Anda di halaman 1dari 9

PR PKN

Eriko Saputra Hutabarat


XI IPA2
1. Deskripsikan kewenangan atau kekuasaan hukum (yurisdiksi) ! 3 Lembaga!
Jawab :
A. Mahkamah Internasioal ( The International Court of Justice)
Berdasarkan atas Piagam Mahkamah Internasional (ICJ Statue), ditentukan bahwa
Mahkamah Internasional memiliki yurisdiksi atau wewenang atas :
1. Yurisdiksi untuk memeriksa dan memutus sengketa antar Negara yang
diserahkan kepadanya (contentius jurisdiction), dan,
2. Yurisdiksi untuk memberikan pandangan atau nasehat hukum (advisory
jurisdiction).
Yurisdiksi Mahkamah untuk memeriksa dan mengadili sengketa antar Negara
adalah dalam ruang lingkup Mahkamah sebagai sebuah lembaga peradilan
internasional, dimana Negara yang terlibat dalam suatu sengketa dengan Negara
lainnya sepakat untuk secara damai menyelesaikan sengketa yang terjadi melalui
mekanisme penyelesaian oleh Mahkamah Internasional. Putusan yang dikeluarkan
oleh Mahkamah Internasional dalam hal ini adalah bersifat final dan mengikat bagi
para pihaknya.
Sedangkan, yurisdiksi untuk memberikan nasihat atau pertimbangan hukum
(Advisory Opinion) adalah hanya terhadap organ utama atau organ PBB lainnya.
Nasihat atau pendapat hukum tidak diberikan kepada Negara, namun negara dapat
ikut serta dalam keterlibatanpersidangan Mahkamah (dalam proses pemberian
nasihat). Nasihat hukum yang diberikan terbatas sifatnya,yaitu hanya yang terkait
dengan ruang lingkup kegiatan atauaktivitas dari 5 badan utama dan 16 badan
khusus PBB.
B. Mahkamah Pidana Internasional ( The International Criminal Court, ICC )
Yurisdiksi atau kewenangan yang dimiliki MPI untuk menegakkan aturan
hukum internasional adalah memutus perkara terbatas terhadap pelaku kejahatan
berat oleh warga Negara dari Negara yang telah meratifikasi Statuta Mahkamah.
Pasal 5-8 Statuta Mahkamah menentukan empat jenis kejahatan berat, yaitu
sebagai berikut.
1) Kejahatan genosida (The Crime of Genocide), yaitu tindakan jahat yang berupaya
untuk memusnahkan keseluruhan atau sebagian dari suatu bangsa, etnik, ras
ataupun kelompok keagamaan tertentu.
2) Kejahatan terhadap kemanusiaan ( Crimes Against Humanity), yaitu tindakan
penyerangan yang luas atau sistematis terhadap populasi penduduk sipil tertentu.
3) Kejahatan perang (War Crimes)

a) Tindakan berkenaan dengan kejahatan perang, khususnya apabila


dilakukan sebagai bagian dari suatu rencana atau kebijakan atau sebagai bagian
dari suatu pelaksanaak secara besar-besaran dari kejahatan tersebut.
b) Semua tindakan terhadap manusia atau hak miliknya yang bertentangan
dengan Konvensi Jenewa (misalnya pembunuhan berencana, penyiksaan,
eksperimen biologis, menghancurkan harta benda, dan lain-lain)
c) Kejahatan serius yang melanggar hukum konflik bersenjata internasional
(misalnya menyerang objek-objek sipil bukan objek militer, memborbardir secara
membabi buta suatu desa atau penghini bangunan-bangunan tertentu yang bukan
objek militer.)
4) Kejahatan agresi (The Crimes of Aggression), yaitu tindak kejahatan yang
berkaitan dengan ancaman terhadap perdamaian.
C. Panel Khususs dan Spesial Pidana Internasional (The International Criminal
Tribunals and Special Courts, ICT & SC)
Yuridiksi atau kewenangan darai Panel khusus dan special pidana
internasional ini, adalah menyangkut tindak kejahatan perang dan genosida
(pembersihan etnis) tanpa melihat apakah Negara dari si pelaku itu telah
meratifikasi atau belum terhadap statute panel khusus dan special pidana
internasional ini.
2. Identifikasikan penyebab sengketa internasional!
Jawab :
Kemiskinan dan ketidakadilan, hal ini dapat membatasi kesempatan bagi suatu
bangsa untuk berkembang dan menjadi negara maju.
2. Perbedaan ras dan agama, dalam kaitannya dengan status sosial. Misalnya
sistem kasta dan politisi rasial.
3. Ekstrimisme yaitu sikap dan tindakan yang selalu memaksakan kehendak kepada
bangsa lain yang bahkan dapat merugikan negara.
4. Kontroversi sebagai bentuk proses sosial antara persaingan dan konflik yang
merupakan sikap tidak sengan baik secara sembunyi atau terus terang.
5. Deskriminasi yaitu pembatasan terhadap suatu kelompok untuk masuk pada
kelompok tertentu
6. Masalah etnis, sebagai contoh kerusuhan etnis di negara-negara bekas Uni Soviet
dan Yugoslavia di samping negara-negara Afrika.
7. Pelanggaran HAM, pada umunya terjadi hampir di seiap negara.
8. Ancaman petumbuhan teknologi nuklir jika tidak digunakan untuk kegiatan
damai.

9. Keadaan penduduk yang sangat cepat cenderung menimbulkan kerusuhan sosial


bahkan permusuhan antar negara. Jumlah pengungsi internasional yang besar akan
menimbulkan kekacauan bahkan revolusi.
10. Merosotnya kualitas moral yang cukup memprihatinkan saat ini adalah
terjadinya banyak negarawan menyalahgunakan kewenangan dan kekuasaan
sehingga bertentangan dengan harapan-harapan manusia.
3. Jelaskan cara penyelesaian sengketa internasional dengan cara damai dan
kekerasan!
Jawab :
Ketika terjadinya sengekta internasional, ada beberapa methode atau cara untu
menyelesaikannya. Metode atau cara tersebut adalah sebagai berikut:
A. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Kekerasan
Metode kekerasan dalam menyelesaikan sengketa internasional terdiri atas caracara seperti berikut.
1. Pertikaian Bersenjata
Pertikaian bersenjata adalah pertentangan yang disertai penggunaan kekerasan
angkatan bersenjata tiap-tiap pihak dengan tujuan menundukkan lawan, dan
menetapkan persyaratan perdamaian secara sepihak.
2. Retorsi
Retorsi adalah pembalasan yang dilakukan oleh suatu negara terhadap tindakan
yang tidak pantas dari negara lain. Perbuatan retorsi adalah perbuatan sah, tetapi
tidak bersahabat. Contoh retorsi antara lain retorsi mengenai pengetatan hubungan
diplomatik, penghapusan hak istimewa diplomatik, dan penarikan kembali konsensi
pajak atau tarif.
3. Reprasial
Reprasial adalah pembalasan yang dilakukan oleh suatu negara terhadap tindakan
yang melanggar hukum dari negara lawan dalam suatu sengketa. Reprasial dapat
dilakukan pada masa damai maupun di antara pihak yang bersengketa. Reprasial
pada masa damai antara lain pemboikotan barang, embargo, dan unjuk kekuatan
(show of force).
4. Blokade Damai
Blokade adalah suatu pengepungan wilayah, misalnya pengepungan suatu kota
atau pelabuhan dengan tujuan untuk memutuskan hubungan wilayah itu dengan
pihak luar. Ada dua macam blokade, yaitu blokade pada masa perang dan damai.
B. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai di Luar Pengadilan
Penyelesaian secara damai merupakan cara penyelesaian tanpa paksaan atau
kekerasan. Cara-cara penyelesaian ini meliputi: arbitrasi, penyelesaian yudisial,

negosiasi, jasa-jasa baik, mediasi, konsiliasi, penyelidikan, penyelesaian di bawah


naungan organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
1. Arbitrase
Penyelesaian pertikaian atau sengketa internasional melalui arbitrase internasional
merupakan pengajuan sengketa internasional kepada arbitrator yang dipilih secara
bebas oleh para pihak. Mereka itulah yang memutuskan penyelesaian sengketa,
tanpa terlalu terikat pada pertimbangan-pertimbangan hukum. Putusan itu dapat
didasarkan pada kepantasan dan kebaikan.
2. Penyelesaian Yudisial
Penyelesaian yudisial merupakan suatu penyelesaian sengketa internasional melalui
suatu pengadilan internasional yang dibentuk sebagaimana mestinya, dengan
memberlakukan kaidah-kaidah hukum. Lembaga pengadilan internasional yang
berfungsi sebagai organ penyelesaian yudisial dalam masyarakat internasional
adalah International Court of Justice.
3. Negosiasi
Negosiasi adalah upaya penyelesaian sengketa yang dilakukan secara langsung
oleh para pihak yang bersengketa melalui dialog tanpa ada keikutsertaan dari pihak
ketiga. Dalam pelaksanaan negosiasi ini, para pihak melakukan pertukaran
pendapat dan usul untuk mencari kemungkinan tercapainya penyelesaian sengketa
secara damai. Negosiasi dapat berbentuk bilateral dan multilateral. Negosiasi dapat
dilangsungkan melalui saluran diplomatik pada konferensi internasional atau dalam
suatu lembaga atau organisasi internasional.
4. Good Offices (Jasa Baik)
Good offices (jasa baik) adalah tindakan pihak ketiga yang membawa ke arah
terselenggaranya negosiasi, tanpa berperan serta dalam diskusi mengenai
substansi atau pokok sengketa yang bersangkutan. Good offices akan terjadi
apabila pihak ketiga mencoba membujuk para pihak sengketa untuk melakukan
negosiasi sendiri. Good offices merupakan suatu metode penyelesaian sengketa
internasional yang tidak tercantum dalam ketentuan pasal 33 Piagam PBB.
5. Mediasi
Mediasi adalah tindakan negara ketiga atau individu yang tidak berkepentingan
dalam suatu sengketa internasional, yang bertujuan membawa ke arah negosiasi
atau memberi fasilitas ke arah negosiasi dan sekaligus berperan serta dalam
negosiasi pihak sengketa tersebut. Pelaksana mediasi disebut mediator. Mediator
dapat dilakukan oleh pemerintah maupun individu. Mediator lebih berperan aktif
demi tercapainya penyelesaian sengketa.
6. Konsiliasi
Seperti cara mediasi, penyelesaian sengketa melalui cara konsiliasi menggunakan
intervensi pihak ketiga. Pihak ketiga yang melakukan intervensi ini biasanya adalah
negara. Namun, bisa juga sebuah komisi yang dibentuk oleh para pihak. Konsiliasi
juga dapat diartikan sebagai upaya penyelesaian sengketa secara bersahabat

dengan bantuan negara lain atau badan pemeriksa yang netral atau tidak memihak,
atau dengan bantuan Komite Penasihat.
7. Enquiry atau Penyelidikan
Enquiry atau penyelidikan adalah suatu proses penemuan fakta oleh suatu tim
penyelidik yang netral. Prosedur ini dimaksudkan untuk menyelesaikan sengketa
yang timbul karena perbedaan pendapat mengenai fakta, bukan untuk
permasalahan yang bersifat hukum murni. Hal ini karena fakta yang mendasari
suatu sengketa sering dipermasalahkan.
8. Penyelesaian di bawah Naungan Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Penyelesaian ini diatur dalam pasal 2 piagam PBB. Para anggota PBB berjanji untuk
menyelesaikan persengketaan-persengketaan tanpa melalui kekerasan atau perang.
Tanggung jawab diserahkan kepada Majelis Umum dan Dewan Keamanan. Majelis
Umum diberi wewenang merekomendasikan tindakantindakan untuk penyelesaian
damai atas suatu keadaan yang dapat mengganggu kesejahteraan umum atau
hubungan-hubungan persahabatan di antara bangsabangsa. Dewan Keamanan
bertindak mengenai beberapa hal, yakni persengketaan yang dapat
membahayakan perdamaian dan keamanan internasional, peristiwa yang
mengancam perdamaian, melanggar perdamaian, dan tindakan penyerangan
(agresi).
3. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai melalui Pengadilan (Hukum)
Penyelesaian sengketa secara hukum dapat dilakukan melalui arbitrase dan
pengadilan internasional seperti berikut.
1. Arbitrase Internasional
Penyelesaian sengketa internasional melalui arbitrase internasional adalah
pengajuan sengketa internasional kepada arbitrator (wasit) yang dipilih secara
bebas oleh para pihak, untuk memberi keputusan dengan tidak harus terlalu
terpaku pada pertimbangan-pertimbangan hukum. Keputusan arbitrase dapat
didasarkan pada kepantasan dan kebaikan.
2. Pengadilan Internasional (Mahkamah Internasional)
Dalam masyarakat internasional, satu-satunya cara penyelesaian sengketa atau
kasus internasional melalui pengadilan adalah mengajukan sengketa ke Mahkamah
Internasional (International Court of Justice). Anggota masyarakat internasional
jarang sekali menempuh proses ini.
4. Jelaskan proses/prosedur penyelesaian sengketa internasional melalui MI!
Jawab :
Mekanisme Persidangan (Proses Beracara) Mahkamah Internasional
Secara umum, mekanisme persidangan MI dibedakan menjadi dua, yaitu
mekanisme normal dan mekanisme khusus.

Mekanisme Normal :
1. Penyerahan perjanjian khusus yng berisi tdentitas para pihak dan pokok
persoalan sengketa.
2. Pembelaan tertulis, berisi fakta, hukum yang relevan, tambahan fakta baru,
penilakan atas fakta yang disebutkan dan berisi dokumen pendukung.
3. Presentasi pembelaan bersifat terbuka dan umum atautertutup tergantung
pihak sengketa.
4. Keputusan bersifat menyetujui dan penolakan.
Kasus internasional dianggap selesai apa bila :

Para pihak mencapai kesepakatan

Para pihak menarik diri dari prose persidangan Mahkamah internasional.

Mahkamah internasional telah memutus kasus tersebut berdasarkan


pertimbangan dan telah dilakukan ssuai proses hukum internasional yang berlaku.

Mekanisme Khusus :
1. Keberatan awal karena ada keberatan dari pihak sengketa Karen mahkamah
intrnasional dianggap tidak memiliki yusidiksi atau kewenangan atas kasus
tersebut.
2. Ketidak hadiran salah satu pihak yang bersengketa, biasanya dilakukan oleh
Negara tergugat atau respondent karena menolak yuridiksi Mahkamah
Internasional.
3. Keputusan sela, untuk memberikan perlindungan terhadap subyek persidangan,
supaya pihak sengketa tidak melakukan hal-hal yang mengancah efektivitas
persidangan Mahkamah internasional.
4. Beracara bersama, beberapa pihak disatukan untuk mengadakan sidang
bersama karena materi sama terhadap lawan yang sama.
Intervensi, mahkamah internasional memberikan hak kepada Negara lain yang
tidak terlibat dalam sengketa untuk melakukan intervensi atas sengketa yang
sedang disidangkan bahwa dengan keputusan Mahkamah internasional ada
kemungkinan Negara tersebut dirugikan.
Umumnya, metode-metode penyelesaian sengketa internasional digolongkan dalam
dua kategori, yaitu sebagai berikut.
a. Cara-cara penyelesaian damai, yaitu apabila para pihak telah dapat
menyepakati untuk menemukan suatu solusi yang bersahabat.
b. Cara-cara penyelesaian secara paksa atau dengan kekerasan, yaitu apabila
solusi yang dipakai atau dikenakan adalah melalui kekerasan.

Piagam Mahkamah Internasional (Statute of the International Court of Justce ) Pasal


38 ayat 1 menegaskan bahwa Mahkamah Internasional mengakui bahwa dalam
menimbang dan memutuskan suatu perselisihan dapat menggunakan beberapa
pedoman, antara lain sebagai berikut ;
a. Perjanjian Internasional (international conventions), baik yang bersifat umum,
maupun khusus;
b.

Kebiasaan Internasional (international custom);

c. Asas-asas hukum (general principles of law) yang diakui oleh bangsa-bangsa


atau negara-negara beradab;
d. Keputusan Hakim (judicial decision) dan pendapat para ahli yang telah diakui
kepakarannya, yang merupakan sumber hukum internasional tambahan.
e. Pendapat-pendapat
Prosedur penyelsaian sengketa internasional diajukan oleh negara-negara yang
bersengketa melalui pewakilannya di PBB, kemudian diajukan ke Mahkamah
Internasional. Kemudian Mahkamah Internasional yang menyelesaikan secara
hukum internasional.
Lebih lanjut prosedur penyelesaian sengketa internasional melalui Mahkamah
Internasional adalah sebagai berikut;
a.

Wewenang Mahkamah Internasional

Mahkamah Internasional dapat mengambil tindakan sementara ialah tindakan yang


diambil untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pihak-pihak yang bersengketa
sambil menunggu keputusan dasar atau penyelesaian lainnya yang akan ditentukan
Mahkamah Internasional secara definitif dalam bentuk ordonansi, diantaranya.
a.

ratione personae,

b.

kedudukan individu,

c.

kedudukan organisasi internasional

d.

Ratione materiae

e.

Kompromi Persyaratan

b.

Penolakan Hadir di Mahkamah Internasional

Pasal 53 statuta menyatakan bila salah satu pihak tidak muncul di Mahkamah
Internasional atau tidak mempertahankan perkaranya, pihak lain dapat meminta
Mahkamah Internasional mengambil keputusan mendukung tautannya. Misalnya
ketidakhadiran Islandia dalam peristiwa wewenang di bidang penangkapan ikan,
keputusan Mahkamah Internasional tanggal 25 Juli 1974. Selain itu contoh yang
terjadi di Prancis 20 Desember 1974 dalam peristiwa uji coba nuklir, Turki dalam
peristiwa Landasan Kontinen Laut Egil 19 Desember 1978, Iran dalam peristiwa
personel Diplomatik dan Konsuler Amerika Serikat di Teheran 21 Mei 1980. Dan
Amerika Serikat 27 Juli 1986 dalam aktivitas militer kontra Nikaragua.

c.

Keputusan Mahkamah Internasional

Keputusan-keputusan Mahkamah Internasional merupakan pengadilan tertinggi di


dunia internasional dan untuk kepentingan bangsa-bangsa di dunia, maka sudah
selayaknya setiap bangsa termasuk inividunya harus mendukung.
Agar mengambil keputusan Mahkamah Internasional dapat ditempuh dengan cara
voting atau dengan suara terbanyak dari hakim-hakim yang hadir. Jika dalam
mengambil keputusan terdapat persamaan jumlah suara, maka suara ketua atau
wakilnya yang kan menentukannya.
Keputusan Mahkamah terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
1)
Informasi dari ketua atau wakil-wakilnya, analisa mengenai fakta-fakta, dan
argumentasi hukum pihak-pihak yang bersengketa.
2)

Penjelasan mengenai motivasi Mahkamah Internasional.

3)
Dispositif, yaitu berisikan keputusan Mahkamah Internasional yang merugikan
negara-negara yang bersengketa.
4)

Penyampaian pendapat yang terpisah

Penyampaian pendapat terpisah ialah bila suatu keputusan tidak mewakili seluruh
atau hanya sebagian dari pendapat bulat para hakim, maka hakim-hakim yang lain
berhak memberikan pendapatnya secara terpisah (pasal 57 statuta). Pendapat
terpisah ini juga disebut dissenting opinion artinya pendapat seorang hakim yang
tidak menyetujui suatu keputusan dan menyatakan keberatan terhadap motif-motif
yang diberikan dalam keputusan tersebut. Jadi, pendapat terpisah adalah pendapat
hakim yang tidak setuju dengan keputusan yang diambil oleh kebanyakan hakim.
Keputusan tersebut dapat dianggap pengutaraan resmi pendapat pendapat
terpisah. Hal ini akan melemahkan kekuatan keputusan Mahkamah Internasional
walaupun di lain pihak akan menyebabkan hakim-hakim mayoritas berhati-hati
dalam memberikan motig keputusan mereka.
Bila suatu keputusan Mahkamah Internasional tidak dilaksanakan, maka Dewan
Keamanan PBB dapat mengusulkan tindakan-tindakan yang akan menjamin
pelaksanaan keputusan. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan dalam pasal 94
piaham PBB.
Mahkamah Internasional juga sebenarnya bisa mengajukan keputusan ex aequo et
bono, yaitu didasarkan pada keadilan dan kebaikan, dan bukan berdasarkan hukum,
namun hal ini bisa dilakukan jika ada kesepakatan antar negara-negara yang
bersengketa. Keputusan Mahkamah Internasional sifatnya final, tidak dapat banding
dan hanya mengikat para pihak. Keputusan juga diambil atas dasar suara
mayoritas.
Yang dapat menjadi pihak hanyalah negara, namun semua jenis sengketa dapat
diajukan ke Mahkamah Internasional.
Masalah pengajuan sengketa bisa dilakukan oleh salah satu pihak secara unilateral,
namun kemudian harus ada persetujuan dari pihak yang lain. Jika tidak ada
persetujuan, maka perkara akan di hapus dari daftar Mahkamah Internasional,

karena Mahkamah Internasional tidak akan memutus perkara secara in-absensia


(tidak hadirnya para pihak).
1)

Mahkamah Internasional dalam sengketa apabila dia merupakan pihak.

2)
Bila negara pihak suatu sengketa tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban
yang dibebankan Mahkamah Internasional kepadanya, negara pihak lain dapat
mengajukan persoalannya ke depan Dewan Keamanan. Kalau perlu dapat membuat
rekomendasi-rekomendasi atau memutuskan tindakan-tindakan yang akan diambil
supaya keputusan tersebut dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Leaflet Skabies 3
    Leaflet Skabies 3
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Skabies 3
    Amalina Restia
    Belum ada peringkat
  • Contoh FMEA FARMASI
    Contoh FMEA FARMASI
    Dokumen8 halaman
    Contoh FMEA FARMASI
    IswantoSakdiSidik
    100% (7)
  • Form PKM Keluarga
    Form PKM Keluarga
    Dokumen24 halaman
    Form PKM Keluarga
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • Form PKM Keluarga
    Form PKM Keluarga
    Dokumen24 halaman
    Form PKM Keluarga
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • BAB I Evapro Yuhuu
    BAB I Evapro Yuhuu
    Dokumen4 halaman
    BAB I Evapro Yuhuu
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • COVER Evapro Yuhuu
    COVER Evapro Yuhuu
    Dokumen1 halaman
    COVER Evapro Yuhuu
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • BAB V Evapro
    BAB V Evapro
    Dokumen11 halaman
    BAB V Evapro
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Rematik
    Leaflet Rematik
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Rematik
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 Ecek2
    Bab 5 Ecek2
    Dokumen3 halaman
    Bab 5 Ecek2
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • Paritas
    Paritas
    Dokumen3 halaman
    Paritas
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • GRAFIK Hasil Produksi THN 2014
    GRAFIK Hasil Produksi THN 2014
    Dokumen1 halaman
    GRAFIK Hasil Produksi THN 2014
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • BAB V Evapro
    BAB V Evapro
    Dokumen11 halaman
    BAB V Evapro
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Evapro Yuhuu
    Kuesioner Evapro Yuhuu
    Dokumen4 halaman
    Kuesioner Evapro Yuhuu
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • Kulit Antihistamin
    Kulit Antihistamin
    Dokumen76 halaman
    Kulit Antihistamin
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • DAPUS Penelitian
    DAPUS Penelitian
    Dokumen2 halaman
    DAPUS Penelitian
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Evapro Yuhuu
    Kuesioner Evapro Yuhuu
    Dokumen4 halaman
    Kuesioner Evapro Yuhuu
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • COVER Penelitian Yuhuu
    COVER Penelitian Yuhuu
    Dokumen1 halaman
    COVER Penelitian Yuhuu
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • COVER Evapro Yuhuu
    COVER Evapro Yuhuu
    Dokumen1 halaman
    COVER Evapro Yuhuu
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • COVER Penelitian Yuhuu
    COVER Penelitian Yuhuu
    Dokumen1 halaman
    COVER Penelitian Yuhuu
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • Referat Sinkop
    Referat Sinkop
    Dokumen29 halaman
    Referat Sinkop
    Anisa Putri
    Belum ada peringkat
  • Kulit Antihistamin
    Kulit Antihistamin
    Dokumen76 halaman
    Kulit Antihistamin
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • Endemik 2013
    Endemik 2013
    Dokumen4 halaman
    Endemik 2013
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • Kulit Antihistamin
    Kulit Antihistamin
    Dokumen76 halaman
    Kulit Antihistamin
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat
  • Kisi-Kisi Tambahan
    Kisi-Kisi Tambahan
    Dokumen1 halaman
    Kisi-Kisi Tambahan
    Eriko Saputra Hutabarat
    Belum ada peringkat