BAB I
ULKUS DIABETIKUM
PAPARAN KASUS
I.
Identitas pasien
Nama
: Ny.Y
Umur
: 62 tahun
Jenis Kelamin
Disusun Oleh:
Muthia Fadhilah
1102010191
PEMBIMBING :
dr. Henry Moesfairil, Sp.B
: Perempuan
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
Bandung
No.RM
Tanggal masuk RS
: 02 Desember 2014
Tanggal pemeriksaan
: 04 Desember 2014
I.
Anamnesis
II.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kepala
: Normocephal
Mata
:
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera
: Tidak ikterik
Mulut:
Tonsil
Pharing
: T1-T1
: Hiperemis (-)
Leher:
JVP tidak meningkat 5+2 cmH2O
KGB tidak teraba
Thorak
Cor
Inspeksi
Palpasi
:
:Iktus kordis tidak terlihat
:Iktus kordis teraba
2
Perkusi
jantung normal
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:Redup, batas
:BJ I-II reguler, murmur (-),
Gallop (-)
Status Lokalis
1. a/r pedis sinistra digiti 1
: baal (+), berwarna
kehitaman
2. a/r pedis sinistra metatarsal : terdapat luka yang
luas pada
metatarsal, bau (+) , jaringan nekrotik
(+), pus (+), darah (-)
Status Vaskuler
A. Poplitea
A.tibialis posterior : +/
A.Dorsalis pedis
hemitoraks
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: +/+
: +/
: Datar
:Supel, NT -, hepar dan
lien tidak teraba
: Timpani di seluruh lapang
abdomen
: BU (+) normal
GAMBAR:
Ekstremitas
:
Eks.atas : akral hangat +/+, CRT <2 ,
turgor baik
Eks Bawah : akral hangat +/+,
CRT<2, turgor baik
2.
: +/+
A.tibialis posterior
A.Dorsalis pedis
II.
I.
Resume
VI.
Usulan pemeriksaan
1.Darah Rutin
Status Lokalis :
: +/
Diagnosis Banding
: +/
Diagnosis Kerja
4
VIII.
Umum
Penatalaksanaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Diet DM
Memakai alas kaki yang lunak
Khusus:
IX.
Prognosis
Quo ad vitam
: ad bonam
: dubia ad bonam
2.2 PATOGENESIS
5
dan infeksi. Jarang sekali infeksi sebagai faktor tunggal, tetapi seringkali
kelainan etiologi sel darah merah dan hematologic, proses AGEs serta
neuropatik.
ini.
Paralisis ( lumpuh)
dalam kondisi serius karena gejala klinis yang tidak begitu dirasakan dan
diperhatikan penderita.
a. faktor imunologi
keton
mengakibatkan
asam laktat
menurun
daya
bakterisidnya
-glikogen hepar dan kulit menurun
c. faktor angiopati diabetika
d. faktor neuropati
Beberapa bentuk infeksi kaki diabetik antara lain: infeksi pada
ulkus telapak kaki, selulitis atau flegmon non supuratif dorsum pedis dan
abses dalam rongga telapak kaki. Pada ulkus yang mengalami gangren
atau ulkus gangrenosa ditemukan infeksi kuman Gram positif, negatif dan
anaerob.
8
3. DIAGNOSA
3.1. Anamnesa
jaringan nekrotik atau benda asing. Ulkus yang dangkal mempunyai dasar
luka dermis atau lemak /jaringan subkutis saja. Ulkus yang profunda
teraba kistik dan fluktuatif. Abses yang letaknya sangat dalam secara fisik
namun terapi diabetesnya tidak teratur maka akan sia-sia. Keluhan nyeri
sulit untuk didiagnosis, kecuali nanah telah mencari jalan keluar dari
sumbernya.
perfusi darah. Klinis tampak warna hitam, bisa disertai cairan kecoklatan,
dan plantar (52%), daerah plantar (metatarsal dan tumit 37%) dan daerah
bau busuk dan teraba dingin. Jika terdapat krepitasi di bawah kulit maka
perifer. Hasil tes dikatakan tidak normal apabila pasien tidak dapat
pedis.
dilakukan
pada sela-sela jari dan cruris. Selain itu terdapat fisura dan kulit pecah-
ulkus biasanya bersifat kering, fisura, kulit hangat, kalus, warna kulit
10
adanya
arteri
akan dideteksi
3.
4.
5.
6.
7.
8.
ABI menunjukkan lebih dari 1,2 sehingga angka ABI tersebut tidak
menjadi petunjuk diagnosis. Pasien dengan ABI kurang dari 0,5 dianjurkan
9.
operasi (misalnya amputasi) karena prognosis buruk. Jika ABI >0,6 dapat
10.
kanan dan kiri) dan tekanan darah systolic ankle teritnggi (diantara kaki
kanan dan kaki kiri).
3.3. Pemeriksaan Penunjang
INTERPRETASI NILAI ABPI
1. ABPI = > 1.2 berarti arteri tidak dapat terkompresi, Diabetes
mellitus, penyakit ginjal atau kalsifikasi arteri berat.
2. ABPI = 1.2-0.8 berarti sirkulasi arteri normal.
3. ABPI = 0.8-0.5 berarti insufisiensi arteri ringan.
4. ABPI = < >
5. ABPI = 0.2 berarti ischemic kaki kritis.
pada
pemeriksaan
transcutaneous
oxygen
menggunakan
pemeriksaan
fisik.
Pemeriksaan
tension (TcP02),
invasif
lainnya
ialah
USG color
Doppler atau
seperti; digital
subtraction
sistolik false tinggi ditemukan pada pasien diabetic. Hal ini disebabkan
mengalami kalsifikasi.
pemeriksaan gula
resonance
angiography (MRA)
pada arteri kaki bagian bawah, (karena kalsifikasi pembuluh darah), maka
atau MRA perlu dikerjakan. Gold standard untuk diagnosis dan evaluasi
12
4. FAKTOR RESIKO
menurut Lipsky dengan modifikasi dikutip oleh Riyanto dkk. terdiri atas :
1) Umur 60 tahun.
sebagai berikut :
2) Lama DM 10 tahun.
a. Umur 60 tahun.
Umur 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetika
b. Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah : (termasuk kebiasaan dan
karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses
gaya hidup)
2) Obesitas.
kurang optimal. Selain itu pada usia > 60 tahun, biasanya mengalami
3) Hipertensi.
13
pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi
ulkus diabetika.
b. Lama DM 10 tahun.
yang telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah
nosiseptor. Jadi ulkus pada kaki diabetik ini akibat iskemia, sering
identifikasi kasus yang rentan ulkus, kini digunakan alat sederhana untuk
5. MANIFESTASI KLINIS
luasnya ulkus. Sering kita terkecoh karena kita anggap enteng, padahal
pada sikap berbaring. Kaki ada aliran lebih cepat dan vaskularitas
2.Neuro-ischemic-foot
Neuropathic foot
5.1.1
Ulkus Neuropatik
Neuropati
perifer
diabetik
dapat
memberikan
small
14
5.1.2
Artropati Neuropatik
Kerusakan serabut
Awalnya kaki Charcot ini akut: panas, merah, dengan nadi yang
motorik,
sensorik
dan
autonom
tonus vaskular
KLASIFIKASI
terapi. Ada beberapa sistem klasifikasi untuk menilai gradasi lesi, salah
Edema Neuropatik
lesi bukan hanya faktor dalamnya lesi, tetapi juga menilai ada tidaknya
Derajat IV
Iskemia: Gangren terbatas yaitu hanya 2 jari dan sebagian kaki depan, hip
Derajat V
Gangren seluruh kaki Biasanya oleh karena sumbatan arteri besar, tetapi j
kelainan neuropati dan infeksi.
Tabel 2. Klasifikasi Wagner untuk kaki diabetic
Tingkat
Derajat 0
Karakteristik kaki
Kulit utuh. Kaki neurotaik: pes planovalgus, paralisis otot kecil dalam kaki, jari
palu, jari sikap cakar, hiperemia, pembuluh vena melebar
Derajat I
Derajat II
Ulkus superficial dorsum dan lateral kaki, ulkus neuroiskemik, meluas ke subkutan,
17
7. DIAGNOSIS BANDING
Infeksi skeletal dan jaringan lunak kaki tidak terbatas hanya
disebabkan oleh diabetes mellitus. Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan
beberapa kondisi yang dapat menjadi diagnosis banding, sehubungan
dengan infeksi dan struktur yang mengenainya.
a. Buerger Disease (Thromboangiitis Obliterans)
b. Trombophlebitis superficial selulitis
c. Sarcoid arthritis OM akut
d. Ca sel skuamosa OM kronis
18
8. TATALAKSANA
Grade 1 dan 2
Grade 3
Grade 4 dan 5
i.
j.
c. Dressing
Memilih balutan merupakan suatu kebutuhan suatu keputusan
yang harus dilakukan untuk memperbaiki kerusakan jaringan
integument. Berhasil tidaknya luka membaik,
tergantung pada kemampuan perawat dalam memilih balutan yang
tepat, efektif dan efisien.
Tujuan Memilih Balutan
a) Balutan dapat mengontrol kejadian infeksi /
Melindungi luka dari trauma dan invasi bakteri
b) Mampu Mempertahankan Kelembaban'
Berasal dari rumput laut, dapat berubah menjadi gel jika bercampur
dengan luka. Berupa jenis balutan yang dapat menyerap jumlah cairan luka
yang berlebihan. Dan keunggulannya adalah kemampuannya menstimulasi
proses pembekuan darah jika terjadi perdarahan minorserta barier terjadi
kontaminasi oleh psedomonas.
Hydrokoloid
Jenis topikal terapi yang berfungsi untuk mempertahankan luka dalam
keadaan lembab, melindungi luka dari trauma, dan menghindari dari resiko
infeksi, mampumenyerap eksudat minimal. Baik digunakan pada luka
yang berwarna merah, abses tau luka yang terinfeksi. Bentuknya ada
22
Beberapa balutan pada jenis ini ada yang mengandung antimikrobial dan
hydrophobic atau mengikat bakteri.
Metcovazin
Jenis topical terapi dengan paten wocare klinik. Sangat mudah digunakan
karena hanya tinggal mengoles saja. Bentuk salep, berwarna putih dan
kemasan. Berfungsi untuk support autolisis debridement (meluruhkan
jaringan nekrosis / mempersiapkan dasar luka berwarna merah)
menghindari trauma saat membuka balutan, mengurangi bau tidak sedap,
mempertahankan suasana lembab dan suport granulasi. Keunggulannya
dapat digunakan untuk semua warna dasar luka dan mempersiapkan dasar
luka menjadi sehat.
Silver dressing
Kondisi infeksi yang ssulit ditangani, luka mengalami fase statis, dasar
luka menebal seperti membentuk agar-agar atau yang dikenal dengan
biofilm, penggunaan silver dressing merupakan pilihan paling tepat. Pada
keadaan ini luka mengalami sakit yang berat, eksudat dapat menjadi
purulen dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Dressing ini digunakan
dalam jumlah pemakaian 4 x ganti balutan dimana silver menempel pada
luka sekurangnya 5-7 hari saja. dengan daya.
Edukasi pasien dan keluarga
Edukasi bagi pasien dan keluarga dengan diabetes sangat penting.
Hal ini disebabkan penyakit diabetes adalah penyakit yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan pola hidup sehat (makan sesuai
kebutuhan dan olahraga teratur) dan menggunakan oral maupun insulin.
Lima Pilar Menuju Sehat
1. Diet
23
3. Pendidikan
Merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok,
dan sebagainya.
4. Kontrol Gula Darah
Kadar glukosa darah tidak terkontrol ( GDP > 100 mg/dl dan
GD2JPP > 144 mg/dl) akan mengakibatkan komplikasi
kronik jangka panjang, baik makrovaskuler maupun
mikrovaskuler salah satunya yaitu ulkus diabetika. Sehingga
penting dalam kepatuhan pasien dengan DM terhadap diet.
5. Kontrol Tekanan Darah
Pada penderita Diabetes mellitus karena adanya viskositas
darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah
sehingga terjadi defesiensi vaskuler sehingga klien dengan
diabetes perlu melakukan pemeriksaan tekanan darah secara
rutin.
D. PROGNOSIS
Banyak dari seluruh penderita diabetes melitus dengan komplikasi
ulkus atau bentuk infeksi lainnya, memeriksakan diri sudah dalam keadaan
lanjut,sehingga penatalaksanaannya lebih rumit dan prognosisnya lebih
buruk ( contohnya amputasi atau sepsis ).
24
Jong De & Sjamjuhidajat, 2002. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi:3, Jakarta:
EGC
Pemayun T G D, 2002 .Gambaran Makro dan Mikroangiopati
Diabetik di Poliklinik Endokrin, dalam Naskah lengkap Kongres
Nasional VPersatuan Diabetes Indonesia (Persadia) dan Pertemuan
IlmiahPerkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Badan
PenerbitUniversitas Diponegoro, Semarang,; 87 97.
DAFTAR PUSTAKA
25