Anda di halaman 1dari 4

ABSES PARU

GAMBARAN KLINIS

Onset dapat berjalan lambat atau mendadak/akut. Disebut abses akut


apabila terjadi < 4-6 minggu. Riwayat perjalanan penyakit 1-3 minggu
dengan gejala awal badan terasa lemah, tidak nafsu makan, penurunan BB,
batuk kering, keringat malam, demam intermitten dengan suhu mencapai
>39,4oC disertai menggigil. Setelah beberapa hari dahak dapat menjadi
purulen dan bisa mengandung darah.

Terkadang belum curiga adanya abses paru sampai abses menembus


bronkus dan mengeluarkan banyak sputum dalam beberapa jam sampai
beberapa hari yang dapat mengadung jaringan pleura yang mengalami
ganggren. Sputum bau amis dan berwarna anchovy menunjukkan
penyebabnya bakteri anaerob, disebut putrid abscess. Bila terdapat nyeri
dada menunjukkan keterlibatan pleura. Batuk darah bias dijumpai, biasanya
ringan tetapi ada yang masif.

Pemeriksaan fisik yang ditemukan adalah suhu badan meningkat sampai


40oC. Pada paru dapat ditemukan kelainan seperti nyeri tekan local, pada
daerah terbatas perkusi terdengar redup dan suara nafas bronchial. BIla
abses luas dan dekat dengan dinding dada kadang-kadang terdengar suara
amforik. Biasanya juga akan terdengar suara ronchi.

Bila abses paru terletak dekat dengan pleura dan pecah akan terjadi
piotoraks sehingga pada pemeriksaan fisik ditemukan pergerakan dinding
dada tertinggal pada tempat lesi, fremitus vocal menghilang, perkusi redup /
pekak, bunyi nafas menghilang dan terdapat tanda-tanda pendorongan
mediastinum terutama jantung kea rah kontra lateral lesi.

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium
o Leukosit 10.000-30.000/mm3
o HJ bergeser ke kiri dan sel PMN terutama neutrofil immature
o Pemeriksaan dahak dari aspirasi transtrakeal, transthorakalatau bilasan/sikatan
bronkus untuk menemukan mikroorganisme penyebab abses
Bronkoskopi
Radiologi

o Foto dada PA dan lateral sangat membantu untuk melihat lokasi lesi dan bentuk
abses paru. Pada hari-hari pertama penyakit, foto dada hanya menunjukkan
gambaran opak dari satu atau lebih segmen paru, atau hanya berupa gambaran
densitas homogen yang berbentuk bulat. Kemudian akan ditemukan gambaran
radiolusen dalam bayangan infiltrate yang padat. Selanjutnya bila abses tersebut
mengalami rupture sehingga terjadi drainase abses yang tidak sempurna, maka
baru aakn tampak kavitas irregular dengan batas cairan dan permukaan udara (air
fluid level) di dalamnya. Sepertiga kasus abses paru bias disertai dengan
empiema.
o CT scan bias menunjukkan tempat lesi yang menyebabkan obstruksi
endobronkial, dan gambaran abses tampak seperti masa bulat dalam paru dengan
kavitas sentral. CT scan juga dapat menunjukkan lokasi abses dalam parenkim
yang bisa membedakannya dari empiema.
o Diagnosis banding dari kavitas paru yang bukan abses paru, antara lain:
Penyebab infeksi: tuberculosis, bulla infeksi, emboli septic
Penyebab bukan infeksi: kavitas karena keganasan, nodul reumatoid,
sarkoidosis, infark paru, vaskulitis
Penatalaksaan

Istirahat yang cukup. Posisi berbaring pasien hendaknya miring dengan paru
yang terkena abses berada di atas supaya gravitasi drainase lebih baik. BIla
segmen superior lobus bawah yang terkena hendaknya bagian

Antibiotik

Klindamisin mula-mula dosis 3 x 600mg IV, kemudian 4 x 300mg oral /


hari

Penicillin G 2-10juta U/hari, Penicillin oral500-750mg/hari

Kombinasi Penicilin 12-18 jutaunit/hari dan metronidazol 2gram/hari


dengan dosis terbagi selama 10 hari.

Klindamisin + Penicilin atau Klindamisin + Cephalosporin

Bronkoskopi mempunyai peranan penting untuk kasus yang dicurigai


karsinoma bronkus atau lesi obstrukstif. Dapat juga dilakukan aspirasi dan
pengosongan abses yang tidak mengalami drainase adekuat, serta
diberikannya antibiotic melalui bronkus langsung ke lokasi abses.

Drainase dilakukan bila tidak merespon dengan antibiotika atau kavitas besar
untuk mencegah kontaminasi rongga oleura.

Tindakan operatif diperlukan pada <10-20% kasus. Indikasi operasi, antara


lain:

Abses paru yang tidak mengalami perbaikan

Komplikasi: empiema, hemoptisis massif, fistula bronkopleura

Pengobatan penyakit yang mendasari: karsinoma obstruksi primer /


metastasis, pengeluaran benda asing, bronkiektasis, gangguan
motilitas gastroesophageal, malformasi atau kelainan kongenital

Komplikasi local meliputi penyebaran infeksi melalui aspirasi lewat bronkus atau
penyebaran langsung melalui jaringan sekitarnya. Abses paru drainase kurang baik
bias mengalami ruptur ke segmen sekitar, sedang yang rupture kerongga pleura
menjadi empiema. KOmplikasi lainnya berupa abses otak, hemoptisis massif, ruptur
pleura visceralis hingga terjadi piopneumotoraks dan fistula bronkopleura. Abses
paru kronik bias meyebabkan anemia, malnutrisi, kaheksia, gangguan cairan dan
elektrolit.

Pencegahan

Menjaga kebersihan mulut. Kebersihan mulut yang jelek dan penyakitpenyakit periodontal bias menyebabkan kolonisasi bakteri pathogen orofaring
yang akan menyebabkan infeksi saluran nafas sampai abses paru.

Mengobati setiap infeksi paru akut sebaik mungkin terutama jika ada factor
yang memudahkan terjadinya aspirasi seperti pasien manula yang dirawat di
rumah, batuk yang disertai muntah, kesadaran menurun, pasien yang
memakai ventilasi mekanik.

Prognosis

Angka mortalitas pasien abses paru anaerob 10% dan kira-kira 10-15%
memerlukan operasi.

Faktor-faktor yang membuat prognosis buruk:

Kavitas besar

Immunocompromised

Usia tua

Empiema

Nekrosis paru progresif

Lesi obstruktif

Abses paru yang belum mendapat pengobatan dalam jangka waktu


lama

Angka mortalitas pada pasien-pasien di atas bias mencapai 75% dan bila
sembuh maka angka kekambuhannya tinggi.

Anda mungkin juga menyukai