponen Pekerjaan
Pekerjaan pembangunan ruko / toko / kios
- Pekerjaan pembangunan ruko (6X10)
- Pekerjaan pembangunan toko / kios (6X4)
- Pekerjaan pembangunan toko / kios (3X4)
- Pekerjaan pembangunan Los

Pekerjaan pembangunan parkir kendaraan

Pekerjaan pembangunan area bongkar muat

Pekerjaan jalan akses pengunjung

Pekerjaan pembangunan MCK

Pekerjaan pembangunan mushola

Pekerjaan pembangunan tempat


pembuangan sampah ( TPS )
Pekerjaan pembangunan pos keamanan

Pekerjaan sarana air bersih (tower)

10

Ruang tunggu (ruang hijau terbuka)

11

Pekerjaan pembangunan kantor pasar

12

Pekerjaan jalan utama / jalan lingkar

JU MLAH

Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional


Modern Rembang

M2

Keteranga
n

9,64
8
2,70
0
2,23
2
756
3,96
0
1,09
2
2,16
7
3,53
9
42

45
Unit
93
Unit
63
Unit
1056
Unit

35
40
18
8
400
45
2,85
6
19.89
0

16
16

Adapun
dilingkungan

untuk

mewujudkan

kenyamanan

dan

keamanan

pasar,perlu disediakan fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

Jalan akses pengunjung.


MCK.
Mushola.
Kantor Pengelolaan Pasar.
TPS ( Tempat Pembuangan Sampah )
Pos Keamanan
Pos Kesehatan.
Pos Tera Ulang.
Sarana Air Bersih ( Tower ).
Ruang Tunggu ( Ruang hijau terbuka ).
Bongkar Muat.

BAB
IV
ANALISIS KESESUAIAN REGULASI

1. Tinjauan Kesesuaian Proyek Kerjasama dengan RPJM (Nasional,


Propinsi maupun Daerah)

Perencanaan Pembangunan Pasar Tradisional Modern Rembang


terletak di eks Pasar Rembang, Desa Sumberjo, Kecamatan Rembang,
Kabupaten Rembang. Pembangunan Pasar Tradisional Modern Rembang
diatas

tanah

merupakan

Pasar Rembang
upaya

yang saat ini

peningkatan

dalam

masih

penyediaan

operasional
sarana

dan

prasarana pasar yang memadai sehingga akan dapat mewujudkan


kawasan pasar sebagai tempat perdagangan, proses jual beli yang aman,
nyaman dan produktif.
Keberadaan Pasar Rembang sekarang ini merupakan pusat kegiatan
perdagangan di Kecamatan Rembang. Letak lokasi pasar tersebut sangat
strategis, karena terletak di pusat kota Rembang yang memudahkan
akses pembeli untuk datang membeli berbagai produk yang ditawarkan
di pasar. Pasca terjadinya kebakaran beberapa waktu lalu, kondisi Pasar
Rembang

sekarang

ini sedikit memprihatinkan.

Banyak pedagang

yang berjualan di luar pasar sehingga menggganggu pengguna jalan


untuk melintas di sekitar pasar. Selain itu, kondisi di sisi luar sekitar
pasar juga cenderung kumuh dan kotor.
Sehubungan hal tersebut bahwa pembangunan Pembangunan Pasar
Tradisional Modern
kesesuaiannya

Rembang

dengan

kedepan

harus

memperhatikan

perencanaan yang ada di Nasional, Provinsi

maupun Kabupaten Rembang sendiri agar tidak timbul permasalahan di


kemudian hari. Berikut uraian kesesuaian Pembangunan Kawasan Wisata
Pantai Binangun Lasem dengan Rencana Pembanguan Jangka Menengah
(RPJM) Nasional, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Rembang.
1) Tin jauan dari Peratu ran Presiden R I No. 5 tahun 2010

tentang Rencana
Pembangun an Jan gka Menengah (R PJM) Nasion al Tahun 2010-2014.
Upaya untuk menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat
perlu dilakukan perbaikan pasar-pasar tradisional agar mampu bersaing
dengan pasar modern. Salah satu kebijakannya

adalah

kebijakan perdagangan dalam negeri yang diarahkan pada

melalui

peningkatan penataan sistem distribusi nasional untuk menjamin


kelancaran arus barang dan jasa, kepastian usaha, dan daya saing
produk domestik.
Mengacu pada RPJM Nasional Tahun 2010-2014 disebutkan bahwa
strategi dalam perdagangan dalam negeri periode 2010-2014 adalah : (a)
meningkatkan integrasi perdagangan
pengembangan

jaringan

antar dan intra wilayah,

distribusi perdagangan

melalui

untuk mendorong

kelancaran arus barang sehingga ketersediaan barang dan kestabilan


harga

dapat

terjaga;

melalui persaingan
menengah,
waralaba,

(b) meningkatkan

menguntungkan

usaha perdagangan

usaha yang sehat, pengembangan

peningkatan
termasuk

iklim

usaha ritel

tradisional

pengembangan

antarpelaku

dan modern,

bisnis

sama yang

saling

pola kerja

usaha;

(c)

usaha kecil

mendorong

penciptaan

transparansi harga dan pengelolaan risiko harga, yang antara lain melalui
optimalisasi

pemanfaatan

perdagangan

berjangka

dan

pengelolaan

sistem informasi harga; (d) meningkatkan penggunaan produk dalam


negeri dengan memaksimalkan potensi pasar domestik dan pemanfaatan
daya kreasi bangsa; serta (e) memperkuat kelembagaan perdagangan
dalam negeri yang mendorong terwujudnya persaingan usaha yang
sehat,

efektivitas perlindungan konsumen, dan perdagangan berjangka

yang efisien.
Berdasarkan strategi dan arak kebijakan pembangunan tersebut,
fokus prioritas dan kegiatan prioritas kegiatan 5 tahun kedepan adalah :
1. Fokus Prioritas Peningkatan Jaringan Distribusi untuk Menunjang
Pengembangan
Logistik Nasional, yang didukung oleh kegiatan prioritas sebagai
berikut :
a. Peningkatan Kelancaran Distribusi Bahan Pokok;
b. Pengembangan Sarana Distribusi Perdagangan; dan
c. Koordinasi Penataan dan Pengembangan Sistem Logistik
Nasional.
2. Fokus Prioritas Penguatan Pasar Domestik Dan Efisiensi
Pasar Komoditi, yang didukung oleh kegiatan prioritas sebagai
berikut :
a. Pengembangan Kelembagaan dan Pelaku Usaha Perdagangan;
b. Pemberdayaan Dagang Kecil dan Menengah;
c. Pengembangan Ekonomi Kreatif;

d. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri;


e. Pembinaan dan Pengawasan Perdagangan Berjangka
Komoditi; dan f. Pembinaan dan Pengawasan Pasar
Lelang dan Sistem Resi Gudang.
3. Fokus Prioritas Peningkatan Efektivitas Pengawasan
dan Iklim Usaha
Perdagangan, yang didukung oleh kegiatan prioritas sebagai
berikut :
a. Penegakan Hukum Persaingan Usaha;
b. Pengembangan dan Harmonisasi Kebijakan Persaingan Usaha;
c. Pengembangan Kebijakan dan Pemberdayaan Perlindungan
Konsumen;
d. Penguatan Lembaga Perlindungan Konsumen Nasional;

e. Peningkatan Tertib Ukur; dan


f. Peningkatan Efektifitas Pengawasan Barang Beredar dan Jasa.
2)

Tin jauan dari Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 5 tahun
2014 tentang R encana Pembangun an Jan gka Men engah (RPJM)
Daerah Provin si Jawa Ten gah Tah un 2013-2018.
Kondisi

mengakibatkan
diindikasikan

krisis

ekonomi

global

yang

terjadi

saat

ini

terjadinya perubahan struktur ekonomi dunia. Hal ini


dengan

melemahnya

struktur industri yang menjadi

tumpuan utama penggerak ekonomi, sehingga diperlukan penguatan


struktur ekonomi nasional yang bertumpu pada ekonomi kerakyatan yaitu
usaha ekonomi mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Berbagai permasalahan terkait dengan pengelolaan koperasi dan
UMKM merupakan isu strategis dalam

RPJM Propinsi Jawa Tengah 2013-

2018. Permasalahan tersebut, antara lain rendahnya kualitas SDM yang


berkompeten berdampak pada belum optimalnya kinerja manajemen
pengelolaan, lemahnya penguasaan akses teknologi tepat guna maupun
modern, kualitas produk belum memenuhi

standar, lemahnya

akses

pasar dan jejaring pemasaran, kurangnya informasi perbankan dan akses


permodalan, masih lemahnya pengembangan pola kemitraan dan jejaring
usaha maupun jasa, terbatasnya dukungan prasarana dan sarana usaha,
lemahnya kemampuan berinovasi, dan kurangnya informasi serta daya
saing yang rendah.
masih

kurang

Selain itu, permasalahan

kondusifnya

iklim

usaha

yang dihadapi

serta

belum

adalah

terpadunya

upaya pemberdayaan koperasi dan UMKM.


Misi kedua yang tertuang dalam RPJM Propinsi Jawa Tengah
2013-2018 sangat
mendukung dalam penyelesaian

masalah diatas yaitu mewujudkan

kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan, menanggulangi kemiskinan


dan

pengangguran

pedesaan

melalui

yang sasarannya

peningkatkan

kelembagaan

ekonomi

tentu dapat memperbaiki kelembagaan

ekonomi pedesaan yang sudah ada dan membentuk kelembagaan yang


baru. Salah satu target dalam peningkatan
pedesaan tersebut adalah merevitalisasi

kelembagaan

jumlah

pasar

ekonomi

desa

yang

diharapkan dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.


Berdasarkan RPJM Propinsi Jawa Tengah 2013-2018, kebijakan di
bidang perdagangan

antara

pengembang an akses dan

lain

menyebutkan

(a)

optimalisasi

informasi pasar melalui perkuatan

jejaring sentra dan klaster; (b)

peningkatan kualitas, keberagaman,

produktivitas, dan promosi serta

mendorong

penerapan

standar

mutu produk lokal; (c) membangun

kesadaran bersama untuk mengutamakan

penggunaan produk dalam

negeri.
Dengan kebijakan diatas dilakukan

startegi antara lain : (1)

peningkatan penguasaan akses dan informasi pasar, kemitraan/kerjasama


usaha serta mengembang kan keunggulan lokal; (2)

peningkatan

kualitas dan kuantitas produk lokal yang memiliki keunggulan komparatif


dan kompetitif.
3) Tin jauan dari Peraturan Daerah Kabupaten Rembang No. 10 tahun
2010 tentang R encana Pembangun an Jangka Men en gah (RPJM)
Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2010 -2015 .
Mengacu pada RPJM Rembang 2010-2015 disebutkan bahwa arah
kebijakan bidang perdagangan,
prasarana

dan

sarana

mengembangkan
koordinasi

lain

perekonomian

pasar

perkulakan

dan fasilitasi

kemampuan

antara

perijinan

(a)

pengembangan

di tingkat kecamatan untuk

produk

unggulan

dan permodalan

SDM pelaku perdagangan

daerah;

(b)

usaha serta

skala mikro, pedagang pasar

dan kecil sehingga memiliki posisi tawar yang lebih baik dengan pihak
ketiga; (c) fasilitasi pengembangan kemitraan usaha dalam perdagangan
dan

industri

untuk

daerah Kabupaten
regional/nasional;
perdagangan

mengembangkan
Rembang

(d)

skala

fasilitasi
kecil

dan

ke

pasar

luar

produk

negeri

dan

unggulan
pasar

dan peningkatan perlindungan usaha


menengah

dalam mengahadapi

pelaksanaan CAFTA dan perdagangan bebas yang berlaku mulai tahun


2010.
Dari kebijakan tersebut, diturunkan melalui program antara lain :
(1) peningkatan
prasarana dan sarana pasar perkulakan hasil pertanian, perkebunan,
perikanan dan peternakan

di pusat-pusat

aktivitas

perekonomian

daerah; (2) peningkatan fasilitasi dan perijinan perdagangan, bagi usaha


skala mikro, pedagang pasar dan kecil dengan perijinan usaha, fasilitasi

permodalan usaha sehingga memiliki posisi tawar yang lebih baik dengan
pihak

ketiga;

(3)

peningkatan

fasilitasi

bagi

pedagang

kecil

dan

menengah dalam menjalin kemitraan usaha dalam perdagangan dengan


pihak lain
peningkatan

di

kota-kota

besar dan

perlindungan

usaha

luar negeri; (4)


perdagangan

fasilitasi

skala

kecil

dan
dan

menengah dalam mengahadapi pelaksanaan CAFTA dan perdagangan


bebas yang berlaku mulai tahun
201
0.

Selain kebijakan diatas, juga ada prioritas Pembangunan Kabupaten


Rembang pada Pilar Keempat Pengembangan Ekonomi Rembang (PER)
dimana

program

kegiatan

Pengembangan

Ekonomi

Rembang

dilaksanakan dalam kerangka Gerakan Pengembangan Ekonomi Lokal


yang diarahkan antara lain pada :

Pengembangan komoditas unggulan pertanian dengan


mempertimbangkan kesesuaian lahan dan agroklimat serta
peningkatan pasar hasil pertanian.
Pengembangan areal produksi dan peningkatan luas panen
komoditas pertanian melalui pemberian stimulan sarana produksi.
Penjaminan pinjaman dan subsidi bunga perbankan untuk usaha
pertanian melalui pemanfataan skema KUR.
Sementara

tersebut

itu untuk implementasi

pada bidang perdagangan

program kegiatan

diarahkan

PER

pada : pertama,

pengembangan perdagangan dan pertumbuhan ekspor non migas serta


peningkatan efisiensi/efektifitas sistem distribusi dan tertib perdagangan,
kedua, penataan

lembaga pendukung

UMKM

terkait distribusi dan

ketiga, peningkatan kesadaran hukum, tertib niaga, kepastian berusaha,


perlindungan konsumen dan pengawasan barang beredar.
Berdasarkan penjelasan beberapa poin dari masing-masing RPJM,
Nasional, Provinsi dan Kabupaten terlihat bahwa fokus di Nasional sampai
dengan

Kabupaten

kelancaran
prasarana

di bidang perdagangan

distribusi
distribusi

tradisional modern

bahan

pokok

perdagangan.
Rembang

serta

adalah

peningkatan sarana dan

Sehingga

diatas

tanah

peningkatan

pembangunan
Ex.

Pasar

pasar

Rembang

merupakan kebijakan yang seiring dengan prioritas RPJM baik di Tingkat


Nasional, Provinsi maupun Kabupaten.
Dengan
posisi

memperhatikan

semua

keterangan

diatas

bahwa

Kecamatan Rembang yang berada di kawasan kota Kabupaten

Rembang, yang memberikan

peluang untuk pengembangan ekonomi

lokal di wilayah kota Rembang. Pembangunan Pasar Tradisional Modern


Rembang diharapkan dapat :
Menjadi pusat kegiatan perdagangan hasil bumi wilayah kecamatan
disekitarnya.
Meningkatkan
sarana dan prasarana untuk meningkatkan
taraf

kehidupan masyarakat Rembang kota khususnya dan masyarakat


Rembang pada umumnya dengan menciptakan kerja dan kesempatan
berusaha sehingga dapat meningkatkan laju perdagangan.
Meningkatkan pendapatan asli daerah dan masyarakat.
Meningkatkan
pelayanan
umum
berupa
penyediaan
sarana
dan prasarana perdagangan.
Memperlancar arus perdagangan barang dan jasa.

2.
Tinjauan Kesesuaian
dengan RTRW Kabupaten

Kegiatan
sebagaimana

investasi

Proyek

sebagai

Kerjasama

bentuk

pemanfaatan

merujuk Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW

Kabupaten Rembang Tahun 2011 2013 disebutkan


bentuk
harus

ruang,

kegiatan

pemanfaatan

memperoleh

RTRW Kabupaten.

ijin

ruang

pemanfaatan

RTRW Kabupaten

dan
ruang

bahwa

segala

pembangunan prasarana
yang

menjadisalah

mengacu
satu

pada

pedoman

dalam penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi.


Secara rencana umum tujuan penataan ruang wilayah daerah
dalam 20 tahun
kedepan adalah untuk mewujudkan penataan ruang wilayah Daerah
Rembang

sebagai

pengembangan

kawasan
sektor

pantai
kelautan

unggulan
dan

yang

perikanan,

didukung
pertanian,

pertambangan dan industri dalam keterpaduan pembangunan wilayah


utara dan selatan serta antar sektor yang berwawasan lingkungan.
Dalam

rangka

mencapai

tujuan

penataan

ruang

Kabupaten

Rembang tersebut ditempuh melalui kebijakan dan strategi antara lain


yaitu :
A. Kebijakan pengembangan potensi sektor pertanian di bagian tengah
dan bagianselatan
ditempuh dengan strategi meliputi:
mengembangkan kawasan produksi pertanian;
mengembangkan kawasan agropolitan;
mengembangkan produk unggulan perdesaan; dan
mengembangkan prasarana dan sarana kawasan perdesaan.
B. Kebijakan pengembangan potensi sektor perikanan dan kelautan
di bagian utara ditempuh dengan strategi meliputi:
mengembangkan kawasan peruntukan perikanan tangkap;
mengembangkan kawasan peruntukan perikanan budidaya;
mengembangkan kawasan wisata bahari terpadu;
mengembangkan kawasan peruntukan industri pengolahan
perikanan;

mengembangkan kawasan pelabuhan perikanan dan pelabuhan


umum;
mengembangkan kawasan pesisir kabupaten sebagai kota
pantaiunggulan;
menetapkan dan mengembangkan kawasan minapolitan;

mempertahankan

luasan

lahan

perikanan

darat

yang

telah

ditetapkansebagai kawasan minapolitan;


mengembangkan

kawasan minapolitan yang meliputi subsistem

hulu,subsistem usaha perikanan, subsistem hilir dan subsistem


penunjang; dan
mengembangkan
berbasis
yang

sentra-sentra

produksi

dan

usaha

perikanan,dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana

memadai

sebagaipendukung

keanekaragaman

aktivitas

ekonomi.
C. Kebijakan pengembangan potensi sektor pertambangan ditempuh
dengan strategi meliputi:
mengkaji kawasan potensi pertambangan dan zonasi
wilayahpertambangan;
mengelola

kawasan

peruntukan

pertambangan

sesuai

peraturanperundangan yang berlaku;


merehabilitasi dan merevegetasi kawasan bekas pertambangan;
dan
mengelola lingkungan sekitar kawasan peruntukan pertambangan.
D. Kebijakan pengembangan potensi sektor industri ditempuh dengan
strategi meliputi:
mengembangkan

kawasan

peruntukan

industri

yang terletak

di semuawilayah kecamatan;
membangun kawasan industri Kabupaten Rembang; dan
mengembangkan dan pemantapan klaster industri.
E.

Kebijakan
pelayanan
dalam

pengembangan

dan

yangterkoneksi dengan

rangka

pemantapan
sistem

pengurangankesenjangan

fungsi

prasarana

pusat
wilayah

antar wilayah ditempuh

dengan strategi huruf e meliputi:


mengembangkan dan memantapkan sistem pusat kegiatan;
mengembangkan sistem jaringan prasarana transportasi;
mengembangkan sistem jaringan prasarana sumberdaya air;
mengembangkan sistem jaringan prasarana energi/kelistrikan;
mengembangkan sistem jaringan prasarana telekomunikasi; dan
mengembangkan sistem jaringan prasarana lingkungan.

Dari kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten


Rembang tersebut, telah dijabarkan dalam penetapan kawasan
strategis kabupaten yaitu kawasan strategis

dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi maupun kawasan strategis


dari sudut kepentingan
teknologi

pendayagunaan

tinggi.Kriteria

penentuan

sumberdaya

kawasan

alam

strategis

dan/atau

dari

sudut

kepentingan pertumbuhan ekonomimeliputi:


memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
memiliki

sektor

unggulan

yang

dapat

menggerakkan

pertumbuhanekonomi nasional dan daerah;


memiliki potensi ekspor;
didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang
kegiatanekonomi;
memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan
daerahdalam rangka mewujudkan ketahanan pangan daerah;
berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber
energidalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan nasional dan daerah;atau
ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
Beberapa

pengembangan

kawasan

strategis kabupaten

yang

akan, sedang dan terus tumbuh di Kabupaten Rembang antara lain


meliputi :pertama,Kawasan

Bahari Terpadu (KBT), yaitu merupakan

perwujudan pengembangan kawasan yang berupaya mengelola kawasan


pesisir secara terpadu beberapa sektor potensi yaitu pengembangan
sektor

perikanan

perikanan,
permukiman.

kelautan,

sektor

pengembangan
KBT

Rembang.Kedua,

terletak

Kawasan

di

industri

pengolahan

pariwisata

bahari

dan

Desa

Tasikagung

Bonang-Binangun-Sluke

penataan
Kecamatan

(BBS), yaitu

pengembangan kawasan BBS I berupaya mewujudkan kawasan wisata


yang

didukung

pelestarian

kawasan

SDA.Lokasi

cagar

meliputi

budaya, perikanan kelautan dan

Kecamatan

Lasem

dan

Kecamatan

Sluke.Ketiga, Kawasan Pelabuhan dan Sekitarnya (KPS)yaitu dimana


kondisi eksisting pelabuhan regional pengumpan yang berada di Desa
Tasikagung Kecamatan Rembang saat ini secara teknis, lingkungan,
social budaya dan keruangan tidak layak lagi untuk dikembangkan

menjadi

pelabuhan

umum dan kedepan

direncanakan

berubah

fungsinya terpadu dalam kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara.


Sedangkan pengembangan pelabuhan

umum

Rembang

telah

dan

sedang dibangun di wilayah Kecamatan Sluke. Peluang pengembangan


potensi pembangunan umum Rembang tersebut adalah :

Mendorong pengembangan industri berbasis sumber daya


alam, pertanian dan perkebunan.
Peluang penyediaan fasilitas pendukung dalam rangka
pengembangan industri minyak Exxon Mobil Blok Cepu.
BOR
tinggi

Pelabuhan

Umum Semarang

dan Tanjung

Perak cukup

sehingga berpeluang besar menjadi alternatif

pengembangan pelabuhan.
Pengembangan pelabuhan terintegrasi dengan rencana
pembangunan kawasan industri.
Keempat,

Kawasan

pembangunan kelautan dan

Minapolitan

yaitu

merupakan

perikanan

berbasis

konsep

wilayah

dengan

pendekatan sistem dan manajemen kawasan integrasi, dengan prinsip


efisien, kualitas dan akselerasi.Kawasan

Minapolitan adalah kawasan

ekonomi yang terdiri dari sentra - sentra produksi dan perdagangan


komoditas kelautan dan perikanan, jasa perumahan dan kegiatan terkait
lainnya.Minapolitan di Kabupaten Rembang di arahkan untuk kawasan
Minapolitan Garam.Kelima, Kawasan Agropolitan
merupakan

Rembang,

yaitu

kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan

pada wilayah perdesaan sebagai satu sistem produksi pertanian dan


pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman
dan system agrobisnis. Lokasi di Kecamatan Pamotan dan Kecamatan
Sulang.
Dari

progres

pengembangan

tersebut, dimana saat ini

telah

kawasan

tumbuh

strategis

beberapa

simpul

kabupaten
kegiatan

atau lokasi strategis yang berpotensi berpeluang menjadi salah satu


bentuk kerjasama

investasi di Kabupaten

Rembang salah satunya

adalah : PEMBANGUNAN PASAR TRADISIONAL MODERN REMBANG.


Merujuk

RTRW

Kabupaten

Rembang

bahwa

fasilitas kawasan perkotaan

PKL Perkotaan

pemerintahan

Rembang, pusat pemerintahan Kecamatan

Rembang,

Kabupaten

pusat

permukiman,

pusat

Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional


Modern Rembang

Rembang

pengembangan

transportasi

sebagai
wilayah,

pusat
pusat

34
34

perdagangan dan jasa, pusat pengembangan industri, pengembangan


perikanan dan kelautan, dan pariwisata. Posisi Kecamatan Rembang
sebagai Ibukota Kecamatan

Rembang mempunyai tujuan penataan

Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Kecamatan Rembang yaituMewujudkan


Kecamatan Rembang sebagai pusat perdagangan dan jasa dalam

Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional


Modern Rembang

35
35

rangka pengembangan perikanan dan kelautan yang didukung


penyediaan

prasarana sarana pelayanan yang memadai, berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan.


Pusat BWP di wilayah Kecamatan Rembang direncanakan sebagai
zona pengembangan perkotaan baru. Fungsi utama kawasan ini adalah
untuk zona perkantoran, khususnya kawasan perkantoran pemerintah,
dan kawasan permukiman.

Pengembangan fasilitas pelayanan di sub

BWP ini bertujuan untuk mengalirkan kepadatan perkotaan yang saat ini
terpusat di sekitar jalur pantura. Pengembangan

perkotaan

di sub

BWP ini didukung juga aksesibilitas yang baik. Aksesibilitas wilayah ini
cukup baik karena dilewati jalan lingkar dalam kota dan jalan kolektor
yang menghubungkan Kecamatan Rembang dengan Kecamatan Sulang
dan Kabupaten Blora.
Wilayah perkotaan Kecamatan Rembang eksisting yang berada di
koridor jalan pantura

(first

road)

memiliki

fungsi

sebagai

kawasan

perkotaan yang ditandai dengan dominasi zona perumahan kepadatan


tinggi yang juga sebagai pusat pelayanan termasuk pusat
dan

jasa.Kondisi

eksisting

prasarana

dan

sarana

perdagangan
perekonomian

terdapat di kawasan ini termasuk keberadaan pasar Rembang. Selain


pasar Rembang, terdapat lokasi

dan kegiatan yang berpeluang untuk

menjadi pusat perdagangan di Kota Rembang yaitu lokasi eks pasar


hewan

dan

eks

bioskop

era.

Kedua

lokasi

tersebut berpeluang

sebagai simpul CBD yang melayani skala kota dengan pembangunan


pasar tradisional modern Rembang.

Foto Kondisi Eksisting

Eks Bioskop Era / komplek warung, Luas + 0,1766


hektar

Potensi
Kerjasama

Invest
asi
Revitalisasi
kawasan

menjadi

pusat perdagangan
Berada di koridor
jalan lokal (jalan
kabupaten)

Eks Relokasi Pasar (Pasar Hewan), Luas +1,989 hektar

Kesesuaian RTRW
:

Revitalisasi
kawasan
menjadi
pusat
pasar
tradisional modern
Rembang
Berada di koridor
jalan lokal (jalan
kabupaten)

Termasuk
dalam
rencana
struktur
ruang (PKL Rembang)
dan
kawasan
budidaya
(kawasan
peruntukan
permukiman)
pada
RTRW
Kabupaten
Rembang
Tahun
2011-

3. Tinjauan Kesesuaian Proyek Kerjasama


dengan Regulasi
Kerjasama
Daerah
Undang-undang No.
Pemerintahan Daerah
Untuk

Tahun

melaksanakan

Pemerintah

daerah

dana/anggaran.
kewenangan
tangganya

23

fungsinya
seringkali

Tentang

dengan

efektif

dihadapkan

pada

dan

dimiliki

untuk

secara maksimal,
pendanaan

mengatur

Pemerintah
lainnya

dan

efisien,

keterbatasan

Untuk menyelenggarakan tugas, kewajiban

yang

sumber-sumber

201 4

mengurus

serta
rumah

harus mencari alternative

diantaranya

melalui

kerjasama

dengan pihak ketiga.


Sebagai solusi mengatasi kesulitan tersebut, maka pada ketentuan
Pasal 363 UU No.
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Menggantikan UU no
32/2004 tentang pemerintahan Daerah) telah diatur mengenai perjanjian
kerjasama kemitraan antara Pemerintah (Daerah) dengan Pihak Swasta,
Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional
Modern Rembang

38
38

dimana

pemerintah

diberikan wewenang

daerah

dalam hal ini Gubernur/Bupati/Walikota

untuk menjalin kerjasama dengan pihak ketiga.

Selengkapnya ketentuan Pasal 363 UU No. 23 Tahun 2014 adalah sebagai


berikut:

Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional


Modern Rembang

39
39

(1)

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, Daerah dapat


mengadakan
efisiensi

kerja sama yang didasarkan

dan

efektivitas

pelayanan

pada pertimbangan
publik

serta

saling

menguntungkan.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
oleh Daerah dengan:
a.

Daerah lain;

b.

pihak ketiga; dan/atau

c.

Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Kerja
ayat

sama

dengan

(2) huruf

Daerah

lain sebagaimana

dimaksud

pada

a dikategorikan menjadi kerja sama wajib dan kerja

sama sukarela.
Selanjutnya pada pasal 366 dijelaskan bahwa Kerja sama Daerah
dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (2)
huruf b meliputi:
a.
b.

kerja sama dalam penyediaan pelayanan publik;


kerja
nilai

c.
d.

sama

tambah

dalam

pengelolaan

aset

untuk

meningkatkan

yang memberikan pendapatan bagi Daerah;

kerja sama investasi; dan


kerja sama lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.

Kerja sama Daerah dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) harus
didahului dengan studi kelayakan yang dilakukan oleh para pihak
yang melakukan kerja sama.
Peratu ran Pem erin tah No. 50 Tahun 2007 Ten tan g Tata Cara pelaksanaan
Kerja sama
Daerah
PP No 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara pelaksanaan Kerjasama
Daerah merupakan hasil tindaklanjut atas kebijakan UU No. 32 Tahun

2004 (pasal 197: yang berbunyi Tata cara pelaksanaan

ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 195 dan Pasal 196 diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah). Dalam Bab I Pasal 1 PP No 50/2007 ini
disebutkan bahwa kerja sama daerah adalah kesepakatan antara gubernur
dengan gubernur atau gubernur dengan bupati/wali kota atau antara
bupati/wali kota dengan bupati/wali kota

yang lain, dan atau gubernur, bupati/wali kota dengan pihak ketiga,
yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban.
Bila

mengacu

kerjasama

daerah

pada

PP

No.50/2007,

maka

ada 11

yang harus dipatuhi, yaitu:

prinsip

1). efisiensi[5], b).

efektivitas[6]; 3) sinergi[7]; 4) saling menguntungkan[8]; 5) kesepakatan


bersama[9]; 6) itikad baik[10]; 7) mengutamakan kepentingan
dan keutuhan

wilayah Negara Kesatuan

nasional

Republik Indonesia[11];

8)

persamaan kedudukan[12]; 9) transparansi[13]; 10) keadilan[14]; dan 11)


kepastian hukum[15].
Dalam konsep kerjasama pemerintah daerah, terdapat subjek dan
kerjasama. Yang menjadi Subjek Kerja Sama dalam kerja sama daerah
meliputi: a). gubernur; b). bupati; c). wali kota; dan d). pihak ketiga.
Sedangkan yang menjadi

Objek Kerja Sama adalah seluruh urusan

pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah otonom dan dapat


berupa penyediaan pelayanan publik.
Ada 3 point penting dalam konsep kerjasama, yaitu, pertama
adanya pihak ketiga,
baik

itu

Departemen/Lembaga

atau

sebutan

Pemerintah

Non

Departemen

lain, perusahaan swasta yang berbadan hukum, Badan

Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Yayasan, dan
lembaga di dalam negeri lainnya yang berbadan hukum. Kedua, adanya
badan kerja sama yaitu suatu forum untuk melaksanakan kerja sama yang
keanggotaannya

merupakan wakil yang ditunjuk dari daerah yang

melakukan kerja sama. Ketiga,


dinas

yang

dikeluarkan

pemberitahuan

dan

tanda

adanya

Surat

oleh

kepala

bukti

yang

Kuasa,

yaitu

naskah

daerah sebagai

alat

berisi

pemberian

mandat

atas wewenang dari kepala daerah kepada pejabat yang diberi kuasa
untuk bertindak atas nama kepala daerah untuk menerima naskah kerja
sama daerah, menyatakan persetujuan pemerintah
mengikatkan

diri pada kerja

sama

daerah,

daerah

untuk

dan/atau menyelesaikan

hal-hal lain yang diperlukan dalam pembuatan kerja sama daerah.


Masih menurut PP 50/2007, Kerja sama daerah dituangkan dalam
bentuk perjanjian kerja sama.

Perjanjian kerja sama daerah dengan

pihak ketiga wajib memperhatikan prinsip kerja sama dan objek kerja
sama. Dalam melakukan kerjasama, terdapat tata cara kerja sama
daerah dilakukan dengan:
1)
Kepala daerah atau salah satu pihak dapat memprakarsai atau
menawarkan rencana kerja sama
kepada kepala daerah yang lain dan pihak ketiga mengenai objek tertentu.

2)

Apabila para pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a menerima,


rencana

kerja

sama

tersebut

dapat

ditingkatkan

dengan

membuat

kesepakatan bersama dan menyiapkan rancangan perjanjian kerja sama.

Pelaksanaan perjanjian kerja sama dapat dilakukan oleh satuan


kerja perangkat daerah. dimana pelaksanaan kerjasama tersebut harus
mendapatkan persetujuan DPRD. Seperti yang disebutkan pada pasal 9
(PP 50/2007) bahwa rencana kerja sama daerah yang membebani daerah
dan masyarakat harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dengan ketentuan apabila biaya kerja sama belum
teranggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun
anggaran berjalan dan/atau menggunakan dan/atau memanfaatkan aset
daerah.
Kerja sama daerah yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan
tugas dan fungsi dari satuan
sudah

teranggarkan

Daerah

tahun anggaran

kerja

dalam

perangkat

daerah

Anggaran Pendapatan

berjalan

dan
dan

biayanya
Belanja

tidak perlu mendapat persetujuan

dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Untuk mendapatkan persetujuan


dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terhadap kerja sama daerah
yang membebani

daerah dan masyarakat, gubernur/bupati/wali kota

menyampaikan surat dengan melampirkan rancangan


sama kepala daerah kepada Ketua Dewan Perwakilan

perjanjian

kerja

Rakyat Daerah

dengan memberikan penjelasan mengenai: tujuan kerja sama; objek


yang akan dikerjasamakan; hak dan kewajiban meliputi:
1.

besarnya kontribusi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kerja sama; dan

2.

keuntungan yang akan diperoleh berupa barang, uang, atau jasa.

3.

jangka waktu kerja sama; dan

4. besarnya pembebanan yang dibebankan kepada masyarakat dan


jenis pembebanannya.

Adapun hasil kerja sama daerah dapat berupa uang, surat berharga
dan aset, atau nonmaterial berupa keuntungan. Hasil kerja sama daerah
yang menjadi hak daerah yang berupa uang, harus disetor ke kas

daerah

sebagai pendapatan

perundang-undangan.
daerah yang

Hasil

asli daerah
kerja

sesuai dengan peraturan

sama daerahyang

menjadi

hak

berupa barang, harus dicatat sebagai aset pada pemerintah daerah


yang terlibat secara proporsional sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa dalam kerangka otonomi
daerah, diperlukan sumber pembiayaan agar pemerintah daerah dapat
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dengan kemampuan
daerahnya sendiri. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut di atas,
Pemerintah Daerah dapat menjalin kerjasama dengan pihak ketiga
(swasta) dalam penyediaan layanan publik di daerah.
Bupati sebagai Kepala Daerah merupakan salah satu subyek
kerjasama (dimana Pelaksanaan perjanjian kerja sama dapat dilakukan
oleh satuan kerja perangkat daerah), tanah
yang
dimiliki
oleh
pemerintah daerah merupakan bagian dari obyek kerjasama (seluruh
urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah otonom
dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik), dan pemerintah daerah
bisa melakukan kerjasama dengan pihak ketiga (baik itu dengan
Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen atau sebutan lain,
perusahaan swasta yang berbadan hukum, Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Yayasan, dan lembaga di dalam
negeri lainnya yang berbadan hukum)
Hak Penguasaan Atas Tanah oleh Pemerintah Daerah dan
Pengelolaan Barang Milik
Daer
ah
1.
UU No 5 Tahun 60 Tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria;
2.
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang : Hak Guna
Usaha, Hak Guna
Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah;
3.
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 9
Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan
Hak Atas Tanah
Negara Dan Hak Pengelolaan;
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik
Negara / Daerah;
5.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah;
6.
UU No 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara

Menurut pasal 41 UUPA ini disebutkan bahwa:


Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari
tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang
memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan
pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dengan
perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa
menyewa
atau perjanjian pengolahan tanah, sgala sesuatu asal tidak
bertentangan dengan jiwa dan ketentuan- ketentuan Undang-undang ini

Dalam UUPA tidak disebutkan secara tegas bahwa Pemerintah


Daerah mempunyai
Hak Pakai, disini hanya disebutkan bahwa salah satu subyek hak pakai
adalah badan hukum

yang

didirikan

Indonesia.

menurut

hukum

Indonesia

dan

berkedudukan

di

Namun kemudian secara tegas dijabarkan dalam Pasal 39

PP 40 Tahun 1996 bahwa yang dapat mempunyai Hak Pakai adalah


warga

negara

Indonesia;

Badan

Hukum

yang

didirikan menurut

Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia; Departemen, Lembaga


Pemerintah Non Departemen, dan Pemerintah Daerah , Badan-badan
keagamaan

dan social, Orang asing yang berkedudukan di Indonesia,

Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia, dan


Perwakilan negara asing dan perwakilan badan Internasional. Jelas disini
bahwa Pemerintah Daerah merupakan salah satu subyek Hak Pakai atas
Tanah.
Selain Hak Pakai atas tanah, hak penguasaan

atas tanah yang

dapat dikuasai oleh pemerintah daerah adalah hak pengelolaan.


tidak secara

tersurat

menyebut

UUPA

Hak Pengelolaan, namun hanya

menyebut pengelolaan (sebagaimana Penjelasan Umum Angka II Nomor


2 UUPA). Istilah Hak Pengelolaan baru muncul dalam Pasal 2 Peraturan
Menteri Agraria No 9 Tahun 1965, dan dalam pasal 5 peraturan ini
disebutkan

bahwa

Departemen,
Sedangkan
angka

Hak pengelolaan

Direktorat,
pengertian

PP

menguasai

negara

diberikan

kepada

dan daerah swatantra (pemerintah daerah ).


Hak Pengelolaan

40/1996

dapat

yaitu

Hak

dinyatakan

dalam Pasal 1

Pengelolaan

adalah

hak

yang kewenangan pelaksanaannya sebagaian

dilimpahkan kepada pemegangnya. Selanjutnya secara tegas tersurat


dalam

Pasal

67

Peraturan

Menteri

Negara

Agraria/Kepala

Badan

Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian


Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan bahwa
Hak Pengelolaan dapat diberikan kepada : a.
termasuk

Pemerintah

Daerah;

Badan Usaha Milik Daerah; d.

b.

Badan

PT. Persero; e.

Instansi Pemerintah

Usaha

Milik Negara; c.

Badan Otorita; dan f.

Badan- badan hukum Pemerintah lainnya yang ditunjuk pemerintah.


Badan-badan
Pengelolaan

hukum sebagaimana
sepanjang

sesuai

dimaksud

dapat

diberikan

Hak

dengan tugas pokok dan fungsinya

berkaitan dengan pengelolan tanah.


Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional
Modern Rembang

48
48

Secara garis besar, perolehan Hak Pakai ataupun Hak Pengelolaan


oleh Pemerintah
Daerah melalui pemberian Hak, yaitu Pemerintah Daerah mengajukan
permohonan

Hak Pakai atau Hak Pengelolaan

Pertanahan

Nasional

Kabupaten/Kota.

RI

melalui

Kepala

kepada Kepala Badan


Kantor

Pertanahan

Apabila syarat terpenuhi, maka kemudian terbit Surat

Keputusan Pemberian Hak Pakai atau Hak Pengelolaan


Badan Pertanahan Nasional RI.

oleh Kepala

Surat keputusan ini selanjutnya harus

didaftarkan oleh Pemerintah Daerah

Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional


Modern Rembang

49
49

kepada

Kepala

diterbitkan

Badan

Sertifikat

Pertanahan

Kabupaten

setempat

Hak Pakai atau Hak Pengelolaan.

untuk

Terbitnya

sertifikat barulah menandai lahirnya Hak Pakai atau Hak Pengelolaan.


Dalam hal tanah Pemerintah berstatus Hak Pakai, maka menurut
ketentuan Pasal
52 PP 40/1996, hak dari pemegang Hak pakai adalah : pemegang
hak

pakai

diberikan

berhak menguasai
dengan

pakai

dan

selama

mempergunakan

tanah

yang

waktu tertentu untuk keperluan

pribadi atau usahanya serta untuk memindahkan hak tersebut kepada


pihak lain dan membebaninya, atau selama digunakan untuk keperluan
tertentu. Dengan demikian kewenangan pemegang hak Pakai adalah
mempergunakan
tugasnya.

tanah

Hak Pakai untuk kepentingan

pelaksanaan

Bila tanah Hak Pakai tersebut tidak lagi dipergunakan untuk

kepentingan pelaksanaan tugasnya, maka Hak pakai tersebut menjadi


hapus dan tanahnya kembali menjadi tanah negara atau tanah yang
dikuasai langsung oleh negara.
Selanjutnya pada Pasal 50 PP 40/1996 diatur mengenai kewajiban
pemegang hak
pakai
cara

yaitu

:1)

membayar

uang

pemasukan

yang

jumlah

dan

pembayarannya ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya,

perjanjian penggunaan tanah hak pengelolaan


pemberian

hak

pakai

atas

2)menggunakan
tanah
sebagaimana ditetapkan

tanah

sesuai

Hak

atau

dalam

perjanjian

Milik;

peruntukannya

dan

persyaratan

dalam keputusan pemberiannya, atau perjanjian penggunaan tanah hak


pengelolaan atau perjanjian pemberian hak pakai atas tanah Hak Milik;
3)memelihara dengan baik tanah dan bangunan yang ada di atasnya
serta menjaga kelestarian lingkungan hidup; 4)menyerahkan kembali
tanah

yang

diberikan

dengan

pemegang

hak pengelolaan

atau

hak

tersebut

dan

pakai

hapus;

hak

pakai

pemegang

kepada

hak

milik

negara,
sesudah

5)menyerahkan sertipikat hak pakai yang


telah hapus.
Jika dikaitkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah; maka barang milik


daerah dapat berupa tanah/bangunan. Sebagaimana Pasal 2 PP 27/2014
ini yang menyebutkan bahwa ayat (1)Barang
meliputi:
Anggaran
yang

a.

barang

Pendapatan

yang
dan

dibeli
Belanja

atau

Milik Negara/Daerah
diperoleh

atas beban

Negara/Daerah; dan b.

berasal dari perolehan lainnya yang sah. Ayat (2)

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(1) huruf

b meliputi: a.

yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis; b.

barang
Barang
barang

barang yang diperoleh


c.

barang

sebagai

yang diperoleh

perundang-undangan;

atau

pelaksanaan

sesuai
d.

dari perjanjian/kontrak;

dengan

barang yang

ketentuan peraturan
diperoleh

berdasarkan

putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.


Selanjutnya

dalam

Gubernur/Bupati/Walikota

Pasal

adalah

5,

dinyatakan

pemegang

kekuasaan

bahwa

pengelolaan

Barang Milik Daerah yang tanggungjawab dan wewenangnya diantaranya


menetapkan

Penggunaan,

Barang

Daerah ; menyetujui

Milik

Pemanfaatan,
usul

atau Pemindahtanganan

Pemanfaatan

Barang

Milik

Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan dan selain tanah


dan/atau

bangunan; dan

berupa tanah dan/atau bangunan; serta

menyetujui usul Pemanfaatan Barang Milik Daerah dalam bentuk Kerja


Sama Penyediaan Infrastruktur.
Kemudian pada pasal 8 disebutkan bahwa Kepala
perangkat daerah adalah
berwenang
Daerah

dan

yang

Pengguna

Barang

Milik

bertanggungjawab menggunakan
berada dalam

penyelenggaraan

tugas

dan

penguasaannya
fungsi

yang dipimpinnya; mengamankan

satuan

Barang Milik

Perwakilan

Rakyat

Milik

dan memelihara Barang Milik Daerah

dan Pemindahtanganan

Dewan

yang

kerja perangkat daerah

Pemanfaatan

bangunan

Daerah

untuk kepentingan

serta

dan/atau

kerja

Barang

yang berada dalam penguasaannya;


tanah

satuan

yang

Daerah

tidak

mengajukan

usul

Daerah

berupa

memerlukan persetujuan

dan Barang

Milik Daerah

selain

tanah dan/atau bangunan.


Pada

Bab

VI

Pasal

26

menjelaskan

mengenai

pemanfaat

barang milik Negara/daerah, dimana Pemanfaatan Barang Milik Daerah


dilaksanakan oleh: Pengelola Barang
Bupati/Walikota,

untuk

Barang

dengan

Milik

persetujuan

Daerah yang berada dalam

penguasaan Pengelola Barang; dan oleh Pengguna


persetujuan
sebagian

Gubernur/

Barang

dengan

Pengelola Barang, untuk Barang Milik Daerah berupa

tanah dan/atau

bangunan

yang

masih

digunakan oleh

Pengguna Barang, dan selain tanah dan/atau bangunan.


Bentuk Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah berupa (Pasal 27):

a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. KerjaSama Pemanfaatan;
d. Bangun Guna Serah atau Bangun Serah
Guna; atau e. KerjaSama Penyediaan
Infrastruktur.

Adapun

pemanfaatan

adalah pendayagunaan

barang

milik

negara / daerah yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas


dan fungsi kementrian/ lembaga/ skpd dan atau optimalisasi barang milik
negara / daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan dalam
bentuk sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan, bangun serah
guna atau bangun guna serah dan kerja sama penyediaan infrastrukstur.
Membahas

persoalan barang milik daerah

tentunya

tidak bisa

dipisahkan dengan aturan yang terkait dengan perbendaharaan Negara.


Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal
45 UU No 1 Tahun 2004 bahwa (1)
yang

diperlukan

bagi

Barang milik negara/daerah

penyelenggaraan

tugas

negara/daerah tidak dapat dipindahtangankan.


barang

milik

negara/daerah

dilakukan

pemerintahan

(2) Pemindahtanganan
dengan

cara

dijual,

dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal Pemerintah


setelah

mendapat persetujuan DPR/DPRD.

Persetujuan

DPR sebagaimana

Kemudian pasal 46 (1)

dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2)

dilakukan untuk:
a.
pemindahtanganan tanah dan/atau
bangunan.
b.

tanah dan/ atau bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf


a ayat ini tidak termasuk tanah dan/atau bangunan yang:
1) sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan
kota;
2)

harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti


sudah disediakan dalam dokumen pelaksanaan anggaran;

3) diperuntukkan bagi pegawai negeri;


4) diperuntukkan bagi kepentingan umum;
5) dikuasai
telah

negara

berdasarkan

keputusan

pengadilan

yang

memiliki kekuatan hukum tetap dan/ atau berdasarkan

ketentuan

perundang-undangan,

yang

jika

status

kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.


Selanjutnya dalam pasal 49, disebutkan bahwa (4)Barang milik
negara/daerah dilarang untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai
Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional
Modern Rembang

54
54

pembayaran atas tagihan kepada Pemerintah Pusat/Daerah

serta (5)

Barang milik negara/daerah dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan


untuk mendapatkan pinjaman.

Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional


Modern Rembang

55
55

Berdasarkan uraian peraturan perundangan diatas maka dapat


disimpulkan bahwa Tanah yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah
(Barang
Milik Daerah)
yang berstatus
Hak Pakai maupun Hak
pengelolaan keduanya dapat dijadikan sebagai obyek kerjasama
pemerintah dengan Pihak Ketiga sepanjang sesuai dengan peruntukannya
dan
persyaratan
sebagaimana
ditetapkan
dalam
keputusan
pemberiannya serta memperhatikan RTRW Kabupaten. Kepala satuan
kerja perangkat daerah adalah Pengguna Barang Milik Daerah yang
berwenang dan bertanggungjawab salah satunya mengajukan
usul
Pemanfaatan
Barang
Milik
Daerah
berupa tanah
dan/atau
bangunan
yang tidak memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau
bangunan.
Berbeda dengan Tanah Hak Pengelolaan yang dapat diusulkan Hak
guna Bangunan dan Hak Pakai diatasnya, pada tanah Hak Pakai tidak
dapat diusulkan hak atas tanah diatasnya. Sehingga, apabila kerjasama
pemerintah dengan pihak ketiga dilakukan diatas tanah Hak Pakai maka
pengaturannya harus dituangkan secara jelas dalam perjanjian kerjasama
dengan berprinsip bahwa kerjasama pemerintah dengan pihak ketiga
tidak menyebabkan hilangnya atau berpindahtangannya Hak pakai
tanah pemerintah tersebut kepada pihak lain.
Pasar Tradisional Modern
A. Pera turan Presiden Republik Indonesi a Nomor 112 Tahun 2007 tentang
Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pasar Tradi sional Modern dan
Toko Modern.
bahwa dengan semakin berkembangnya
dalam skala kecil dan menengah,

usaha perdagangan

usaha perdagangan

eceran

eceran modern

dalam skala besar, maka pasar tradisional perlu diberdayakan


dapat tumbuh dan berkembang

serasi, saling memerlukan,

memperkuat serta saling menguntungkan.

agar
saling

Perlu diketahui bahwa pasar

adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu
baik yang disebut sebagai Pasar Tradisional

Modern, pasar tradisional,

pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.


Sedangkan
oleh

pasar

tradisional

adalah

pasar

dibangun

dan

dikelola

Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara

dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama


dengan

tempat

dimiliki/dikelola

usaha

berupa

toko,

kios,

los

oleh pedagang kecil, menengah,

dengan swasta

dan

tenda

yang

swadaya masyarakat

atau koperasi dengan

usaha

skala

kecil,

modal

kecil

dan

dengan

proses jual beli barang dagangan melalaui tawar menawar. Adapun toko
adalah bangunan gedung dengan fungsi usaha yang digunakan

untuk

menjual barang dan terdiri dari hanya satu penjual, sehingga dapat
dikatakan bahwa toko merupakan bagian dari pasar tradisional.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 pada Bab III
Pasal 2 menyebutkan bahwa :
1.

Lokasi pendirian Pasar Tradisional wajib mengacu pada Rencana


Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten/Kota, termasuk Peraturan Zonasinya.

2.
Pendirian Pasar Tradisional wajib memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
a.

Memperhitungkan
keberadaan
Toko

kondisi

sosial

Pasar Tradisional,

Modern

serta

Usaha

ekonomi

Pasar

masyarakat

Tradisional

Modern

dan
dan

Kecil, termasuk koperasi, yang ada

di wilayah yang bersangkutan.


b.

Menyediakan

areal

parkir

paling

sedikit

seluas

kebutuhan
2

parkir 1(satu) buah kendaraan roda empat untuk setiap 100 m


(seratus meter per segi) luas lantai penjualan Pasar Tradisional.
c. Menyediakan fasilitas
yang bersih, sehat

yang

menjamin

Pasar

Tradisional

(hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.


3.

Penyediaan areal parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf


b dapat dilakukan berdasarkan kerjasama antara pengelola Pasar
Tradisional dengan pihak lain.

B.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 53/M-DAG/


PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pasar Tradisional Modern dan Toko Modern.
Pada
Bab
II
Pasal
menyebutkan bahwa :
Pasal
menyebutkan :

dan

Lokasi

untuk

Modern

dan

Pendirian

Pasar

Tradisional,

Pasar

Tradisional

Toko Modern wajib mengacu pada Rencana

Tata

Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota dan Rencana Detail Tata Ruang


Wilayah Kabupaten/Kota, termasuk peraturan zonasinya.

Kabupaten/Kota
Ruang

yang

belum

memiliki

Rencana

Tata

Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata Ruang

Wilayah Kabupaten/Kota tidak diperbolehkan

memberi

ijin lokasi

untuk pembangunan Pasar Tradisional, Pasar Tradisional Modern


dan Toko Modern.

Jumlah Pasar Tradisional,

Pasar Tradisional Modern dan Toko Modern

serta jarak antara Pasar Tradisional Modern dan Toko Modern dengan
Pasar Pasar Tradisional atau toko eceran tradisional
Pemerintah

Daerah setempat.

Pemerintah

Daerah

ditetapkan

oleh

dalam menetapkan junlah dan jarak Pasar Tradisional, Pasar Tradisional


Modern dan Toko
Modern harus mempertimbangkan
1.

antara lain :

Tingkat kepadatan dan pertumbuhan penduduk sesuai dengan data


sensus BPS tahun terakhir.

2.

Potensi ekonomi daerah setempat.

3.

Aksesibilitas wilayah (arus lalu lintas).

4.

Dukungan keamanan dan ketersediaan infrastruktur.

5.

Perkembangan permukiman baru.

6.

Pola kehidupan masyarakat.

7.

Jam kerja Toko Modern


usaha

yang sinergi

dan tidak mematikan

toko eceran tradisional disekitarnya.

C. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2012 t entang


Pengelolaan dan
Pemberdayaan Pasar Tradi sional.
Bahwa

pengelolaan

pelaksanaan
pemberdayaan

dan

pasar

tradisional

pengendalian

pasar tradisional

pasar

yang

meliputi

tradisional.

adalah segala upaya

perencanaan,
Sedangkan
Pemerintah

Daerah dalam rangka melindungi keberadaan pasar tradisional agar


mampu berkembang lebih baik untuk dapat bersaing dengan Pasar
Tradisional Modern dan toko modern. Adapun tujuan pengelolaan dan
pemberdayaan pasar tradisional adalah

Menciptakan pasar tradisional yang tertib, teratur, aman,


bersih dan sehat.

Meningkatkan pelayanan kepada


masyarakat.

Menjadikan pasar tradisional


perekonomian daerah.

sebagai

penggerak

roda

Menciptakan pasar tradisional yang berdaya saing dengan Pasar


Tradisional Modern dan toko modern.

Dijelaskan pula bahwa kriteria pasar tradisional antara


lain adalah :
1.
Dimiliki, dibangun dan atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
2.
Transaksi dilakukan secara tawar
menawar.

3.
Tempat usaha beragam dan menyatu dalam
lokasi yang sama.
4.
Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan
berbahan baku lokal.
Dalam peraturan ini diterangkan lebih lanjut bahwa Bupati/Walikota
melalui Kepala SKPD
melakukan perencanaan pasar tradisional, yang meliputi perencanaan
fisik dan non fisik. a.
Penentuan lokasi.

Perencanaan fisik mengatur tentang :

Penyediaan fasilitas bangunan dan tata


letak pasar.

Sarana
Pendukung
Perencanaan

fisik

pembangunan

dengan

pasar

penentuan

baru,

lokasi

sedangkan

berlaku

penyediaan

untuk
fasilitas

bangunan, tata letak pasar dan sarana pendukung berlaku untuk


rehabilitasi pasar lama.
b.

Penentuan lokasi
harus :

Mengacu
pada
Kabupaten/Kota.

RTRW

Dekat dengan pemukiman


ekonomi manyarakat.
Memiliki

sarana

menghubungkan
Kecamatan
c.

dan

penduduk

atau pusat kegiatan

prasarana

transportasi

Ibukota Kabupaten/Kota

dan

yang
Ibukota

dengan lokasi pasar baru yang akan dibangun.

Fasilitas bangunan dan tata letak


pasar meliputi :

Bangunan toko/kios/los dibuat dengan ukuran standar


ruang tertentu.
Petak atau blok dengan akses jalan pengunjung
kesegala arah.
Pencahayaan
yang cukup.

dan sirkulasi udara

Penataan toko/kios/los berdasarkan jenis barang


dagangan.
Bentuk bangunan pasar tradisional selaras dengan karakteritis
budaya daerah. d.

Sarana pendukung sebagaimana dimaksud

meliputi :

Kantor
pengelola.

Areal
parkir.

Tempat
pembuangan
pengelolaan sampah.

Air
Bersih.

Sanitasi
Drainase.

sampah

sementara/sarana


Tempat
Ibadah.

Toilet
UMUM.

Pos
keamanan.
Tempat pengelolaan limbah/Instalasi Pengelolaan
Air Limbah.
Hidran dan fasilitas pemadam
kebakaran.

Sarana
komunikasi.
Area bongkar
dagangn.
Lebih

lanjut

melakukan
pasar

muat

dijelaskan

pula

kerjasama dengan

baru,

rehabilitasi

bahwa
pihak

pasar

Bupati/Walikota

ketiga

lama

untuk

dapat

membangun

dan pengelolaan pasar

tradisional sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

D.

Pera turan Menteri Perdagangan Republ ik Indonesia Nomor 48/MDAG/ PER/8/2013 tentang Pedo man Pemban gunan dan Pengelolaan
Sarana Distribusi Perdagangan
Bahwa sarana distribusi
dan

pusat

distribusi

perdagangan
memiliki

dalam bentuk

peran

yang

pasar tradisional

sangat

penting

dalam

meningkatkan kelancaran arus barang dan/atau jasa, sehingga diperlukan


langkah-langkah

strategis

dalam pengembangan

sarana

distribusi

perdagangan di daerah. Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan


pedoman bagi Menteri,
Usaha

Milik

swasta

Negara,

Menteri
Badan

Teknis,

Pemerintah

Usaha Milik Daerah,

dalam melaksanakan

pembangunan

Daerah,

Koperasi

Badan

dan/atau

dan pengelolaan Sarana

Distribusi Perdagangan, berupa :


a.

Pasar Tradisional yang bersih, sehat, aman, nyaman, tertib, jujur dan
ramah lingkungan serta dapat meningkatkan daya saing.

b.

Pusat Distribusi Provinsi dan Pusat Distribusi Regional yang dapat


berfungsi sebagai jaringan logistik dan penyangga komoditas utama
di tingkat daerah dan nasional.

Adapun ruang lingkup pembangunan


Distribusi
a.

dan pengelolaan

Sarana

Perdagangan meliputi :

Pasar

Tradisional. b.
Pusat Distribusi.
Pasar Tradisional
(empat) tipe :

diklasifikasikan

atas 4

a.
Pasar Tradisional tipe A memiliki
kriteria :
2

1.

Luas lahan paling sedikit 3.000 m (tiga ribu meter persegi)

2.

Kepemilikan lahan dibuktikan dengan dokumen sah.

3.

Peruntukan lahan sesuai dengan Rencana Tata Ruang


Wilayah (RTRW) daerah setempat.

4. Jumlah pedagang paling sedikit 150 (seratus lima puluh)


pedagang.
5.

Bangunan utama Pasar Tradisional berupa los, kios,


selasar/koridor/ gang dan sarana pendukung lainnya.

6.

Jalan menuju Pasar Tradisional

mudah diakses

dan didukung

dengan sarana
transportasi umum.
7. Pasar Tradisional dikelola secara langsung oleh manajemen
pengelolaan pasar.
8.

Kegiatan/operasional Pasar Tradisional dilakukan setiap hari.

9.

CCTV yang terhubung secara online dengan Kementrian


Perdagangan melalui internet untuk memantau aktifitas
perdagangan.

b.

Pasar Tradisional tipe B memiliki kriteria :


2

1. Luas lahan paling sedikit 1.500 m (seribu lima ratus meter


persegi).
2.

Kepemilikan lahan dibuktikan dengan dokumen yang sah.

3.

Peruntukan lahan sesuai dengan Rencana Tata Ruang


Wilayah (RTRW) daerah setempat.

4.

Jumlah pedagang paling sedikit 75 (tujuh puluh lima) pedagang.

5.

Bangunan utama Pasar Tradisional berupa los, kios,


selasar/koridor/ gang dan sarana pendukung lainnya.

6.

Jalan menuju Pasar Tradisional mudah diakses dan didukung dan


didukung dengan sarana transportasi umum.

7. Pasar Tradisional dikelola secara langsung oleh manajemen


pengelolaan pasar.
8.

Kegiatan/operasional Pasar Tradisional dilakukan paling sedikit


3(tiga) hari dalam seminggu.

9.

CCTV yang terhubung secara online dengan Kementerian


Perdagangan melalui internet untuk memantau aktifitas
perdagangan.

c.

Pasar Tradisional tipe C memiliki kriteria :


2

1.

Luas lahan paling sedikit 1.000 m (seribu meter persegi)

2.

Kepemilikan lahan dibuktikan dengan dokumen yang sah.

3.

Peruntukan lahan sesuai dengan Rencana Tata Ruang


Wilayah (RTRW) daerah setempat.

4.

Jumlah pedagang paling sedikit 30 (tiga puluh) pedagang.

5.

Bangunan utama Pasar Tradisional berupa los, kios,


selasar/koridor/ gang dan sarana pendukung lainnya.

6. Jalan menuju Pasar Tradisional mudah diakses oleh manajemen


pengelolaan pasar,
7.

Kegiatan/operasional Pasar Tradisional dilakukan 1(satu) atau


2(dua) hari dalam seminggu.

d.

Pasar Tradisional tipe D memiliki kriteria :


2

1.

Luas lahan paling sedikit 500 m (lima ratus meter persegi).

2.

Kepemilikan lahan dibuktikan dengan dokumen yang sah.

3.

Peruntukan lahan sesuai dengan Rencana Tata Ruang


Wilayah (RTRW) daerah setempat.

4.

Jumlah pedagang paling banyak 30 (tiga puluh) pedagang.

5. Bangunan utama Pasar Tradisional berupa los dan sarana


pendukung lainnya.

6.

Jalan menuju Pasar Tradisional mudah diakses dan didukung


sarana transportasi umum.

7. Pasar Tradisional dikelola secara langsung oleh manajemen


pengelolaan pasar.
8.

Kegiatan/operasional Pasar Tradisional dilakukan 1 (satu) atau 2


(dua) hari dalam seminggu.

E.
Pera turan Da erah Kabupaten Rembang Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Pengel olaan Pasar
Tradisional, Pasar Tradi sional
Kabupaten Remban g
Bahwa

dengan

perdagangan
modern

pesatnya
semakin

suatu

tradisional

besar

usaha

dan

perkembangan

eceran di pasar

yang

diperlukan

Modern

di

konkrit

Toko Modern di
dan pertumbuhan
dan

usaha

perdagangan

eceran

Kabupaten Rembang,

untuk

melakukan

maka

pengelolaan

terhadap pasar tradisional, Pasar Tradisional Modern dan toko modern.


Dinas

Perindagkop

dan UMKM Kabupaten

kewajiban menyelenggarakan

pengelolaan

Rembang

mempunyai

dan pemberdayaan

pasar

tradisional di Daerah.
Perencanaan pasar tradisional daerah meliputi perencanaan fisik dan
perencanaan

non fisik.

Dinas

dapat

melakukan

kerjasama

dalam

kegiatan pengelolaan dan perlindungan pasar dengan pihak lain sesuai


dengan

ketentuan

Pemerintah

peraturan

perundang-undangan.

Daerah dapat melakukan

kerjasama

Selain

itu

dengan pihak lain

untuk melakukan renovasi/ revitalisasi pasar. Renovasi/revitalisasi yang


menyebabkan bertambahnya beban pedagang dalam memperoleh hak
untuk penempatan harus mendapatkan persetujuan DPRD Kabupaten
Rembang dan memperhatikan

aspirasi serta kemampuan

ekonomi

pedagang lama.
Lebih

lanjut

dijelaskan

bahwa

pendirian

Pasar

Tradisional

Daerah

wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut :


1.

Memperhitungkan
keberadaan

2.

1(satu)

(seratus

daerah.

sosial

ekonomi

masyarakat

dan

pasar tradisional daerah yang telah ada.

Menyediakan
parkir

kondisi

area

parkir

paling

buah kendaraan

meter persegi)

roda

sedikit

seluas

empat

untuk

kebutuhan
setiap

100

luas lantai penjualan pasar tradisional

3.
Menyediakan fasilitas
yang bersih, sehat

yang menjamin

pasar tradisional

daerah

(hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.


Selain
meliputi

itu,

Bupati

dapat

melakukan

perluasan, pemindahan

dengan kerjasama

pengembangan

pasar

yang

dan renovasi yang dapat dilakukan

dengan pihak lain dan lokasi di pasar tradisional

derah hanya dapat dipergunakan untuk kepentingan pengelolaan

pasar tradisional daerah.

Adapun pelayanan pasar tradisional daerah

dilakukan setiap hari mulai pukul 05.00 WIB sampai dengan pukul 18.00
WIB dan dapat melebihi waktu tersebut dengan

ketentuan

ketetapan

Bupati. Sedangkan jarak antara toko modern dengan pasar tradisional


sekurang-kurangnya 2.000 m (dua ribu meter).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan vahwa Rencana


pembangunan Pasar Tradisional
Modern
Rembang
memenuhi
syarat untuk dilakukan, dimana lokasi pendirian Pasar Tradisional
Modern sudah mengacu pada dan sesuai dengan RTRW Kabupaten
maupun RDTR wilayah termasuk peraturan zonasinya.
Dinas
dapat melakukan kerjasama dalam kegiatan pengelolaan dan
perlindungan pasar dengan pihak lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Selain itu Pemerintah Daerah dapat
melakukan kerjasama dengan pihak lain untuk melakukan renovasi/
revitalisasi
pasar.
Renovasi/revitalisasi
yang
menyebabkan
bertambahnya beban pedagang dalam memperoleh hak untuk
penempatan harus mendapatkan persetujuan
DPRD
Kabupaten
Rembang dan memperhatikan
aspirasi serta kemampuan
ekonomi pedagang lama.
Selain itu, Bupati dapat melakukan
pengembangan pasar yang meliputi perluasan, pemindahan dan
renovasi yang dapat dilakukan dengan kerjasama dengan pihak lain
dan lokasi di pasar tradisional daerah hanya dapat dipergunakan
untuk kepentingan
pengelolaan
pasar tradisional
daerah.
Selanjutnya
dalam
tahap
konstruksi
dan
penataan
ruang
(penyediaan sarana prasarana pasar maupun fasilitas umum) agar
mengikuti ketentuan-ketentuan teknis dan peraturan perundangan
yang berlaku.

BAB
V
ANALISIS BIAYA DAN
MANFAAT

Dalam suatu proyek pembangunan aspek yang perlu dikaji terlebih


dahulu dalam mempertimbangkan kelayakan dari suatu proyek adalah
aspek manfaat (benefit) dan biaya (cost) disamping aspek teknis dan
finansial.

Aspek

memperoleh

ini

penting

gambaran

untuk

dikaji

atas manfaat

yang

terlebih
akan

dahulu

guna

diperoleh

dari

pelaksanaan proyek itu sendiri.


Metode Analisis Biaya Manfaat (Benefit Cost Analisys) ini dipilih
untuk mengukur
manfaat yang diperoleh dari suatu proyek dibandingkan dengan biaya
yang nantinya akan dikeluarkan.
Tradisional
melalui

Modern

mekanisme

Rembang
KPS,

Rencana

Pembangunan

yang nantinya akan

menuntut

diperlukannya

Pasar

dilaksanakan
analisis

Biaya

Manfaat, untuk mengukur manfaat dari sisi Pemerintah dan keuntungan


dari sisi Swasta, meskipun manfaat yang akan diperoleh Pemerintah
biasanya tidak dapat
pendekatan

atau sulit diukur. Namun

terhadap

manfaat

akan

demikian

dilakukan

pendekatan-

didasarkan pada

manfaat umum yang diperoleh masyarakat.


Demikian juga halnya dengan rencana penggunaan lahan seluas
19.890 m2 di lokasi Tanah eks. relokasi pasar Rembang terletak di Desa
Sumberjo

yang direncanakan

untuk Pembangunan

Pasar Tradisional

Modern Rembang, perlu dilakukan analisis manfaat dan biaya sehingga


akan

diketahui

apakah

Pembangunan

Pasar

Tradisional

Modern

Rembang tersebut layak dilaksanakan atau tidak.


Langkah
proyek melalui

yang ditempuh

dalam

menganalisis

efisiensi

suatu

analisis biaya manfaat yaitu dengan jalan menentukan

semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan.

Dimana

komponen komponen manfaat dan biaya yang diperhitungkan adalah


komponen
kepentingan

yang

berpengaruh

investor,

diperhitungkan.

secara

sehingga

finansial

semua

dan

komponen

langsung
biaya

bagi
akan

Sedangkan komponen manfaat hanya komponen yang

bersifat langsung saja yang diperhitungkan.

A.

Analisis Biaya
Komponen biaya yang berhubungan dengan pembangunan Pasar

Tradisional

Modern

Rembang

diantaranya

adalah

pembangunan Pasar Tradisional Modern Rembang

biaya

dan

investasi

biaya

yang

terkait dengan pengelolaan (operasional) dan pemeliharaan. Adapun


rinciannya adalah sebagai berikut :
1.

Biaya Investasi
Biaya investasi terdiri dari :
a.

Biaya Pembangunan Gedung (konstruksi) : Biaya Untuk


pembangunan
Ruko, Kios dan Los lengkap dengan sarana
penunjangnya.
b. Biaya Perencanaan dan Pengawasan : Biaya ini meliputi
biaya untuk studi kelayakan, Amdal, DED, serta biaya
pengawasan
selama
pelaksanaan konstruksi.
Biaya ini
diasumsikan sebesar 2.95% dari Biaya Konstruksi.
Adapun rincian biaya investasi adalah sebagai berikut tersaji dalam
Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Rincian Biaya Investasi Pembangunan Pasar Tradisional
Modern Rembang
NO.
A
1
2
3

KOMPONEN
PEKERJAAN
Persiapan
Perencanaan
Pengawasan
Administrasi
JUMLAH A

Pekerjaan Konstruksi

Pekerjaan bangunan ruko / toko /


kios
- ruko (6X10)

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

- toko / kios (6X4)


- toko / kios (3X4)
-Los 1.5X2.5
Tempat parkir kendaraan
area bongkar muat
alan akses pengunjung
Bangunan MCK
mushola
Tempat pembuangan sampah
Pos keamanan
sarana air bersih (tower)
Ruang hijau terbuka
Kantor pasar

Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional


Modern Rembang

%
1.80 %
1.22 %
0.31 %
(m2
)
9,648
2,700
2,232
756
3,960
1,092
2,167
3,539
42
35
40
18
8
400
45

HARGA
SATUAN

JUMLAH

29,953,234,6
00
29,953,234,6

488,237,7
24
326,490,2

00
29,953,234,6
00

57
74,883,0
87
889.611.

HARGA
SATUAN

068
JUMLAH

2,993,14 8,081,478,0
0
00
2,746,00 6,129,072,0
0
2,746,00 00
2,075,976,0
0
00
2,746,00 10,874,160,0
0 178,90 00195,358,8
0
00
178,90
387,676,3
0
00
178,90
633,127,1
0
00
2,746,00
115,332,0
0
00
2,746,00
96,110,0
0
00
2,746,00
109,840,0
0
00
2,746,00
49,428,0
0
00
2,746,00
21,968,0
0
00
1,373,00
549,200,0
0
00
2,746,00
123,570,0
0
00

73
73

12

Jalan utama / jalan lingkar


JUMLAH

J U M L A H A dan
B
Pembulatan

Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional


Modern Rembang

2,856
19,890

178,90
0

510,938,4
00
29,953,234,
600
30,842,845,
668
30,842,846,
000

74
74

2.

Biaya Pengelolaan, meliputi :


a. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
operasional pengelolaan Pasar, diantaranya adalah biaya gaji
pegawai,
biaya administrasi dan keperluan kantor seperti
langganan listrik dan air.
b.
Biaya
pemeliharaan
merupakan
biaya
pemeliharan
bangunan dan fasilitas umum (sarana prasarana pasar)
c. Biaya Kontribusi pemanfaatan asset Daerah
Biaya yang dikeluarkan oleh Pihak Ketiga yang dikarenakan
telah memanfaatkan aset pemerintah yang berupa tanah,
dengan tarif Rp.100,2
/m2/hari.
Dengan penggunaan lahan seluas 19.890 m
sebagai Pasar
Tradisional Modern akan mengeluarkan biaya kontribusi
pemanfaatan
asset
sebesar
Rp.352.152.000,pertahun
(dihitung dari luas bangunan ruko, kios dan los (9.648m2)
dikalikan tarif/m2/hari dikalikan 365 hari)
Biaya pengelolaan pertahun secara rinci sebagai berikut:
Tabel 5.2. Biaya Pengelolaan Pembangunan Pasar Tradisional
Modern Rembang
No

TOTAL
B.

Biaya Operasional
1 Gaji Karyawan
2 Biaya Operasional
- Listrik
- Air
- Pemeliharaan
3 Kontribusi Pemanfaatan aset
daerah

Rp/Tahu
n
414,000,0
00
411,616,6
16
119,206,0
80
28,617,300
263,793,2
36
352,152,0
00
1,177,768,
616

Analisis Manfaat
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari pembangunan Pasar
Tradisional Modern

Rembang , diantaranya adalah sebagai berikut :


1.

Manfaat Langsung
Manfaat langsung adalah manfaat yang langsung diperoleh
dengan
Rembang

adanya pembangunan
dapat

berupa

Pasar

Tradisional

Modern

peningkatan output secara kuantitatif

maupun kualitatif, seperti kita ketahui sebelumnya bahwa lokasi

Eks. Tanah relokasi Pasar Rembang berupa lahan kosong yang


mangkrak, terkesan kumuh dan tidak terawat, hanya saja sebagian
lahan difungsikan sebagai pasar hewan kecil (kambing) setiap hari
Kamis dan Minggu.

Dengan

terbangunnya

pasar

diharapkan

selain

kontribusi

pemanfaatan

asset

Kabupaten

Rembang),

pemerintah

tradisional

modern

ini

akan diperoleh pendapatan dari penerimaan


daerah/PAD

baik dalam bentuk pengembalian

(manfaat

keuntungan

bagi

(bagi investor)

modal maupun keuntungan

selama masa pengelolaan, juga diharapkan dapat mewujudkan


kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Rembang
tertata,

tertib,

nyaman,

bersih

dan

terbangunnya Los, kios, toko maupun


menampung
Rembang

tumpahan
yang

indah.

yang

Dengan

ruko diharapkan

dapat

pedagang yang ada di Pasar Kota

seringkali

menimbulkan

kemacetan

dan

pemandangan kumuh setiap harinya, selain itu juga bisa menarik


minat

UMKM

maupun

pedagang

lainnya

sehingga

dapat

meningkatkan volume perdagangan di kecamatan Rembang.


Adapun pendapatan-pendapatan yang secara langsung bisa
diperoleh dari
pembangunan dan pengelolaan Pasar tradisional modern ini
meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pendapatan dari Sewa bangunan ruko, toko, kios dan los


(yang diangsur selama 5 tahun)
Pendapatan dari Jasa pelayanan Listrik dan air;
Pendapatan dari Jasa pelayanan Kebersihan;
Pendapatan dari Jasa Keamanan;
Pendapatan dari perparkiran;
Pendapatan dari MCK; dan
Pendapatan dari Jasa pelayanan Fasilitas Umum.

Adapun rincian manfaat langsung berupa pendapatan dari


pembangunan
Pasar Tradisional Modern Rembang dapat dilihat pada
table berikut :
Tabel 5.3. Pendapatan Pembangunan Pasar Tradisional Modern
Rembang
No

1.
2.

KOMPON
EN

PENDAPATAN
Pendapatan dari Sewa bangunan ruko, toko
dan kios (yang diangsur selama 5 tahun)
Pendapatan dari Jasa pelayanan Listrik dan
air/Tahun

JUMLAH
(Rp.)
38,835,000,0
00
173.880.0
00

3.
4.
5.
6.
7.

Pendapatan dari Jasa pelayanan


Kebersihan/Tahun
Pendapatan
dari Jasa Keamanan/Tahun
Pendapatan dari perparkiran/Tahun
Pendapatan dari MCK/Tahun
Pendapatan dari pelayanan Fasilitas Umum/Tahun

185.940.0
00
173.880.0
00
450.000.0
00
360.000.0
00
49.230.0
00

2.

Manfaat Tidak Langsung


Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang muncul diluar
proyek,

namun sebagai

pembangunan

Pasar

dampak

Tradisional

dari

adanya

proyek

Modern Rembang .

Manfaat

ini berupa meningkatnya pendapatan masyarakat disekitar Pasar


Tradisional Modern sebagai akibat meningkatnya aktivitas ekonomi
meskipun sulit untuk diukur.

Dengan adanya pembangunan Pasar

Tradisional Modern ini diharapkan


pekerjaan

dan

kesempatan

sehingga

dapat

berdampak

akan

menjadi

berusaha
pada

pengangguran di Kabupaten Rembang.

ladang

bagi masyarakat

pengurangan

jumlah

Selain itu diharapkan juga

dapat mengurai kemacetan yang sering terjadi di lokasi tersebut


sehingga dapat terwujud kota yang bersih, indah, tertib dan aman
dengan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai dan
berwawasan lingkungan.
3.

Manfaat Terkait / Manfaat Tidak Kentara


Manfaat

terkait merupakan

dinyatakan

keuntungan-keuntungan

yang sulit

dalam jumlah uang, namun dirasakan oleh pengguna

manfaat (pembeli) maupun pelaku usaha

di

lokasi

Pasar

Tradisional Modern, diantaranya adalah rasa aman dan nyaman


ketika

melakukan

pembangunan

transaksi.

Selain

dengan

Pasar Tradisional Modern Rembang akan dapat

menata pedagang berdasarkan jenis dagangan


akan

itu

meningkatkan

daya

saing

pedagang

dan
baik

diharapkan
secara harga

maupun kualitas barang dagangan.


4.

Pendapat/persepsi masyarakat
Berdasarkan
yang terdiri

hasil

wawancara

terhadap

12

responden

dari pedagang pasar tradisional Rembang, Pedagang

di lokasi yang akan dibangun, Perangkat desa, dan Warga sekitar


lokasi yang akan dibangun Pasar Tradisional Modern diperoleh
informasi bahwa 25% dari responden menyatakan sangat setuju
dan 17% menyatakan

setuju,

33% tidak setuju,

17%

sangat

tidak setuju dan 8% menyatakan terserah saja pada Pemerintah


Kabupaten apabila Lokasi eks relokasi pasar Rembang (pasar
hewan) akan dibangun Pasar Tradisional Modern.
menyatakan

setuju

pembangunan Pasar
rencana

yang

dan

sangat

Tradisional

sangat

baik,

setuju
Modern

Mereka yang

berpendapat
tersebut

bahwa

merupakan

mengingat

lokasi

kondisinya

pasar

tradisional

Rembang

yang

sempit, semrawut, banyak pedagang tumpah di pinggir

jalan yang sering timbul kemacetan dan terkesan kumuh.


adanya

pasar

banyak

warga

berjualan.

tradisional
sekitar

Sedangkan

modern

lokasi

nantinya,

yang

menurut

akan

mereka

lokasi

dibangunnya

pasar

keberadaan pasar tradisional modern.


kehilangan tempat
terbilang

mapan

berdagang
dan

Dengan

harapan mereka
tertarik

yang

berpendapat bahwa aktivitas perdagangan


ada di

ada

hewan

akan

dan

tidak

ikut

setuju,

yang

sudah

tergeser dengan

Selain itu, mereka kuatir

yang

selama

mempunyai konsumen

ini

sudah

tetap.

Mereka

lebih setuju bila lokasi yang akan dibangun pasar Tradisional


modern dijadikan pasar hewan yang lebih tertata dan dikelola
dengan baik.

Selebihnya,

pedagang

lama

dibangun,

mereka

direvitalisasi

akan

turun

lebih

(tidak

mereka berpendapat
setuju

dengan

letaknya berdekatan).

bila

pasar

bila

swasta,

maka

harga

sewa

Ada

juga

dari

mereka

tradisional

pasar

lama

baru,

sepi,

apalagi

dibangun
gunanya

mahal dan memberatkan pedagang kecil.


pasar saja pembelinya

modern
yang

Terlepas dari pro kontra di atas, ada

kekuatiran bila pasar tradisional modern


melibatkan

tradisional

pasar

membangun

bahwa omset

dengan

akan sangat

Menurut mereka, 1

kalau

ada

pasar.

yang berpendapat agar pasar yang lama

yang kondisinya sempit, semrawut dan kumuh dipindah

saja ke

lokasi pasar tradisional modern yang akan dibangun, agar tidak


menimbulkan kemacetan dan dapat memberikan kenyamanan dan
keamanan berbelanja.
Dari pertanyaan kuisioner, apakah pembangunan Pasar
Tradisional Modern
akan lebih efektif dikelola oleh pemerintah atau swasta atau
kolaborasi keduanya,
50% menyatakan

akan lebih baik jika dikelola oleh pemerintah,

15% menaytakan lebih baik dikelola swasta saja, 25% menyatakan

akan lebih baik jika dikelola oleh pemerintah

dan

swasta,

10%

menyatakan tidak tahu/terserah pemerintah saja. Alasan kenapa


sebagian besar menyatakan lebih baik dikelola oleh pemerintah
adalah

agar

harga

sewa

gunanya

murah

dan

terjangkau.

Selain itu, masyarakat sudah terbiasa dengan aturan main pasar


yang selama ini dikelola oleh pemerintah.
Selanjutnya
menyatakan

menurut

responden,

semuanya

(100%)

bahwa pembangunan Pasar Tradisional Modern

akan memiliki dampak bagi lingkungan,

Peningkatan

PAD, penyerapan

tenaga kerja lokal, membuka

lapangan kerja baru, peningkatan layanan publik, peningkatan arus


lalu lintas, peningkatan pendapat masyarakat dan perubahan gaya
hidup.

Namun dalam hal dampaknya terhadap peningkatan PAD,

membuka lapangan
masyarakat

(khususnya

kenyataannya.
jumlah

kerja baru, dan peningkatan


bagi

pedagang)

pendapatan

masih

diragukan

Hal ini didasari pada keyakinan bahwa meskipun

pedagangnya

bertambah,

tetapi jumlah konsumennya

relatif tidak ada peningkatan alias relatif tetap.

Dengan kenyataan

tersebut, maka pendapatan pedagang lama sudah barang tentu


akan semakin menurun karena terbagi konsumennya dengan para
pedagang baru.
B.

Analisis Kelayakan Investasi


Untuk

melakukan

pembangunan

penilaian

kelayakan

terhadap

rencana

Pasar Tradisional Modern Rembang secara ekonomi

dilakukan dengan membandingkan

manfaat (benefit)

dengan biaya

investasi. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa manfaat


ekonomi

dapat

diklasifikasi

menjadi

jenis,

yaitu

manfaat

langsung, manfaat tidak langsung dan manfaat yang tidak kentara.


Dalam penilaian kelayakan investasi ini digunakan 4 jenis metode
yaitu : (a) Metode Net Present Value (NPV), (b) Metode Internal Rate of
Return (IRR) dan (c) Metode Benefit Cost Ratio
Payback

Period.

Adapun

asumsi-asumsi

(B/C Ratio) dan (d)

dan pendekatan yang

digunakan dalam penghitungan cashflow maupun kelayakan investasi ini


meliputi:
1.

Harga Jual/sewa Guna Ruko/Kios dan Toko:


No
1
2
3
4

2.

Jenis
Harga/Unit
Unit
Bangunan
Ruko
(6x10 m2)
Rp.
45
300Juta
Kios (4x6 m2)
Rp.
125
93
Juta
Kios (3x4 m2)
Rp. 50
63
Juta
Los (1.5x2.5
Rp 10
1.05
m2) Total Harga Jual/Sewa
Juta Guna Bangunan
6

Cara Pembayaran:

Tota
l
Rp
13,500,000,000
Rp
11,625,000,000
Rp
3,150,000,000
Rp
10,560,000,000
Rp
38,835,000,000

25% dari harga jual/sewa Guna Bangunan dibayar di muka


pada saat registrasi
(setelah bangunan jadi=tahun ke-0)
Kekurangannya diangsur selama 5 Tahun

3.

Tingkat suku bunga berlaku = 12%

4.

Biaya Jasa pelayanan (yang dibebankan pada pemilik Ruko,


Kios dan Los) sebagai berikut:
Jasa pelayanan Listrik dan air
Ruko (6x10 m2)
Kios (4x6 m2)
Kios (3x4 m2)
Los (1.5x2.5 m2)
Jasa pelayanan Kebersihan
Ruko (6x10 m2)
Kios (4x6 m2)
Kios (3x4 m2)
Los (1.5x2.5 m2)
Jasa Keamanan
Ruko (6x10 m2)
Kios (4x6 m2)
Kios (3x4 m2)
Los (1.5x2.5 m2)
Jasa Pemeliharaan Fasilitas Umum
Ruko (6x10 m2)
Kios (4x6 m2)
Kios (3x4 m2)
Los (1.5x2.5 m2)

30
Ribu/Bulan
25
Ribu/Bulan
20
Ribu/Bulan
15
Ribu/Bulan
30
Ribu/Bulan
25
Ribu/Bulan
20
Ribu/Bulan
10
Ribu/Bulan
25
Ribu/Bulan
20
Ribu/Bulan
15
Ribu/Bulan
10
Ribu/Bulan
10.000 /
Bulan
7.500 /
Bulan /
5.000
Bulan
2.500 /
Bulan

Dengan menggunakan asumsi-asumsi dan pendekatan di atas, maka


proyeksi pendapatan

dan pengeluaran

serta Perhitungan

NPV, B/C

Ratio, IRR dan Payback period (Baik untuk masa kontrak 5 Tahun, 10
Tahun, 15 Tahun, 20 Tahun, 25 Tahun maupun 30
Tahun) selengkapnya tercantum dalam Lampiran.
Adapun hasil Perhitungan Net Present Value (NPV), Internal Rate
of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio dan Payback Period dengan
menggunakan asumsi memperhitungkan

kenaikan BBM dan disepakati

tingkat Suku Bunga berlaku sebesar 12% (dimana BI Rate=7,5%) dengan


masa kontrak 5 Tahun diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Biaya dan
Manfaat
Pembangunan Pasar Tradisional Modern Rembang untuk masa
kontrak 5 Tahun
No.
1
2

Uraia
n Value
Net Present
(NPV)
Internal Rate of
Return (IRR)

Hasil
Perhitungan
621,604,752
13.05 %

Keterangan
> 0 ; layak
> 12% ; layak

Keterangan
BI
Rate=7.5%
;
(Pada Tahun

3
4

Metode Benefit
Cost
Ratio (B/C
Ratio)
Payback
Period

1.2
4
5

> 1 ; layak
Umur
ekonomis
Bangunan 10

ke-5 sudah
kembali modal
dan telah
memperoleh
keuntungan

Secara umum hasil perhitungan di atas dapat dijelaskan


sebagai berikut:
1.

Net Present Value (NPV)


Yaitu

membandingkan

semua

yang diubah

dalam besaran

sebesar

621,604,752,-

Rp.

komponen

nilai
untuk

biaya

sekarang.

dan

manfaat

Mengingat

NPV

masa kontrak 5 Tahun (lebih

besar dari 0 Rupiah), maka pembangunan Pasar Tradisional Modern


Rembang layak untuk dilaksanakan.
2.

Internal Rate of Return (IRR)


Dapat dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih
dalam suatu proyek, dimana dari hasil perhitungan
angka
Pasar

13.05%

yang

Tradisional

mengingat

IRR

menunjukkan

mengandung maksud bahwa pembangunan

Modern
lebih

Rembang

besar

dari

layak
12%

untuk

(tingkat

dilaksanakan
suku

bunga

yang digunakan).
3.

Benefit Cost Ratio (BCR)


Yaitu

dengan

mencari

indeks

yang

menggambarkan

tingkat

efektifitas pemanfaatan biaya terhadap manfaat yang diperoleh.


Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh BCR sebesar 1.24 yang
dapat diartikan bahwa

pembangunan Pasar Tradisional Modern

Rembang layak untuk dilaksanakan karena nilai BCR lebih dari 1.


4.

Payback Period
Merupakan
pengembalian

periode

pengembalian

modal

atau

jangka

waktu

yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk

mengembalikan modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas


bersih.

Aliran kas bersih adalah selisih pendapatan terhadap

pengeluaran pertahun.

Metode ini digunakan dengan mengacu

pada asumsi bahwa komponen


yang

dihasilkan

dari

manfaat

suatu

komponen

biaya

analisis kuantitatif pada dasarnya

merepresentasikan kondisi cashflow.

Proyek dikategorikan sebagai

proyek yang layak jika masa pemulihan


daripada usia ekonomis proyek.

dan

modal lebih pendek

Karena pembangunan Pasar

Tradisional Modern Rembang mempunyai masa pemulihan investasi


pada tahun ke 5 sedangkan umur ekonomis bangunan 10 Tahun,
maka pembangunan
untuk dilaksanakan.

Pasar Tradisional Modern Rembang layak

Dengan Nilai NPV (masa


621,604,752,-, BCR sebesar

kontrak

Tahun)

sebesar

Rp.

1.24, IRR sebesar 13.05% dan masa pengembalian investasi pada tahun
ke 5, maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan Pasar Tradisional
Modern Rembang layak untuk dilaksanakan.

BAB VI
ANALISIS
SKEMA KPS

Kerjasama Pemerintah-Swasta merupakan alternatif potensial bagi


penyediaan fasilitas/infrastruktur
kebutuhan

masyarakat

publik

yang

dan pertumbuhan

berorientasi

ekonomi suatu wilayah.

Dengan terjalinnya kerjasama semacam ini, maka akan


kesempatan
desain,
proyek

bagi sektor swasta

konstruksi

serta

berpartisipasi

operasional

dan

infrastruktur

yang

memberikan

dalam pembiayaan,

pemeliharaan

ataupun penyediaan layanan publik.

ketersediaan

pada

memadai

terhadap

Selain itu, minimnya


dan

terkelola

secara

professional, mendorong perlunya mencari metode pembiayaan yang


efektif dan skema kerjasama yang saling menguntungkan
pemerintah dan swasta. Pemerintah
telah berusaha

menjembatani

dengan berbagai

antara

instrumennya

sektor swasta untuk terlibat dalam

pembangunan infrastruktur dengan menawarkan jaminan, incentive dan


financial returns atas investasi yang dilakukan.

Banyaknya aset daerah

khususnya yang berupa tanah yang sampai saat ini belum optimal
dimanfaatkan,
dikembangkan

merupakan
dan

obyek kerjasama

didayagunakan

bagi

potensial

penyediaan

untuk

layanan publik

melalui mekanisme kemitraan atau Kerjasama Pemerintah-Swasta.


Sebagaimana telah disebutkan pada Bab.3, bahwa obyek yang akan
dikerjasamakan

untuk

pembangunan

Pasar

Tradisional

Modern

Rembang ini adalah barang milik daerah (berupa tanah) yaitu tanah
Hak Pakai Tahun 1993 (merupakan tanah eks relokasi pasar rembang)
2

seluas 22.196 m

dengan rincian :
2

Buku sertifikat tanah nomor 901

2.815 m

Buku sertifikat tanah nomor 903

1.200 m

Buku serifikat tanah nomor 880

18.181 m

2
2

. Selain itu dengan mendasarkan pada Peraturan Pemerintah No


27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah pada
Pasal

27

disebutkan

bahwa

Bentuk

Pemanfaatan

Barang

Negara/Daerah berupa: a. Sewa; b. Pinjam Pakai; c. Kerja Sama

Milik

Pemanfaatan;
d. Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna;
atau e. Kerja Sama
Penyediaan Infrastruktur.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Pemerintah daerah dapat
melakukan pemanfaatan aset daerah khususnya aset berupa benda tak
bergerak berupa tanah atau bangunan/gedung, terutama yang belum
didayagunakan

secara

optimal,

melalui

penggunausahaan

yaitu

pendayagunaan aset daerah (tanah dan atau bangunan) oleh pihak ketiga
(perusahaan
(Sewa,

swasta)

dengan

menggunakan

kelima

skema

di atas

Pinjam Pakai, Kerja Sama Pemanfaatan, Bangun Guna Serah

atau Bangun

Serah

Guna

(BOT/BTO), dan Kerja Sama Penyediaan

Infrastruktur) atau bentuk-bentuk lainnya yang kini sangat bervariasi


bermunculan pada berbagai macam jenis kerjasama pemerintah swasta.
Perlu disadari bahwa keberhasilan pemilihan dan pelaksanaan skema
KPS

dalam

penyediaan

infrastruktur

sangatlah

dipengaruhi

oleh

kapabilitas dari sektor privat/swasta yang dapat dilihat dari kesiapan pada
hal-hal

teknis

(konstruksi

(keuangan,sumberdaya,
menjadi elemen
pemerintah

pemeliharaan)

dll) serta hubungan

penting

swasta,

dan
dalam

interaksi

sampai

antara
dari

manajemen

tiga pihak yang

sebuah

kerjasama

yaitu pemerintah (sebagai regulator), pihak swasta

(sebagai pelaksana proyek), dan masyarakat (sebagai penerima manfaat


atas kerjasama pemerintah-swasta).
oleh masyarakat

Manfaat yang akan dirasakan

sebagai penerima manfaat dari kerjasama

antara

pemerintah dan swasta, sangat bergantung pada hasil kesepakatan


antara pemerintah dan swasta. Hal ini membuat pemerintah
berhati-hati
Pemerintah

dalam

membuat

harus menyaring

kesepakatan
pihak swasta

dengan

pihak swasta.

yang akan

pihak swasta tersebut harus memenuhi persyaratan

harus

terlibat

dan

minimum yang

telah ditentukan agar pelaksanaan proyek dapat berjalan lancar dan


tidak

berdampak

buruk.

Di

pihak

swasta

juga

ada beberapa

pertimbangan penting yang harus dilakukan mengingat investasi pihak


swasta tetap berorientasi bisnis.
seleksi

terhadap

Pihak swasta tentu juga melakukan

proyek- proyek KPS yang ada, termasuk kelayakan

proyek (fisik dan pembiayaan), dukungan pemerintah, sampai stabilitas


politik dan ekonomi di daerah bersangkutan.
Sampai
KPS

dalam

antara

disini

bahwa

keberhasilan

pelaksanaan

proyek

jangka panjang akan sangat dipengaruhi oleh interaksi

pihak

kerjasama.

jelas

pemerintah

Masing-masing

harus dapat memahami


setiap mitra dalam

dengan
pihak

pihak swasta

baik pemerintah

dan memenuhi

sebagai
maupun

mitra
swasta

pertimbangan-pertimbangan

kerjasama ini agar proyek kerjasama tetap menguntungkan bagi seluruh


pihak.

Pada prinsipnya, pertimbangan yang perlu dilakukan adalah

apabila dengan dikontrakkan pemerintah bisa menghemat pengeluaran


dan memperoleh hasil yang lebih berkualitas, maka pengontrakan kerja
adalah lebih baik.
Beberapa Kriteria ataupun pertimbangan yang dapat dijadikan
referensi bagi kedua belah Pihak (Pemerintah ataupun Swasta) untuk
bekerjasama diantaranya adalah :
1.
Kepemilikan
aset.
Kepemilikan

aset

merupakan

hak atas

kepemilikan

terhadap

aset

yang dikerjasamakan, apakah aset itu berada ditangan pemerintah atau


swasta, selama jangka waktu tertentu. Semakin

besar

keterlibatan

pihak swasta dalam kepemilikan aset maka akan semakin menarik


minat

mereka

bekerjasama/berinvestasi.

Kepemilikan

aset

dapat

dibedakan apakah menjadi milik pemerintah, milik swasta, atau milik


pemerintah dan swasta (kepemilikan bersama).
2.
Operasional
pen gelolaan aset
Operasional

dan

dan
pengelolaan

aset

mengindentifikasikan pendelegasian

merupakan

kriteria

tanggung jawab untuk mengelola

aset yang dikerjasamakan selama kurun waktu tertentu.


mengelola

berpeluang

kerjasama.

Operasional

menjadi

untuk
dan

yang

memperoleh
kepemilikan

pendapatan
aset

dapat

Pihak yang
dari aset
dibedakan

tanggung jawab pemerintah, swasta, atau tanggung jawab

bersama.
3. In vestasi modal atau pen anam
modal
Investasi modal merupakan kriteria berkaitan dengan siapa yang akan
menanamkan modal tersebut pada aset yang akan dikerjasamakan.
Investasi modal dapat dibedakan menjadi investasi pemerintah, swasta,
atau investasi dengan modal bersama.
4. Risiko -risiko yang akan
terjadi
Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional
Modern Rembang

93
93

Risiko komersial

merupakan

kriteria yang berhubungan

akan dibebani dengan risiko-risiko


akan

muncul

dikerjasamakan.

selama

komersial

pembangunan

Risiko

komersial

tersebut

dan pengelolaan
yang

akan

siapa yang
yang

nanti

aset

yang

terjadi

dapat

dibebankan kepada pemerintah, swasta, atau menjadi beban bersama.


5.
Durasi
kerjasama
Durasi kerjasama merupakan kriteria yang berkaitan dengan jangka waktu
kerjasama yang disepakati.

Semakin lama jangka waktu kerjasama

akan memberikan peluang yang lebih

Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional


Modern Rembang

94
94

besar bagi pengembalian. Durasi kerjasama dapat dibedakan


menjadi jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang.
Selain pertimbangan di atas beberapa pertimbangan yang dapat
dijadikan acuan bagi pemerintah daerah bagi terlaksananya kerjasama
pemerintah swasta (KPS) diantaranya
adalah:
1.

Pelayanan atau program tersebut tidak dapat disediakan


dengan pembiayaan atau keahlian yang dimiliki pemerintah
daerah sendiri

2.

Pihak swasta akan dapat memberikan hasil (kualitas


pelayanan) yang lebih baik daripada jika disediakan sendiri oleh
pemerintah

3.

Terdapat dukungan atau keberterimaan dari penerima


layanan publik atas keterlibatan pihak swasta atau sektor
ketiga dalam penyediaan layanan

4. Terdapat pasar penyedia layanan (provider/supplier) sehingga


memungkinkan
terjadinya kompetisi yang sehat
5.

Tidak ada hambatan hukum dan politik atas skema kemitraan

6. Output dari pelayanan dapat diukur dan ditentukan harganya


secara akurat
7.

Biaya pelayanan dapat dipulihkan (recovered) melalui


penerapan tarif pada pengguna layanan (user fees/charge for
services)

8. Adanya peluang untuk meningkatkan perekonomian daerah


melalui program
kemitraan
9.

Penghematan Biaya (Cost Saving)

10. Mengurangi risiko (Risk Sharing)


11. Efisiensi anggaran bagi pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi serta layanan kepada masyarakat
12. Meningkatkan pendapatan Daerah
13. Mendorong

pertumbuhan

sektor swasta dan Meningkatkan

pertumbuhan ekonomi daerah


Berdasarkan kriteria dan pertimbangan sebagaimana dipaparkan
di

atas,

yang

maka pilihan

paling

optimal

skema
dalam

kerjasama

pemerintah

swasta

rangka pemanfaatan aset daerah

berupa tanah untuk pembangunan Pasar Tradisional Modern Rembang


adalah dengan skema Bangun Guna Serah (BOT) atau Bangun Serah
Guna (BTO).

Kesimpulan

ini

Kriteria/pertimbangan-

didapatkan

berdasarkan

pertimbangan

pada

sebagaimana

penilaian

tabel

di

bawah,

namun penilaian terhadap Skema Pinjam Pakai secara otomatis di drop


karena skema

ini hanya berlaku

bagi

hubungan

kerjasama

antar

pemerintah baik daerah, propinsi maupun pusat.

Tabel. Pemilihan skema Kerjasama Pemerintah Swasta


Kriteria/
Pertimbangan
Rencana
Kerjasama
Jenis Obyek

Nilai Ekonomi
Tujuan
Kerjasama

Kerjasa
ma
Pemanfaat
an
+

Kerjasam
a
Penyediaa
n
-

daerah berupa
Tanah
Hak
Pakaiperiod 5
Payback
Th
Meningkatkan

+
+

+
+

dayaguna dan
hasil dari aset
yang
dikerjasamakan
Mendorong

+
+

+
+

PAD

Penyediaan
Layanan
dengan biaya

Pembangunan
Pasar
Tradisional
Aset/barang milik

Sewa

Pinjam
Pakai

BOT/BTO

pertumbuhan
sektor swasta dan
Meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi daerah
efisiensi layanan
public
Efektifitas kinerja

Factor
penyebab
munculnya
inisiasi
kerjasama
Pemasukan ke
Kas Daerah
Perpanjangan
Kontrak
Kesimpulan

layanan,
transfer
teknologi dan
manajemen
tidak tersedia atau
tidak cukup
tersedia dana
dalam
APBD
untuk penyediaan
bangunan dan

Keterangan: Hasil Analisis Tim Penyusun Kajian Kerjasama 2014

Skema
terpilih

Dengan
bagi

terpilihnya

skema

BOT/BTO

sebagai

skema

terbaik

Pemerintah Kabupaten Rembang untuk bekerjasama dengan Pihak

Ketiga dalam Pembangunan


maka

Pemerintah

Pasar Tradisional

Kabupaten

agar

Modern

Rembang,

memperhatikan beberapa hal

yang menentukan keberhasilan perjanjian BOT/BTO antara Pemerintah


dan pihak Swasta berikut ini:
1.

Periode

konsesi

jangka

waktu

memegang

hak

operasi

(mempertimbangkan keuntungan bagi investor .


2. Jangka waktu pembangunan termasuk persiapan-persiapan yang
harus dilakukan.
Semakin lama jangka waktu maka semakin tinggi ketidakpastian
dan resiko yang di tanggung oleh pihak swasta.
3. Tarip (harga jasa), biaya investasi dan operasi serta sistim bagi
hasil.
4.
5.

Hak dan kewajiban masing-masing pihak.


Jaminan dari pemerintah dan kemudahan-kemudahan

lain yang

diberikan seperti : Bantuan pinjaman lunak, penyertaan modal dan


bentuk lainnya
Selain itu, hal pokok yang harus dipedomani demi keselamatan dan
keamanan atas kepemilikan aset milik daerah yang notabebe adalah
aset milik rakyat adalah sebagai berikut:
1. Bahwa hutang piutang pihak investor, sebelum maupun setelah
terjadi

BOT/BTO tidak boleh berakibat

terjadi

pemindah

tanganan kekayaan pemerintah daerah kepada pihak lain


baik pemindah tanganan sementara (hak sewa, hak pemakaian
dan

hak

permanen
2.

guna

usaha)

maupun

pemindahan

hak

secara

besaran

dana

(hak kepemilikan).

Penambahan
sepenuhnya

dan

perubahan-perubahan

menjadi tanggung jawab investor. Perubahan

besarnya hutang dan kewajiban lainnya, merupakan tanggung


jawab dan resiko investor sepenuhnya

dan tidak melibatkan

pemerintah sebagai pemilik aset/kewenangan.

3. Besarnya investasi yang dikeluarkan untuk biaya konstruksi, biaya


operasi, maupun biaya pemeliharaan harus diadakan/ disediakan
oleh investor, tanpa menjaminkan aset tetap yang menjadi milik
Pemerintah.

4. Pihak swasta yang terlibat boleh lebih dari 1 perusahaan, namun


posisi dalam unit usaha,

hak

dan

kewajiban

masing-masing

harus diatur dalam perjanjian dengan jelas.


Pelaksanaan

investasi

dengan

BOT/BTO

pada prisipnya

adalah

kerjasama sementara dengan ketentuan bahwa setelah masa kontrak


BOT/BTO selesai, aset yang dikerjasamakan masih memiliki manfaat dan
memberikan pendapatan bagi Daerah. Penentuan lamanya masa kontrak
kerjasama harus mempertimbangkan kepentingan para pihak, khususnya
investor agar diberi kemudahan dan jaminan agar penerimaannya sudah
mampu

menutup

investasi

dan memperoleh

keuntungan

dalam

batas-batas kewajaran. Selain itu, yang menjadi alasan utama bagi


Pemerintah
melalui
keahlian

Kabupaten

skema

untuk

BOT/BTO

(transfer

of

adalah

managerial

setelah masa kontrak berakhir


dioperasikan

oleh

bekerjasama dengan

swasta

oleh pemerintah Kabupaten.

adanya
skill

obyek

nantinya

Transfer

dan
yang

pihak

manajerial

knowledge),
telah

ketiga
dan

sehingga

dibangun

dan

akan dilanjutkan pengelolaannya

Hal-hal mengenai transfer manajerial dan

keahlian ini harus secara tegas dan jelas diatur dalam perjanjian BOT/BTO
sehingga apa yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing Pihak
dapat dipenuhi sesuai kesepakatan dalam perjanjian.

BAB VII
KESIMPU
LAN

Aset daerah (berupa tanah) merupakan salah satu sumber daya


yang dimiliki pemerintah untuk menjalankan tugas dan fungsinya dalam
memberikan pelayanan public secara

maksimal.

Bagi

daerah, asset ini bisa menambah pendapatan

Pemerintah

asli daerah bilamana

dikelola dengan baik sekaligus difungsikan sebagai fasilitas umum demi


kepentingan

masyarakat.

Pasar

Tradisional

modern

misalnya,

merupakan salah satu fasilitas yang harus dipenuhi di suatu wilayah


guna menopang roda perekonomian dan distribusi barang-barang.
Pemerintah

daerah tidak harus mengeluarkan


yang besar guna

biaya

merealisasikan tersedianya fasilitas pasar tradisional modern.


satu

alternatifnya adalah melalui

(swasta).

Kerjasama

permintaan/tuntutan

kerjasama

semacam

kebutuhan

ini

dengan

pihak ketiga

sangat dibutuhkan

masyarakat

yang

Salah
karena

semakin

cepat

dibandingkan dengan kemampuan Pemerintah untuk menyediakan jasa


pelayanan infrastruktur.
akan

Kerjasama

pemerintah-swasta

tidak

hanya

lebih

besar dari itu adalah lebih baiknya

diyakini

memberikan efisiensi dari sisi pendanaan, tetapi


manajerial pengelolaan

infrastruktur public dan semakin berkualitasnya layanan yang akan


diperoleh masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut di atas, telah dilakukan analisis dan kajian
terhadap potensi
kerjasama pemerintah swasta dalam pembangunan pasar tradisional
modern Rembang, dengan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

Dari

Analisis

Tradisional

Kesesuaian

rencana

KPS

pembangunan

Pasar

Modern Rembang dengan Dokumen RPJM (Nasional,

Propinsi dan Kabupaten) diketahui bahwa RPJM Nasional sampai

dengan

Kabupaten

adalah

peningkatan

kelancaran distribusi bahan pokok serta peningkatan

sarana dan

prasarana
tradisional

di bidang

perdagangan

distribusi perdagangan. Sehingga pembangunan pasar


modern

Rembang

diatas

tanah

Ex.

Relokasi

Pasar

Rembang merupakan kebijakan yang sejalan dengan prioritas RPJM


baik di Tingkat

Nasional,

Pembangunan Pasar

Provinsi

maupun Kabupaten.

Dengan

Tradisional

Modern

Rembang

diharapkan

dapat

menjadi

pusat

kegiatan perdagangan hasil bumi wilayah kecamatan disekitarnya,


meningkatkan

sarana

dan prasarana

untuk

meningkatkan

taraf

kehidupan masyarakat Rembang kota khususnya dan masyarakat


Rembang

pada

kesempatan

umumnya

dengan

berusaha sehingga

perdagangan,

meningkatkan

masyarakat,

meningkatkan

sarana

prasarana

dan

menciptakan

dapat

perdagangan,

dan

meningkatkan

pendapatan

pelayanan

kerja

laju

asli daerah

dan

umum berupa penyediaan


serta

memperlancar

arus

perdagangan barang dan jasa.

Dari Analisis Kesesuaian

rencana KPS Pasar Tradisional Modern

Rembang dengan RTRW Kabupaten diketahui bahwa Rencana Lokasi


pembangunan pasar tradisional modern
rencana
(kawasan
Rembang
perkotaan

struktur

ruang (PKL Rembang)

peruntukan
Tahun

Rembang

permukiman)

2011-2031.

termasuk

dan kawasan

pada

Pengembangan

RTRW

dalam

budidaya
Kabupaten

fasilitas

kawasan

PKL Perkotaan Rembang sebagai pusat pemerintahan

Kabupaten Rembang, pusat pemerintahan

Kecamatan

Rembang,

pusat permukiman, pusat transportasi wilayah, pusat perdagangan


dan jasa, pusat pengembangan industri, pengembangan perikanan
dan kelautan, dan pariwisata. Wilayah perkotaan Kecamatan Rembang
eksisting yang berada di koridor jalan pantura (first road) memiliki
fungsi sebagai kawasan perkotaan yang ditandai dengan dominasi
zona perumahan kepadatan tinggi yang juga sebagai pusat pelayanan
termasuk pusat perdagangan dan jasa.Kondisi eksisting prasarana dan
sarana perekonomian terdapat di kawasan ini termasuk keberadaan
pasar Rembang. Selain pasar Rembang, terdapat lokasi
kegiatan yang berpeluang untuk menjadi pusat

dan

perdagangan

di

Kota Rembang yaitu lokasi eks relokasi pasar Rembang/eks pasar


hewan. Lokasi tersebut berpeluang sebagai simpul CBD yang melayani
skala kota dengan pembangunan pasar tradisional modern Rembang.

Dari Analisis Kesesuaian


Rembang

dengan

rencana KPS Pasar Tradisional Modern

Regulasi

yang

mengaturnya

dapat

ditarik

kesimpulan
sumber

bahwa dalam kerangka


pembiayaan

menyelenggarakan
kemampuan

agar

otonomi daerah,

pemerintah

pemerintahan

daerahnya sendiri.

dan

diperlukan

daerah

dapat

pembangunan

dengan

Dalam rangka mewujudkan

hal

tersebut di atas, Pemerintah Daerah dapat menjalin kerjasama dengan


pihak ketiga (swasta) dalam penyediaan layanan publik di daerah.
Bupati

merupakan

Pelaksanaan

salah

satu

subyek

kerjasama(dimana

perjanjian

kerja

perangkat

sama

daerah),

dapat

dilakukan

tanah yang dimiliki

oleh

oleh

satuan

daerah

kerja

merupakan

bagian dari obyek kerjasama (seluruh urusan pemerintahan yang


telah

menjadi

kewenangan

daerah

penyediaan

pelayanan

melakukan

kerjasama dengan

Departemen/Lembaga
lain,

perusahaan

publik),

otonom

dan

dan

dapat

pemerintah

pihak

ketiga

swasta

yang

berbadan

daerah

(baik

Pemerintah Non Departemen

berupa

itu

dengan

atau

hukum,

bisa

sebutan

Badan Usaha

Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Yayasan, dan


lembaga di dalam negeri lainnya yang berbadan hukum).
yang dimiliki

oleh

Tanah

Pemerintah Daerah (Barang Milik Daerah) yang

berstatus Hak Pakai maupun Hak pengelolaan keduanya

dapat

dijadikan sebagai obyek kerjasama pemerintah dengan Pihak Ketiga


sepanjang

sesuai

sebagaimana

yang

RTRW

daerah

berwenang

mengajukan
tanah
Dewan

peruntukannya

ditetapkan dalam

memperhatikan
perangkat

dengan

dan

persyaratan

pemberiannya

Kepala satuan

Pengguna

Barang

bertanggungjawab

serta
kerja

Milik

salah

Daerah
satunya

Pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa

bangunan

Perwakilan

selain tanah

Kabupaten.
adalah

usul

dan/atau

keputusan

dan

Rakyat

yang

tidak

Daerah

dan/atau bangunan.

Pengelolaan yang dapat diusulkan

memerlukan persetujuan

dan Barang

Milik

Daerah

Berbeda dengan Tanah Hak


Hak guna Bangunan

dan Hak

Pakai diatasnya, pada tanah Hak Pakai tidak dapat diusulkan hak
atas tanah diatasnya.
dengan

pihak

ketiga

Sehingga,
dilakukan

pengaturannya harus dituangkan


kerjasama
dengan

dengan
pihak

ketiga

berpindahtangannya
pihak lain.

berprinsip
tidak

apabila kerjasama

pemerintah

diatas

tanah

Hak

Pakai

secara

jelas

dalam

maka

perjanjian

bahwa kerjasama pemerintah


menyebabkan

hilangnya

atau

Hak pakai tanah pemerintah tersebut kepada

Selain itu, Rencana

pembangunan

Pasar

Tradisional

Modern Rembang memenuhi syarat untuk dilakukan, dimana lokasi


pendirian Pasar Tradisional Modern sudah mengacu pada dan sesuai

dengan RTRW Kabupaten maupun RDTR wilayah termasuk peraturan


zonasinya.

Dinas dapat melakukan kerjasama dalam kegiatan

pengelolaan dan perlindungan pasar dengan pihak lain sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang- undangan.
Daerah

dapat melakukan

kerjasama

Selain

dengan

itu Pemerintah
pihak lain untuk

melakukan renovasi/ revitalisasi pasar. Renovasi/revitalisasi


menyebabkan
memperoleh

bertambahnya
hak

untuk

beban

pedagang

yang
dalam

penempatan

harus

mendapatkan

Rembang dan memperhatikan


pedagang

lama.

pengembangan

persetujuan

DPRD

Kabupaten

aspirasi serta kemampuan ekonomi

Selain

itu, Bupati

dapat

melakukan

pasar yang meliputi perluasan, pemindahan dan

renovasi yang dapat dilakukan dengan kerjasama dengan pihak lain


dan lokasi di pasar
untuk

tradisional

kepentingan

Selanjutnya

dalam

(penyediaan

sarana

agar

derah

hanya

pengelolaan
tahap

konstruksi

prasarana

mengikuti

pasar

pasar

dapat

tradisional
dan

daerah.

penataan

ruang

fasilitas

umum)

maupun

ketentuan-ketentuan

dipergunakan

teknis

dan

peraturan

perundangan yang berlaku.

Dari

Analisis

Modern

Manfaat

terhadap

rencana

KPS

Pasar

Tradisional

Rembang diketahui bahwa Manfaat langsungnya

adalah

terjadinya peningkatan output secara kuantitatif maupun kualitatif,


dengan terbangunnya
diperoleh

pasar tradisional modern

pendapatan

asset daerah/PAD
Rembang),
pengelolaan,
jasa

di

dan

indah.

dari

penerimaan

kontribusi

pemanfaatan

(manfaat

bagi

pemerintah

Kabupaten

keuntungan

pengembalian

modal
juga

ini selain akan

(bagi investor)
maupun

dapat

baik dalam bentuk

keuntungan

terwujud

kawasan

selama
perdagangan

masa
dan

Kecamatan Rembang yang tertata, tertib, nyaman, bersih


Sedangkan

manfaat

tidak langsungnya adalah

meningkatnya pendapatan masyarakat disekitar Pasar Tradisional


Modern sebagai akibat meningkatnya aktivitas ekonomi di lokasi
ini.

Selain itu, dengan terbangunnya Los, kios, toko maupun ruko

diharapkan dapat menampung tumpahan

pedagang

yang ada di

Pasar Kota Rembang yang seringkali menimbulkan kemacetan dan


pemandangan kumuh setiap harinya, selain itu juga bisa menarik
minat

UMKM

maupun

pedagang

baru

lainnya

sehingga

dapat

meningkatkan volume perdagangan di kecamatan Rembang. Adapun


manfaat Terkait/Manfaat Tidak Kentara dari terbangunnya
Tradisional

Modern

yang dirasakan

ini adalah keamanan

baik oleh pedagang

Pasar

dan kenyamanan yang

maupun

konsumen

ketika

mereka bertransaksi.

Selain

Tradisional

Rembang akan

Modern

itu

dengan

pembangunan

Pasar

dapat menata pedagang

berdasarkan jenis dagangan dan diharapkan akan meningkatkan


daya

saing

pedagang

barang dagangan.
terhadap

12

baik

Selain

responden

secara
itu,

Berdasarkan

yang terdiri

tradisional

Rembang,

Perangkat

desa, dan Warga sekitar

Pasar

harga

Pedagang

di

dari

lokasi

maupun
hasil

wawancara

pedagang

yang

kualitas
pasar

akan dibangun,

lokasi yang akan dibangun

Tradisional Modern diperoleh informasi bahwa 25% dari responden


menyatakan sangat setuju dan 17% menyatakan setuju, 33% tidak
setuju, 17% sangat tidak setuju dan 8% menyatakan terserah saja
pada

Pemerintah

Kabupaten

apabila

Lokasi

eks relokasi

pasar

Rembang (pasar hewan) akan dibangun Pasar Tradisional Modern.


Mereka yang menyatakan setuju dan sangat setuju berpendapat
bahwa pembangunan Pasar Tradisional Modern tersebut merupakan
rencana

yang

sangat

baik,

mengingat

lokasi

pasar

tradisional

Rembang yang ada kondisinya sempit, semrawut, banyak pedagang


tumpah

di jalan

yang

kumuh. Dengan

adanya

sering

timbul

pasar

kemacetan

tradisional

dan

modern

terkesan
nantinya,

harapan mereka banyak warga sekitar lokasi yang akan tertarik dan
ikut berjualan.
berpendapat
ada

Sedangkan menurut mereka yang tidak

bahwa

aktivitas

perdagangan

hewan

setuju,

yang

sudah

di lokasi dibangunnya pasar akan tergeser dengan keberadaan

pasar tradisional modern. Selain itu, mereka kuatir kehilangan tempat


berdagang yang selama ini sudah terbilang mapan dan mempunyai
konsumen

tetap.

Mereka lebih setuju bila lokasi yang akan

dibangun pasar Tradisional modern dijadikan pasar hewan yang


lebih

tertata

dan dikelola dengan baik.

Selebihnya, mereka

berpendapat bahwa omset pedagang lama akan

turun

bila

tradisional

modern

setuju

bila pasar

tradisional

lama

dibangun,

direvitalisasi

mereka

(tidak dengan

baru, yang letaknya berdekatan).


ada kekuatiran

lebih

membangun

pasar
pasar

Terlepas dari pro kontra di atas,

bila pasar tradisional modern dibangun dengan

melibatkan swasta, maka harga sewa gunanya akan sangat mahal dan
memberatkan pedagang kecil.

Menurut mereka, 1 pasar saja

pembelinya sepi, apalagi kalau ada 2 pasar.


yang berpendapat

Ada juga dari mereka

agar pasar yang lama yang kondisinya sempit,

semrawut dan kumuh dipindah saja ke lokasi pasar tradisional


modern yang akan dibangun, agar tidak menimbulkan kemacetan
dan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan berbelanja.
Dari pertanyaan kuisioner, apakah pembangunan Pasar

Tradisional Modern akan


lebih efektif dikelola oleh pemerintah atau swasta atau kolaborasi
keduanya, 50% menyatakan

akan lebih baik jika dikelola oleh

pemerintah, 15% menyatakan lebih baik dikelola swasta saja, 25%


menyatakan
swasta,
Alasan

10%

akan lebih baik jika dikelola oleh pemerintah dan


menyatakan

kenapa sebagian

tidak tahu/terserah
besar

menyatakan

oleh pemerintah adalah agar harga

pemerintah
lebih

saja.

baik dikelola

sewa gunanya murah dan terjangkau.

Selain itu, masyarakat sudah

terbiasa dengan aturan main pasar yang selama ini dikelola oleh
pemerintah.
Selanjutnya menurut responden, semuanya (100%) menyatakan
bahwa pembangunan Pasar Tradisional Modern akan memiliki dampak
bagi lingkungan, Peningkatan PAD, penyerapan tenaga kerja lokal,
membuka

lapangan

kerja

baru,

peningkatan

layanan

publik,

peningkatan arus lalu lintas, peningkatan pendapat masyarakat dan


perubahan gaya hidup.

Namun dalam hal dampaknya terhadap

peningkatan PAD, membuka lapangan kerja baru, dan peningkatan


pendapatan masyarakat
diragukan

kenyataannya.

bahwa meskipun
konsumennya

Hal

bagi

pedagang)

ini didasari

jumlah pedagangnya

barang

tersebut,
tentu

maka

pada

bertambah,

relatif tidak ada peningkatan

Dengan kenyataan
sudah

(khususnya

masih

keyakinan

tetapi jumlah

alias relatif tetap.

pendapatan

pedagang

lama

akan semakin menurun karena terbagi

konsumennya dengan para pedagang baru

Dari

Analisis

Modern

Biaya

terhadap

rencana

KPS

Tradisional

Rembang diperoleh biaya investasi untuk pembangunan

Pasar Tradisional Modern Rembang sebesar


Nilai

Pasar

NPV

(masa

(>0=Layak);

kontrak

Tahun)

Rp.30,842,846,000,-.

sebesar Rp.621,604,752,-

IRR sebesar 13.05 (>12%=Layak), B/C Ratio sebesar

1.24 (>1=Layak) serta Payback Period 5 Tahun (dibawah umur


ekonomis

bangunan=10Tahun).

Dengan

demikian

proyek

kerjasama Pemerintah swasta dalam pembangunan Pasar Tradisional


Modern Rembang ini dapat dikatakan LAYAK.

Dari

analisis

Rembang

Pemilihan

Skema

KPS

Pasar

Tradisional

Modern

diperoleh kesimpulan bahwa Skema BOT/BTO merupakan

skema terbaik yang dapat diterapkan bagi pembangunan Pasar


Tradisional

Modern

mempertimbangkan

Rembang
adanya

hal

transfer

ini

mengingat

teknologi,

Keahlian

dan
dan

manajemen pengelolaan dari swasta kepada pemerintah daerah


pada akhir masa kontrak sehingga kemudian pada
Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional
Modern Rembang

saat

Pasar

11
11

Tradisional

Modern

tersebut

dilanjutkan

pengelolaannya

oleh

pemerintah Kabupaten akan diperoleh penyediaan layanan public


(Pasar Tradisional Modern) yang murah dan berkelanjutan. Selain itu,
Penentuan

lamanya

mempertimbangkan

masa

kontrak

kerjasama

agar

kepentingan para pihak, khususnya investor

agar diberi kemudahan dan jaminan agar penerimaannya sudah


mampu menutup investasi dan memperoleh keuntungan dalam
batas-batas kewajaran.

Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional


Modern Rembang

11
21

LAMPIR
AN

Kajian Potensi KPS-Pembangunan Pasar Tradisional Modern Rembang

61

Anda mungkin juga menyukai