dengan bantuan negara lain atau badan pemeriksa yang netral atau tidak memihak,
atau dengan bantuan Komite Penasihat.
7. Enquiry atau Penyelidikan
Enquiry atau penyelidikan adalah suatu proses penemuan fakta oleh suatu tim
penyelidik yang netral. Prosedur ini dimaksudkan untuk menyelesaikan sengketa
yang timbul karena perbedaan pendapat mengenai fakta, bukan untuk
permasalahan yang bersifat hukum murni. Hal ini karena fakta yang mendasari
suatu sengketa sering dipermasalahkan.
8. Penyelesaian di bawah Naungan Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Penyelesaian ini diatur dalam pasal 2 piagam PBB. Para anggota PBB berjanji untuk
menyelesaikan persengketaan-persengketaan tanpa melalui kekerasan atau perang.
Tanggung jawab diserahkan kepada Majelis Umum dan Dewan Keamanan. Majelis
Umum diberi wewenang merekomendasikan tindakantindakan untuk penyelesaian
damai atas suatu keadaan yang dapat mengganggu kesejahteraan umum atau
hubungan-hubungan persahabatan di antara bangsabangsa. Dewan Keamanan
bertindak mengenai beberapa hal, yakni persengketaan yang dapat
membahayakan perdamaian dan keamanan internasional, peristiwa yang
mengancam perdamaian, melanggar perdamaian, dan tindakan penyerangan
(agresi).
3. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai melalui Pengadilan (Hukum)
Penyelesaian sengketa secara hukum dapat dilakukan melalui arbitrase dan
pengadilan internasional seperti berikut.
1. Arbitrase Internasional
Penyelesaian sengketa internasional melalui arbitrase internasional adalah
pengajuan sengketa internasional kepada arbitrator (wasit) yang dipilih secara
bebas oleh para pihak, untuk memberi keputusan dengan tidak harus terlalu
terpaku pada pertimbangan-pertimbangan hukum. Keputusan arbitrase dapat
didasarkan pada kepantasan dan kebaikan.
2. Pengadilan Internasional (Mahkamah Internasional)
Dalam masyarakat internasional, satu-satunya cara penyelesaian sengketa atau
kasus internasional melalui pengadilan adalah mengajukan sengketa ke Mahkamah
Internasional (International Court of Justice). Anggota masyarakat internasional
jarang sekali menempuh proses ini.
4. Jelaskan proses/prosedur penyelesaian sengketa internasional melalui MI!
Jawab :
Mekanisme Persidangan (Proses Beracara) Mahkamah Internasional
Secara umum, mekanisme persidangan MI dibedakan menjadi dua, yaitu
mekanisme normal dan mekanisme khusus.
Mekanisme Normal :
1. Penyerahan perjanjian khusus yng berisi tdentitas para pihak dan pokok
persoalan sengketa.
2. Pembelaan tertulis, berisi fakta, hukum yang relevan, tambahan fakta baru,
penilakan atas fakta yang disebutkan dan berisi dokumen pendukung.
3. Presentasi pembelaan bersifat terbuka dan umum atautertutup tergantung
pihak sengketa.
4. Keputusan bersifat menyetujui dan penolakan.
Kasus internasional dianggap selesai apa bila :
Mekanisme Khusus :
1. Keberatan awal karena ada keberatan dari pihak sengketa Karen mahkamah
intrnasional dianggap tidak memiliki yusidiksi atau kewenangan atas kasus
tersebut.
2. Ketidak hadiran salah satu pihak yang bersengketa, biasanya dilakukan oleh
Negara tergugat atau respondent karena menolak yuridiksi Mahkamah
Internasional.
3. Keputusan sela, untuk memberikan perlindungan terhadap subyek persidangan,
supaya pihak sengketa tidak melakukan hal-hal yang mengancah efektivitas
persidangan Mahkamah internasional.
4. Beracara bersama, beberapa pihak disatukan untuk mengadakan sidang
bersama karena materi sama terhadap lawan yang sama.
Intervensi, mahkamah internasional memberikan hak kepada Negara lain yang
tidak terlibat dalam sengketa untuk melakukan intervensi atas sengketa yang
sedang disidangkan bahwa dengan keputusan Mahkamah internasional ada
kemungkinan Negara tersebut dirugikan.
Umumnya, metode-metode penyelesaian sengketa internasional digolongkan dalam
dua kategori, yaitu sebagai berikut.
a. Cara-cara penyelesaian damai, yaitu apabila para pihak telah dapat
menyepakati untuk menemukan suatu solusi yang bersahabat.
b. Cara-cara penyelesaian secara paksa atau dengan kekerasan, yaitu apabila
solusi yang dipakai atau dikenakan adalah melalui kekerasan.
ratione personae,
b.
kedudukan individu,
c.
d.
Ratione materiae
e.
Kompromi Persyaratan
b.
Pasal 53 statuta menyatakan bila salah satu pihak tidak muncul di Mahkamah
Internasional atau tidak mempertahankan perkaranya, pihak lain dapat meminta
Mahkamah Internasional mengambil keputusan mendukung tautannya. Misalnya
ketidakhadiran Islandia dalam peristiwa wewenang di bidang penangkapan ikan,
keputusan Mahkamah Internasional tanggal 25 Juli 1974. Selain itu contoh yang
terjadi di Prancis 20 Desember 1974 dalam peristiwa uji coba nuklir, Turki dalam
peristiwa Landasan Kontinen Laut Egil 19 Desember 1978, Iran dalam peristiwa
personel Diplomatik dan Konsuler Amerika Serikat di Teheran 21 Mei 1980. Dan
Amerika Serikat 27 Juli 1986 dalam aktivitas militer kontra Nikaragua.
c.
3)
Dispositif, yaitu berisikan keputusan Mahkamah Internasional yang merugikan
negara-negara yang bersengketa.
4)
Penyampaian pendapat terpisah ialah bila suatu keputusan tidak mewakili seluruh
atau hanya sebagian dari pendapat bulat para hakim, maka hakim-hakim yang lain
berhak memberikan pendapatnya secara terpisah (pasal 57 statuta). Pendapat
terpisah ini juga disebut dissenting opinion artinya pendapat seorang hakim yang
tidak menyetujui suatu keputusan dan menyatakan keberatan terhadap motif-motif
yang diberikan dalam keputusan tersebut. Jadi, pendapat terpisah adalah pendapat
hakim yang tidak setuju dengan keputusan yang diambil oleh kebanyakan hakim.
Keputusan tersebut dapat dianggap pengutaraan resmi pendapat pendapat
terpisah. Hal ini akan melemahkan kekuatan keputusan Mahkamah Internasional
walaupun di lain pihak akan menyebabkan hakim-hakim mayoritas berhati-hati
dalam memberikan motig keputusan mereka.
Bila suatu keputusan Mahkamah Internasional tidak dilaksanakan, maka Dewan
Keamanan PBB dapat mengusulkan tindakan-tindakan yang akan menjamin
pelaksanaan keputusan. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan dalam pasal 94
piaham PBB.
Mahkamah Internasional juga sebenarnya bisa mengajukan keputusan ex aequo et
bono, yaitu didasarkan pada keadilan dan kebaikan, dan bukan berdasarkan hukum,
namun hal ini bisa dilakukan jika ada kesepakatan antar negara-negara yang
bersengketa. Keputusan Mahkamah Internasional sifatnya final, tidak dapat banding
dan hanya mengikat para pihak. Keputusan juga diambil atas dasar suara
mayoritas.
Yang dapat menjadi pihak hanyalah negara, namun semua jenis sengketa dapat
diajukan ke Mahkamah Internasional.
Masalah pengajuan sengketa bisa dilakukan oleh salah satu pihak secara unilateral,
namun kemudian harus ada persetujuan dari pihak yang lain. Jika tidak ada
persetujuan, maka perkara akan di hapus dari daftar Mahkamah Internasional,
2)
Bila negara pihak suatu sengketa tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban
yang dibebankan Mahkamah Internasional kepadanya, negara pihak lain dapat
mengajukan persoalannya ke depan Dewan Keamanan. Kalau perlu dapat membuat
rekomendasi-rekomendasi atau memutuskan tindakan-tindakan yang akan diambil
supaya keputusan tersebut dilaksanakan.