Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

AKNE VULGARIS
Caixar Agus Sudharmono, S.Ked
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Raden Mattaher Jambi
Fakultas Kedokteran Universitas Jambi

BAB I
PENDAHULUAN
Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang
ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, dan kista. Predileksi akne
vulgaris pada daerah-daerah wajah, bahu bagian atas, dada, dan punggung.1
Akne pada pada dasarnya merupakan penyakit pada remaja, dengan
85% terjadi pada remaja dengan beberapa derajat keparahan. Dimana
didapatkan frekuensi yang lebih besar pada usia antara 15-18 tahun pada
kedua jenis kelamin. Pada umumnya, involusi penyakit terjadi sebelum usia 25
tahun.2
Akne vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang
pasti belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat
menyebabkan, antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic
factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor psikis,
pengaruh musim, infeksi bakteri (Propionibacterium aknes), kosmetika, dan
bahan kimia lainnya.3
Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne
yakni, peningkatan sekresi sebum, adanya keratinisasi folikel, bakteri, dan
peradangan (inflamasi).2,3

Tidak terdapat sistem grading yang seragam dan terstandarisasi untuk


beratnya akne yang diderita. Akne pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan
tipe (komedoal/papular, pustular/noduokistik) dan atau beratnya penyakit
( ringan/sedang/sedang-berat/berat). Lesi kulit dapat digambarkan sebagai
inflamasi dan non-inflamasi.4
Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan tes laboratorium. Diagnosis banding akne vulgaris
antara lain erupsi akneiformis, rosasea, dan dermatitis perioral.2
Penatalaksanaan akne vulgaris berupa terapi sistemik, topikal, fisik,
dan diet. Pada umumnya prognosis dari akne ini cukup baik, pengobatan
sebaiknya dimulai pada awal onset munculnya akne dan cukup agresif untuk
menghindari sekuele yang bersifat permanen.2,4

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1

2.2

Identitas Pasien
Tanggal

: 10 Januari 2015

Nama

: Ari Firmansyah

Umur

: 17 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Alamat

: Kenali Besar rt 15

Suku/Bangsa

: Melayu / Indonesia

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Belum menikah

Pekerjaan saat ini

: Mahasiswa

Jam : 11.10 WIB

Anamneis : Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 10 Januari 2015


Keluhan Utama
Bintil Bintil kemerahan di sertai nanah pada wajah sejak 1 bulan
yang lalu.
Keluhan Tambahan : (-)
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merasakan Keluhan awal nya sejak 3 tahun yang lalu,
keluhan berupa bintil bintil merah pada daerah wajah, kemudian keluhan
tersebut bertambah berat sejak 6 bulan yang lalu. 1 bulan yang lalu
keluhan semakin bertambah hingga ke punggung disertai nanah pada bintilbintil tersebut. Setelah itu wajah dirasakan cepat berminyak walau tidak
melakukan aktifitas berat.

Pasien juga menerangkan bahwa pasien tidak pernah menggunakan


kosmetik ataupun mengkonsumsi obat-obatan dan hanya menggunakan sabun
wajah untuk membersihkan wajahnya dua kali dalam satu hari. Selain itu pasien
mengaku sering begadang dan menggunakan motor tanpa menggunakan
pelindung muka, Selain itu pasien juga mengatakan sering makan pedas dan
goreng gorengan.
Karena merasa keluhan tersebut tidak membaik, maka pasien akhirnya
memutuskan untuk berobat ke poli kulit dan kelamin RSUD Raden Mattaher
Jambi pada tanggal 10 Januari 2015.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki keluhan penyakit kulit maupun penyakit
lainya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Os mengaku tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama
dengan pasien
2.3

Pemeriksaan Fisik

2.3.1 Status Generalis


Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Kompos Mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg


Nadi

: 80x/i

Pernafasan

: 16x/i

Suhu

: Afebris

Kepala
Bentuk
Mata

:
: Normochepali
: Konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-).
Pupil isokor kiri kanan
4

Hidung

: Septum deviasi (-), sekret (-)

Mulut

: Bibir kering (-),


dinding faring hiperemis (-)

Telinga

: Normal, tanda radang (-)

Leher

: Pembesaran kelenjar getah bening (-)


Peningkatan JVP (-)

Thoraks

Inspeksi

: Bentuk normal, gerak nafas kedua dada

Simetris,
lesi kulit (-)
Palpasi

: Vokal fremitus (+/+) simetris

Perkusi

: Sonor dikedua paru

Auskultasi

Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru

: SN vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Abdomen

Inspeksi

: Datar, tampak lesi kulit

Palpasi

: Hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Ekstremitas Superior

: akral hangat, oedem (-), sianosis (-)

Ekstermitas Inferior

: akral hangat, oedem (-), sianosis (-)

Genitalia

: tidak dilakukan pemeriksaan secara langsung

2.3.2 Status Dermatologis

Gambar1.Regio fasialis

Regio fasialis
a.Papul eritem, multiple, bulat, ukuran 0,1-0,3 cm, bulat, sirkumskripta,
diskret
b. Pustul eritem, soliter, ukuran 0,2 cm, bentuk bulat, sirkumkripta, diskret
Regio labialis superior
c.Papul eritem, multiple, bulat, ukuran 0,1 cm ,bulat, sirkumkripta, diskret

a
b

Gambar 2. Regio zigomatica dektra dan bucalis dektra

Regio zigomatica dektra dan bucalis dektra


a. Papul eritem, multiple, ukuran 0,1-0,2 cm, bentuk bulat, sirkumkripta,
diskret
b. Pustul eritem, soliter, ukuran 0,2 cm, bentuk bulat, sirkumkripta, diskret
c. Komedo tertutup, multiple, milier, sirkumkripta, diskret
d. Sikatrik, atrofik, multiple
c

b
d

Gambar 3 Regio zigomatica dektra dan bucalis dektra


Regio zigomatica sinestra dan bucalis dektra
a. Papul eritem, multiple, ukuran 0,1-0,2 cm, bentuk bulat, sirkumkripta,
diskret
b. Pustul eritem, soliter, ukuran
0,2 cm, bentuk bulat,
sirkumkripta, diskret
c. Komedo tertutup, multiple,
milier, sirkumkripta, diskret
d. Sikatrik, atrofik, multiple

a
b

Gambar 4 Regio mentalis


Regio Mentalis
a. Papul eritem, multiple, ukuran 0,1-0,2 cm, bulat, sirkumkripta, diskret
b. Pustul eritem, soliter, ukuran 0,1 cm, bulat, sirkumkripta, diskret

Regio Nasalis
a.Komedob tertutup, multiple, milier, sirkumkripta diskret
b.Komedo terbuka, multiple, milier, sirkumkripta, diskret

Gambar 5 Regio Nasalis

b
a

Gambar 6 Regio Vertebralis dan Scapularis


Regio Vertebralis

a. Papul eritem, multiple, ukuran 0,1-0,3cm, bentuk bulat, sirkumkripta,


diskret.
Regio Scapularis
b. Pustul eritem, soliter, ukuran 0,1 cm, bulat, sirkumkripta, diskret
2.3 Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan ekskohliasi sebum, yaitu yaitu pengeluaran sumbatan sebum
dengan ekstraktor komedo. Sebum yang menyumbat folikel tampak
sebagai masa padat seperti lilin atau masa yang lebih lunak bagai nasi
yang ujungnya kadang berwarna hitam.
b. Pemeriksaan histopatologis ditemukan adanya serbukan sel radang
disekitar folikel pilosebasea dengan masa sebum dalam folikel. Pada kista
radang sudah diganti dengan jaringan ikat pembatas masa cair sebum yang
bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas.
c. Pemeriksaan mikrobiologi terhadap jasad renik yang mempunyai peran
pada etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan di laboratorium
mikrobiologi yang lengkap. Untuk pemeriksaan susunan kadar lipid
permukaan kulit dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne
vulgaris kadar asam lemak bebas meningkat dan karena itu pada
pencegahan digunakan obat untuk menurunkannya.
Pada pasien ini disarankan dilakukan pemeriksaan mikrobiologi gram
positif, dikarenakan propionibacterium acnes merupakan bakteri gram positif.
Propionibacterium acne mempertahankan zat warna metal ungu sewaktu
proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di
bawah mikroskop.
2.4

Resume

Seorang laki-laki usia 17 tahun, bertempat tinggal di Kenali Besar RT 15,


datang ke Poli Kulit RSUD Raden Mattaher Jambi dengan Bintil-bintil merah
disertai nanah pada wajah sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya 3 tahun yang
lalu muncul bintil bintil merah diwajah, di pipi kanan dan kemudian timbul lagi
di bagian wajah yang lain, bintil kadang berisi cairan, tidak terasa gatal, pasien
merasa risih dan sering memegang dan memencet sendiri bintil tersebut. Pasien
juga menerangkan bahwa pasien tidak pernah menggunakan kosmetik maupun
mengkonsusmsi obat-obatan dan hanya mencoba menggunakan sabun pencuci
muka untuk membersihkan wajahnya dua kali sehari dan pasien pakai sabun
tersebut hingga saat datang ke RSUD Raden Mataher , karena merasa tidak ada
perubahan, kulitnya terasa semakin berminyak, pasien juga mengeluhkan bintil
semakin banyak dan keluhan tidak berkurang. Pasien juga mengeluhkan bintil
bintil juga tumbuh di punggung, tidak terasa gatal. Saat ini pasien sibuk kuliah,
dan sehari hari pasien berangkat ke kampus menggunakan motor tanpa
menggunakan pelindung wajah, pasien mengatakan sering begadang dengan
teman temannya. Selain itu pasien juga mengatakan sering makan pedas dan
goreng gorengan. .
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal.
Status dermatologis: pada regio fasialis : papul eritem multiple,ukuran milier
hingga letikuler berbentuk bulat sirkumskripta, diskret dan sikatrik atrofik
multiple pustul eritem, soliter, ukuran milier, berbentuk bulat, sirkumkripta,
diskret regio labialis superior: papul eritem ukuran milier berbentuk bulat
sirkumkripta, diskret. Regio zigomatica dektra dan bucalis dektra : papul eritem
multiple, ukuran milier, berbentuk bulat, sirkumkripta, diskret, pustul eritem,
soliter, ukuran milier, berbentuk bulat, sirkumkripta, diskret, dan Komedo
tertutup multiple, ukuran milier, berbentuk bulat, sirkumkripta diskret. Regio
zigomatic Sinestra dan bucalis Sinestra: papul eritem multiple, ukuran milier,
berbentuk bulat, sirkumkripta, diskret, pustul eritem, soliter, ukuran milier,
berbentuk bulat, sirkumkripta, diskret, dan Komedo tertutup multiple, ukuran
milier, berbentuk bulat, sirkumkripta diskret. Regio mentalis : Papul, eritem,
ukuran milier, sirkumkripta,diskret, dan pustul eritem, soliter, ukuran milier,
berbentuk bulat, sirkumkripta, diskret. Regio nasalis:.Komedo tertutup dan
10

terbuka multiple milier, sirkumkripta diskret. Regio Vertebralis : papul eritem


multiple, milier, sirkumkripta, diskret. Regio Scapularis Sinistra : pustul eritem,
soliter, ukuran milier, berbentuk bulat, sirkumkripta, diskret.
2.5 Diagnosis Banding
- Akne vulgaris
- Erupsi Akneiformis
- Akne Venenata

2.6 Diagnosis Kerja


Akne Vulgaris

2.7 PENATALAKSANAAN
Preventif
-

Melakukan perawatan pembersihan kulit wajah untuk membersihkan

kulit dari kotoran dan jasad renik.


Menghindari faktor pemicu seperti hidup teratur dan sehat, istirahat
yang cukup, olah raga teratur, hindari stres, hindari penggunaan
kosmetik yang berlebihan, hindari makanan pedas, menghindari

debu, dan pemencetan jerawat yang tidak lege artis.


Berikan informasi kepada pasien mengenai penyebab penyakit,
pencegahan, dan cara pengobatan serta lamanya pengobatan.

Kuratif
-

Topikal dengan benzoil peroksida


Sistemik dengan tetrasiklin 250 mg per hari

2.9 Prognosa :
-

Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam

: Bonam
: Bonam
: Bonam

11

BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien bernama Tn Ari Firmansyah, umur 17 tahun dengan
keluhan bintil-bintil merah yang disertai nanah pada wajah sejak 1 bulan yang
lalu. Pasien ini didiagnosis akne vulgaris berdasarkan hasil dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis 3 tahun yang lalu timbul bintil- bintil merah diwajah
pasien, Bintil merah tersebut tidak hanya timbul di wajah saja, timbul juga di daerah
lain seperti pada bahu atas dan punggung
Ini sesuai dengan penjelasan pada akne vulgaris yang merupakan penyakit
peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja
dan dapat sembuh sendiri. Insidensi umumnya terjadi pada usia 14-17 pada wanita
dan 16-19 tahun pada pria. Pada wanita akne vulgaris dapat menetap sampai usia 30an atau bahkan lebih. Akne vulgaris mungkin juga. Predileksi akne yaitu pada muka,
bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas, dan kadang-kadang glutea juga
terkena.1
Lesi yang muncul pada pasien ini berbagai macam lesi, berupa komedo
hitam dan putih, papul, pustul , nodus dan sikatrik. Ini sesuai dengan gambaran
klinis akne vulgaris berupa lesi yang polimorfik seperti komedo, papul,pustul,
nodus, dan jaringan parut.1
Lesi yang muncul dapat berupa lesi noninflamasi berupa komedo tertutup
maupun komedo terbuka. Dan lesi inflamatori berupa papul, pustul, nodul, dan kista.

12

Lesi tersebut biasanya sering muncul di wajah dan tubuh bagian atas walaupun pada
keadaan normal hal tersebut merupakan hal yang biasa tetapi pada akne terjadi
produksi sebum yang berlebihan.2,3
Pada pasien ini lesi yang ditemukan ada lesi inflamasi berupa papul dan
pustul dan lesi noninflamatori berupa komedo terbuka dan tertutup.2

Meskipun etiologi dari penyakit ini masih belum diketahui, namun terdapat
berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit akne vulgaris1:
1

Perubahan pola keratinisasi dalam folikel yang biasanya berlangsung


longgar berubah menjadi padat sehingga sukar lepas dari saluran folikel

tersebut.
Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan unsur

komedogenik dan inlamatogenik penyebab terbentuknya lesi akne.


Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses inflasi
folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting

pada

patogenesis penyakit.
Peningkatan jumlah flora folikel (P.Acne) yang berperan pada proses
kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi

lipid sebum.
Terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies

yang memperberat akne.


Peningkatan kadar hormon

androgen,

anabolik,

kortikosteroid,

gonadotropin serta ACTH yang mungkin menjadi faktor pending pada


7

kegiatan kelenjar sebasea.


Terjadinya stress psikis yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea,
baik secara langsung maupun melalui rangsangan terhadap kelenjar

hipofise.
Faktor lain: usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tidak
langsung dapat memicu peningkatan proses patogenesis tersebut.

Pada pasien in didapatkan faktor yang berkaitan dengan patogenesis akne


vulgaris adalah:

13

1
2
3

Produksi sebum karena wajah os sering berminyak walau tidak


melakukan aktifitas berat.
Peningkatan kadar hormon dalam tubuh karen pasien ini berusia 17 tahun
dan dalam masa pubertas.
Selain itu pasien juga sering begadang dan mengkonsumsi makanan yang
pedas dan berminyak seperti gorengan, dan sering berkendara naik motor
tanpa menggunakan pelindung wajah.

Usia, ras,
familial,
cuaca

hormonal

Keratinisasi

Stres

Kelenjar

Abnormal

Asam
lemak
bebas

palit

Kental

Sumbatan
komedo

lipase

Sumbatan
Kemotaktik

Flora

komedo

meningkat

meningka

Papul,
pustul,
nodus,
kista

Respon
hospes

Jaringan parut
hiperpigment
asi

Bagan1. Etiopatogenesis akne1


Dari keseluruhan etiologi tersebut penyebab akne pada pasien diduga diduga
karena riwayat keluarga/familial, karena kakak pasien juga mengalami hal yang
sama pada wajahnya, faktor suka memakan makanan yang berminyak, yang bisa
mempengaruhi peningkatan produksi sebum, juga mengalami stres psikis
kemungkinan dari tugas perkuliahan yang banyak..
14

Menurut FKUI/RSUPN Dr. Cipto mangunkusumo membuat gradasi akne


vulgaris sebagai berikut:1
A. Ringan bila:
- Beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi
- Sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi
- Sedikit lesi beradang pada 1 predileksi
B. Sedang bila:
- Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi
- Beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi
- Beberapa lesi beradang pada 1 predileksi
- Sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi
C. Berat bila:
- Banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi
- Banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi
Catatan :

sedikit < 5 lesi, beberapa 5-10 lesi, banyak > 10 lesi

Tak beradang : komedo putih, komedo hitam, papul


Beradang

: pustul, nodus, kista

Pada kasus ini pasien mengalami akne vulgaris derajat sedang karena
terdapat banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi, beberapa lesi tak beradang pada
lebih dari 1 predileksi,pada pasien ini yaitu papul dan sedikit lesi beradang yaitu
pustul. untuk predileksi akne pada pasien ini pada wajah dan punggung
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang, dari anamnesis didapatkan pasien seorang laki-laki usia 17
tahun, bertempat tinggal di Kenali Besar RT 15, datang ke Poli Kulit RSUD Raden
Mattaher Jambi dengan Bintil-bintil merah disertai nanah pada wajah sejak 1
bulan yang lalu. Awalnya 3 tahun yang lalu muncul bintil bintil merah diwajah, di
pipi kanan dan kemudian timbul lagi di bagian wajah yang lain, bintil kadang berisi
cairan, tidak terasa gatal, pasien merasa risih dan sering memegang dan memencet
sendiri bintil tersebut. Pasien juga menerangkan bahwa pasien tidak pernah
menggunakan kosmetik dan hanya menggunakan sabun pencuci muka untuk
membersihkan wajahnya duakali sehari dan pasien memakai sabun tersebut hingga
saat dating ke RSUD Raden Mataher , pasien merasa tidak ada perubahan, kulitnya
terasa semakin berminyak, pasien juga mengeluhkan bintil semakin banyak dan
keluhan tidak berkurang. Pasien juga mengeluhkan bintil bintil juga tumbuh di

15

punggung, tidak terasa gatal. Saat ini pasien sibuk kuliah, dan sehari hari pasien
berangkat ke kampus menggunakan motor tanpa menggunakan pelindung wajah,
pasien mengatakan sering begadang dengan teman temannya. Selain itu pasien juga
mengatakan sering makan pedas dan goreng gorengan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal.
Status dermatologis: pada regio fasialis : papul eritem multiple,ukuran milier hingga
letikuler berbentuk bulat sirkumskripta, diskret dan sikatrik atrofik multiple pustul
eritem, soliter, ukuran milier, berbentuk bulat, sirkumkripta, diskret regio labialis
superior: papul eritem ukuran milier berbentuk bulat sirkumkripta, diskret. Regio
zigomatica dektra dan bucalis dektra : papul eritem multiple, ukuran milier,
berbentuk bulat, sirkumkripta, diskret, pustul eritem, soliter, ukuran milier,
berbentuk bulat, sirkumkripta, diskret, dan Komedo tertutup multiple, ukuran milier,
berbentuk bulat, sirkumkripta diskret. Regio zigomatic Sinestra dan bucalis Sinestra:
papul eritem multiple, ukuran milier, berbentuk bulat, sirkumkripta, diskret, pustul
eritem, soliter, ukuran milier, berbentuk bulat, sirkumkripta, diskret, dan Komedo
tertutup multiple, ukuran milier, berbentuk bulat, sirkumkripta diskret. Regio
mentalis : Papul, eritem, ukuran milier, sirkumkripta,diskret, dan pustul eritem,
soliter, ukuran milier, berbentuk bulat, sirkumkripta, diskret. Regio nasalis:.Komedo
tertutup dan terbuka multiple milier, sirkumkripta diskret. Regio Vertebralis : papul
eritem multiple, milier, sirkumkripta, diskret. Regio Scapularis Sinistra : pustul
eritem, soliter, ukuran milier, berbentuk bulat, sirkumkripta, diskret.
Pemeriksaan klinis dilakukan oleh dokter dengan menggunakan penerangan
yang cukup agar bisa menilai secara optimal tipe tipe lesinya. Black dan white
komedo, papul, pustul, nodul dan sikatrik sulit dinilai, karena itu dokter perlu
meregangkan kulit pasien dengan lege artis, memberi penyinaran dari sudut yang
berbeda sehingga white comedo dapat dilihat, Ini penting terutama pada individu
yang berkulit gelap.7
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
a. Pemeriksaan ekskohliasi sebum, yaitu yaitu pengeluaran sumbatan sebum
dengan ekstraktor komedo. Sebum yang menyumbat folikel tampak

16

sebagai masa padat seperti lilin atau masa yang lebih lunak bagai nasi
yang ujungnya kadang berwarna hitam.1,2,4
b. Pemeriksaan histopatologis ditemukan adanya serbukan sel radang
disekitar folikel pilosebasea dengan masa sebum dalam folikel. Pada kista
radang sudah diganti dengan jaringan ikat pembatas masa cair sebum yang
bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas.5,6
c. Pemeriksaan mikrobiologi terhadap jasad renik yang mempunyai peran
pada etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan di laboratorium
mikrobiologi yang lengkap. Untuk pemeriksaan susunan kadar lipid
permukaan kulit dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne
vulgaris kadar asam lemak bebas meningkat dan karena itu pada
pencegahan digunakan obat untuk menurunkannya.7
Pada pasien ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan mikrobiologi gram positif,
dikarenakan propionibacterium acnes merupakan bakteri gram positif.
Propionibacterium acne mempertahankan zat warna metal ungu sewaktu proses
pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah
mikroskop 8.

Pewarnaan bakteri gram positif 9

17

Diagnosis banding akne vulgaris:


1

Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh induksi obat, misalnya


kortikosteroid, INH, barbiturat, bromida, yodida, difenil hidantoin,
trimetadion, ACTH, dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulo pustul

mendadak tanpa adanya komedo hampir diseluruh permukaan tubuh.


Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Umumnya lesi
monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat
predileksi ditempat lokasi kontak dengan zat kimia atau rangsang fisisnya.
Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi pencegahan terjadinya erupsi dan

menghilangkan akne. Keduanya harus dilakukan bersamaan karena akne merupakan


penyakit multifaktorial baik dari faktor internal maupun eksternal. Yang mungkin
masih dapat dihindari oleh penderita. Untuk gradasi ringan hanya diberikan obatobatan topikal dan gradasi sedang sampai berat diberikan obat-obatan topikal dan
sistemik.1,4
Pencegahan:
-

Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum.


Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya akne.
Memberikan informasi yang cukup pada pasien tentang penyakitnya.

Pengobatan :
-

Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah terbentuknya komedo,

menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi.


Pengobatan sistemik dilakukan untuk menekan aktifitas jasad renik
disamping itu dapat juga untuk mengurangi reaksi radang, menekan
produksi sebum dan mempengaruhikeseimbangan hormonal.

Bedah kulit:
-

Bedah kulit dilakukan untuk memperbaiki jaringan parut akibat akne


vulgaris meradang yang berat baik yang hipertrofik maupun
hipotrofik.
Pada pasien ini telah diberikan edukasi tentang pencegahan dan
informasi mengenai penyakit, pengobatan, dan prognosis.
18

Ada beberapa pendekatan terapi untuk Akne Vulgaris 10


Tingkat Keparahan
Jerawat: Gejala Klinis
Ringan:

Lini Pertama

Pilihan Terapi
Lini Kedua

Retinoid topikal

Komedo
Papul/pustul

Asam salisilat
Retinoid topikal

-Retinoid topikal

Antimikroba topikal:

ditambah antimikroba

Sedang:
Papul/pustul

Retinoid topikal

Benzoil peroksida
Clindamycin
Erythromicin

- Asam salisilat

Antibiotik Oral
Tetracyclin
Erythromicin
Trimethroprimsulfamethoxazole
Retinoid Topikal
Benzoil peroxide

Antibiotik oral
alternatif
Retinoid oral alternatif
Benzoil peroxide

Antibiotik Oral
Retinoid Topikal
Benzoil peroxida
Nodular
Isotretinoin Oral
Antibiotik oral
Retinoid topikal
Benzoil peroxide
Berat

Isotretinoin oral

Antibiotika Dosis
tinggi
Retinoid topikal
sebagai terapi
maintenance
Benzoil peroxide

19

Pengobatan yang diterapkan pada pasien ini yaitu dengan menggunakan


benzoil peroksida 2.5% Yang digunakan 2 kali sehari. Dan untuk pengobatan
sistemik diberikan tetrasiklin 250 mg/hari.
Benzoil peroksida merupakan bahan iritan yang dapat mengelupas kulit
(peeling) sehingga dengan pemberian benzoil peroksida diharapkan kulit dapat
terkelupas dan pori-pori kulit dapat terbuka. Dengan demikian oksigen dapat masuk
dan dapat menghilangkan bakteri porpionibacter acne yang merupakan bakteri
anaerob.
Terapi sistemik yang diberikan pada pasien ini adalah antibiotik Tetrasiklin
250mg/hari. Pemberian obat ini bertujuan untuk menghambat sintesis protein pada
ribosomnya sehingga menghalangi perkembang biakan mikroba. Selain itu
tetrasiklin merupakan anti mikroba yang bersifat bakteriotoksik dan memiliki kerja
spektrum luas. Dengan demikian dengan pemberian tetrasiklin dapat bermanfaat
untuk menghilangkan bakteri aerob dan anaerob baik gram positif maupun negatif.
Prognosis umumnya baik dan akne vulgaris biasanya sembuh sebelum
mencapai usia 30-40 tahun. Jarang akne vulgaris yang menetap sampai tua atau
mencapai gradasi yang sangat berat sehingga perlu dirawat inap di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut pada pasien ini dilakukan rawat jalan

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Wasitaatmaja Siarif. Akne. Erupsi Akneiformis. Rosasea, Rinofima. Dalam :
Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke-6. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2013. Hal. 259-253
2. Burns Tony. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosacea. Dalam : Dermatologi. Edisi
ke 8 Jakarta : Erlangga. 2005. Hal 55-62.
3. Mayo Clinic Staff. Disease and Condition Acne. 2011 (Diakses 11 Januari
2014) http://www.mayoclinic.org/disease-ditions/acne/basics/symptoms/con20020580
4. Orin M Goldblum. Treatment of Akne Vulgaris.2003 (Diakses 11 Januari
2015). http://www.medscape.com/viewarticle/4618242
5. Landow R. Kenneth. Kapita Selekta Terapi Dermatologik. Jakarta: EGC;
1994. H.1-8.
6. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000. H.35-45.
7. Baumann L. Cosmetic Dermatology (Principles and Practice). New York:
McGraw-Hill; 2009. H.55-61.
8. Tjekyan RMS. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Media Medika
Indonesiana. 2008. Vol 43.
9. Wasitaatmadja SM, Sugito TL. Dermatologi Kosmetik. Jakarta: PD Perdoski.
H.85-103.
10. Wasitaatmadja S. Pengobatan Mutakhir Dermatologi Pada Anak dan Remaja.
Jakarta: FKUI. H.70-80.

21

11. Wood MJ. Acne. In: Farar WE, Wood MJ, Innes JA, Hugh T. Infectious
Disease. Times Mirror International Publisher Ltd. Copyright 1995. On
CD-ROM.

22

Anda mungkin juga menyukai