Anda di halaman 1dari 25

CASE REPORT

BAB I

ULKUS DIABETIKUM

PAPARAN KASUS
I.

Identitas pasien

Nama

: Ny.Y

Umur

: 62 tahun

Jenis Kelamin
Disusun Oleh:
Muthia Fadhilah
1102010191

PEMBIMBING :
dr. Henry Moesfairil, Sp.B

: Perempuan

Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Agama

: Islam

Alamat
Bandung
No.RM

: Lembang 5/4 Kiangroke Kab.


: 494018

Tanggal masuk RS

: 02 Desember 2014

Tanggal pemeriksaan

: 04 Desember 2014

Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi


Kepanitraan Bedah RSUD Soreang
Desember 2014

I.

Anamnesis

Keluhan utama : Luka yang tidak sembuh-sembuh


Riwayat Penyakit Sekarang :
1

Pasien datang ke RSUD Soreang dengan keluhan


luka di kaki yang tidak kunjung sembuh.Luka muncul sejak
6 hari SMRS. Luka pertama kali muncul saat pasien
menggunakan sandal rematik yang bergerigi. Kemudian
pasien tidak sadar pada jempol kakinya terjadi luka setelah
memakai sandal tersebut. Pasien awalnya tidak sadar
disebabkan karena kakinya yang sering terasa baal.
Setelah pasien mengetahui terdapat luka pada jempol
kakinya, pasien mengorek-ngorek luka tersebut dan luka
tidak dirawat. Setelah 2 hari kemudian luka meluas ke
punggung kaki dan terlihat membengkak, 4 hari kemudian
jempol kaki menjadi warna kehitaman,dan baal, sementara
bagian punggung kaki semakin membengkak, bau dan
terlihat berwarna kekuningan
Pasien mengaku memiliki riwayat diabetes mellitus
sejak 1 tahun yang lalu. Namun sejak 5 bulan SMRS pasien
tidak pernah kontrol dan tidak pernah meminum obat
anti diabetesnya.

II.

Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Compos mentis


Kesan
: Tampak Sakit Sedang
Tanda vital :
TD
: 130/80 mmHg
Nadi
: 88 kali/menit, regular, isi
cukup
Respirasi
: 22 kali/menit
Suhu
: 36,6 0C

Status Generalis

Kepala
: Normocephal

Riwayat Penyakit Dahulu :

Mata
:
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera
: Tidak ikterik
Mulut:
Tonsil
Pharing

: T1-T1
: Hiperemis (-)

Pasien terdiagnosa Diabetes Mellitus sejak 1 tahun yang lalu.

Leher:
JVP tidak meningkat 5+2 cmH2O
KGB tidak teraba

Thorak
Cor
Inspeksi
Palpasi

Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga pasien ada yang mengidap Diabetes Mellitus yaitu kakak pasien

:
:Iktus kordis tidak terlihat
:Iktus kordis teraba
2

Perkusi
jantung normal
Auskultasi

Pulmo
Inspeksi
Palpasi

Perkusi

:Redup, batas
:BJ I-II reguler, murmur (-),
Gallop (-)

: Simetris, dalam keadaan


statis dan dinamis
: Fremitus vokal pada
hemitoraks kanan- kiri
teraba simetris
:
Sonor
pada
kedua

Status Lokalis
1. a/r pedis sinistra digiti 1
: baal (+), berwarna
kehitaman
2. a/r pedis sinistra metatarsal : terdapat luka yang
luas pada
metatarsal, bau (+) , jaringan nekrotik
(+), pus (+), darah (-)
Status Vaskuler
A. Poplitea

A.tibialis posterior : +/
A.Dorsalis pedis

hemitoraks
Auskultasi

Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: +/+

: +/

: Vesikuler +/+ N, Rhonki


-/-, Wheezing -/-

: Datar
:Supel, NT -, hepar dan
lien tidak teraba
: Timpani di seluruh lapang
abdomen
: BU (+) normal

GAMBAR:

Ekstremitas
:
Eks.atas : akral hangat +/+, CRT <2 ,
turgor baik
Eks Bawah : akral hangat +/+,
CRT<2, turgor baik

2.

a/r pedis sinistra metatarsal


: terdapat luka
yang luas pada metatarsal, bau (+) , jaringan
nekrotik (+), pus (+), darah (-)

Status vaskular : A. Poplitea

: +/+

A.tibialis posterior
A.Dorsalis pedis

II.

I.

Resume

Seorang wanita , 62 tahun datang dengan keluhan luka


pada kakinya yang tidak kunjung sembuh sejak 6 hari
SMRS. Keluhan disertai rasa baal pada jari jempol kakinya
disertai perubahan warna menjadi kehitaman.

1. Gangren Diabetikum a/r digiti I pedis sinistra dan


Ulkus Diabetikum a/r metatarsal pedis sinistra ec
Diabetes mellitus tipe II
2. Buerger Disease
3. Tromboflebitis Superficial

VI.

Usulan pemeriksaan

1.Darah Rutin

Status generalis dalam batas normal

2.Gula Darah Sewaktu

Status Lokalis :

3.Kolestrerol total HDL,LDL


: baal (+),

: +/

Diagnosis Banding

Riwayat Diabetes melitus (+) sejak 1 tahun yang lalu.


Diabetes tidak terkontrol sejak 5 bulan SMRS.

1. a/r pedis sinistra digiti 1


berwarna kehitama

: +/

4.Ankle Brachial Pressure Index (ABPI)


5.Angiografi
VII.

Diagnosis Kerja
4

Gangren Diabetikum a/r digiti I pedis sinistra dan Ulkus


Diabetikum a/r metatarsal pedis sinistra

VIII.
Umum

Penatalaksanaan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Diet DM
Memakai alas kaki yang lunak

Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit


karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler
insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut. Terdapat luka pada penderita
yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi

Khusus:

disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob.

Obat anti Diabetes


Debridement
Nekrotomi
Metronidazol 3 x 500 mg (iv)
Ciprofloxaxin 2 x 200 mg (iv)

Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan


komplikasi kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita
diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut :
1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).

IX.

2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).

Prognosis

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad malam


Quo ad sanationam

3. Nyeri saat istirahat.


4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).

: dubia ad bonam

2.2 PATOGENESIS
5

Kaki diabetes merupakan kombinasi antara arteriosklerosis ke-2

penderita DM), fruktosa, kurangnya kontrol gula darah, dan penurunan

tersering setelah arteriosklerosis pembuluh koroner, dan yang terserang

mioinositol dan Na+/K+ATP menyebabkan demielinasi artrofi akson;

pembuluh darah tungkai bawah. Umumnya kelainan ini dikenal sebagai

otoimum lewat anti gangliosid dan anti GAD menyebabkan neuropati,

PVD (Peripheral Vascular Disease). Ada 3 faktor yang dipandang sebagai

gangguan vascular karena menutupnya vasa vasorum, trauma memberi

predisposisi kerusakan jaringan pada kaki diabetes, yaitu neuropati, PVD,

hipoksia endoneurial yang selanjutnya menyebabkan demielinisasi

dan infeksi. Jarang sekali infeksi sebagai faktor tunggal, tetapi seringkali

segmental. Adapun faktor lain seperti kelainan agregasi trombosit,

merupakan komplikasi iskemia maupun neuropati. Dari segi praktis maka

kelainan etiologi sel darah merah dan hematologic, proses AGEs serta

kaki diabetic dapat dipandang sebagai kaki iskemia ataupun kaki

adanya kompleks imum di sirkulasi berpengaruh terhadap neuropati

neuropatik.

ini.

Pada kaki neuropatik, somatic dan otonom rusak, namun sirkulasi


masih intak sehingga nadi teraba jelas, secara klinis kaki teraba hangat,
sensasi terhadap rabaan berkurang, dan kering. Komplikasi kaki
neuropatik ini ada 3 macam : ulkus neuropatik, sendi neuropatik (sendi
Charcot) dan edema neuropatik.
2.2.1 Patogenesis Neuropati
Susunan saraf sangat rentan terhadap komplikasi diabetes mellitus.
Secara patogenetik, ada 3 faktor utama (metabolik, autonom, vaskuler)
yang dapat dianggap sebagai sebab terjadinya neuropati pada diabetes
mellitus. Diabetes mellitus bersama faktor genetik, dan lingkungan
(misalnya alkohol) akan lewat ke-3 faktor tersebut memberi neuropati
klinis. Faktor metabolik : kenaikan poliol, sorbitol / osmotik poliol (hasil
reduksi glukosa oleh enzim yang banyak tertimbun pada sel tubuh
Gambar 1.Perubahan yang terjadi pada kaki DM
6

besar (makroangiopati) maka gangguan oksigenasi jaringan akan lebih


luas. Adanya trombus yang menyumbat lumen arteri akan menimbulkan
gangren yang luas bila mengenai pembuluh darah yang sedang atau besar.
2.2.2 Patogenesis Angiopati
Penderita dengan kencing manis akan mengalami perubahan
vaskuler berupa arteriosklerosis. Patologi tersebut disebabkan oleh karena
gangguan metabolisme karbohidrat dalam pembuluh darah, peningkatan
kadar trigliserida dan kolesterol. Hal tersebut akan diperberat dengan kadar
gula darah yang tidak terkontrol.
Lesi vaskuler berupa penebalan pada membran basal pembuluh

Gambaran klinis 5 P pada emboli arteri :


Pain (nyeri)
Paleness ( Kepucatan)
Parestesia ( Kesemutan)
Pulselessness ( denyut nadi hilang)

darah kapiler yang diakibatkan karena disposisi yang berlebihan

Paralisis ( lumpuh)

mukoprotein dan kolagen. Pembuluh darah arteri yang paling sering

Kadang disertai P ke-6 yaitu Prostation (kelesuan)

terkena adalah arteri tibialis dan poplitea. Adanya trombus, emboli


maupun tromboemboli menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah.
Selanjutnya oklusi dapat menjadi total dan jika perfusi darah dari aliran
kolateral tidak mencukupi kebutuhan maka terjadi iskemia. Iskemia yang
ringan menimbulkan gejala claudicatio intermitten dan yang paling berat
dapat mengakibatkan gangren.

Faktor lingkungan, terutama adalah trauma akut maupun kronis


(akibat tekanan sepatu, benda tajam dan gangguan vaskuler perifer baik
akibat makrovaskuler (aterosklerosis) maupun karena gangguan yang
bersifat mikrovaskuler menyebabkan terjadinya iskemia kaki dan
sebagainya) merupakan faktor yang memulai terjadinya ulkus.

Kelainan vaskuler yang berukuran kecil ( mikroangiopati) seperti


arteriol dan kapiler, menyebabkan ketidak cukupan oksigen dan nutrisi
yang terbatas pada jari atau sebagian kecil kulit. Kemudian, bagian yang
iskemi tersebut mengalami ulserasi, infeksi ataupun gangren. Sebaliknya,
jika pembuluh nadi atau arteri yang mengalami gangguan berukuran lebih

2.2.3 Patogenesis Infeksi


Pada prinsipnya penderita diabetes melitus lebih rentan terhadap
infeksi daripada orang sehat. Keadaan infeksi sering ditemukan sudah
7

dalam kondisi serius karena gejala klinis yang tidak begitu dirasakan dan

Pada kaki diabetik yang disertai infeksi, berdasarkan letak serta

diperhatikan penderita.

penyebabnya dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

Faktor-faktor yang merupakan risiko timbulnya infeksi yaitu:

1. Abses pada deep plantar space

a. faktor imunologi

2. Selulitis non supuratif dorsum pedis

-produksi antibodi menurun

3. Ulkus perforasi pada telapak kaki

-peningkatan produksi steroid dari kelenjar adrenal


-daya fagositosis granulosit menurun
b. faktor metabolik
- hiperglikemia
-benda

keton

mengakibatkan

asam laktat

menurun

daya

bakterisidnya
-glikogen hepar dan kulit menurun
c. faktor angiopati diabetika
d. faktor neuropati
Beberapa bentuk infeksi kaki diabetik antara lain: infeksi pada
ulkus telapak kaki, selulitis atau flegmon non supuratif dorsum pedis dan
abses dalam rongga telapak kaki. Pada ulkus yang mengalami gangren

Gambar 2. Mekanisme terjadinya ulkus kaki diabetik

atau ulkus gangrenosa ditemukan infeksi kuman Gram positif, negatif dan
anaerob.
8

3. DIAGNOSA
3.1. Anamnesa

sudah dalam keadaan lanjut,sehingga penatalaksanaannya lebih rumit dan


prognosisnya lebih buruk ( contohnya amputasi atau sepsis ).

Penderita diabetes melitus mempunyai keluhan klasik yaitu


poliuri, polidipsi dan polifagi. Riwayat pemeriksaan yang telah dilakukan
sebelumnya ke dokter dan laboratorium menunjang penegakkan diagnosis.
Adanya riwayat keluarga yang sakit seperti ini dapat ditemukan, dan
memang penyakit ini cenderung herediter.

3.2 Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan fisik, seorang dokter akan menemukan ulkus
ialah defek pada kulit sebagian atau seluruh lapisannya ( superfisial atau
profunda ) yang bersifat kronik, terinfeksi dan dapat ditemukan nanah,

Anamnesis juga harus dilakukan meliputi aktivitas harian, sepatu

jaringan nekrotik atau benda asing. Ulkus yang dangkal mempunyai dasar

yang digunakan, pembentukan kalus, deformitas kaki, keluhan neuropati,

luka dermis atau lemak /jaringan subkutis saja. Ulkus yang profunda

nyeri tungkai saat beraktivitas atau istirahat , durasi menderita DM,

kedalamannya sampai otot bahkan tulang.Ulkus sering disertai hiperemi di

penyakit komorbid, kebiasaan (merokok, alkohol), obat-obat yang sedang

sekitarnya yang menunjukkan proses radang.

dikonsumsi, riwayat menderita ulkus/amputasi sebelumnya.

Abses adalah kumpulan pus atau nanah dalam rongga yang

Riwayat berobat yang tidak teratur mempengaruhi keadaan klinis

sebelumnya tidak ada. Pada pemeriksaan fisik tampak kulit bengkak,

dan prognosis seorang pasien, sebab walaupun penanganan telah baik

teraba kistik dan fluktuatif. Abses yang letaknya sangat dalam secara fisik

namun terapi diabetesnya tidak teratur maka akan sia-sia. Keluhan nyeri

sulit untuk didiagnosis, kecuali nanah telah mencari jalan keluar dari

pada kaki dirasakan tidak secara langsung segera setelah trauma.

sumbernya.

Gangguan neuropati sensorik mengkaburkan gejala apabila luka atau


ulkusnya masih ringan. Setelah luka bertambah luas dan dalam, rasa nyeri
mulai dikeluhkan oleh penderita dan menyebabkan datang berobat ke
dokter atau rumah sakit. Banyak dari seluruh penderita diabetes melitus
dengan komplikasi ulkus atau bentuk infeksi lainnya, memeriksakan diri

Flegmon atau selulitis mempunyai ciri klinis berupa udem


kemerahan, non pitting edema, teraba lebih hangat dari kulit sekitar, tak
ada fluktuasi dan nyeri tekan. Hal ini menandakan proses infeksi / radang
telah mencapai jaringan lunak atau soft tissue.

Gangren merupakan jaringan yang mati karena tidak adanya

penelitian Reiber, lokasi ulkus tersering adalah dipermukaan jari dorsal

perfusi darah. Klinis tampak warna hitam, bisa disertai cairan kecoklatan,

dan plantar (52%), daerah plantar (metatarsal dan tumit 37%) dan daerah

bau busuk dan teraba dingin. Jika terdapat krepitasi di bawah kulit maka

dorsum pedis (11%).

disebut dengan gas gangren.

Sedangkan untuk menentukan faktor neuropati sebagai penyebab

Melakukan penilaian ulkus kaki merupakan hal yang sangat

terjadinya ulkus dapat digunakan pemeriksaan refleks sendi kaki,

penting karena berkaitan dengan keputusan dalam terapi. Pemeriksaan

pemeriksaan sensoris, pemeriksaan dengan garpu tala, atau dengan uji

fisik diarahkan untuk mendapatkan deskripsi karakter ulkus, menentukan

monofilamen. Uji monofilamen merupakan pemeriksaan yang sangat

ada tidaknya infeksi, menentukan hal yang melatarbelakangi terjadinya

sederhana dan cukup sensitif untuk mendiagnosis pasien yang memiliki

ulkus (neuropati, obstruksivaskuler perifer, trauma atau deformitas),

risiko terkena ulkus karena telah mengalami gangguan neuropati sensoris

klasifikasi ulkus dan melakukan pemeriksaan neuromuskular untuk

perifer. Hasil tes dikatakan tidak normal apabila pasien tidak dapat

menentukan ada/ tidaknya deformitas, adanya pulsasi arteri tungkai dan

merasakan sentuhan nilon monofilamen. Bagian yang

pedis.

pemeriksaan monofilamen adalah di sisi plantar (area metatarsal, tumitdan


Deskripsi ulkus DM paling tidak harus meliputi; ukuran,

dilakukan

dan di antara metatarsal dan tumit) dan sisi dorsal.

kedalaman, bau, bentuk dan lokasi. Penilaian ini digunakan untuk

Gangguan saraf otonom menimbulkan tanda klinis keringnya kulit

menilai kemajuan terapi. Pada ulkus yang dilator belakangi neuropati

pada sela-sela jari dan cruris. Selain itu terdapat fisura dan kulit pecah-

ulkus biasanya bersifat kering, fisura, kulit hangat, kalus, warna kulit

pecah, sehingga mudah terluka dan kemudian mengalami infeksi.

normal dan lokasi biasanya di plantar tepatnya sekitar kaput metatarsal


I-III, lesi sering berupa punch out. Sedangkan lesi akibat iskemia
bersifat sianotik, gangren, kulit dingin dan lokasi tersering adalah di
jari. Bentuk ulkus perlu digambarkan seperti; tepi, dasar, ada/tidak pus,
eksudat, edema atau kalus. Kedalaman ulkus perlu dinilai dengan bantuan
probe steril. Probe dapat membantu untuk menentukan adanya sinus,
mengetahui ulkus melibatkan tendon, tulang atau sendi. Berdasarkan

Pemeriksaan pulsasi merupakan hal terpenting dalam pemeriksaan


vaskuler pada penderita penyakit oklusi arteri pada ekstremitas bagian
bawah. Pulsasi arteri femoralis, arteri poplitea, dorsalis pedis, tibialis
posterior harus dinilai dan kekuatannya di kategorikan sebagai aneurisma,
normal, lemah atau hilang. Pada umumnya jika pulsasi arteri tibialis
posterior dan dorsalis pedis teraba normal, perfusi pada level ini

10

menggambarkan patensi aksial normal. Penderita dengan claudicatio


intermitten mempunyai gangguan arteri femoralis superfisialis, dan karena
itu meskipun teraba pulsasi pada lipat paha namun tidak didapatkan pulsasi
pada arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior. Penderita diabetik lebih
sering didapatkan menderita gangguan infra popliteal dan karena itu
meskipun teraba pulsasi pada arteri femoral dan popliteatapi tidak
didapatkan pulsasi distalnya.
Gambar 3. Cara pemeriksaan ABPI
Ankle brachial index (ABI) merupakan pemeriksaan non-invasif
untuk mengetahui

adanya

PROSEDUR PENGUKURAN ABPI

obstruksi di vaskuler perifer bawah.

Pemeriksaan ABI sangat murah, mudah dilakukan dan mempunyai 1.

dengan posisi jantung.

sensitivitas yang cukup baik sebagai marker adanya insufisiensi arterial.


Pemeriksaan ABI dilakukan seperti kita mengukur tekanan darah 2.
menggunakan manset tekanan darah, kemudian adanya tekanan yang
berasal dari

arteri

akan dideteksi

oleh probe Doppler (pengganti

stetoskop). Dalam keadaan normal tekanan sistolik di tungkai bawah


(ankle) sama atau sedikit lebih tinggi dibandingkan tekanan darah sistolik
lengan atas (brachial). Pada keadaan di mana terjadi stenosis arteri di
tungkai bawah maka akan terjadi penurunan tekanan. ABI dihitung
berdasarkan rasio tekanan sistolik ankle dibagi tekanan sistolik brachial.

Anjurkan pasien berbaring terlentang, posisi kaki sama tinggi


Pasang manset tensimeter di lengan atas dan tempatkan probe
vascular Doppler ultrasound diatas arteri brachialis dengan sudut 45
derajat.

3.

Palpasi nadi radialis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg


diatas tekanan darah sistolik palpasi.

4.

Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh


probe hasilnya merupakan tekanan darah systolic brachialis.

5.

Ulangi pada lengan yang lain.

6.

Pasang manset tensimeter di pergelangan kaki dan tempatkan


probe vascular Doppler ultrasound diatas arteri dorsalis pedis atau arteri
tibilias dengan sudut 45 derajat.

7.

Palpasi nadi dorsalis pedis kemudian pompa manset hingga 20


mmHg diatas tekanan darah sistolik palpasi.
11

8.

Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh


probe hasilnya merupakan tekanan darah systolic ankle.

ABI menunjukkan lebih dari 1,2 sehingga angka ABI tersebut tidak
menjadi petunjuk diagnosis. Pasien dengan ABI kurang dari 0,5 dianjurkan

9.

Ulangi pada kaki yang lain.

operasi (misalnya amputasi) karena prognosis buruk. Jika ABI >0,6 dapat

10.

Pilih tekanan darah systolic brachialis tertinggi (diantara lengan

diharapkan adanya manfaat dari terapi obat dan latihan.

kanan dan kiri) dan tekanan darah systolic ankle teritnggi (diantara kaki
kanan dan kaki kiri).
3.3. Pemeriksaan Penunjang
INTERPRETASI NILAI ABPI
1. ABPI = > 1.2 berarti arteri tidak dapat terkompresi, Diabetes
mellitus, penyakit ginjal atau kalsifikasi arteri berat.
2. ABPI = 1.2-0.8 berarti sirkulasi arteri normal.
3. ABPI = 0.8-0.5 berarti insufisiensi arteri ringan.
4. ABPI = < >
5. ABPI = 0.2 berarti ischemic kaki kritis.

Dalam penentuan nilai ABPI kadang ditemukan tekanan darah

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menegakkan


diagnosis secara pasti adalah dengan melakukan pemeriksaan lengkap
yakni pemeriksaan CBC (Complete Blood Count),
darah, fungsi ginjal, fungsi hepar, elektrolit.
Untuk menentukan patensi vaskuler dapat digunakan beberapa
pemeriksaan non invasif seperti; (ankle brachial index/ ABI) yang sudah
dijelaskan

pada

pemeriksaan

transcutaneous

oxygen

menggunakan

pemeriksaan

fisik.

Pemeriksaan

tension (TcP02),
invasif

lainnya

ialah

USG color

Doppler atau

seperti; digital

subtraction

sistolik false tinggi ditemukan pada pasien diabetic. Hal ini disebabkan

angiography (DSA), magnetic

tekanan manset tidak mampu menekan pembuluh darah distal yang

atau computed tomography angoigraphy(CTA ).

mengalami kalsifikasi.

pemeriksaan gula

resonance

angiography (MRA)

Apabila diagnosis adanya penyakit obstruksi vaskuler perifer


masih diragukan, atau apabila direncanakan akan dilakukan tindakan

Pasien diabetes melitus dan hemodialisis yang mempunyai lesi

revaskularisasi maka pemeriksaan digital subtraction angiography, CTA

pada arteri kaki bagian bawah, (karena kalsifikasi pembuluh darah), maka

atau MRA perlu dikerjakan. Gold standard untuk diagnosis dan evaluasi

12

obstruksi vaskuler perifer adalah DSA. Pemeriksaan DSA perlu dilakukan

5) Kadar glukosa darah tidak terkontrol.

bila intervensi endovascular menjadi pilihan terapi.

6) Insusifiensi Vaskuler karena adanya Aterosklerosis yang disebabkan :

Pemeriksaan foto polos radiologis pada pedis juga penting untuk


mengetahui ada tidaknya komplikasi osteomielitis. Pada foto tampak
gambarandestruksi tulang dan osteolitik.

a) Kolesterol Total tidak terkontrol.


b) Kolesterol HDL tidak terkontrol.
c) Trigliserida tidak terkontrol.
7) Kebiasaan merokok.
8) Ketidakpatuhan Diet DM.

4. FAKTOR RESIKO

9) Kurangnya aktivitas Fisik.


10) Pengobatan tidak teratur.

Faktor risiko terjadi ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus

11) Perawatan kaki tidak teratur.

menurut Lipsky dengan modifikasi dikutip oleh Riyanto dkk. terdiri atas :

12) Penggunaan alas kaki tidak tepat

a. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah :

Faktor-faktor risiko terjadinya ulkus diabetika lebih lanjut dijelaskan

1) Umur 60 tahun.

sebagai berikut :

2) Lama DM 10 tahun.
a. Umur 60 tahun.
Umur 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetika
b. Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah : (termasuk kebiasaan dan

karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses

gaya hidup)

aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga

1) Neuropati (sensorik, motorik, perifer).

kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi

2) Obesitas.

kurang optimal. Selain itu pada usia > 60 tahun, biasanya mengalami

3) Hipertensi.

gangguan pada aterosklerosis, makroangiopati, yang faktor - faktor

4) Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol.

tersebut akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah satunya

13

pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi

mengganggu aliran darah disebabkan karena terjadi aliran yang berlebih

ulkus diabetika.

dengan arteriovenous shunting disekitar kapiler-serta dilatasi arteri


perifer. Aliran darah yang miskin makanan ini mengurangi efektivitas

b. Lama DM 10 tahun.

dari perfusi jaringan yang memang sudah berkurang. Disamping ini

Ulkus diabetika terutama terjadi pada penderita Diabetes mellitus

neuropati merusak serabut C saraf sensorik sehingga terjadi gangguan

yang telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah

nosiseptor. Jadi ulkus pada kaki diabetik ini akibat iskemia, sering

tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi yang berhubungan

terlihat adanya gambaran gas. Penyebabnya dapat karena Clostridium , E

dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati-mikroangiopati

coli, Streptococus anaerob, dan Bacteroides sp. Untuk melakukan

yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan

identifikasi kasus yang rentan ulkus, kini digunakan alat sederhana untuk

menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki penderita

screening, yaitu TCD (Tactile Circumferential Discriminator) pada hallux

diabetik yang sering tidak dirasakan.

yang korelasinya dengan menggunakan filament dan ambang fibrasi


yang cukup tinggi. Dalam menilai ulkus perlu dipastikan dalam serta

5. MANIFESTASI KLINIS

luasnya ulkus. Sering kita terkecoh karena kita anggap enteng, padahal

1.Neuropathic Foot yang terdiri dari: Ulkus neuropatik, Artropati

lesi ini merupakan puncak dari gunung es.


Secara klinis terlihat melebar pada kaki dan tungkai bawah

neuropatik (Artropati Charcot ), Edema neuropatik

pada sikap berbaring. Kaki ada aliran lebih cepat dan vaskularitas

2.Neuro-ischemic-foot

lebih. Apabila ada ulkus maka perlu diperhatikan kuman penyebab


infeksinya. Kirim sample untuk biakan bakteri.

Neuropathic foot
5.1.1

Ulkus Neuropatik
Neuropati
perifer

diabetik

dapat

memberikan

small

fibreneuropathy yang berakibat gangguan somatik dan otonom.


Manifestasinya berupa hilangnya sensasi panas dan nyeri sebelum rabaan
dan fibrasi terganggu. Juga saraf simpatik mengalami denervasi yang

Gambar 4. Ulkus Neuropati

14

5.1.2

Artropati Neuropatik
Kerusakan serabut

Awalnya kaki Charcot ini akut: panas, merah, dengan nadi yang
motorik,

sensorik

dan

autonom

memudahkan terjadinya atropati Charcot. Keadaan ini diduga akibat


disfungsi saraf otonom yang berakibat terjadi perfusi yang abnormal

keras, dengan atau tanpa trauma (perlu di DD dengan selulitis). Pada


stadium 4 mudah sekali terjadi ulkus dan infeksi dan gangren yang dapat
berakibat amputasi.

pada tulang-tulang kaki, sehingga terjadi fragmentasi tulang dan


kolaps arkus. Atropati Charcot atau dengan nama lain Rockerbottom foot ini rentan terhadap kerusakan jaringan dan ulserasi.
Gangguan vaskuler perifer baik akibat makrovaskuler (aterosklerosis)
maupun karena gangguan yang bersifat mikrovaskular menyebabkan
terjadinya iskemia kaki. Keadaan tersebut di samping menjadi
penyebab terjadinya ulkus juga mempersulit proses penyembuhan
ulkus kaki.
Deformitas kaki sering berakibat pada ulcerasi. Penderita diabetes
cenderung mempunyai jari bengkok yang menekan jari tersebut, yang

Gambar 5. Perbedaan charcot foot dengan normal foot

berhubungan dengan menipis dan menggesernya timbunan lemak


bawah caput metatarsal pertama. Akibatnya daerah ini rawan ulserasi
dan infeksi. Bentuk yang ekstrim dari deformitas kaki ini, yaitu kaki
Charcot. Sebab terjadinya fraktur dan reabsorbsi tulang pada kaki
Charcot ini belum jelas, tetapi diduga akibat neuropati otonom (akibat
gagalnya

tonus vaskular

ini akan meningkatkan aliran darah,

pembentukan shunt arteriovenosa dan resorbsi tulang padahal penderita


diabetes densitas tulang rendah) dan neuropati perifer (hilang rasa,
sehingga pasien masih aktif berjalan dan sebagainya meskipun tulang
fraktur). Akibatnya ada fraktur, kolaps sendi, dan deformitas kaki.
15

klaudikasio intermitten, nyeri tungkai waktu istirahat, dengan


ulserasi dan gangren. Umumnya rest pain diwaktu malam, dan
berkurang pada sikap kaki yang tergantung. Untuk membedakan
dengan ulkus neuropatik, disini ulkusnya nyeri, satu nekrosis,
dilingkari pinggiran eritemateus dan tidak disertai callus. Predileksi
di ibu jari, tepi medial metatarsal I, atau tepilateral metatarsal V,
serta tumit. Perlu diperiksa pembuluh darah arteri, kalau perlu
dengan arteriografi.
6.

KLASIFIKASI

Klasifikasi ulkus diabetik berguna untuk menyamaratakan bahasa


dalam deskripsi dan kondisi ulkus, serta untuk kepentingan manajemen/
Gambar 6. Lokasi-lokasi tempat terjadinya ulkus DM neuropati
5.1.3

terapi. Ada beberapa sistem klasifikasi untuk menilai gradasi lesi, salah

Edema Neuropatik

satunya yang banyak digunakan adalah klasifikasi ulkus DM berdasarkan

Merupakan komplikasi terjarang dari kaki diabetik, dimana

University of Texas Classification System. Sistem klasifikasi ini menilai

terdapat edema (pitting) kaki dan tungkai bawah yang berhubungan

lesi bukan hanya faktor dalamnya lesi, tetapi juga menilai ada tidaknya

dengan kerusakan saraf tepi (kesampingkan dulu sebab kardial dan

faktor infeksi dan iskemia. (tabel 1).

renal). Gangguan saraf simpatis berakibat edema dan venous pooling


yang abnormal, juga vasomotor refleks hilang pada sikap berdiri.

Neuro ischemic foot


Gambaran tungkai ini gabungan antara kelainan arterosklerosis
yang dipercepat pada diabetes dan neuropathic foot. Keluhan
16

selulitis sekitarnya, ganggren di pinggir


Derajat III

Ulkus dalam (neuroiskemik), sampai tulang tumit, osteomyelitis

Derajat IV

Iskemia: Gangren terbatas yaitu hanya 2 jari dan sebagian kaki depan, hip

Derajat V

Gangren seluruh kaki Biasanya oleh karena sumbatan arteri besar, tetapi j
kelainan neuropati dan infeksi.
Tabel 2. Klasifikasi Wagner untuk kaki diabetic

Tabel 1 : Klasifikasi ulkus DM berdasarkan University of Texas


Classification System
Berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi dan derajat gangren ,maka
dibuat klasifikasi derajat lesi pada kaki diabetik menurut Wagner.

Tingkat
Derajat 0

Karakteristik kaki
Kulit utuh. Kaki neurotaik: pes planovalgus, paralisis otot kecil dalam kaki, jari
palu, jari sikap cakar, hiperemia, pembuluh vena melebar

Derajat I

Ulkus neuropatik/superfisial: telapak kaki, dikelilingi kalus, hiperemia

Derajat II

Ulkus superficial dorsum dan lateral kaki, ulkus neuroiskemik, meluas ke subkutan,
17

7. DIAGNOSIS BANDING
Infeksi skeletal dan jaringan lunak kaki tidak terbatas hanya
disebabkan oleh diabetes mellitus. Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan
beberapa kondisi yang dapat menjadi diagnosis banding, sehubungan
dengan infeksi dan struktur yang mengenainya.
a. Buerger Disease (Thromboangiitis Obliterans)
b. Trombophlebitis superficial selulitis
c. Sarcoid arthritis OM akut
d. Ca sel skuamosa OM kronis

18

8. TATALAKSANA
Grade 1 dan 2

Sebaiknya pasien dirawat di rumah sakit

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :

Kultur pus dengan swab, kuretage, debridement dan


irigasi. Disebutkan dengan kultur pus dapat
mengkonfirmasi infeksi mencapai 95%
Debridement ulkus merupakan hal yang sangat penting
yang bertujuan untuk menghilangkan benda asingm
jaringan
nekrosis,
menurunkan
bacterial
load,
membersihkan luka dan meningkatkan thrombosis atau
growth factor dipinggir luka yang berguna sebagai
langkah awal dari penyembuhan luka. Penderita
dianjurkan untuk membersihkan untuk membersihkan
luka di rumah minimal 2 kali perhari, pertahankan kaki
lebih tinggi dan cegah berjalan yang tidak perlu.

Luka yang terbuka ditutupi dengan pembalut steril, tidak


lengket dan kering

Pasien dikontrol oleh perawat setiap 3-7 hari, untuk


evaluasi luka. Pada umumnya ulkus 75% akan menutup
selama 2 minggu dan hanya sekitar 15% yang
memerlukan tambahan pengobatan.

Grade 3

Pasien harus dirawat dirumah sakit, dilakukan


debridement, kultur pus, penting evaluasi keterlibatan
pembuluh darah perifer dan biopsy tulang membantu
pemilihan pengobatan.
Terapi standar dengan pemberian antibiotic iv selama 1012 minggu.

Intervensi bedah dilakukan bila infeksi telah mengenai


tulang dan tidak terjadi penyembuhan luka.

Grade 4 dan 5

Pada grade ini pasien harus dirawat di rumah sakit,


dilakukan tindakan bedah ataupun amputasi.

B. Pencegahan dan Pengelolaan Ulkus diabetic


Pencegahan dan pengelolaan ulkus diabetik untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut adalah :
a. Memperbaiki kelainan vaskuler.
b. Memperbaiki sirkulasi.
c. Pengelolaan pada masalah yang timbul ( infeksi, dll).
d. Edukasi perawatan kaki.
e. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil
laboratorium lengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk
penurunan gula darah maupun menghilangkan keluhan/gejala
dan penyulit DM.
f. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.
19

g. Merawat kaki secara teratur setiap hari, dengan cara :


Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih.
Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air,
suam-suam kuku dengan memakai sabun lembut dan
mengeringkan dengan sempurna dan hati-hati terutama
diantara jari-jari kaki.
Memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering atau
tumit yang retak-retak, supaya kulit tetap mulus, dan
jangan menggosok antara jari-jari kaki (contoh: krem
sorbolene).
Tidak memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kulit
menjadi kering dan retak-retak.
Menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk
memotong kuku kaki secara lurus dan kemudian mengikir
agar licin. Memotong kuku lebih mudah dilakukan
sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.
Kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya
diobati oleh podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur
atau pisau biasa, yang bias tergelincir; dan ini dapat
menyebabkan luka pada kaki. Jangan menggunakan
penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya
diobati hanya oleh podiatrist.
Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat
kalus, bula, luka dan lecet.
Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas.
h. Penggunaan alas kaki tepat, dengan cara :
1. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di
pasir.

i.
j.

2. Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk


kaki dan nyaman dipakai.
3. Sebelum memakai sepatu, memerika sepatu terlebih
dahulu, kalau ada batu dan lain-lain, karena dapat
menyebabkan iritasi/gangguan dan luka terhadap
kulit.
4. Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang
untuk ibu jari kaki) dan tidak boleh dipakai tanpa kaus
kaki.
5. Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur
dan hati-hati.
6. Memakai kaus kaki yang bersih dan mengganti setiap
hari.
7. Kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan
memakai bahan sintetis, karena bahan ini
menyebabkan kaki berkeringat.
8. Memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin.
9. Menghindari trauma berulang, trauma dapat berupa
fisik, kimia dan termis, yang biasanya berkaitan
dengan aktivitas atau jenis pekerjaan.
Menghindari pemakaian obat yang bersifat vasokonstriktor
misalnya adrenalin, nikotin.
Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki
setiap control walaupun ulkus diabetik sudah sembuh.

C. Manajemen perawatan luka diabetic


a. Pencucian luka
Pencucian bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan
luka yang bersih, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolic
tubuh pada cairan luka. Mencuci dapat meningkatkan, memperbaiki,
20

dan mempercepat proses penyembuhan luka dan menghindari


kemungkinan terjadinya infeksi.
Pencucian luka merupakan aspek yang paling penting mendasar
dalam manajemen luka. Merupakan basis untuk proses penyembuhan
luka yang baik, karena luka akan sembuh dengan baik jika luka dalam
kondisi bersih.
Teknik pencucian pada luka.
Teknik pencucian pada luka antara lain dengan swabbing,
scrubbing, showering, hydrotherapi, whirlpool, dan bathing. Mencuci
dengan teknik swabbing dan scrubbing tidak terlalu dianjurkan pada
pencucian luka, karena dapat menyebabkan trauma pada jaringan
granulasi dan epithelium, juga membuat bakteri terdistribusi bukan
mengangkat bakteri. pada saat scrubbing atau menggosok dapat
menyebabkan luka menjadi terluka sehingga dapat meningkatkan
inflamasi ( persisten inflamasi). teknik showering (irigasi), whirpool,
dan bathing adalah teknik yang paling sering digunakan dan banyak
riset yang mendukung teknik ini. keuntungan dari teknik ini adalah
dengan teknik tekanan yang cukup dapat mengangkat bakteri yang
terkolonisasi, mengurangi terjadinya trauma dan mencegah terjadinya
infeksi silang serta tidak menyebabkan luka mengalami trauma.
b. Debridement
Nekrotik adalah perubahan morfologi yang diindikasikan oleh
adanya sel mati yang disebabkan oleh degradasi enzim secara
progresif, ini merupakan respon yang normal dari tubuh terhadap
jaringan yang rusak.
Jaringan nekrotik dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :
a) Eschar yang berwarna hitam, keras, serta dehidrasi
impermeable dan lengket pada permukaan luka.

b) Slough-basah, kuning, berupa cairan dan tidak lengket pada


luka.
Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan
luka dengan menyediakan tempat untuk pertumbuhan bakteri,
untuk menolong penyembuhan luka, tindakan debridement
sangat dibutuhkan.
Debridement dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti
mekanikal, surgical, enzimatik, autolysis, dan biochemical.
Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka cairan
fisiologis, Ultrasonic laser, dan sebagainya, dalam rangka untuk
membersihkan jaringan nekrotik.
Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan pemberian enzim
eksogen secara topikal pada permukaan lesi. Enzim tersebut akan
menghancurkan residu-residu protein. Contohnya, kolagenasi akan
melisikan kolagen dan elastin. Beberapa jenis debridement yang sering
dipakai adalah papin, DNAse dan fibrinolisin.
Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila seseorang terkena
luka. Proses ini melibatkan makrofag dan enzim proteolitik endogen
yang secara alami akan melisiskan jaringan nekrotik. Secara sintetis
preparat hidrogel dan hydrocolloid dapat menciptakan kondisi
lingkungan yang optimal bagi fagosit tubuh dan bertindak sebagai
agent yang melisiskan jaringan nekrotik serta memacu proses granulasi.
Belatung (Lucilla serricata) yang disterilkan sering digunakan untuk
debridemen biologi. Belatung menghasilkan enzim yang dapat
menghancurkan jaringan nekrotik. Debridemen bedah merupakan
jenis debridemen yang paling cepat dan efisien.
Tujuan debridemen bedah adalah untuk:
21

a) mengevakuasi bakteri kontaminasi,


b) mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat
penyembuhan,
c) Menghilangkan jaringan kalus,
d) mengurangi risiko infeksi lokal.
Cara yang paling efektif dalam membuat dasar luka yang baik
adalah dengan metode autolysis debridement. Autolysis debridement
adalah suatu cara peluruhan jaringan nekrotik yang dilakukan oleh
tubuh sendiri dengan syarat utama lingkungan luka harus dalam
keadaan lembab. Pada keadaan lembab, proteolytic enzim secara
selektif akan melepas jaringan nekrosis dari tubuh. Pada keadaan
melunak jaringan nekrosis akan mudah lepas dengan sendirinya
ataupun dibantu dengan surgical atau mechanical debridement.
Tindakan debridement lain yang biasa digunakan adalah dengan
cara biomechanical menggunakan magots atau larva. Larva akan
dengan sendirinya secara selektif memakan jaringan nekrosis sehingga
dasar luka menjadi merah.

c) Mempercepat Prosespenyembuhan Luka,


d) Absorbs Cairan Luka
e) Nyaman Digunakan,Steril Dan Cost Effective.
Tehnik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan
metode moist wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan
lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat dikontrol,
menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket dengan
bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeable terhadap gas.
Tindakan dressing merupakan salah satu komponen penting dalam
mempercepat penyembuhan lesi.
Prinsip dressing adalah bagaimana menciptakan suasana dalam keadaan
lembab sehingga dapat meminimalisasi trauma dan risiko operasi.Berikut
ini akan dikenalkan beberapa jenis bahan topical terapi yang dapat
digunakan untuk penatalaksanaan perawatan luka diabetic, diantaranya
adalah calcium alginate, hydrokoloid, hydroaktif gel, metcovazin, gamgee,
polyurethane foam, silver dressing.
Calcium Alginate

c. Dressing
Memilih balutan merupakan suatu kebutuhan suatu keputusan
yang harus dilakukan untuk memperbaiki kerusakan jaringan
integument. Berhasil tidaknya luka membaik,
tergantung pada kemampuan perawat dalam memilih balutan yang
tepat, efektif dan efisien.
Tujuan Memilih Balutan
a) Balutan dapat mengontrol kejadian infeksi /
Melindungi luka dari trauma dan invasi bakteri
b) Mampu Mempertahankan Kelembaban'

Berasal dari rumput laut, dapat berubah menjadi gel jika bercampur
dengan luka. Berupa jenis balutan yang dapat menyerap jumlah cairan luka
yang berlebihan. Dan keunggulannya adalah kemampuannya menstimulasi
proses pembekuan darah jika terjadi perdarahan minorserta barier terjadi
kontaminasi oleh psedomonas.
Hydrokoloid
Jenis topikal terapi yang berfungsi untuk mempertahankan luka dalam
keadaan lembab, melindungi luka dari trauma, dan menghindari dari resiko
infeksi, mampumenyerap eksudat minimal. Baik digunakan pada luka
yang berwarna merah, abses tau luka yang terinfeksi. Bentuknya ada
22

berupa lembaran tipis serta pasta. Keunggulannya adalah berbentuk


lembaran, tidak memerlukan balutan lain diatasnya sebagai penutup, cukup
ditempel dan ganti jika sudah bocor.
Contoh produk hydrocoloid
Hydroaktif gel
Jenis topikal terapi yang mampu melakukan peluruhan jaringan nekrotik
oleh tubuh sendiri. Banyak mengandung air, akan membuat suasana luka
yang kering karena jaringan nekrosis menjadi lembab. Air yang berbentuk
gel akan masuk kesela-sela jaringan yang mati dan kemudian akan
menggembung jaringan nekrosis seperti lebam mayat yang kemudian akan
memisahkan antara jaringan yang sehat dan jaringan mati. Pada keadaan
lunak inilah biasanya akan lebih mudah melakukan surgical debridemang
atau biarkan tubuh sendiri yang melakukannya.
Polyurethane Foam
Jenis balutan dengan daya serap yang tinggi, sehingga sering digunakan
pada keadaan luka yang cukup banyak mengeluarkan eksudat/cairan tang
berlebihan dan pada dasar luka yang berwarna merajh sajka.
Kemampuannya menampung cairan dapat memperpanjang waktu
penggantian balutan. Selain itu balutan ini juga tidak memerlukan balutan
tambahan, langsung dapat ditempel pada luka, dan membuat dasar luka
menjadi rata, terutama pada hypergranulasi
Gamgee, balutan anti mikrobial dan pengikat bakteri
Gamgee adalah jenis topikal terapi berupa tumpukan bahan balutan yang
tebal dengan daya serap cukup tinggi dan diklaim jika bercampur dengan
cairan luka dapat mengikat bakteri.palingh sering digunakan sebagain
balutan tambahan setelah balutan utama yang menempel pada luka.

Beberapa balutan pada jenis ini ada yang mengandung antimikrobial dan
hydrophobic atau mengikat bakteri.
Metcovazin
Jenis topical terapi dengan paten wocare klinik. Sangat mudah digunakan
karena hanya tinggal mengoles saja. Bentuk salep, berwarna putih dan
kemasan. Berfungsi untuk support autolisis debridement (meluruhkan
jaringan nekrosis / mempersiapkan dasar luka berwarna merah)
menghindari trauma saat membuka balutan, mengurangi bau tidak sedap,
mempertahankan suasana lembab dan suport granulasi. Keunggulannya
dapat digunakan untuk semua warna dasar luka dan mempersiapkan dasar
luka menjadi sehat.
Silver dressing
Kondisi infeksi yang ssulit ditangani, luka mengalami fase statis, dasar
luka menebal seperti membentuk agar-agar atau yang dikenal dengan
biofilm, penggunaan silver dressing merupakan pilihan paling tepat. Pada
keadaan ini luka mengalami sakit yang berat, eksudat dapat menjadi
purulen dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Dressing ini digunakan
dalam jumlah pemakaian 4 x ganti balutan dimana silver menempel pada
luka sekurangnya 5-7 hari saja. dengan daya.
Edukasi pasien dan keluarga
Edukasi bagi pasien dan keluarga dengan diabetes sangat penting.
Hal ini disebabkan penyakit diabetes adalah penyakit yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan pola hidup sehat (makan sesuai
kebutuhan dan olahraga teratur) dan menggunakan oral maupun insulin.
Lima Pilar Menuju Sehat
1. Diet

23

Syarat diet DM hendaknya dapat:


1)
2)
3)

Memperbaiki kesehatan umum penderita


Mengarahkan pada berat badan normal
Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa
muda
4)
Mempertahankan kadar KGD normal
5)
Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati
diabetik
6)
Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan
penderita.
7)
Menarik dan mudah diberikan
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita
DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake),
apabila dikerjakan setiap 1 jam sesudah makan,
berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan
reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi
dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply
oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka
latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam
darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih
baik

3. Pendidikan
Merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok,
dan sebagainya.
4. Kontrol Gula Darah
Kadar glukosa darah tidak terkontrol ( GDP > 100 mg/dl dan
GD2JPP > 144 mg/dl) akan mengakibatkan komplikasi
kronik jangka panjang, baik makrovaskuler maupun
mikrovaskuler salah satunya yaitu ulkus diabetika. Sehingga
penting dalam kepatuhan pasien dengan DM terhadap diet.
5. Kontrol Tekanan Darah
Pada penderita Diabetes mellitus karena adanya viskositas
darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah
sehingga terjadi defesiensi vaskuler sehingga klien dengan
diabetes perlu melakukan pemeriksaan tekanan darah secara
rutin.
D. PROGNOSIS
Banyak dari seluruh penderita diabetes melitus dengan komplikasi
ulkus atau bentuk infeksi lainnya, memeriksakan diri sudah dalam keadaan
lanjut,sehingga penatalaksanaannya lebih rumit dan prognosisnya lebih
buruk ( contohnya amputasi atau sepsis ).

24

Jong De & Sjamjuhidajat, 2002. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi:3, Jakarta:
EGC
Pemayun T G D, 2002 .Gambaran Makro dan Mikroangiopati
Diabetik di Poliklinik Endokrin, dalam Naskah lengkap Kongres
Nasional VPersatuan Diabetes Indonesia (Persadia) dan Pertemuan
IlmiahPerkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Badan
PenerbitUniversitas Diponegoro, Semarang,; 87 97.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Edisi : 8. Vol : 3 Jakarta:EGC
Darmono, 2002. Status Glikemi dan Komplikasi Vaskuler Diabetes
Mellitus dalam Naskah lengkap Kongres Nasional V PersatuanDiabetes
Indonesia (Persadia) dan Pertemuan Ilmiah PerkumpulanEndokrinologi
Indonesia (Perkeni), Badan Penerbit UniversitasDiponegoro, Semarang;
57 68.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta:EGC

Waspadji S , 1997. Kaki Diabetik,Kaitannya Dengan Neuropati


Diabetik dalam 1 Makalah Kaki Diabetik Patogenesis dan
Penatalaksanaan,Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,;
E1-16.

Gitarja, Widasari Sri. 2008. Perawatan luka diabetes. Bogor : Wocare


Indonesia

25

Anda mungkin juga menyukai