I. DEFINISI
Endometriosis adalah suatu keadaan di mana jaringan
endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum
uteri. Pada endometriosis jaringan ditemukan di luar kavum
uteri dan di luar miometrium. Endometriosis merupakan
penyakit hormonal-dependent, biasanya terjadi pada wanita
usia reproduktif. Jaringan endometrial yang ditemukan di
dalam miometrium dikenali sebagai adenomiosis.1,2
II. EPIDEMIOLOGI
Insiden
endometriosis
sulit
untuk
dinilai
karena
kurang
sensitif
untuk
penegakan
diagnosis.
laparoskopi
dan
pemeriksaan
biopsi.
Dengan
antara
prevalensi
kelompok
15-49
tahun.
endometriosis
perempuan
Pada
berkisar
infertil,
kasus
asimtomatik,
antara
2-22%.Pada
prevalensi
endometriosis
tersebut
biasanya
ditemukan
di
atas
tersering endometrium
ditemukan
dan
Ligamentum
sakro
uterina,
kavum
10.
Walaupun
sangat
jarang,
endometriosis
dapat
diketahui,
terdapat
beberapa
teori
yang
telah
dikemukakan.3
A. Teori Menstruasi Retrograd
Teori yang paling awal dan paling banyak diterima
secara meluas berhubungan dengan menstruasi retrograd
melalui tuba fallopi dengan penyebaran jaringan endometrial
bahwa
dalam
darah
haid
didapati
sel-sel
lesi
retroperitoneal
secara
limfatik.
yang
Selain
terisolasi,
itu,
diduga
kecenderungan
studi
yang
melakukan
eksperimen
untuk
jaringan
pluri
potensial
yang
bisa
mengalami
sulit
dibedakan
dengan
endometrium
yang
normal.5,6,7
Perubahan metaplasia ini dirangsang sebelumnya oleh
beberapa faktor seperti infeksi, hormonal dan rangsangan
induksi lainnya. Teori ini menarik pada kasus endometriosis
tanpa adanya menstruasi, seperti pada wanita premenarke
dan menopause, dan pada laki-laki dengan karsinoma
prostat diterapi dengan estrogen dan orchiektomi. Namun,
tidak adanya endometriosis pada jaringan lain yang berasal
dari epitel selom menentang teori ini.3
Teori
lain
mengenai
histogenesis
endometriosis
di
daerah
pelvis.
Rangsangan
ini
akan
masih
terbuka
kemungkinan
timbulnya
endometriosis
ini dapat
1999
menemukan
bahwa
epitel
permukaan
jaringan
estrogen
melalui
perifer
juga
aromatisasi
diketahui
androgen
membentuk
ovarium
dan
androstenedion
menjadi
estron
dan
estron
menjadi
dan
memiliki
hidroksisteroiddehidrogenase
kadar
tipe
yang
17
lebih
tinggi
normal
selama
fase
luteal
pada
siklus
poten di
sel stroma
endometrium.
balik
positif
terhadap
efek
estrogen
di
endometrium.3
2. Peranan sistem imun
Endometriosis dihubungkan dengan meningkatnya
inflamasi
kronik
terhadap
patogenesis
endometriosis.3
Walaupun
sebagian
besar
perempuan
pernah
perempuan
yang
berkembang
menjadi
imun
dapat
memicu
terjadinya
endometriosis.
signaling
dapat
ditemukan
pada
jaringan
meningkat
jumlahnya
pada
cavum
peritoneum
gangguan
fungsi
makrofag
(bukan
penurunan
jumlah).3
Natural killer (NK) cells adalah sel imun yang memiliki
sifat sitotoksik terhadap benda asing. Pada penderita
endometriosis, jumlah natural killer (NK) cells di cairan
peritoneum
tidak
terhambat.
berubah
Imunitas
namun
selular
aktivitasnya
juga
yang
mempengaruhi
humoral
juga
dapat
berperan
pada
Sitokin
merupakan
faktor
imun
yang
larut
dan
patogenesis
endometriosis.
Meningkatnya
kadar
non-interleukin
dan
pula
patogenesis
dengan
faktor
pertumbuhan
endometriosis.
ini
meningkat
pada
cairan
peritoneum
10
peritoneum
penderita
endometriosis.
Meskipun
peran
peran
sistem
imun
pada
pathogenesis
endometriosis.3
IV.
DIAGNOSIS
Diagnosis biasanya dibuat atas dasar anamnesis dan
pemeriksaan
fisik,
dipastikan
dengan
pemeriksaan
Douglasi
ikut
serta
dalam
endometriosis.
Pada
dan
infertilitas.
Gejala-gejala
yang
sering
11
Douglasi.
Pemeriksaan
spekulum
juga
dapat
posterior,
sebagainya,
perineum,
biopsi
dapat
parut
laparotomi,
memberikan
dan
kepastian
mengenai diagnosis.1,3
Pada
pemeriksaan
pemeriksaan
ginekologi,
vaginorektoabdominal,
khususnya
pada
ditemukan
pada
12
vaginal
swab
mungkin
diperlukan
untuk
dapat
endometriosis
kencing.
menjadi
petunjuk
tentang
pada
rektosigmoid
atau
Sigmoidoskopi
dan
sistoskopi
adanya
kandung
dapat
pada waktu
haid.1
2. Pemeriksaan Radiologi
Pembuatan foto Roentgen dengan memasukkan
barium dalam kolon dapat memberikan gambaran
dengan filling defect pada rektosigmoid dengan batas-
13
pasti
dengan
pemeriksaan
endometriosis
endometriosis
pemeriksaan
histopatologik.
pada
hanya
dapat
laparoskopi
Gambaran
pemeriksaan
laparoskopi
dan
dari
ini
14
Gambaran
klasik
endometriosis
yaitu
kista
15
16
4. Pemeriksaan Histopatologik
Gambaran mikroskopik dari endometriosis sangat
bervariasi. Lokasi yang sering ialah pada ovarium, dan
biasanya didapati pada kedua ovarium. Pada ovarium
tampak kista-kista biru kecil sampai kista besar berisi
darah tua menyerupai coklat (disebut kista coklat atau
endometrioma).1
Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit karena luka
pada dinding kista, dan dapat menyebabkan perlekatan
antara permukaan ovarium dengan uterus, sigmoid dan
dinding
mengalir
pelvis.
Kista
dalam
peritoneum
coklat
jumlah
karena
kadang-kadang
banyak
robekan
ke
dalam
dinding
dapat
rongga
kista,
dan
normal.
ligamentum
Pada
salah
sakrouterinum,
satu
kavum
atau
Douglasi,
kedua
dan
rectum
berwarna
seringkali
kebiru-biruan
ditemukan
ini.
Sebagai
benjolan
yang
akibat
dari
17
18
19
retraksi
endometrioma kecil.
b. Perlekatan minimal
juga
di
atau
sekitar
ovarium
yang
mengalami endometriosis
c. Endometriosis pada anterior atau posterior cavumDouglasi
dengan parut dan retraksi atau perlekatan tanpa implantasi di
kolon sigmoid.
3. Berat:
a. Endometriosis pada 1 atau 2 ovarium ukuran lebih dari 2x2
cm2.
b. Perlekatan1atau2ovarium/tubafallopi/cavumDouglasikaren
a endometriosis.
c. Implantasi/perlekatan usus dan/atau traktusurinarius yang
nyata.
V.
DIAGNOSIS BANDING
Adenomiosis uteri, radang pelvik dengan tumor
adneksa dapat menimbulkan kesukaran dalam diagnosis.
Pada
kelainan
di
luar
endometriosis
jarang
terdapat
20
Douglasi
dan
ligamentum
sakrouterinum.
Kombinasi
pula
ditemukan.
Endometriosis
ovarii
dapat
PENANGANAN
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan,
pengawasan saja,terapi hormonal, pembedahan dan radiasi.1
A. Pencegahan
Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara
pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejalagejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada
waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium
dalam
sarang-sarang
endometriosis.
Oleh
sebab
itu
perkawinan
hendaknya
diusahakan
supaya
21
pada
wanita
yang
lebih
muda,
yang
tidak
22
analgesik
yang
sering
digunakan
untuk
(NSAID).NSAID
menghambat
23
kecuali
jika
ada
pemberian
estrogen
eksogen.
Prinsip
endometriosis
pertama
adalah
pengobatan
hormonal
24
1. Androgen
Preparat
yang
dipakai
adalah
metiltestosteron
masih
mungkin
terjadi
ovulasi
atau
kehamilan
nyeri
dan
mengurangi
ukuran
dari
pengatur
dari
kelenjar
pituitari.
Sebagai
pada
reseptor
LHRH.
Ini
menghambat
25
seperti sakit
perubahan
mood
dan
perubahan
profil
lipoprotein.6
3. Pil Kontrasepsi Kombinasi
Pil Kontrasepsi Kombinasi (estrogen dan progestron)
dapat digunakan untuk terapi endometriosis. Obat ini
berkerja dengan cara menghambat aksis hipotalamikovarii. la menghambat hormon luteinizing (LH) dan
hormon stimulasi folikel (FSH), menghalangi ovulasi dan
menyebabkan dinding endometrium menjadi atrofi.3
Terapi standar yang dianjurkan adalah 0,03 mg
etinil estradiol dan 0,3 mg norgestrel per hari. Bila
terjadi breakthrough, dosis ditingkatkan menjadi 0,05
mg etinil estradiol dan 0,5 mg norgestrel per hari atau
maksimal
0,08
mg
etinil
estradiol
dan
0,8
mg
hari
selama
menganjurkan
6-9
minimal
bulan,
satu
bahkan
tahun
dan
ada
yang
bila
perlu
26
senyawa
progesterone
sintetik.
Progestin
danatrofipada
juga
jaringan
menghambat
endometrium.
ovulasi
dengan
dapat
menggunakan
dengan
progestogen
yang
dianjurkan
'breakthrough
bleeding',
perubahan
mood,
endometriosis
yang
tidak
segera
ingin
hamil.1,3,6
27
5. Danazol
Danazol menimbulkan keadaan asiklik, androgen
tinggi, dan estrogen rendah. Dosis yang digunakan
untuk endometriosis ringan (stadium 2) atau sedang
(stadium 3) adalah 400 mg perhari sedangkan untuk
endometriosis yang berat (stadium 4) dapat diberikan
sampai 800 mg perhari. Lama pemberian minimal 6
bulan dapat pula diberikan 12 minggu sebelum terapi
pembedahan konservatik dilakukan. Danazol memilki
efek samping berupa akne, hirsutisme, kulit berminyak,
perubahan suara, pertambahan berat badan,
edema.
Kehamilan
dan
menyusui
dan
merupakan
berfungsi
merupakan
syarat
mutlak
untuk
28
apabila
endometriosis
sudah
mengadakan
dalam
melakukan
pengobatan
cepat.
Ketiga,
ongkos
perawatan
Pembedahan
radikal
dilakukan
pada
lebih
murah.
wanita
dengan
29
VII.
PROGNOSIS
Konseling yang tepat pada penderita endometriosis
memerlukan
perhatian
pada
beberapa
aspek
penyakit
terapi
menyembuhkan,
memberikan
walaupun
perbaikan
setelah
namun
terapi
tidak
definitif,
signifikan.
Selain
itu,
setelah
terapi
konservatif,
30
lebih 10% dalam 3 tahun dan lebih 35% dalam 5 tahun. Kadar
rekurensi setelah terapi medis juga bervariasi dan dilaporkan
hampir sama dengan terapi pembedahan. Walaupun banyak
penderita
mengetahui
endometriosis
mempunyai
sifat
pada
kebanyakan
kasus.
Penyebab
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro
H.
Endometriosis.
In:
Saifuddin
AB,
Rachimhadhi T, editors, llmu Kandungan. 2 ed. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo; 2008. p. 314327.
2. Leyland N, Casper R, Laberge P, Singh SS. Endometriosis:
Diagnosis and Management. Journal of Obstetrics and
Gynaecology Canada 2012;32:4-27.
3. Schorge,
Scaffer,
Halvorson,
Hoffman,
Bradshaw,
Cunningham. Endometriosis. In: Williams Gynecology.
London: The McGraw-Hill Companies; 2008.
4. Fischer CJR. Diagnosis & Management of Endometriosis:
Pathophysiology to Practice. APGO Educational Series on
Women's Health Issues 2012:6-25.
5. D'HoogheTM, Hill JA. Endometriosis. In: Berek JS, editor.
Berek& Novak's Gynecology. 14 ed. California: Lippincott
Williams & Wilkins; 2007. p. 1138-1174.
6. Yates M, Vlahos N. Endometriosis. In: Former KB, Szymanski
LM, Fox HE, Waliach EE, editors. Johns Hopkins Manual of
Gynecology and Obstetrics. 3 ed. Maryland: Lippincott
Williams & Wilkins; 2007. p. 403-411.
7. Kennedy S, Koninckx P. Endometriosis. In: Edmons DK,
editor. Dewhurst's Textbook of Obstetrics &Gynaecology. 7
ed. London: Blackwell Publishing; 2007. p. 430-439.
8. Lobo RA. Endometriosis. In: Katz VL, Lentz GM, Lobo RA,
Gershenson DM, editors. Comprehensive Gynecology. 5 ed.
Philadelphia: Mosby; 2007.
9. SofoewanMS. Endometrium dan Desidua. In: Saifuddin AB,
Rachimhadhi T, editors, llmu Kebidanan. 3 ed. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo; 2008. p. 130138.
10.AghajanianP. Endometriosis. In: DeCherney AH, Nathan L,
Goodwin TM, Laufer N, editors. Current Diagnosis &
Treatment Obstetrics & Gynecology. 10 ed. United States of
America: The McGraw-Hill Companies; 2006.
11. Schenken RS. Endometriosis. In: Gibbs RS, Karlan BY,
Haney AF, Nygaard IE, editors. Danforth's Obstetrics and
Gynecology. California: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
p. 717-724p.
32