Anda di halaman 1dari 25

R EFER AT P ED IATR I

K EJA N G D EM A M PA D A
AN AK
Nama : Muthmainnah Iqbal amin
S.ked
NIM : 2009730034
PEMBIMBING : dr. Suryono
Wibowo Sp.A

D ef n
i isi
Kejang demam adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu mencapai >38oC ).
Kejang demam dapat terjadi karena
proses intracranial maupun
ekstrakranial. Kejang demam terjadi
pada 2-4% populasi anak berumur 6
bulan sampai dengan 5 tahun.
Paling sering terjadi pada anak usia
17-23 bulan (IDAI,2004)

klasifi
kasi
Unit Kerja Koordinasi Neurologi
IDAI 2006 membuat klasifikasi
kejang demam pada anak
menjadi 2 yaitu: kejang demam
sederhana (simple febrile
seizure) dan kejang demam
kompleks (complex febrile
seizure).

Kejang D em am Sederhana
(Sim ple Febrile Seizure)
Kejang demam berlangsung singkat
Durasi kurang dari 15 menit
Kejang dapat umum, tonik, dan atau

klonik
Umumnya akan berhenti sendiri
Tanpa gerakan fokal
Tidak berulang dalam 24 jam

Kejang D em am Kom pleks


(Com plex Febrile Seizure)
Kejang lama dengan durasi lebih dari

15 menit.
Kejang fokal atau parsial satu sisi,
atau kejang umum didahului kejang
parsial.
Berulang lebih dari 1 kali dalam 24
jam.

FAKTO R RESIKO
Riwayat kejang demam dalam keluarga
Usia kurang dari 12 bulan
Temperatur yang rendah saat kejang
Cepatnya kejang setelah demam
Terdapat kelainan neurologis (meskipun

minimal)
Kejang awal yang unilateral
Kejang berhenti lebih dari 30 menit
Kejang berulang karena penyakit yang
sama.

ETIO LO G I

Etiologi kejang demam hingga kini belum

diketahui. Demamnya sering disebabkan infeksi


saluran pernapasan atas, otitis media,
gastroenteritis, pneumonia, bronkopneumonia,
bronkhitis, tonsilitis, dan infeksi saluran kemih
(Staff Pengajar IKA FKUI, 2005).
Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga

dapat memprovokasi kejang demam. Anak yang


mengalami kejang setelah imunisasi selalu terjadi
waktu anak sedang demam. Kejang setelah
imunisasi terutama didapatkan setelah imunisasi

ETIO LO G I
Pernah dilaporkan bahwa infeksi
tertentu lebih sering disertai kejang
demam daripada infeksi lainnya.
Sekitar 4,8%-45% penderita
gastroenteritis oleh kuman Shigella
mempunyai risiko mengalami kejang
demam yang lebih tinggi dibanding
penderita gastroenteritis oleh kuman
penyebab lainnya (Waruiru &
Appleton, 2008).

Patofi
siologi

M anifestasiKlinis

Secara umum, gejala klinis kejang demam adalah sebagai


berikut (Mary & Malcolm, 2006):
Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh
yang terjadi secara tiba-tiba)
Kejang tonik-klonik atau grand mal
Penurunan kesadaran yang berlangsung selama 30 detik-5
menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang
mengalami kejang demam)
Postur tonik
Gerakan klonik
Lidah atau pipi tergigit
Gigi atau rahang terkatup rapat
Inkontinensia
Gangguan pernafasan
Apneu
Cyanosis.

M anifestasiKlinis

D IA G N O S IS

Anam nesis
Adanya kejang, sifat kejang, bentuk kejang, kesadaran

selama dan setelah kejang, durasi kejang, suhu


sebelum/saat kejang, frekuensi, interval antara 2
serangan kejang, penyebab demam di luar susunan
saraf pusat.
Riwayat demam sebelumnya (sejak kapan, timbul
mendadak atau perlahan, menetap atau naik turun).
Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam
maupun tidak disertai demam atau epilepsi).
Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan
diagnosis epilepsi).
Riwayat trauma kepala.
Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga.
Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya
demam (ISPA, OMA, dan lain-lain).
Singkirkan penyebab kejang lainnya.

Pem eriksaan Fisik dan


N eurologis
Tanda vital terutama suhu tubuh
Manifestasi kejang yang terjadi
Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau

molase kepala berlebihan


Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang
mendasari terjadinya demam
Tanda peningkatan tekanan intrakranial
Tanda infeksi di luar SSP.
Pemeriksaan neurologis antara lain:
Tingkat kesadaran
Tanda rangsang meningeal
Tanda refleks patologis

Pem eriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium
Pungsi lumbal
EEG dipertimbangkan pada kejang

demam yang tidak khas.


Pencitraan

D IA G N O S IS B A N D IN G

DD

Kelainan Intrakranium
Meningitis

Encephalitis
Abses otak

2. Gangguan metabolik
Hipoglikemi
Gangguan elektrolit
Sinkop

3. Epilepsi Epilepsi Triggered by

Fever (ETOF)

A LG O R ITM E
P EN ATA LA K S A N A A N
D EM A M K EJA N G

Indikasiraw at inap

Pasien kejang demam dirawat di


rumah sakit pada keadaan
berikut (Pedoman Pelayanan
Medis, IDAI, 2010):
Kejang demam kompleks
Hiperpireksia
Usia di bawah 6 bulan
Kejang demam pertama
Dijumpai kelainan neurologis

EdukasiPada O rang Tua


Meyakinkan bahwa kejang demam

umumnya benigna
Memberikan cara penanganan kejang
Memberikan informasi kemungkinan
kejang kembali
Terapi memang efektif mencegah rekurensi
tetapi mempunyai efek samping.
Tidak ada bukti bahwa terapi akan
mengurangi angka kejadian epilepsi.

PRO G N O SIS
Dengan penanggulangan yang tepat
dan cepat, prognosis kejang demam
baik dan tidak menyebabkan
kematian. Dari penelitian yang ada,
frekuensi terulangnya kejang
berkisar antara 25%-50%, yang
umumnya terjadi pada 6 bulan
pertama. Apabila melihat dari usia,
jenis kelamin, dan riwayat keluarga

D aftar pustaka

Lumbantobing, S.M. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.

Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani Wahyu Ika, et al. Neurologi Anak, dalam
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius FK
Universitas Indonesia, Jakarta. 2000 : 48, 434 437.

Mardjono Mahar, dkk. Neurologi Klinis Dasar, PT. Dian Rakyat. Jakrta, 2006.
Mary Rudolf, Malcolm Levene. Pediatric and Child Health. Edisi ke-2. Blackwell
pulblishing, 2006. Hal 72-90.
Muid M ; Simposium Infeksi Pediatri Tropik dan Gawat Darurat Anak, Tata Laksana
Terkini Penyakit Tropis dan Gawat Darurat Pada Anak ; Kejang Demam ; IDAI
Cabang Jawa Timur : 2005, hal. 98-110.

Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan. Konsensus


Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta. 2006 : 1 14.

Pusponegoro, Hardiono D. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta:


Badan Penerbit IDAI. 2004.

Pusponegoro H.D dkk ; Standart Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Kejang Demam

D aftar pustaka
Price, Sylvia, Anderson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC,
Jakarta 2006.

Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudoplh Pediatrics. Edisi ke-20. Appleton dan Lange,
2002.
Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag./SMF
Ilmu Kesehatan Anak RSU dr. Soetomo, Surabaya. 2006 : 271 273.

Sastroasmoro, S, dkk. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Penyakit Anak.


Cetakan Pertama. RSUP Nasional Dr.Ciptomangunkusumo. Jakarta: 2007; Hal
252.

Soetomenggolo, S. Kejang Demam. Dalam Buku Neurologi UI. Jakarta: Penerbit


FKUI. 2004. H 244-251.

Staf Pengajar IKA FKUI. 2005. Kejang Demam. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : Bagian IKA FKUI : 847-8.

Tumbelaka, Alan R, Trihono, Partini P, Kurniati, Nia, Putro Widodo, Dwi.


Penanganan Demam Pada Anak Secara Profesional: Pendidikan Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai